hipertonik dengan kadar garam yang tinggi, contohnya Halobacterium halobium Gamman, 1992.
2.4 Ster ilisasi Steril merupakan keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang
menimbulkan penyakit maupun tidak menimbulkan penyakit, sedangkan sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda menjadi steril
Syamsuni, 2006. Peralatan yang dipergunakan dalam uji antibakteri harus dalam keadaan steril,
artinya pada peralatan tersebut tidak didapatkan bakteri, baik yang akan merusak media dan proses yang sedang berlangssung.
Steril didapatkan melalui sterilisasi, cara sterilisasi yang umum dilakukan antara lain :
a. Sterilisasi secara fisik, misalnya dengan pemanasan penggunaan sinar
gelombang pendek seperti sinar X, sinar gama dan sinar ultra violet. b.
Sterilisasi secara kimiawi, dengan menggunakan desinfektan dan larutan alkohol Suriawira, 2005.
2.4.1 Sterilisasi dengan pemanasan secara kering
Pemanasan secara kering menggunakan alat yang dinamakan dengan oven, yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer dan
lubang tempat keluar masuknya udara, dan dipanaskan dengan gas atau listrik Depkes, 1979. Selain dengan oven, sterilisasi dengan pemanasan secara kering
bisa dilakukan dengan pemijaran. Pemijaran dilakukan dengan memakai api gas dengan nyala api tidak berwarna atau api dari lampu spiritus. Cara ini sangat
Universitas Sumatera Utara
sederhana, cepat dan menjamin sterilisasi bahan atau alat yang disterilkan, tetapi penggunaannya terbatas hanya untuk beberapa alat atau bahan saja. Biasanya alat-
alat yang disterilkan dengan pemijaran ini antara lain benda - benda logam pinset, penjepit krus, tabung reaksi, mulut wadah seperti erlemeyer, botol dan lainnya.
Sedangkan mortar dan stamfer disiram dengan alkohol kemudian dibakar Syamsuni, 2006.
2.4.2 Sterilisasi dengan pemanasan secara basah
Sterilisasi dengan pemanasan secara basah menggunakan temperatur di atas 100°C dilakukan dengan uap yaitu menggunakan autoklaf. Prinsip autoklaf adalah
terjadinya koagulasi protein yang cepat dalam keadaan basah dibandingkan keadaan kering. Siklus sterilisasi dengan pemanasan secara basah meliputi tahap
pemanasan, tahap sterilisasi dan tahap pendinginan Pratiwi, 2008.
2.5 Uji Aktivitas Antibakter i Pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
difusi dan dilusi Pratiwi, 2008. 2.5.1 Car a difusi
Sebagai pencadang dapat digunakan cakram kertas, silinder gelas, porselen, logam strip plastik dan pencetak lubang
punch hole.
a Cara tuang
Media agar yang telah diinokulasikan dengan suspensi bakteri uji dituangkan ke dalam cawan petri, dan dibiarkan memadat. Ke dalam cakram yang digunakan
di teteskan zat antibakteri, kemudian diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18 -24
Universitas Sumatera Utara
jam. Daerah bening yang terdapat di sekeliling cakram kertas atau silinder menunjukkan hambatan pertumbuhan bakteri, diamati dan diukur.
b Cara sebar
Media agar dituangkan ke dalam cawan petri kemudian dibiarkan memadat. Lalu disebarkan suspensi bakteri uji. Media dilubangi dengan alat pencetak lubang
punch hole, ke dalamnya diteteskan zat antibakteri, didiamkan, diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Zona hambat diukur yaitu daerah bening
disekitar lubang dengan menggunakan jangka sorong. 2.5.2 Car a dilusi
Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri
uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan
penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja Jawetz, dkk., 2005.
