f. Cenderung bergantung
pada orang
lain dalam
mengatasi masalah.Hakim 2005:8-9
Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah. Misalnya dengan menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri yang menyebabkan
rasa tidak percaya dirinya semakin buruk.
4. Membangun Rasa Percaya Diri Siswa
Dalam membangun rasa percaya diri pada siswa memang tidak mudah, namun sekolah maupun lembaga pendidikan merupakan lingkungan
yang paling berperan penting untuk bisa mengembangkan rasa percaya diri anak setelah keluarga. Di lihat dari segi sosialisasi dikatakan
bahwa sekolah memegang peranan lebih penting jika dibandingkan dengan lingkunga keluarga yang jumlah individunya lebih terbatas.
Rasa percaya diri siswa di sekolah bisa dibangun melalui berbagai macam bentuk kegiatan sebagai berikut :
a. Memupuk keberanian untuk bertanya b. Peran guru yang aktif bertanya pada siswa
c. Melatih berdiskusi dan berdebat d. Mengerjakan soal di depan kelas
e. Bersaing dalam mencapai prestasi belajar f.
Aktif dalam kegiatan pertandingan olahraga g. Belajar berpidato
h. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler i.
Mengikuti kegiatan seni vokal
j. Penerapan disiplin yang konsisten
k. Aktif dalam setia kegiatan bermain musik l.
Ikut serta di dalam organisasi sekolah m. Menjadi ketua kelas
n. Menjadi pemimpin upacara o. Memperluas pergaulan yang sehat
Hakim, 2002:136-148
Penjelasan di atas merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan siswa untuk dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, dikarenakan
salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh percaya diri adalah dengan memiliki
kelebihan-kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Diharapkan dengan berbagai macam kegiatan tersebut siswa
mampu membangun rasa percaya diri.
B. Konseling Kelompok
1. Pengertian Konseling Kelompok
Konseling kelompok
pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok. Di dalam
konseling kelompok terdapat pemimpin kelompok konselor dan anggota kelompok klien. Dalam proses konseling kelompok terjadi
hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti konseling individual yaitu hangat, terbuka dan penuh keakraban. Selain
itu terdapat pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran
sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah jika diperlukan menggunakan metode-metode khusus, evaluasi dan tindak
lanjut.
2. Tujuan Konseling Kelompok 2.1 Tujuan Umum
Secara umum konseling kelompok bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa.
2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus layanan konseling kelompok adalah terfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta layanan. Melalui
layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para siswa memperoleh dua tujuan sekaligus:
a. Terkembangnya perasaan, pikiran, presepsi, wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi atau
berkomunikasi. b. Terpecahnya masalah individu yang bersangkutan yang
diperolehnya imbalan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain peserta layanan konseling kelompok.
3. Asas-Asas Konseling Kelompok
a. Asas Kerahasiaan Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling
kelompok karena masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota kelompok diharapkan bisa bersedia
menjaga semua pembicaraan ataupun tindakan yang ada dalam kegiatan konseling kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain
orang-orang yang mengikuti kegiatan konseling kelompok. b. Asas Kesukarelaan
Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat sukarela tanpa paksaan.
c. Asas Keterbukaan Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali. Karena jika
keterbukaan ini tidak muncul makan akan terdapat keraguan atau kekhawatiran dari anggota.
d. Asas Kegiatan Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien yang
dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar
klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian masalah.
e. Asas Kenormatifan Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus dapat
menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya terlebih
dahulu atau dengan kata lain tidak ada yang berebut.
4. Komponen Dalam Konseling Kelompok
Dalam layanan konseling kelompok berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok dan peserta atau anggota kelompok.