16
tokoh yang secara kultural dan religius dipandang mempunyai kedudukan istimewa, misalnya orang yang diyakini memiliki kemampuan khusus, misalnya berhubungan dengan dunia gaib
dunia roh nenek moyang.
28
Dalam kehidupan masyarakat tradisional, pendidikan dan pelatihan formal, dengan kaidah ilmiah tentu tidak perlu. Biasanya, kemampuan memedulikan dan mendampingi orang
yang mengalami krisis diyakini sebagai bakat sejak lahir, anugerah gaib dunia atas atau mukjizat. Kepedulian dan pendampingan merupakan hasil proses kultural dan diperoleh dari
pengalaman. Pengakuan masyarakat juga muncul secara kultural dan alamiah. Dengan kata lain, dalam masyarakat tradisional, hubungan antara orang yang ditolong dan yang menolong
berdasar pada kepercayaan.
29
2. 1. 3. Manusia a
Manusia sebagai Makhluk Holistik
Orang yang didampingi adalah makhluk holistik yang sedang mengalami krisis. Ini berarti bahwa orang yang didampingi pertama-tama harus dilihat dalam persepektif kesatuan
dan keseluruhan sebelum melihat aspek-aspeknya yang lebih rinci. Pendamping juga merupakan makhluk holistik. Kata holistik berasal dari
kata sifat wholistic dalam bahasa Inggris. Kata holistik berasal dari kata benda whole yang berarti keseluruhan, utuh, lengkap,
dan sempurna. Secara konkret, ketika menghadapi orang yang sedang mengalami krisis, kita harus melihatnya secara lengkap, utuh dalam keseluruhan sebagai manusia, dan bukan
sebagai kasus penyakit atau masalah tertentu. Orang dapat disebut sehat bukan hanya karena “tidak adanya penyakit tertentu”,
melainkan mampu hidup sehat secara utuh, fisik, mental, spiritual, dan sosial. Seseorang dikatakan sehat bila dia dapat hidup dan bertumbuh secara penuh, sempurna dalam seluruh
28
Ibid., hal. 22
29
Ibid., hal. 23
17
aspek kehidupannya. Begitu pula orang dikatakan hebat bila dia mampu berelasi dan berinteraksi secara dinamis, penuh, selaras, dan seimbang dengan dirinya, sesamanya, dan
Tuhannya. Dalam pandangan holistik, manusia tidak bisa direduksi menjadi kasus atau
penyakit tertentu. Fokus dan sasaran pelayanan tetap pada manusia. Yang kita tangani bukan penyakit atau persoalan, melainkan manusi dalam keutuhannya. Kemudian, manusia juga
tidak dapat dipersempit hanya ke dalam aspek tertentu secara parsialistik, misalnya hanya melihat aspek fisik tanpa memperhatikan aspek kehidupan yang lain juga seperti mental,
spritual, dan sosial. Aspek hidup manusia, dapat digolongkan ke dalam empat aspek utama, yakni fisik,
mental, spiritual dan sosial. i.
Aspek Fisik Aspek ini berkaitan dengan bagian yang tampak dari hidup kita. Aspek ini
terutama mengacu pada hubungan manusia dengan bagian luar dirinya. Dengan aspek fisik ini manusia dapat dilihat, diraba, disentuh, dan diukur.
ii. Aspek Mental
Aspek ini berkaitan dengan pikiran, emosi, dan kepribadian manusia. Aspek ini juga berkaitan dengan cipta, rasa, karsa, motivasi, dan integrasi diri
manusia. Selanjutnya, aspek mental mengacu pada hubungan seseorang dengan bagian dalam dirinya batin, jiwa. Sesungguhnya aspek ini tidak
tampak, sehingga tidak dapat diraba, disentuh, dan diukur. Aspek mental memampukan manusia berhubungan dengan diri sendiri dan lingkungannya
secara utuh, memberadakan, membuat jarak distansi, membedakan diri, dan bahkan dengan diri sendiri.
iii. Aspek Spiritual
18
Aspek ini berhubungan dengan jati diri manusia. Manusia secara khusus dapat berhubungan dengan sang Pencipta sejati, Allah. Aspek ini mengacu pada
hubungan manusia
dengan sesuatu
yang berada
jauh di
luar jangkauannya.Inilah aspek vertikal dari kehidupan manusia. Aspek ini juga
tidak tampak. Dalam hal ini manusia bergaul dengan sesuatu yang agung, yang berada di luar dirinya, dan mengatasi kehidupannya. Aspek ini
memungkinkan manusia berhubungan dengan dunia lain, misalnya dunia gaib. iv.
Aspek Sosial Aspek ini berkaitan dengan keberadaan manusia yang idak mungkin berdiri
sendiri. Manusia harus dilihat dalam hubungan dengan pihak luar secara horizontal, yakni dunia sekelilingnya. Manusia selalu hidup dalam sebuah
interelasi dan interaksi yang berkesinambungan. Manusia tidak dapat tumbuh tanpa relasi dan interaksi. Aspek ini memampukan manusia tidak hanya
berelasi dan berinteraksi dengan sesama manusia, melainkan juga dengan makhluk ciptaan lain : udara, air, tanah, tumbuhan, binatang, dan sebagainya.
Seluruh aspek hidup manusia saling berkaitan dan mempengaruhi secara sistematik dan sinergik membentuk eksistensi manusia sebagai keutuhan yang bertumbuh mencapai
kepenuhannya. Kita dapat membedakan satu aspek dari aspek yang lain, namun pada dasarnya kita tidak dapat memisahkannya, karena keempat aspek tersebut saling berkaitan
dan mempengaruhi.
30
b Manusia sebagai Makhluk Keperjumpaan
Pandangan ini merupakan konsekuensi logis dari pandangan tentang manusia holistik. Hal ini terutama mengacu pada aspek sosial keberadaan manusia. Pada dasarnya
30
Ibid., hal. 34-45
19
manusia selalu berada oleh, untuk dan dengan sesuatu atau orang lain. Manusia selalu sedang berelasi dan berinteraksi dengan dirinya sendiri internal dan dengan sesuatu yang berada di
luar dirinya eksternal, baik secara fisik, mental, spiritual, dan sosial. Hakikat dasar keberadaan manusia adalah bersama dengan sesuatu atau seseorang
yang lain, bahkan pada waktu orang sendirian pun, sebenarnya “tidak sendirian”. Sesungguhnya, manusia bertumbuh dalam proses menjumpai dan dijumpai. Tanpa
menjumpai dan dijumpai, manusia tidak akan bertumbuh. Melalui perjumpaan, orang selalu dalam proses menumbuhkan dan ditumbuhkan. Ia bertumbuh melalui proses memberi dan
diberi, melukai dan dilukai, dan memakai dan dipakai. Dengan kata lain, kita bertumbuh melalui proses perjumpaan.Tanpa proses perjumpaan, manusia sesungguhnya tidak pernah
akan bertumbuh. Pertumbuhan dicapai bila seseorang bersedia untukmemasuki dan dimasuki kehidupan yang lain. Pendampingan lahir sebagai akibat langsung dari hakikat perjumpaan
manusia. Pendampingan adalah miniatur perjumpaan sejati antarmanusia untuk saling menumbuhkan.
31
2. 1. 4. Fungsi Pendampingan