2.6 Mekanisme Ker ja Antibakter i Berbagai faktor yang mempengaruhi penghambatan mikroorganisme
mencakup kepadatan populasi mikroorganisme, kepekaan terhadap bahan antimikroba, volume bahan yang disterilkan, lamanya bahan antimikroba
diaplikasikan pada mikroorganime, konsentrasi bahan antimikroba, suhu dan kandungan bahan organik Lay, 1994. Semua substansi yang diketahui memiliki
kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme disebut sebagai antibiotik. Antibiotik berdasarkan spektrum atau
kisaran kerja dapat diklasifikasikan menjadi antibiotik berspektrum sempit
Universitas Sumatera Utara
narrow spectrum yang hanya mampu menghambat atau membunuh segolongan jenis bakteri saja dan antibiotik berspektrum luas
broad spectrum yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram
negatif. Berdasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibedakan menjadi lima, yaitu antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel, perusakan
membran plasma, penghambatan sintesis protein, penghambatan sintesis asam nukleat dan penghambatan sintesis metabolit esensial Pratiwi, 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi penyiapan alat, bahan dan pereaksi, pengambilan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, pembuatan
simplisia, karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak etanol daun ceremai, skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri secara
in vitro terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar.
3.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, neraca
kasar Ohaus, mikroskop, blender National, cawan porselin berdasar rata, oven listrik Fisher, krus tang, desikator, neraca listrik Vibra AJ, seperangkat alat
destilasi penetapan kadar air, rotary evaporator Haake D, freeze dryer
Modulio, penangas air Yenaco, autoklaf Fisons, inkubator Memmert, lemari pendingin Uchida,
Laminar Air Flow Cabinet Astec HLF 1200L, jarum ose, pipet mikro Eppendorf, pencadang logam, jangka sorong dan
spektrofotometer visible Dynamic.
3.2 Bahan-bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun ceremai
Phyllanthus acidus L. Skeels. Bahan kimia yang digunakan jika tidak disebutkan adalah berkualitas pro analisa yaitu: asam klorida pekat, asam nitrat
pekat, asam sulfat pekat, asam asetat anhidrida, amil alkohol, α-naftol, besi III klorida, bismuth nitrat, biakan bakteri
Escherichia coli ATCC 10536 dan
Universitas Sumatera Utara
Staphylococcus aureus ATCC 29737 sumber laboratorium Mikrobiologi Farmasi USU, etanol 96, iodium, isopropanol, kalium iodida, kloralhidrat, klorofom,
metanol, merkuri II klorida, Muller Hinton Agar Difco, Nutrient Broth Difco, Nutrient Agar Oxoid, serbuk magnesium, timbal II asetat dan toluena.
3.3 Penyiapan Sampel Penyiapan sampel meliputi pengambilan bahan tumbuhan, identifikasi
tumbuhan, pembuatan dan karakterisasi simplisia dan pembuatan ekstrak etanol daun ceremai.
3.3.1 Pengambilan bahan tumbuhan Pengambilan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah daun ceremai yang diambil dari jalan Sei Batu Gingging
Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara. 3.3.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani,
Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor. 3.3.3 Pembuatan simplisia
Bagian yang digunakan adalah daun ceremai. Daun dibersihkan dari kotoran yang melekat, dicuci dengan air bersih, ditiriskan, kemudian dikeringkan di lemari
pengering hingga kering. Daun telah kering apabila sudah rapuh bila diremas menjadi hancur kemudian diserbuk dengan menggunakan blender, serbuk
simplisia disimpan dalam wadah plastik tertutup rapat.
Universitas Sumatera Utara
3.3.4 Kar akter isasi simplisia Pemeriksaan karakterisasi simplisia seperti penetapan kadar air dilakukan
menurut prosedur World Health Organization 1992; pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol,
penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan menurut prosedur Depkes RI 1995.
3.3.4.1 Pemer iksaan makr oskopik Pemeriksaan makroskopik terhadap simplisia daun ceremai meliputi
pemeriksaan bentuk, bau, warna dan rasa dan juga dilakukan pemeriksaan makroskopik terhadap daun ceremai segar.
