Zat Warna Alami Tinjauan Warna Tekstil

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, serat mendong merupakan tanaman rumput bagian dari serat alam yang sifatnya lentur, proses pembuatannya dilakukan dengan cara dianyam maupun ditenun, dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam produk kerajinan tekstil yang mempunyai ciri khas tertentu.

3. Tinjauan Warna Tekstil

Menurut Prawira 1989: 4, warna adalah salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur-unsur visual lainnya seperti: garis, bidang, bentuk, tekstur, nilai, dan ukuran. Warna merupakan kesenangan dan kenikmatan yang abadi, dan warna merupakan pertanda dari ciptaan-ciptaan yang baik. Dalam buku Seni dan Teknologi Kerajinan Batik, warna batik yaitu warna kesaktian dan warna tradisional, warna dalam seni rupa, serta warna dalam perkembangan mode. Dalam seni rupa, warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Menurut Soesanto 1980: 70, zat warna tekstil ada dua macam yaitu : a Zat warna alami; b Zat warna sintetis. Adapun penjelasannya tentang zat warna alami dan zat warna sintetis sebagai berikut.

a. Zat Warna Alami

Zat warna alami merupakan zat warna yang berasal dari alam atau bagian- bagian tumbuhan antara lain: akar, batang kayu, kulit bast, daun, bunga kuncup yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan- bahan yang digunakan untuk zat-zat warna alami, antara lain: nila atau indigo, rambutan, mangga, jengkol, alpukat, mengkudu, angsana, ketapang, tingi, secang, serta bixa. Beberapa zat warna tersebut diperjelaskan sebagai berikut. 1 Nila atau Indigo Nila atau indigo nila basah disebut juga nila Jawa atau tom, diambil dari daun tanaman perdu yang disebut indigofera, dan terdapat macam-macam jenis. Di dalam daun indigofera terdapat indigoside yaitu indigo atau benzopyrrol, dan jika direndam dalam air, indigoside itu bersama-sama enzym indimulsase larut dalam air, dan oleh pengaruh enzym itu dirubah menjadi indoxyl dan gula. Indoxyl adalah senyawa yang tidak berwarna, dan dalam larutan yang alkalis mudah teroxydeer menjadi indigo yang berwarna biru Soesanto, 1980: 71-72. 2 Rambutan Rambutan adalah tanaman yang dikenal dengan sebutan leci rambut ini merupakan tumbuhan asli Indonesia. Saat ini penyebaran sudah meluas ke daerah tropik lainnya. Rambutan tumbuh pada tempat terbuka mulai daerah dataran rendah, dan tinggi pohon bisa mencapai 25 m. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna adalah bagian kulit buah, daun dan kulit kayu Rini dkk, 2011: 14. 3 Mangga Tanaman mangga ini berasal dari India, Srilangka dan Indocina dan menyebar ke Yunan, Malaya hingga pulau Solomon. Sebaran spesies terbesar terdapat di Semenanjung Malaya, Sumatera dan Kalimantan. Tanaman ini berupa pohon, tinggi dapat mencapai 25 m dengan batang yang besar dan tajuk yang rindang. Bagian yang dimanfaatkan untuk bahan pewarna adalah kulit batangnya akan menghasilkan warna kuning sedangkan kulit kayu yang dipadukan dengan campuran nila akan memberikan warna hijau Rini dkk, 2011: 17. 4 Jengkol Asal tanaman jengkol tidak diketahui. Akan tetapi, tanaman ini tumbuh di Indonesia terutama Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera, Thailand dan Malaysia sejak lama. Tumbuh baik di daerah yang basah sampai sedang. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna adalah daunnya digunakan untuk memberikan warna hitam pengganti sumba. Bagian yang mengandung zat warna adalah kulit buah, kulit biji dan kulit batang Rini dkk, 2011: 18. 5 Alpukat Alpukat berasal dari daerah sekitar kawasan Chiapas-Guetemala dan Honduras. Akan tetapi bangsa Spanyol menemukan tanaman ini di Amerika Tengah. Saat ini, tanaman telah banyak dibudidayakan sehingga penyebarannya telah meluas ke seluruh dunia baik daerah tropik maupun sub tropik. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna adalah daun dan kulit kayu Rini dkk, 2011: 20. 6 Mengkudu Tanaman mengkudu merupakan tumbuhan asli Queensland. Saat ini, tanaman ini telah banyak dibudidayakan. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna adalah pepagan akar yang dikenal sebagai pewarna merah pada kain berkat adanya kandungan morindin Rini dkk, 2011: 23. 7 Angsana Angsana merupakan jenis pionir yang tumbuh baik di daerah terbuka. Tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, dari yang subur ke tanah berbatu. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna adalah daun dan kulit kayu Rini dkk, 2011: 24. 8 Ketapang Ketapang merupakan tumbuhan multiguna. Kayunya dapat dipakai untuk kontruksi rumah, bahan obat, bahkan sekarang banyak ditanam di pinggir jalan. Perawakannnya khas sekali menyerupai pagoda dengan tajuk yang terlihat bertingkat. Umumnya tumbuh alami di daerah pantai. Namun saat ini banyak dijumpai tumbuh pada daerah-daerah tropis. