critical review jurnal analisa pemilihan

(1)

CRITICAL REVIEW

Judul

:

Analisis Strategis Penentuan Lokasi Pabrik Pupuk NPK Untuk Menunjang Pengembangan Perkebunan Sawit di Kawasan Indonesia Timur

Penulis : Josua Decardo Siregar

Halaman

: 73 - 97

1. PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Sektor agroindustri dalam hal ini kelapa sawit, merupakan industri hilir atau

(downstream industry) pupuk NPK. Dengan berkembang pesatnya perkebnan

kelapa sawit, tentunya diharapkan akan bisa menyerap produk pupuk NPK

yang akan dan telah diproduksi Pupuk Kaltim. Makin luas perkebunan kelapa

sawit maka semakin luas pula pasar pupuk NPK yang dapat dipasarkan dan

dapat dijual dengan harga non-subsidi. Pengembangan agrbisnis kelapa sawit

ini berpotensi tinggi untuk disinergikan dengan pengembangan pupuk majemuk

NPK sehingga menambah value perusahaan.

Pengembangan agrobisnis kelapa sawit saat ini juga menjadi program

unggulan di wilayah Indonesia Timur, sebagai contoh pemerintah provinsi

Kalimantan Timur telah mencanangkan program Kebun Sawit Sejuta Hektar.

Sekitar 4.221.300 ha lahan berpotensi untuk dijadikan lahan kelapa sawit,

dengan begitu pasar pupuk non-subsidi akan terbuka luas. Terutama pupuk

NPK merupakan “makanan” yang sangat dibutuhkan bagi kelapa sawit itu

sendiri.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang industri pupuk nasional, PT

Pupuk Kaltim perlu menindak lanjuti peluang usaha di bidang pengembangan

pupuk NPK dengan melakukan pembangunan pabrik pupuk NPK khususnya

dalam strategi pemilihan lokasi pabrik yang tepat, agar perusahaan dapat

mengembangkan usaha secara optimal dan menambah added value

perusahaan.

Menentukan kriteria lokasi dan pusat distribusi merupakan salah

satu keputusan yang harus dipertimbangkan sebaik mungkin. Jika perusahaan

salah dalam mengambil keputusan, maka perusahaan akan menanggung

resiko berupa kerugian atau tidak tercapai sasaran dan tujuan yang diinginkan

oleh perusahaan.


(2)

1.2.

TUJUAN

Tujuan dari critical review ini adalah untuk merangkum dan mengevaluasi jurnal yang berjudul “Analisis Strategis Penentuan Lokasi Pabrik Pupuk NPK Untuk Menunjang Pengembangan Perkebunan Sawit di Kawasan Indonesia Timur”. Kemudian

melakukan perbandingan dengan jurnal lain yang membahas hal serupa, agar dapat memberikan tinjauan dan evaluasi mengenai keunggulan dan kelemahan untuk jurnal tersebut. Sehingga kedepannya baik pembaca ataupun peneliti dapat lebih memahami implikasi teori-teori lokasi terhadap fenomena lokasi dan keruangan yang terbentuk di dalam wilayah dan kota.

2. KAJIAN TEORI

Weber memiliki teori yang berkaitan dengan least cost location. Teori tersebut menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya ditempatkan di lokasi yang memiliki total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimal dan cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimal

Dalam teori lokasi industri, Alfred Weber mengemukakan enam teori sebagai berikut:

a) Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim, dan karakter penduduknya b) Sumber daya dan bahan baku mentah

c) Biaya transportasi, besarnya biaya transportasi dipengaruhi oleh massa bahanbaku yang diangkut dari lokasi asal bahan baku ke tempat mengolahnya d) Upah tenaga kerja

e) Adanya kompetisi antar industri

f) Manusia selalu berpikir rasional untuk pengembangan industri

Dalam jurnal ini membahas dua konsep dasar yaitu faktor pemeringkatan lokasi dan analisi pulang pokok (break even analysys)

A. Faktor pemeringkatan lokasi

Metode ini memberikan suatu landasan penentuan lokasi dengan cara memberikan bobot terhadap faktor yang perlu dipertimbangkan. Selain faktor-faktor kuantitatif seperti kapasitas, biaya, dan jarak dapat juga dianalisis faktor-faktor-faktor-faktor kualitatif seperti karakteristik atau penyikapan masyarakat. Akan tetapi faktor

kualitatif di kuantitaifkan untuk memudahkan penelitian.