3.3.4.2 Pemer iksaan mikr oskopik Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap irisan melintang dan membujur
daun Ceremai segar untuk melihat susunan anatomis dari daun Ceremai. Caranya: Dibuat irisan melintang dan membujur dari daun Ceremai kemudian diletakkan di
atas objek gelas lalu ditetesi larutan kloralhidrat, dipanaskan dengan lampu spiritus, dicuci dengan air, ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah
mikroskop. Pemeriksaan mikroskopik juga dilakukan terhadap serbuk simplisia daun
Ceremai untuk melihat fragmen – fragmen pengenal dari simplisia tersebut. Caranya: Sejumlah serbuk simplisia diletakkan merata di atas objek gelas yang
telah ditetesi larutan kloralhidrat, ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop.
Universitas Sumatera Utara
3.3.4.3 Penetapan kadar air Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas
bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluen dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian
0,05 ml. Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 gram serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah
toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4
tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima
dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca
sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen.
3.3.4.4 Penetapan kadar sar i yang lar ut dalam air Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimasukkan dalam labu bersumbat,
dimaserasi dengan 100 ml air kloroform P 2,5 ml kloroform dalam 1000 ml air selama 24 jam, sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian
dibiarkan selama 18 jam. Disaring, sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, sisanya dipanaskan pada
suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan udara.
Universitas Sumatera Utara
3.3.4.5 Penetapan kadar sar i yang lar ut dalam etanol Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimasukkan dalam labu bersumbat,
dimaserasi dengan 100 ml etanol 95 selama 24 jam, sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring, sejumlah
20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, sisanya dipanaskan pada suhu 105
o
3.3.4.6 Penetapan kadar abu total C sampai bobot tetap. Hitung
kadar dalam persen sari yang larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan udara.
Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijar pada suhu 600
o
3.3.4.7 Penetapan kadar abu yang tidak lar ut dalam asam C sampai arang habis. Selanjutnya
didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida 2 N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu dan dicuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijar pada suhu 600
o
3.3.5 Pembuatan ekstr ak etanol daun cer emai C sampai bobot tetap,
kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan.
Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut etanol 80. Masukkan 10 bagian simplisia ke dalam wadah berwarna gelap, tuang 75
Universitas Sumatera Utara
bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring
Depkes,1979. Maserat diuapkan dengan rotary evaporator pada temperatur
±40
o
C sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian dipekatkan dengan freeze
dryer. Bagan pembuatan ekstrak etanol daun ceremai dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 56.
3.4 Pembuatan Lar utan Per eaksi Pembuatan larutan pereaksi asam klorida 2 N, larutan asam sulfat 2 N,
pereaksi Bouchardat, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff, Kloralhidrat, pereaksi Molisch, larutan timbal II asetat 0,4 M menurut Depkes RI 1995;
larutan besi III klorida 1 menurut Merck 1978; pereaksi Liebermann- Burchard menurut Wagner,
et al. 1984. 3.4.1 Per eaksi Mayer
Sebanyak 5 g kalium iodida dalam 10 ml air suling kemudian ditambahkan larutan 1,36 g merkuri II klorida dalam 60 ml air suling. Larutan dikocok dan
ditambahkan air suling hingga 100 ml. 3.4.2 Per eaksi Dr agendor ff
Sebanyak 8 g bismuth nitrat dilarutkan dalam asam nitrat 20 ml kemudian dicampur dengan larutan kalium iodida sebanyak 27,2 g dalam 50 ml air suling.
Campuran didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml.
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Per eaksi Bouchar dat Sebanyak 4 g kalium iodida dilarutkan dalam 20 ml air suling kemudian
ditambah 2 g iodium sambil diaduk sampai larut, lalu ditambah air suling hingga 100 ml.
3.4.4 Per eaksi Molish Sebanyak 3 g α-naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N secukupnya hingga
diperoleh larutan 100 ml. 3.4.5 Per eaksi Lieber mann-Bur char d
Sebanyak 5 ml asam asetat anhidrida dicampurkan dengan 5 ml asam sulfat pekat kemudian ditambahkan etanol hingga volume 50 ml.
