1. Pendampingan Pastoral 1. 1. Pengertian Pendampingan Pastoral

11 BAB II TEORI PENDAMPINGAN PASTORAL, KEDUKAAN, RITUAL KEAGAMAAN Setiap manusia pasti mengalami kematian, hal ini karena kematian merupakan bagian dari hidup manusia yang tidak bisa dihindari. Walaupun setiap orang pasti akan mengalaminya, seperti kematian yang terjadi pada dirinya sendiri maupun yang terjadi pada orang lain, kematian tetap merupakan perpisahan terakhir yang menyedihkan. Hal ini dikarenakan kematian memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan manusia dan agama. Setiap budaya di Indonesia memiliki pemahaman dan respon tersendiri mengenai makna kematian yang tertuang dalam ritual kematian yang dilakukan. Setelah seseorang mengalami kematian orang yang dikasihi, maka respon selanjutnya adalah ia merasa kehilangan dan setelahnya ia akan mengalami kedukaan. Pada masa itulah seseorang harus didampingi selama masa berduka sehingga tidak menimbulkan berbagai persoalan mental, psikologis, dan sosial yang lebih serius. 17 Oleh karena itu perlu dilakukan pendampingan pastoral agar orang yang mengalami penderitaannya secara utuh dan penuh dan merasakan kelima fungsi pendampingan pastoral yaitu penyembuhan, pendampingan, bimbingan, perdamaian, serta pemberdayaan. Pada bab ini akan dipaparkan tentang teori yang digunakan penulis, seperti 1 Pendampingan Pastoral, 2 Kedukaan dan 3 Ritual Keagamaan. 2. 1. Pendampingan Pastoral 2. 1. 1. Pengertian Pendampingan Pastoral Pendampingan berasal dari kata caring bahasa inggris, yang berasal dari kata kerja to care yang berarti merawat, mengasuh, memelihara, mengurus, memperhatikan, 17 Totok S.Wiryasaputra, Mengapa Berduka, Kreatif mengelola perasaan berduka, Yogyakarta: Kanisius, 2003, hal. 13-19 12 memedulikan. Dengan demikian caring dapat diartikan sebagai merawat, mengasuh, memelihara, dan mengurus sesuatu atau seseorang dengan penuh perhatian dan kepedulian. 18 Berbagai istilah digunakan untuk menggambarkan bagaimana manusia, dalam ajaran, ujaran, semangat, sikap, dan tindakan secara perorangan, pasangan, keluarga dan kelompok saling merawat, memedulikan, memperhatikan, mendengarkan, bagi rasa, bela rasa, menolong, mengubah, dan menumbuhkan, khususnya ketika sesama mengalami krisis. Hal ini secara umum disebut pendampingan. Menurut Wiryasaputra, pada dasarnya pendampingan tidak terbatas pada situasi krisis. Pendampingan caring adalah cara untuk memfasilitasi seseorang untuk merayakan sukacita dan penderitaannya 19 Pada hakikatnya, pendampingan adalah proses perjumpaan pertolongan antara pendamping dan orang yang didampingi. Perjumpaan itu bertujuan untuk menolong orang yang didampingi agar dapat menghayati keberadaannya dan mengalami pengalamannya secara penuh dan utuh, sehingga dapat menggunakan sumber-sumber yang tersedia untuk berubah, bertumbuh, dan berfungsi penuh secara fisik, mental, spiritial, dan sosial. Karena pendampingan merupakan perjumpaan, maka ada dinamika yang terus berkembang. Dinamika itu berubah dari waktu ke waktu. Ada banyak irama dan warna. Pendampingan merupakan proses perjumpaan yang dinamis. Dalam pendampingan terjadi interelasi dan interaksi antara pendamping dan orang yang didampingi. 20 Pendampingan merupakan sebuah perjumpaan dimana kedua belah pihak, pendamping dan yang didampingi secara sukarela bersedia untuk saling menjumpai dan dijumpai. Melalui proses pendampingan, orang yang didampingi diharapkan dapat menolong diri sendiri pada masa kini dan masa yang akan datang bila menghadapi hal yang sama atau 18 Ibid., hal.65 19 Bahan kuliah Sejarah Pastoral,Salatiga: 2011, oleh Totok S. Wiryasaputra 20 Totok S.Wiryasaputra, Mengapa Berduka, Kreatif mengelola perasaan berduka, Yogyakarta: Kanisius, 2003, hal. 57-58 13 berbeda. Bahkan, orang yang didampingi nantinya diharapkan mampu menolong orang lain di lingkungannya yang membutuhkan. 21 Dalam buku “ Pastoral Care in Historical Perspective” dikatakan bahwa pelayanan Kristen yang berupa pemeliharaan jiwa Cure of Soul disebut juga pendampingan pastoral. Pendampingan pastoral telah banyak dilakukan terhadap situasi kehidupan manusia, yang bertujuan untuk meringankan atau menolong kebingungan yang melanda manusia. Pendampingan pastoral atau pemeliharaan jiwa kata yang dipakai pada masyarakat tradisional, terdiri dari tindakan-tindakan pertolongan yang dilakukan atas nama gereja, dan yang menjurus kepada penyembuhan, pendampingan, bimbingan, dan perdamaian orang- orang yang bermasalah, khususnya berhubungan dengan masalah-masalah yang paling pokok dan mendasar dalam kehidupan manusia. 