Metode ini memiliki enam tahap yang pertama menentukan variabel,

kemudian mengembangkan skala setiap variabel, lalu menentukan skor setiap lokasi untuk setiap variabel dengan menggunakan skala yang dikembangkan pada tahap sebelumnya. Setelah itu mengalihkan skor dengan bobot setiap variabel dan menentukan jumlah total untuk setiap lokasi. Yang terakhir membuat rekomendasi


(3)

yang didasarkan pada skor laba maksimal, dengan mempertimbangkan hasil dari pendekatan kuantitaif.

B. Analisis pulang pokok (break even analysys)

Merupakan sebuah analisis biaya-volume produksi untuk membuat

perbandingan ekonomis alternative lokasi. Data yang diperlukan adalah biaya tetp maupun biaya variabel, sedangkan analisanya dapat dilakukan secara matematis maupun grafis. Akan tetapi pendekatan grafis memiliki kelebihan karena memberikan rentang jumlah volume dimana lokasi dapat dipilih.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis pulang pokok yang pertama adalah menentukan semua biaya yang berkaitan dengan alternatif lokasi yang dijadikan nominasi baik berupa biaya maupun biaya variabel. Kemudian dibuat dalam bentuk matematis ataupun grafis semua data biaya yang telah dikumpulkan. Yang terakhir pilih lokasi yang memiliki biaya total paling rendah untuk jumlah produksi yang diharapkan.

3. REVIEW JURNAL

3.1.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sesuai dengan tujuan yang dicapai, yaitu metode pemeringkatan lokasi dan analisis pulang pokok. Model pemecahan masalah menggunakan metode pemeringkatan faktor bertujuan untuk menentukan bobot dari setiap variabel sehingga bisa dijadikan salah satu pertimbangan pemilihan lokasi, serta mencari korelasi antara variabel satu dengan lainnya terhadap lokasi yang akan dipilih nantinya.

Sementara model analisis pulang pokok bertujuan untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan lokasi distribusi. Dengan mencari benefit atau lokasi yang paling menguntungkan dengan mempertimbangkan biaya dari semua variabel..

3.2.

Faktor-Faktor Penentu Lokasi

Faktor-faktor lokasi yang menjadi penentu terhadap lokasi pabrik pupuk antara lain:

a) Sumber Daya Manusia

b) Biaya dan Kemudahan Produksi (bahan baku) c) Biaya dan Kemudahan Distribusi (transportasi) d) Pasar

e) Resiko Bisnis/Tinkat Persaingan

3.3.

Hasil Penelitian

Setelah diketahui faktor-faktor penentu lokasi adalah melakukan tahap pertama yaitu metode pemeringkatan faktor.


(4)

dikonversikan ke nilai uang, maka dilakukan pembobotan semakin besar apabila nilai uangnya juga semakin besar. Namun untuk faktor kualitatif maka pembobotan didasarkan kepada seberapa besar dampaknya terhadap perusahaan pupuk.

Hasil pembobotan menunjukan biaya dan kemudahan produksi , biaya dan kemudahan distribusi dan pasar memiliki bobot yang paling tinggi, masing-masing sebesar 25%, selanjutnya diikuti dengan risiko tingkat bisnis sebesar 15% dan yang paling rendah adalah fakor SDM sebesar 10%

Kemudian setelah itu adalah menentukan skala penilaian untuk tiap faktor, dimana didapat kurang adalah 1, cukup adalah 2, sedang 3, baik 4, dan untuk baik sekali adalah 5.

