Penghitungan jumlah benur dilakukan di akhir penelitian dengan cara benur dari wadah volume 300 L dipanen, lalu ditebar dalam wadah 20 liter. Dari
wadah 20 liter, diambil sampel 1 liter 5 lalu dihitung, sehingga dapat ditentukan kelangsungan hidupnya.
Pengukuran panjang PL1 dilakukan pada saat panen. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mikrometer di bawah mikroskop. Sampel yang
diambil sebanyak 30 ekor setiap ulangan. Pengamatan perubahan stadia dilakukan setiap hari. Pengamatan dilakukan
dengan mengambil 1 liter air setiap ulangan media pemeliharaan larva dengan menggunakan bekker glass, kemudian diamati stadianya. Setiap ulangan diambil 5
ekor sampel untuk diamati stadia dan kesehatan larva di bawah mikroskop. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
acak Lengkap dengan mengaplikasikan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Evaluasi hasil dengan cara melakukan uji F dan uji la njut Tukey terhadap parameter uji.
3.6 Analisis Kimia
Analisa kimia dilakukan terhadap rotifera dan larva udang. Rotifera awal dan setelah diperkaya, dianalisa kandungan lemak serta kandungan lemak polar
dan non polar. Sedangkan sampel larva udang dia nalisa kandungan lemaknya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Analisa kandungan lemak serta kandungan polar dan nonpolar lipid pada rotifera dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengkayaan terhadap kandungan
lemak serta kandungan polar dan nonpolar lipid rotifera. Analisa kandungan lemak juga dilakukan pada stadia PL1. Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kandungan lemak serta polar dan nonpolar lipid bobot kering Perlakuan
awal A
B C
D Rotifera :
Total lipid 8,50
20,10 17,13
18,05 Neutral lipid
5,89 18,39
14,26 14,32
Polar lipid Phospholipid 2,61
1,70 2,87
3,73 PL1 Udang :
Total lipid 11,22
9,00 9,57
9,51 9,39
Data mengenai kelangsungan hidup larva udang vannamei dapat dilihat pada Gambar 1 dan Lampiran 4. Kelangsungan hidup larva pada perlakuan B, C
dan D berbeda nyata dengan perlakuan A p 0,05 Lampiran 5. Dari hasil penelitian diketahui perlakuan A memiliki kelangsungan hidup 45,5±9,8,
sedangkan pada perlakuan B, C dan D memiliki nilai kelangsungan hidup masing- masing 70,8±9,2, 84,2±9,2 dan 82,2±8,8. Dari keempat perlakuan,
perlakuan A memiliki kelangsungan hidup lebih rendah dari perlakuan lainnya.
a b
b b
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
A B
C D
Perlakuan Kelangsungan hidup
Gambar 1. Kelangsungan hidup larva udang vannamei setelah dipelihara sampai PL1. Huruf yang sama di dalam setiap kolom menyatakan nilai rata-
rata yang tidak berbeda nyata p0,05.
Dilihat dari parameter panjang yang pengamatannya dilakukan di akhir pemeliharaan pada stadia PL1, diperoleh data yang disajikan dalam bentuk grafik
pada Gambar 2. Sedangkan data pengukuran panjang pada masing- masing ulangan dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil penelitian menunjukan perlakuan A,
B, C dan D memiliki nilai rata-rata panjang PL1 masing- masing 3,49±0,09mm, 3,75±0,12mm, 3,67±0,26 dan 3,63±0,32mm. Dari keempat perlakuan tersebut
tidak memberikan pengaruh berbeda terhadap panjang rata-rata PL1 udang vannamei p0,05 Lampiran 7.
a a
a a
2,90 3,00
3,10 3,20
3,30 3,40
3,50 3,60
3,70 3,80
3,90 4,00
A B
C D
Perlakuan Panjang mm
Gambar 2. Panjang PL1 larva udang vannamei. Huruf yang sama di dalam setiap kolom menyatakan nilai rata-rata yang tidak berbeda nyata p0,05
Stadia larva udang vannamei di akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Udang yang diberi rotifera yang diperkaya dengan tiga jenis sumber asam lemak
menunjukan perkembangan stadia yang lebih cepat. Hal ini terlihat pada akhir pemeliharaan dimana perlakuan A sebagian masih ada dalam stadia mysis 3,
sedangkan perlakuan B, C dan D telah mencapai stadia PL1 dan PL2.
Tabel 8. Stadia larva udang vannamei di akhir penelitian hari ke-10 Perlakuan
Stadia A
B C
D M3
46,7±11,6 -
- -
PL1 53,3±11,6
66,67±11,55 73,33±11,55
53,33±46,19 PL 2
- 33,33±11,55
26,67±11,54 46,67±46,19
4.2 Pembahasan