22 Menurut penulis, pemakaian kata pendampingan pastoral dibandingkan kata pemeliharaan jiwa ataupun penggembalaan lebih cocok pada masa sekarang ini, karena lebih menggambarkan kesetaraan antara yang melayani dan yang dilayani, dan lebih menggambarkan tanggung jawab seluruh umat beriman dan bukan hanya pandeta selaku gembala terhadap umatnya. Kata pendampingan pastoral adalah gabungan dua kata yang mempunyai makna pelayanan, yaitu kata pendampingan dan kata pastoral. Istilah pendampingan berasal dari kata kerja “mendampingi”. Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena sesuatu sebab perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan mendampingi disebut “pendamping”. Antara yang didampingi dengan pendamping terjadi suatu interaksi sejajar dan atau relasi timbal balik. Pihak yang paling bertanggung jawab sejauh mungkin sesuai dengan kemampuan adalah pihak yang didampingi. Dengan demikian, istilah 21 Totok S.Wiryasaputra, Ready to Care, hal. 59 22 William A. Clebsch and Charles R. Jaekle, Pastoral Care in Historical Perspective, Englewood Cliffs, NJ.: Prentice-Hall,1964, hal. 1-10 14 pendampingan memiliki arti kegiatan kemitraan, bahu membahu, menemani, membagiberbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan. Istilah pastoral berasal dari kata pastor dalam Bahasa Latin atau dalam bahasa Yunani disebut poimen yang artinya gembala. Secara tradisional dalam kehidupan gerejawi hal ini merupakan tugas pendeta yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau dombaNya. Pengistilahan ini dihubungkan dengan diri Yesus Kristus dan karyaNya sebagai “Pastor Sejati atau Gembala Yang Baik”. Istilah pastor dalam konotasi praktisnya berarti merawat atau memelihara. 23 Dalam pendampingan pastoral ada hubungan timbal balik antara orang yang akan di tolong dan yang akan menolong sehingga timbul suatu relasi antar keduanya. Pendampingan dapat dilakukan oleh semua orang. Wiryasaputra mengatakan pendampingan tidak hanya melakukan tindakan penyembuhan, melainkan juga pencegahan, peningkatan, pemulihan, dan pemberdayaan. 24 Penulis menarik kesimpulan bahwa pendampingan merupakan hal yang luas yang dapat dilakukan oleh siapa saja tidak hanya orang yang beragama Kristen yang ingin melayani sesama secara lebih manusiawi. Pendampingan pastoral merupakan sesuatu yang lebih khusus lagi dari pendampingan. Hal ini dikarenakan pendampingan pastoral lebih bercirikan Kristen, seperti memakai referensi utama dalam mendampingi yaitu Alkitab. Penulis juga menyimpulkan pendampingan pastoral adalah proses pertolongan kepada sesama manusia secara utuh mencakup aspek fisik, mental, spiritual dan sosial yang bersifat pastoral yaitu menyembuhkan, menopang, membimbing, mendamaikan dan memberdayakan. Hal ini dihubungkan dengan diri Yesus Kristus yang memiliki sifat merawat dan memelihara manusia dengan baik sehingga pendampingan pastoral tidak hanya memiliki aspek antar sesama manusia tetapi juga antara manusia dan Tuhannya. 2. 1. 2. Pendampingan Dalam Masyarakat Tradisional

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pebale Rau Kattu Do Made: narasi tempat dan identitas kultural dalam ritual kematian orang Sabu Diaspora T1 752015025 BAB II

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pebale Rau Kattu Do Made: narasi tempat dan identitas kultural dalam ritual kematian orang Sabu Diaspora T1 752015025 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pebale Rau Kattu Do Made: narasi tempat dan identitas kultural dalam ritual kematian orang Sabu Diaspora

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pebale Rau Kattu Do Made: narasi tempat dan identitas kultural dalam ritual kematian orang Sabu Diaspora T2 752015025 BAB I

0 3 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu)

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu) T2 752010006 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu) T2 752010006 BAB IV

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu) T2 752010006 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu)

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju T2 752010016 BAB II

0 0 26