Pengkayaan Rotifera Pengelolaan Air Pengamatan

3.2 Penyediaan Rotifera

Wadah yang digunakan dalam kultur rotifera adalah 10 buah bak dengan volume 1,5 ton dan diisi air 1 ton. Wadah tersebut terlebih dahulu diinokulasi dengan 100 liter Nannochloropsis. Phytoplankton ini diambil dari wadah kultur dengan kepadatan 10 7 selml. Setelah itu dilakukan inokulasi rotifera dengan kepadatan 30-50 individuml. Setelah air dalam wadah pemeliharaan rotifera berwarna bening Nannochloropsis telah habis, media kultur ditambah ragi roti dengan dosis perhari 1 g10 6 rotifera. Pemberian ragi roti dilakukan pada sore hari. Setelah rotifera mencapai kepadatan 100-350 individuml 3-5 hari setelah inokulasi, rotifer dianggap siap untuk dipanen untuk diperkaya atau diberikan langsung kepada larva sesuai dengan perlakuan.

3.3 Pengkayaan Rotifera

Prosedur kerja pengkayaan rotifera dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Rotifera yang berasal dari kultur masal ditebar dalam wadah kapasitas 20 liter dengan kepadatan 500 indml. b. Untuk 10 liter media, berbagai jenis bahan pengkaya pada butir 3.1 dengan dosis 0,5 ml dicampur dengan 0,25g ragi roti, 0,01g kuning telur, serta 100 ml air untuk diemulsikan di dalam blender selama ± 5 menit. c. Bahan pada butir b lalu dimasukkan ke dalam wadah pengkayaan yang berisi rotifera. d. Rotifera diperkaya selama 6 jam, kemudian diberikan ke udang pada pemberian pakan pukul 05.00, 14.00 dan 21.00. Sedangkan pengkayaan selama 9 jam untuk pemberian pakan pukul 09.00. Selama proses pengkayaan diberi aerasi. Pengkayaan berlangsung pada suhu 28 ± 1 C. e. Setelah diperkaya, rotifera disaring dengan menggunakan plankton net berukuran 50 µm mess size 300, lalu dicuci dengan air laut untuk diberikan ke larva udang.

3.4 Pengelolaan Air

Selama masa budidaya N6-PL1 tidak dilakukan pergantian air, sesuai yang melakukan Standar Operasional Prosedur CPB, 2000 penambahan air dilakuan dari stadia PL1 sampai panen sebanyak 5 – 20 . Penambahan air hanya berasal dari pemberian pakan Chaetocheros gracillis dan pakan buatan sebagai pelarut. Parameter kualitas air diamati pada waktu persiapan, stadia Z2, stadia M2 dan pada waktu panen PL1. Berikut adalah data kisaran kualitas air pada media pemeliharaan larva udang vannamei Tabel 6. Sedangkan data parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 6. Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan larva udang vannamei yang diukur selama penelitian. Parameter Nilai pH Suhu C Salinitas ppt Oksigen terlarut mgL Total Amoniak Nitrogen TAN mgL Alkalinitas mgL 7,95 – 8,15 28,6 – 31,3 30 – 31 4,83 -6,66 ttd – 1,894 95,48 – 121,52 ttd = tidak terdeteksi

3.5 Pengamatan

Parameter yang diamati pada percobaan ini adalah kelangsungan hidup, panjang PL1 dan kecepatan perubahan stadia. Adapun perhitungan kelangsungan hidup dengan menggunakan rumus : SR = Nt x 100 N Dimana SR adalah tingkat kelangsungan hidup N adalah jumlah benur pada saat mulai perlakuan ekor Nt adalah jumlah benur pada akhir penelitian ekor Penghitungan jumlah benur dilakukan di akhir penelitian dengan cara benur dari wadah volume 300 L dipanen, lalu ditebar dalam wadah 20 liter. Dari wadah 20 liter, diambil sampel 1 liter 5 lalu dihitung, sehingga dapat ditentukan kelangsungan hidupnya. Pengukuran panjang PL1 dilakukan pada saat panen. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mikrometer di bawah mikroskop. Sampel yang diambil sebanyak 30 ekor setiap ulangan. Pengamatan perubahan stadia dilakukan setiap hari. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 1 liter air setiap ulangan media pemeliharaan larva dengan menggunakan bekker glass, kemudian diamati stadianya. Setiap ulangan diambil 5 ekor sampel untuk diamati stadia dan kesehatan larva di bawah mikroskop. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan acak Lengkap dengan mengaplikasikan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Evaluasi hasil dengan cara melakukan uji F dan uji la njut Tukey terhadap parameter uji.

3.6 Analisis Kimia