3.4.6 Lar utan Besi III klor ida 1 Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan sedikit demi sedikit dalam asam
klorida 0,5 N dan volume dicukupkan hingga volume 100 ml. 3.4.7 Lar utan Timbal II asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal II asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air hingga 100 ml.
3.4.8 Lar utan Asam klor ida 2 N Sebanyak 16,67 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga
volume 100 ml. 3.4.9 Lar utan Kloralhidr at
Sebanyak 50 g kloralhidrat dilarutkan dalam 20 ml air suling. 3.4. 10 Lar utan Asam Sulfat 2 N
Sebanyak 5,4 ml asam sulfat pekat diencerkan dalam air suling hingga volume 100 ml.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Skr ining Fitokimia Skrining fitokimia dilakukan terhadap daun ceremai segar, simplisia daun
ceremai dan ekstrak etanol daun ceremai meliputi pemeriksaan senyawa kimia golongan alkaloid, glikosida, saponin Depkes RI, 1995; tanin, flavonoida,
triterpenoid dan steroid Farnsworth, 1966. 3.5.1 Pemer iksaan ster oidatr iter penoida
Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam,
disaring, filtrat diuapkan dan sisanya ditambahkan pereaksi Liebermann- Burchard. Jika terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu
atau biru hijauan menunjukkan adanya triterpenoidsteroid bebas. 3.5.2 Pemer iksaan alkaloida
Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit,
dinginkan lalu disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut: a.
Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer b.
Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c.
Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff Alkaloida dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau
tiga dari percobaan di atas. 3.5.3 Pemer iksaan glikosida
Sampel ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 dan 3 bagian volume air suling. Direfluks selama 30
menit, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, lalu didiamkan selama 5 menit
Universitas Sumatera Utara
dan disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran 3 bagian kloroform dan 2 isopropanol dilakukan berulang sebanyak tiga kali. Kumpulan sari air diuapkan
pada temperatur tidak lebih dari 50
o
3.5.4 Pemer iksaan flavonoida C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol.
Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut, yaitu 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, diuapkan di penangas air. Sisa dilarutkan
dalam 2 ml air suling dan 5 tetes pereaksi Molish. Kemudian secara perlahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Glikosida positif jika terbentuk cincin ungu.
Sebanyak 10 g sampel kemudian ditambahkan 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh
kemudian diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi
warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol. 3.5.5 Pemer iksaan tanin
Sebanyak 1 g sampel dididihkan selama 3 menit dalam 10 ml air suling lalu didinginkan dan disaring. Filtrat diencerkan sampai hampir tidak berwarna, lalu
ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi III klorida 1 bv, jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.
3.5.6 Pemer iksaan saponin Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm.
Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin.
Universitas Sumatera Utara
3.6 Uji Aktivitas Antibakter i 3.6.1 Ster ilisasi alat
Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat- alat gelas disterilkan di dalam oven pada suhu 170
o
disterilkan di autoklaf pada suhu 121 C selama 1 jam. Media
o
3.6.2 Pembuatan media C selama 15 menit dan kawat ose dan
pinset menggunakan api bunsen Lay, 1992.
3.6.2.1 Nutr ient Agar NA Komposisi:
Lab-Lemco Powder 1,0 g Yeast extract
2,0 g Peptone
5,0 g Sodium chloride
5,0 g Agar 15,0 g
Cara Pembuatan : Sebanyak 28 g nutrient agar NA ditimbang, disuspensikan ke dalam air
suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut sempurna. Lalu media dimasukkan dalam labu dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
Oxoid. 3.6.2.2 Muller Hinton Agar MHA
Komposisi: Beef, infusion from
300 g Bacto-Casamino Acids, Technical
17,5 g Starch
1,5 g Bacto-Agar
17,0 g pH = 7,4
Universitas Sumatera Utara
Cara pembuatan: Sebanyak 38 g MHA ditimbang, disuspensikan ke dalam air suling 1000 ml,
lalu dipanaskan sampai larut sempurna. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121
