1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat pendidikan menurut Langeveld dalam Munib 2007: 26, merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang
belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Sejalan dengan pengertian pendidikan tersebut, pendidikan terbentuk pemberian bimbingan dari
seseorang kepada orang lain yang membuat seseorang dari tidak mengetahui menjadi memahami. Bimbingan tersebut dapat berupa bimbingan yang bersifat
membangun kedewasaan seseorang yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Tujuan pendidikan antara lain untuk mendidik moral atau tingkah laku seseorang serta mengembangkan ilmu pengetahuan, guna dapat bermanfaat dan
diterapkan dengan baik di lingkungan masyarakat. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Direktorat jenderal pendidikan tinggi, 2006: 3, menyebutkan
pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jenjang Pendidikan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Direktorat jenderal pendikdikan tinggi, 2006: 2, merupakan tahapan pendidikan yang
2
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan di Sekolah Dasar mencakup semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan SBK. Sebelumnya mata pelajaran
SBK disebut mata pelajaran kerajinan tangan dan kesenian yang menurut Hernawan 2008: 8.29, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dalam
rangka membekali siswa untuk berkarya sastra menumbuhkembangkan cita rasa keindahan dan kemampuan menghargai seni. Mata pelajaran SBK diberikan di SD
dengan maksud, untuk mengembangkan sikap dan kemampuan agar siswa berkreasi dan peka dalam berkesenian serta mengembangkan keterampilan siswa
dengan meningkatkan rasa cinta terhadap budaya bangsa. Pembelajaran SBK merupakan pembelajaran Seni, Budaya, dan
Keterampilan. Seni merupakan hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan terampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati, dan
pikir untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan indah dan selaras. Budaya menurut E. B. Taylor dalam Suprayekti 2008: 4.5, merupakan a complex
whole which includes knowledge, belief, art, law, morals, customs, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society. Menurut Hasan
dkk 2010: 3 Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral,
3
norma, dan keyakinan belief manusia yang dihasilkan masyarakat. Budaya memiliki beragam aspek dan perwujudan serta dipahami melalui suatu proses
beragam. Di Sekolah Dasar, pembelajaran SBK terdiri dari Pembelajaran
Keterampilan, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Rupa. ”Mata pelajaran Seni
Budaya berfungsi untuk menumbuhkembangkan sikap toleransi, demokrasi, beradab, hidup rukun dan mampu mengembangkan kemampuan imajinatif
intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, keterampilan dan mampu memamerkan karya seni
” e-Learning, 2011. Secara khusus fungsi pembelajaran SBK antara lain, pembelajaran
keterampilan berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, dan sikap, serta keterampilan siswa dalam hal desain dan pembuatan barang-barang yang
berhubungan dengan teknologi maupun budaya. Pembelajarn Seni Musik lebih ditekankan pada pengetahuan musik dan ekspresi melalui lagu. Seni Tari
merupakan pengungkapan ekspresi yang diwujudkan melali gerak yang biasanya diiringi musik. Sedangkan Seni Rupa menurut Sumanto 2007: 7, merupakan
cabang seni yang diciptakan dengan menggunakan elemen atau unsur rupa dan dapat diapresiasi melalui indera mata. Unsur Rupa adalah segala sesuatu yang
berwujud nyata konkrit, sehingga dapat dilihat, dihayati melalui indera mata. Pembelajaran Seni Rupa harus melalui elemen atau unsur dalam seni rupa,
yaitu titik, garis, bentuk bangun, warna, tekstur kesan bahan, isi, ruang, dan cahaya. Akan tetapi dalam pembelajaran seni rupa di SD pada umumnya tidak
memperhatikan unsur-unsur tersebut dikarenakan unsur subyektivitas yang tinggi
4
dalam penilaian seni rupa. Selain itu, seni rupa merupakan bentuk ekspresi manusia yang juga tercipta turun-temurun dari masa lalu, karya seni tersebut
merupakan kebudayaan. Seni Rupa dan budaya mempunyai kaitan yang sangat erat. Contoh budaya
dalam bentuk karya seni rupa antara lain patung, ukiran atau relief pada bangunan, monumen, lukisan, maupun batik. Batik merupakan budaya asli Indonesia. Batik
di Indonesia bermacam-macam bentuknya, sesuai dengan daerah yang menciptakan batik tersebut, seperti batik Pekalongan, batik Solo, batik Papua,
batik Bali, Songket, dan sebagainya merupakan beragam jenis batik yang terdapat di Indonesia.
