Kedukaan 1. Pengertian Kedukaan Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu) T2 752010006 BAB II

21 menolong orang lain yang sedang mengalami masalah. Jadi proses ini tidak berhenti pada diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. 2. 2. Kedukaan 2. 2. 1. Pengertian Kedukaan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online kedukaan diartikan sebagai kesusahan dan kesedihan yang berasal dari kata duka yaitu susah hati dan sedih hati. 35 Secara umum pengertian kedukaan merupakan reaksi terhadap suatu kehilangan atau kematiaan 36 Berikut ini adalah pandangan beberapa tokoh tentang arti kedukaan, yaitu : i. Abineno mengatakan bahwa kedukaan lebih dari pada penderitaan. Kedukaan bukan saja terbatas pada apa yang kita rasakan, kedukaan juga mencakup apa yang kita pikirkan, apa yang kita ingini atau kehendaki, serta apa yang kita lakukan atau kerjakan. 37 ii. Clinebell mengatakan bahwa kedukaan terkandung dalam segala perubahan, kehilangan dan transisi kehidupan yang penting, tidak hanya dalam kematian dari orang yang kita kasihi. 38 iii. Wright mengatakan bahwa kedukaan adalah penderitaan emosi yang kuat karena kehilangan, bencana atau ketidakberuntungan. Kedukaan diekspresikan dengan tangisan sebagai ungkapan perasaan kehilangan yang kuat. Muncul kinginan untuk menyendiri atau untuk membatasi hubungan dengan orang lain. 39 iv. Westberg menyebutkan bahwa kedukaan itu sebagai nafas kita. Kedukaan merupakan gerakan yang terjadi atau berlaku pada waktu yg bersamaan atau serentak, dimana ada 35 pusatbahasa.diknas.go.idkbbiindex.php 36 Tony Lake, Pergumulan di Kala Duka, Jakarta ; BPK Gunung Mulia, 1992, hal. 6 37 J.L. Ch. Abineno, Pelayanan Pastoral Kepada Orang Berduka, hal.1 38 Howard Clinenell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Orang yang didampinging Pastoral, hal.284 39 H. Norman Wright, A Practical Guide For Pastors, Counselors and Friends, California : Regal Books, 1993, hal. 153 22 kedukaan yang kecil ada juga kedukaan yang besar yang bia terjadi secara bersamaan. 40 v. Sullender mengatakan bahwa kedukaan sebagai reaksi emosi manusia terhadap kehilangan, baik itu kehilangan seseorang, tempat, bagian tubuh, benda atau objek, hubungan juga ide. 41 vi. Wiryasaputra menyimpulkan bahwa kedukaan selalu berkaitan secara langsung dengan kehilangan sesuatu atau seseorang yang diangap berharga atau bernilai. Kedukaan merupakan reaksi manusiawi untuk mempertahankan diri ketika kita sedang menghadapi peristiwa kehilangan. Sebenarnya kedukaan bukan hanya merupakan tanggapan seseorang secara kogntif dan emotif terhadap kehilangan, tetapi juga merupakan tanggapan seseorang secara holistik terhadap kehilangan atas sesuatu yang dianggap bernilai, berharga, atau penting. Tanggapan secara holistik berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia fisik, menta, spiritual, dan sosial. Kedukaan merupakan tanggapan holistik karena seseorang mengerahkan tanggapan holistik karena seseorang mengerahkan seluruh aspek keberadaannya sebagai satu kesatuan yang utuh untuk menghadapi sebuah peristiwa kehilangan yang terjadi. 42 vii. Penulis menyimpulkan bahwa kedukaan adalah suatu reaksi wajar yang dialami oleh setiap orang yang mengalami kehilangan, seperti orang yang dikasihi ataupun benda yang dianggap penting. Penulis melihat ini sebagai keadaan yang kritis dalam kehidupan manusia. Reaksi terhadap kedukaan tidak hanya dengan menangis tetapi juga dapat membuat orang yang berduka menyendiri dan bahkan tidak dapat menangis. Oleh karena itu, penulis melihat bahwa reaksi terhadap kedukaan akan berpengaruh dalam setiap aspek kehidupanya, sehingga kedukaan tidak hanya apa 40 Granger E. Westberg, Good Grief, Philadelphia : Fortress Press, 1971, hal.11-12 41 R. Scott Sullender, Grief and Growth : Pastoral Resources for Emotional and Spiritual Growth, New Jersey : Palist Press, 1985, hal.25 42 Totok S.Wiryasaputra, Mengapa Berduka, Kreatif mengelola perasaan berduka, Yogyakarta: Kanisius, 2003, hal.25 23 yang kita pikirkan, tetapi juga apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan serta apa yang kita akan kita lakukan. 2. 2. 2. Dua Sifat Utama Kedukaan

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pebale Rau Kattu Do Made: narasi tempat dan identitas kultural dalam ritual kematian orang Sabu Diaspora T1 752015025 BAB II

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pebale Rau Kattu Do Made: narasi tempat dan identitas kultural dalam ritual kematian orang Sabu Diaspora T1 752015025 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pebale Rau Kattu Do Made: narasi tempat dan identitas kultural dalam ritual kematian orang Sabu Diaspora

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pebale Rau Kattu Do Made: narasi tempat dan identitas kultural dalam ritual kematian orang Sabu Diaspora T2 752015025 BAB I

0 3 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu)

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu) T2 752010006 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu) T2 752010006 BAB IV

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu) T2 752010006 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Kematian Suku Sabu (Kajian Pastoral terhadap Ritual Kematian Bagi Orang Sabu)

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju T2 752010016 BAB II

0 0 26