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna adalah daun dan kulit kayu Rini dkk, 2011: 27. 9 Tingi Tingi merupakan pohon yang batangnya berkayu dengan percabangan banyak dan tidak teratur. Bagian bawah batang terdapat banyak akar tunjang, daun majemuk menggerombol di ujung batang, bunga berwarna putih kecoklatan yang terdapat di ujung batang atau cabang. Di Indonesia ditemukan tumbuh di daerah pantai di Jawa Timur, Tengah, Barat, Sumba, Sulawesi Utara dan di Jawa umumnya terdapat di pantai-pantai sekitar CilacapSagara Anakan. Tanaman ini menyukai daerah terbuka, yang umumnya tumbuh baik pada drainase yang bagus di tepian hutan bakau. Pemanfaatan oleh masyarakat berupa pepagan dan getahnya digunakan sebagai pewarna, mengawetkan jala dan tikar, layar perahu dan menyamak kulit hewan. Kayunya untuk batu bara dan kayu bakar. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna adalah kulit kayu dan getahnya memberikan warna merah dan hitam Rini dkk, 2011: 28. 10 Secang Tanaman secang berasal dari Asia Tenggara, batang berkayu, terdapat duri pada percabangannya, buah berbentuk polong. Rebusan dari kayunya yang memberi warna merah gading banyak dimanfaatkan untuk pengecatan, bahan anyaman, pewarna makanan dan minuman serta tinta. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna adalah daun dan kulit kayu Rini dkk, 2011: 31. 11 Bixa Bixa merupakan tanaman asli Amerika yang pada awalnya diintroduksi bangsa Spanyol ke Filifina sampai akhirnya menyebar di kawasan Asia Tenggara. Daun berbentuk seperti jantung, bunga berwarna merah muda atau putih, buahnya pipih tertutupi rambut-rambut berwarna merah tua, sepintas mirip dengan dompolan buah rambutan. Umumnya masyarakat menanamnya sebagai tanaman perindang di taman kota ataupun pinggir jalan. Namun sebagian masyarakat menggunakannya untuk obat, pewarna kosmetik, kain dan makanan. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna adalah buahnya memberikan warna merah jingga yang akan menjadi kuning jika kainnya direndam di larutan encer asam tartarat, sedangkan bijinya menghasilkan warna merah jingga, terutama pada selaput di antara biji Rini dkk, 2011: 32. Proses untuk membuat warna atau sering disebut ekstrasi warna dari bahan alam pada dasarnya hampir sama. Menurut Herlina 2003: 8, cara melakukan ekstrasi bahan pewarna dari biji adalah dengan cara merebus biji sampai mendidih dan diberi soda abu. Setelah biji tersebut direbus, air rebusan di saring dengan penyaring kasa dan kain hingga menghasilkan air yang siap dipakai untuk mewarnai. Untuk ekstrasi bahan pewarna dari kayu, merebus secang, tingi, tegeran atau kayu yang lainnya selama 1 jam, memudian air rebusan tersebut disaring dengan penyaring yang sama hingga airnya siap dipakai untuk mewarnai. Sedangkan ekstrasi bahan pewarna dari daun, merebus dedaunan bisa daun jambu biji, daun rambutan, daun mangga, dan lain sebagainya sampai mendidih. Kemudian air yang sudah direbus tersebut disaring dan airnya siap dipakai untuk mewarnai. Menurut Herlina 2003: 4, pada proses pewarnaan tekstil ada beberapa tahap, antara lain. 1 Proses Pencelupan Pencelupan dilakukan dengan melalui beberapa tahap. Tahap pertama, adalah mempersiapkan alat serta bahan. Setelah semuanya sudah tersedia, kemudian melakukan perebusan air yang pada nantinya akan digunakan untuk mewarnai serat. Tahap kedua, setelah air mendidih kemudian memasukkan zat pewarna ke dalam air tersebut dan direbus sampai zat warna yang digunakan benar-benar meresap pada serat. Tahap ketiga, melakukan pengadukan serat secara berulang-ulang agar menghasilkan warna yang baik. 2 Proses Fiksasi Proses fiksasi atau sering disebut pengunci warna, merupakan proses pemantapan warna supaya hasil pewarnaan tidak luntur lagi. Selain itu, proses ini juga merupakan proses untuk menentukan arah warna. Bahan yang digunakan pada proses fiksasi ada tiga macam, yaitu tawas yang menghasilkan warna muda sesuai warna aslinya, kapur yaitu untuk membuat warna menjadi kecoklatan, dan tunjung untuk membuat warna agar lebih tua atau lebih hitam. Cara fiksasi adalah menyediakan bahan tawas sebanyak 50 gram untuk dilarutkan ke dalam 1 liter air, kemudian memasukkan larutan tawas tersebut ke dalam ember. Dengan cara yang sama, kapur dan tunjung dilarutkan pada ember lain. Setelah semua bahan fiksasi siap, kain yang sudah diwarna dan kainnya sudah kering, dimasukkan ke dalam larutan tawas atau kapur tunjung kurang lebih selama 7,5 menit, sedangkan untuk tunjung selama 3 menit agar proses fiksasi berhasil dengan baik. 3 Pencucian Proses pencucian ini dilakukan agar kain atau serat yang sudah diwarna bersih dari kotoran yang menempel pada kain atau serat tersebut. Setelah kain atau serat yang dicuci sudah benar-benar bersih, kemudian dijemur di tempat yang teduh sampai kering.

b. Zat Warna Sintetis