BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keragaman hayati Indonesia menduduki urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazil dan jika biota laut ikut diperhitungkan maka Indonesia menduduki
urutan terkaya pertama di dunia. Di kepulauan Indonesia hidup 30.000 spesies tumbuhan, 9600 spesies diantaranya berkhasiat sebagai obat dan 300 spesies
telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional Depkes, 2007.
Potensi sumber daya tumbuhan yang begitu banyak di Indonesia membuat masyarakat Indonesia telah menggunakan obat tradisional sebagai bahan obat
sejak dulu dan merupakan tradisi turun temurun Depkes, 2007. Biasanya masyarakat membuat ramuan tradisional dengan cara perebusan bahan segar yang
dilakukan dalam pot tanah atau pot keramik. Wadah yang terbuat dari besi, aluminium atau kuningan sebaiknya tidak digunakan, dikarenakan bahan tersebut
dapat menimbulkan endapan, terbentuknya racun atau menimbulkan efek samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat Thomas, 1992.
Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah ceremai Phyllanthus acidus L. Skeels, famili Euphorbiaceae yang dikenal dengan nama
ceremoi Aceh, creme Batak dan camin-camin Minangkabau Heyne, 1987. Tumbuhan ceremai mempunyai banyak khasiat diantaranya daun ceremai
berkhasiat untuk obat batuk berdahak dan sariawan, kulit akar untuk obat asma
dan sakit kulit dan biji untuk obat sembelit Muhadi, et al., 2006.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat
ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia. Salah satu penyebab terjadinya penyakit infeksi adalah oleh bakteri Gibson, 1996.
Escherichia coli adalah salah satu penyebab terjadinya diare, bakteri ini pun dapat mengakibatkan infeksi pada sistem saluran kemih.
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab peradangan, nekrosis dan pembentukan
abses pada jerawat dan bisul serta menyebabkan berbagai infeksi lain yaitu keracunan makanan Jawetz, et al., 2005. Kedua bakteri ini merupakan flora
normal pada tubuh manusia yang sebenarnya tidak bersifat patogen namun menjadi patogen karena terjadi perubahan pada fisiologi normal tubuh Pratiwi,
2008. Ceremai mengandung senyawa tanin, flavonoida, glikosida dan saponin
Dalimartha, 1999. Hasil penelitian Jagessar 2008 menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ceremai memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Aktivitas antibakteri tersebut dikarenakan pada ekstrak
etanol daun ceremai mengandung senyawa polifenol seperti tanin dan flavonoida. Senyawa tanin dan flavonoida merupakan senyawa metabolit sekunder pada
tumbuhan yang bersifat sebagai antibakteri Robinson, 1995; Harbone, 1987; Cowan, 1999, antibakteri dan anti jamur Jagessar, et al., 2008.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
ceremai terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Per umusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah
penelitian adalah: 1.
apakah karakteristik simplisia daun ceremai yang diteliti memenuhi persyaratan menurut literatur MMI?
2. apakah golongan senyawa kimia yang terdapat pada daun segar, simplisia dan
ekstrak etanol daun ceremai? 3.
apakah ekstrak etanol daun ceremai mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus?
I.3 Kerangka Pikir Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Daun Ceremai
Serbuk Simplisia
Ekstrak etanol daun ceremai
Uji aktivitas antibakteri terhadap
Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus Maserasi
Diameter hambat masing-masing
bakteri Alkaloida
Flavanoida Saponin
Tanin Glikosida
Glikosida Antrakinon Steroidatriterpenoida
Karakterisasi simplisia
Skrining Fitokimia
Mikroskopik PK. Air
PK. Sari Larut Dalam Air PK. Sari Larut Dalam Etanol
PK. Abu Total PK. Abu Yang Tidak Larut
dalam Asam Makroskopik
Mikroskopik Organoleptis
Universitas Sumatera Utara
1.4 Hipotesis