Setelah itu adalah dengan menentukan alternatif lokasi yang di nominasikan. Dalam prosedur pemilihan lokasi dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti:

 Penentuan lokasi target pemasaran, dalam hal ini daerah-daerah perkebunan sawit di Indonesia Timur, khususnya di kawasan Kalimantan Tengah,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, serta Sulawesi

 Mencari kandidat-kandidat yang mendekati lokasi target pemasaran namun memiliki infrastruktur pelabuhan yang memadai, kemudahan mencari kapal,


(5)

dan juga memiliki biaya operasional yang kompetitif, dalam hal ini peneliti mendapatkan beberapa lokasi yaitu Bontang, Semarang, Surabaya, kombinasi Bontang-Semarang dan Bontan-Surabaya

 Mengeliminasi alternatif lokasi yang tidak disetujui pemegang saham, dalam hal ini yang di eliminasi adalah Surabaya, mengingat perusahaan holding lainnya telah ada dalam lkasi tersebut yaitu PT. Petrokimia Gresik, sehingga di nominasikan adalah Bontang, Semarang, dan kombinasi

Bontang-Semarang

Kemudian setelah ditentukan lokasi alternatif dilakukan penilaian terhadap masing-masing lokasi alternatif. Penilaian dilakukan dengan skala yang sudah ditentukan pada langkah-langkah sebelumnya.

Kemudian dilakukan analisis faktor yaitu dengan mengalikan bobot untuk tiap faktor dengan penilaian, dan jumlahkan hasilnya, yaitu nilai rata-rata berat.


(6)

Kemudian dilakukan pemberian rekomendasi berdasarkan nilai poin maksimal sesuai hasil yang didapatkan pada langkah sebelumnya. Dapat dilihat skor tertinggi ada di wilayah Bontang-Semarang dengan 4,05, diikuti Semarang dengan skor 3,99 dan yang terakhir Bontang dengan skor 3,28.

Kemudian dilanjutkan dengan analisa pulang pokok, yang pertama adalah menentukan biaya tetap dan biaya variabel.

Setelah dilakukan analisis terhadap masing-masing biaya variabel terhadap lokasi alternatif disini peniliti melakukan analisis lewat grafis untuk mengetahui titik perpotongan yang merupakan niali optimal atau ekuilibrium. Analisis lewat grafis dipilih karena agar lebih mudah menganalisis secara visual. Caranya adalah dengan membuat gambar 2 dimensi dengan biaya pada sumbu vertikal dan volume pada sumbu horizontal.

Dari tabel biaya total terhadap tiap alternatif lokasi didapatkan persamaan sebagai berikut:

1. Bontang : y = 7.076.000 + b x 258.520 2. Semarang : y = 6.044.000 + b x 263.390

3. Bontang-Semarang : y = 6.560.000 + b x 259.070 *y = annual cost (USD), x= capacity (‘000 Ton/yr)


(7)

Setelah diketahui titik potong dari masing-masing lokasi alternatif kemudian dilakukan pemilihan lokasi. Pemilihan lokasi berdasarkan lokasi yang memiliki biaya total paling rendah untuk jumlah produksi yang diharapkan.

Dalam kasus ini hasilnya adalah untuk kapasitas masing-masing lokasi titik

perptongan atau break even point di Semarang di kapasitas 225.000 ton/th, Bontang pada kapasitas 227.000 ton/th dan gabungan Bontang-Semarang pada kapasitas 212.000 ton/th. Untuk kapasitas produksi dibawah 119.000 ton per tahun, maka Semarang adalah yang paling sesuai walaupun masih dibawah BEP yang

dipersyaratkan yaitu 225.000 ton. Untuk lokasi diatas 119.000 ton per tahun namun dibawah 938.000 tn per tahun Bontang-Semarang adalah lokasi yang sesuai. Untuk lokasi di Bontang yang sesuai adalah prduksi diatas 938.000 per tahun

Sementara dalam kasus ini terget pasar di konversikan menjadi kapasitas produksi 200.000 ton per tahun, maka lokasi yang sesuai adalah Bontang-Semarang.