Batik yang telah diakui dunia sebagai warisan bangsa Indonesia, dikenal dengan kekhasan bentuk dan motif. Dengan adanya pengakuan dunia terhadap
batik sebagai budaya Indonesia, hendaknya sebagai masyarakat Indonesia dapat mengembangkan dan melestarikan batik terutama pada anak-anak. Pengenalan
batik pada anak-anak dilakukan melalui pendidikan seperti sekolah. Guru dapat memasukkan batik menjadi bagian dari pembahasan suatu materi, terutama pada
mata pelajaran SBK. Oleh karena itu, peneliti memilih batik sebagai materi pelajaran yang termasuk dalam bagian dari materi mengenal kebudayaan di
lingkungan sekitar. Dalam pembuatan batik diperlukan sebuah motif batik, motif ini
merupakan sebuah gambar yang akan dikemas dan dibentuk sebuah batik. Motif batik muncul dari pencitraan indera pengelihatan manusia terhadap benda yang
dilihatnya yang kemudian diekspresikan melalui gambar. Motif batik diajarkan
5
dalam mata pelajaran SBK sub mata pelajaran Seni Rupa di SD dengan membiasakan siswa menggambar motif-motif batik, serta mengenal kebudayaan
batik Indonesia yang sangat beragam. Motif batik merupakan salah satu bentuk ragam hias atau ornamen yang
berkembang di kebudayaan masyarakat Indonesia, bentuk ragam hias atau ornamen di Indonesia pun mermacam-macam. Motif batik merupakan ragam hias
atau ornamen yang mudah untuk dipelajari di Sekolah Dasar. Pengenalan motif batik kepada siswa Sekolah Dasar dapat menambah wawasan siswa tidak hanya
tentang ragam hias atau jenis gambar ornamen tetapi juga dapat memperkaya wawasan siswa dalam mengenal dan mengagumi budaya bangsa. Ornamen yang
berbentuk motif batik ada berbagai macam, namun karena akan diterapkan di Sekolah Dasar, peneliti memilihklan jenis ornamen yang mudah untuk dibuat
siswa, selain itu sifat dari materi menggambar bentuk ini juga masih bersifat pengenalan, jadi motif batik yang dikenalkan kepada siswa pun motif batik yang
mudah dibuat dengan ornamen yang sederhana. Misal motif lereng atau parang dan motif kawung, dengan menggunakan teknik mengulang gambar sehingga
memudahkan siswa untuk membuat suatu karya motif batik. Pengenalan kebudayaan bangsa dalam pembelajaran Seni Rupa materi
menggambar motif batik ini hendaknya juga menggunakan metode dan media yang dapat menambah wawasan kebudayaan serta meningkatkan rasa cinta
terhadap budaya Indonesia. Di SD Negeri 01 Kendaldoyong, yang menjadi masalah utama dalam pembelajaran motif batik ini adalah, kurangnya pendekatan
pembelajaran yang mengarah kepada unsur kebudayaan bangsa. Proses
6
pembelajaran hanya menggunakan pendekatan yang menitik beratkan pada keindahan hasil gambar serta pewarnaan, sehingga kurang meningkatkan kreasi
siswa dalam pembuatan motif batik sesuai budaya Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang dapat menjembatani antara ilmu pengetahuan,
kreasi, dan budaya. Pembelajaran Berbasis Budaya merupakan pembelajaran yang bertujuan
untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu
komunitas melalui pencapaian akademik siswa. Dalam pembelajaran berbasis budaya, lingkungan belajar akan diubah menjadi lingkungan yang kondusif,
sehingga akan menyenangkan bagi guru maupun siswa, dan memungkinkan siswa dan guru berpartisipasi aktif berdasarkan budaya yang sudah mereka kenal
khususnya motif batik, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, Sardjiyo dan Panen 2005: 85, menegaskan proses pembudayaan
di sekolah adalah bertujuan untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam
suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.
Pembelajaran berbasis budaya dapat diterapkan di berbagai mata pelajaran. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti akan
melaksanakan penelitian tentang pembelajaran berbasis budaya pada mata pelajaran SBK Seni Rupa materi menggambar motif batik. Peneliti memilih judul
”Pembelajaran Berbasis Budaya dalam Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas II
7
SD Negeri 01 Kendaldoyong Petarukan Kabupaten Pemalang pada Mata Pelajaran Seni Rupa Menggambar Motif Batik”, karena pembelajaran berbasis budaya
diperlukan dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Indonesia terutama batik
serta untuk
mengetahui bagaimana
kemampuan siswa
dalam mengembangkan kreasi batik Indonesia. Selain itu, pembelajaran berbasis budaya
juga dapat menanamkan sikap nasionalisme dan menumbuhkan karakter bangsa pada generasi muda.
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah