2.1.3 Habitat Tumbuhan ceremai tumbuh dengan baik di daerah tropis pada ketinggian
rendah hingga menengah 0-1000 m diatas permukaan laut di tempat dengan musim kering pendek atau berkepanjangan. Tumbuhan ceremai dapat tumbuh di
berbagai jenis tanah termasuk tanah yang sangat berpasir Orwa, et al., 1999. 2.1.4 Mor fologi
Tumbuhan ceremai merupakan pohon kecil dengan tinggi ± 10 m. Batang tegak, bulat, berkayu, mudah patah, kasar dan berwarna coklat muda. Percabangan
merupakan percabangan monopodial. Helai daun lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan halus, panjang 2-9 cm, lebar
1,5-4 cm, dan berwarna hijau muda. Daun merupakan daun majemuk. Bunga merupakan bunga majemuk, bulat, tangkai silindris, panjang ± 1 cm, kelopak
berbentuk bintang, dan mahkota berwarna merah muda. Buah bulat, permukaaan berlekuk, berwarna kuning keputih-putihan. Biji bulat pipih dan berwarna coklat
muda. Akar merupakan akar tunggang dan berwarna coklat muda Hutapea, 1994.
2.1.5 Kandungan kimia Daun, kulit batang, dan kayu mengandung saponin, flavonoida dan tanin.
Akar mengandung saponin, asam galus, zat samak dan zat beracun. Buah mengandung vitamin C Dalimartha, 1999.
a. Saponin
Saponin adalah glikosida triterpenoida dan sterol. Senyawa golongan ini banyak terdapat pada tumbuhan tinggi, merupakan senyawa dengan rasa yang
pahit dan mampu membentuk larutan koloidal dalam air serta menghasilkan busa
Universitas Sumatera Utara
jika dikocok dalam air. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan, bersifat seperti sabun dan dapat di uji berdasarkan kemampuannya membentuk busa.
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya
saponin Harbone, 1987. Senyawa ini dapat mengiritasi membran mukosa dan pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan hemolisa sel darah merah. Saponin
dapat menurunkan tegangan permukaan dari larutan berair sehingga dalam bidang farmasi digunakan sebagai penstabil sediaan suspensi Tyler, 1976.
b. Tanin
Tanin didefinisikan sebagai makromolekul senyawa fenolik yang larut dalam air yang mempunyai sifat khusus yaitu kemampuannya mengendapkan alkaloid,
gelatin dan protein lainnya. Metabolit sekunder ini dibagi menjadi 2 kelompok utama yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi Khanbabaee, et al., 2001
Penyebarannya hampir pada semua tumbuhan dan biasanya terdapat pada bagian daun, buah, akar serta batang. Tanin dan senyawa turunannya bekerja
dengan jalan menciutkan selaput lendir pada saluran pencernaan dan di bagian kulit yang luka. Pada perawatan untuk luka bakar, tanin dapat mempercepat
pembentukan jaringan yang baru sekaligus dapat melindunginya dari infeksi atau sebagai antiseptik Tyler, 1976.
Menurut batasannya tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam industri, tanin mampu
mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein. Tanin dapat diidentifikasi dengan
Universitas Sumatera Utara
cara penambahan pereaksi ferri klorida, menghasilkan warna hijau kehitaman atau biru kehitaman Harborne, 1987.
c. Flavonoida
Flavonoida merupakan salah satu golongan fenol alam yang mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C
6
-C
3
-C
6
Umumnya senyawa flavonoida dalam tumbuhan terikat dengan gula disebut sebagai glikosida dan aglikon flavonoida yang berbeda-beda mungkin saja
terdapat pada satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Oleh karena itu dalam menganalisis flavonoida biasanya lebih baik memeriksa aglikon
yang telah dihidrolisis dibandingkan dalam bentuk glikosida dengan kerumitan strukturnya. Flavonoida berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan inflamasi
Harbone, 1987. yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat
atau tidak dapat membentuk cincin ketiga pada umumnya tersebar luas pada tumbuhan hijau Markham, 1988.
d. Glikosida