Tinjauan Kritis

Secara general, dalam jurnal “Analisis Strategis Penentuan Lokasi Pabrik Pupuk NPK Untuk Menunjang Pengembangan Perkebunan Sawit di Kawasan Indonesia


(8)

Timur” sangat informatif dan observatif. Dimana peneliti mengambil studi kasus penelitian yang didasarkan oleh latar belakang yang kuat sehingga jurnal menjadi aplikatif. Kemudian penelitian sangat dibutuhkan karena melihat kelapa sawit saat ini menjadi komoditi yang berkembang pesat di Indonesia. Dalam menentukan metode penelitian sangat tepat karena dalam metode variabel yang ada dalam teori weber semuanya terdapat seperti biaya produksi, transport dan persaingan pasar. Apabila dibandingkan dengan jurnal “5th National Indrustrial Engineering Conference” karya Yani dan Defi, penelitian ini menekankan dalam persaingan pasar serta benefit sebesar-besarnya dengan menonjolkan variabel kuantitatifnya.

Namun akan tetapi kekurangan pada jurnal ini, peneliti tidak mencantumkan jenis penelitian apa yang dilakukan. Serta penentuan skala untuk masing-masing faktor pada metode skoring terlalu subjektif, karena berdasarkan pendapat dari

perusahaan. Lalu variabel kualitatif seperti karakteristik masyarakat dan penyikapan mereka kurang ditekankan di penelitian ini. Padahal masyarakat disini terutama stackholder sangat berpengaruh terhadap penentuan lokasi. Apabila dibandingkan dengan jurnal “5th National Indrustrial Engineering Conference” karya Yani dan Defi, disini dibahas tentang korelasi antar lokasi alternatif yang mebuat pertimbangan pemilihan lokasi menjadi lebih selektif. Lalu pada bab awal di penelitian ini peran pemerintah dalam penentuan lokasi dibahas. Peran pemerintah dalam membuat regulasi sebagai proses controling nyatanya tidak dibahas di metode penelitian.

Implikasi Teori Terhadap lokasi yang dipilih

Apabila kita lihat pada bab-bab yang sudah dibahas dimana dalam penentuan lokasi, variabel yang dipilih oleh peneliti antara lain Sumber daya Manusia yang meliputi tenaga kerja, lalu biaya produksi yang meliputi harga dan ketersediaan bahan baku dan juga bobotnya, serta biaya distribusi diantaranya jarak, biaya transportasi atau angkut. Teori yang sesuai untuk dijadikan landasan dalam penentuan lokasi tempat pupuk kelapa sawit adalah lokasi teori yang dikemukakan oleh Weber.

Penelitian dalam jurnal ini menggunakan faktor-faktor penentuan lokasi seperti fasilitas, kompetitor, jarak, serta biaya operasional. Jika melihat keempat faktor (variabel) tersebut telah memenuhi kriteria dari teori yang dikemukakan oleh Alfred Weber tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peneliti telah menerapkan teori lokasi industri Weber akan tetapi peneliti menganalisanya ke dalam metode

pemeringkatan faktor dan analisis pulang pokok. Apabila melihat melihat empat asumsi yang dikemukakan Weber yaitu daerah studi merupakan daerah yang

terisolasi, sumber daya alam atau bahan baku yang terbatas, barang-barang lainnya yang sporadik, serta tenaga kerja yang tidak tersedia secara luas, membuat lokasi


(9)

studi menjadi tidak sesuai karena ada beberapa poin yang tidak terpenuhi. Ini dapat diartikan teori Weber tidak dapat diterapkan di lokasi tertentu cntohnya seperti kasus penelitian ini.

4. KESIMPULAN

Dalam penelitian penentuan lokasi pupuk kelapa sawit peneliti menentukan faktor-faktor yaitu Sumber Daya Manusia, biaya prduksi, biaya distribusi, pasar dan resiko bisnis atau persaingan pasar. Dimana dalam metode penelitiannya peneliti memakai metode pemeringkatan faktor atau skoring serta analisis pulang pokok. Dalam penelitian muncul 3 alternatif lokasi yang kemudian ketiganya yang menjadi objek penelitian. Dari ketiganya yang memiliki harga

terendah yang paling sesuai. Kemudian penelitian ini dalam menentukan faktor yang terdapat pada teori analisis weber, dimana diantaranya jarak, kompetitor dan fasilitas dan biaya operasional. Akan tetapi keempat asumsi weber tidak bisa di terapkan pada studi kasus penelitian.