o
3.6.2.3 Nutr ient br oth C selama 15 menit Difco Laboratories, 1977.
Komposisi: Bacto-Beef extract
3 g Bacto-pepton
5 g Cara pembuatan:
Sebanyak 8 g NB ditimbang, disuspensikan ke dalam air suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut sempurna. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu
121
o
3.6.3 Pembuatan media agar mir ing C selama 15 menit Difco Laboratories, 1977.
Sepuluh ml media agar yang telah dimasak dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditutup dan di bungkus lalu disterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit
pada suhu 121
o
C pada tekanan 15 psi. Kemudian tabung yang berisi media agar diletakkan pada kemiringan 30-45
o
3.6.4 Pembiakan bakter i C. Diperhatikan bahwa agar tidak menyentuh
tutup tabung. Agar dibiarkan menjadi dingin dan keras Lay, 1992.
3.6.4.1 Pembuatan stok kultur bakter i Masing-masing sebanyak 1 ose dari biakan murni bakteri
Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus digoreskan dengan metode sinambung pada permukaan media agar miring, ditutup mulut tabung reaksi dengan kapas.
Diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37
o
C.
Universitas Sumatera Utara
3.4.6.2 Per siapan inokulum bakter i Stok kultur bakteri
Escherchia coli dan Staphylococcus aureus yang telah tumbuh diambil dengan jarum ose steril lalu disuspensikan kedalam tabung yang
berisi 10 ml media nutrient broth. Dinkubasi 1-2 jam. Kemudian diukur kekeruhan larutan dengan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 580
nm hingga diperoleh transmitan 25 konsentrasi 10
6
3.6.5 Pembuatan lar utan uji dengan ber bagai konsentr asi CFUml Ditjen POM,
1995.
Sebanyak 5 gram ekstrak kental ditimbang seksama dengan neraca analitik, dilarutkan dalam 5 ml DMSO dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml.
Tambahkan DMSO hingga garis tanda dan diperoleh konsentrasi ekstrak 500 mgml. Selanjutnya larutan tersebut diencerkan kembali dengan penambahan
DMSO hingga didapat konsentrasi 400, 300 , 200, 100, 90, 80, 70 dan 60 mgml. 3.6.6 Uji aktivitas antibakter i
Sebanyak 0,1 ml suspensi bakteri konsentrasi 10
6
CFUml transmitan 25 dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambahkan 20 ml media MHA cair
45-50
o
C, lalu dihomogenkan dan didiamkan hingga media memadat. Selanjutnya di atas permukaan media diletakkan pencadang logam dengan
menggunakan pinset steril. Sebanyak 0,1 ml larutan ekstrak diteteskan pada pencadang logam. Sebagai kontrol diteteskan 0,1 ml DMSO. Ditutup cawan petri
dan dibungkus. Didiamkan selama 10-15 menit kemudian diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 18-24 jam. Setelah itu diukur diameter hambat pertumbuhan bakteri pada area bening di sekitar pencadang logam dengan menggunakan jangka
sorong. Dilakukan 3 kali pengulangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di
Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LIPI Bogor menyatakan bahwa tumbuhan yang diidentifikasi adalah tumbuhan ceremai
Phyllanthus acidus L. Skeels dari famili Euphorbiaceae. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 44.
4.2 Kar akter isasi Simplisia 4.2.1 Pemer iksaan makr oskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik terhadap simplisia daun ceremai yaitu panjang 2-8 cm, lebar 1,5-3 cm, warna hijau tua kecoklatan dan tidak berasa.
Hasil pemeriksaan makroskopik dari daun ceremai segar yaitu daunnya merupakan daun majemuk. Helaian daun berbentuk bundar telur, ujung runcing,
pangkal daun tumpul sampai bundar, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin tidak berambut, panjang 2-9 cm, lebar 1,5-4 cm, warna hijau muda. Berbau
khas aromatik, tidak berasa. Gambar daun ceremai segar, simplisia dan serbuk simplisia daun ceremai dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 46-47.
4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik