Gong F Bentuk Penyajian Tari Gandrung

b. Kerja Keras Selama kurang lebih 20 tahun Marsan bersama dengan teman-temannya berjuang bersama untuk memerdekakan Banyuwangi melalui kesenian. Semua itu dilakukan tanpa mengenal lelah. Semangat perjuangan untuk melihat kondisi masyarakat Banyuwangi yang lebih baik inilah yang menjadi alasan mengapa mereka berjuang sekuat tenaga bahkan rela mengorbankan jiwa dan raga. Pada siang hari mereka mengamen dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan bahan pangan. Sedangkan, malam hari mereka menggelar pertunjukan tari Gandrung. Hampir semua waktu yang mereka miliki digunakan untuk memikirkan nasib masyarakat Banyuwangi. c. Patriotisme Tanpa memperduliakn rasa malu Marsan bersma teman- temanya menyamar menjadi wanita dalam pertunjukan tari Gandrung yang mereka selenggarakan. Hal ini dilakukan Marsan untuk mengumpulkan semua informasi dan strategi yang sedang dibicarakan oleh pihak Belanda untuk menguasai Banyuwangi. Tidakan Marsan bersama teman-temannya tentu mengandung resiko yang besar bahkan dapat membahayakan nyawa mereka. Namun, demi memperoleh kehidupan yang layak dan kemerdekaan Banyuwangi hal itu mereka lakukan. Penyajian kesenian Gandrung diselenggarakan dari pukul 21:00- 04:00. Dalam menikmati penyajian tari Gandrung yang ditampilkan satu malam penuh ini penonton juga disuguhi dengan makanan dan minuman. Minuman yang disuguhkan untuk para penjajah tersebut adalah minuman keras seperti arak. Minuman keras ini merupakan salah satu taktik yang digunakan oleh kelompok Marsan agar para penjajah kehilangan kesadarannya pada saat menyaksikan kesenian Gandrung. Sebelum pementasan dimulai rombongan Marsan dan masyarakat Banyuwangi sudah menyusun siasat dan memantau para penjajah dari kejauhan. Selama pementasan berlangsung masyarakat Banyuwangi memantau dari jauhan untuk melihat reaksi para penjaja, untuk melakukan apa yang akan dilakukan kepada penjajah Belanda. Pada saat penjajah kehilangan kesadaran itulah digunakan oleh masyarakat Banyuwangi melakukan perlawanan terhadap penjajah dengan menyerbu dan menghabiskan para penjajah. Marsan menggunakan kode rahasia untuk memanggil masyarakat Banyuwangi dengan sebutan hewan yaitu: celeng, asu, babi dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan Marsan