Dalam jurnal ini penulis mengambil banyak pelajaran dalam penentuan teori lokasi diantaranya yaitu :

Dalam menentukan faktor-faktor atau variabel penentu lokasi harus dipastikan ada korelasi yang kuat antar masing-masing variabel dengan tujuan penelitian. Karena apabila salah satu tidak sesuai akan mebuat hasil dari penelitian kurang maksimal.

Dalam menganalisis atau melakukan penelitian sebaiknya unsur subjektifitas tidak dilakukan karena akan berpengaruh kepada variabel yang dianalisis

Metode skoring dan analisis pulang pokok dapat digunakan untuk melakukan

penentuan lokasi

Teori Weber tidak dapat diterapkan di semua kondisi atau studi kasus tentang lokasi industri

Beberapa asumsi weber sudah tidak relevan apabila diterapkan di industri zaman sekarang, diantaranya lokasi yang terisolasi serta mobilitas tenaga kerja yang dinilai terbatas

Dalam penelitian antara variabel yang dibahas pada bab awal dengan bab pembahasan sebaiknya harus sesuai, dikarenakan agar pembaca mudah mengerti faktor apa yang benar-benar dilibatkan maupun tidak

Penjelasan terkait jenis penelitian dibutuhkan karena agar mempermudah bagi pembaca untuk memahami tujuan dari penelitian


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Iriani, Yani, dan Defi Septiyanto. (2009). Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Lokasi

Terhadap Lokasi Strategis dan Penentuan Lokasi Pusat Distribusi Pupuk Urea di PT Pupuk Kujang Cikampek. 5th National Industrial Engineering Conference,

Universitas Widyatama.

Decardo, Josua. (2010). Analisis Strategis Penentuan Lokasi Pabrik Pupuk NPK Untuk Menunjang Pengembangan Perkebunan Sawit di Kawasan Indonesia Timur. Halaman 73-97.


(1)

dan juga memiliki biaya operasional yang kompetitif, dalam hal ini peneliti mendapatkan beberapa lokasi yaitu Bontang, Semarang, Surabaya, kombinasi Bontang-Semarang dan Bontan-Surabaya

 Mengeliminasi alternatif lokasi yang tidak disetujui pemegang saham, dalam hal ini yang di eliminasi adalah Surabaya, mengingat perusahaan holding lainnya telah ada dalam lkasi tersebut yaitu PT. Petrokimia Gresik, sehingga di nominasikan adalah Bontang, Semarang, dan kombinasi

Bontang-Semarang

Kemudian setelah ditentukan lokasi alternatif dilakukan penilaian terhadap masing-masing lokasi alternatif. Penilaian dilakukan dengan skala yang sudah ditentukan pada langkah-langkah sebelumnya.

Kemudian dilakukan analisis faktor yaitu dengan mengalikan bobot untuk tiap faktor dengan penilaian, dan jumlahkan hasilnya, yaitu nilai rata-rata berat.


(2)

Kemudian dilakukan pemberian rekomendasi berdasarkan nilai poin maksimal sesuai hasil yang didapatkan pada langkah sebelumnya. Dapat dilihat skor tertinggi ada di wilayah Bontang-Semarang dengan 4,05, diikuti Semarang dengan skor 3,99 dan yang terakhir Bontang dengan skor 3,28.

Kemudian dilanjutkan dengan analisa pulang pokok, yang pertama adalah menentukan biaya tetap dan biaya variabel.

Setelah dilakukan analisis terhadap masing-masing biaya variabel terhadap lokasi alternatif disini peniliti melakukan analisis lewat grafis untuk mengetahui titik perpotongan yang merupakan niali optimal atau ekuilibrium. Analisis lewat grafis dipilih karena agar lebih mudah menganalisis secara visual. Caranya adalah dengan membuat gambar 2 dimensi dengan biaya pada sumbu vertikal dan volume pada sumbu horizontal.

Dari tabel biaya total terhadap tiap alternatif lokasi didapatkan persamaan sebagai berikut:

1. Bontang : y = 7.076.000 + b x 258.520 2. Semarang : y = 6.044.000 + b x 263.390

3. Bontang-Semarang : y = 6.560.000 + b x 259.070 *y = annual cost (USD), x= capacity (‘000 Ton/yr)


(3)

Setelah diketahui titik potong dari masing-masing lokasi alternatif kemudian dilakukan pemilihan lokasi. Pemilihan lokasi berdasarkan lokasi yang memiliki biaya total paling rendah untuk jumlah produksi yang diharapkan.

Dalam kasus ini hasilnya adalah untuk kapasitas masing-masing lokasi titik

perptongan atau break even point di Semarang di kapasitas 225.000 ton/th, Bontang pada kapasitas 227.000 ton/th dan gabungan Bontang-Semarang pada kapasitas 212.000 ton/th. Untuk kapasitas produksi dibawah 119.000 ton per tahun, maka Semarang adalah yang paling sesuai walaupun masih dibawah BEP yang

dipersyaratkan yaitu 225.000 ton. Untuk lokasi diatas 119.000 ton per tahun namun dibawah 938.000 tn per tahun Bontang-Semarang adalah lokasi yang sesuai. Untuk lokasi di Bontang yang sesuai adalah prduksi diatas 938.000 per tahun

Sementara dalam kasus ini terget pasar di konversikan menjadi kapasitas produksi 200.000 ton per tahun, maka lokasi yang sesuai adalah Bontang-Semarang.

Tinjauan Kritis

Secara general, dalam jurnal “Analisis Strategis Penentuan Lokasi Pabrik Pupuk NPK Untuk Menunjang Pengembangan Perkebunan Sawit di Kawasan Indonesia


(4)

Timur” sangat informatif dan observatif. Dimana peneliti mengambil studi kasus penelitian yang didasarkan oleh latar belakang yang kuat sehingga jurnal menjadi aplikatif. Kemudian penelitian sangat dibutuhkan karena melihat kelapa sawit saat ini menjadi komoditi yang berkembang pesat di Indonesia. Dalam menentukan metode penelitian sangat tepat karena dalam metode variabel yang ada dalam teori weber semuanya terdapat seperti biaya produksi, transport dan persaingan pasar. Apabila dibandingkan dengan jurnal “5th National Indrustrial Engineering Conference” karya Yani dan Defi, penelitian ini menekankan dalam persaingan pasar serta benefit sebesar-besarnya dengan menonjolkan variabel kuantitatifnya.

Namun akan tetapi kekurangan pada jurnal ini, peneliti tidak mencantumkan jenis penelitian apa yang dilakukan. Serta penentuan skala untuk masing-masing faktor pada metode skoring terlalu subjektif, karena berdasarkan pendapat dari

perusahaan. Lalu variabel kualitatif seperti karakteristik masyarakat dan penyikapan mereka kurang ditekankan di penelitian ini. Padahal masyarakat disini terutama stackholder sangat berpengaruh terhadap penentuan lokasi. Apabila dibandingkan dengan jurnal “5th National Indrustrial Engineering Conference” karya Yani dan Defi, disini dibahas tentang korelasi antar lokasi alternatif yang mebuat pertimbangan pemilihan lokasi menjadi lebih selektif. Lalu pada bab awal di penelitian ini peran pemerintah dalam penentuan lokasi dibahas. Peran pemerintah dalam membuat regulasi sebagai proses controling nyatanya tidak dibahas di metode penelitian.

Implikasi Teori Terhadap lokasi yang dipilih

Apabila kita lihat pada bab-bab yang sudah dibahas dimana dalam penentuan lokasi, variabel yang dipilih oleh peneliti antara lain Sumber daya Manusia yang meliputi tenaga kerja, lalu biaya produksi yang meliputi harga dan ketersediaan bahan baku dan juga bobotnya, serta biaya distribusi diantaranya jarak, biaya transportasi atau angkut. Teori yang sesuai untuk dijadikan landasan dalam penentuan lokasi tempat pupuk kelapa sawit adalah lokasi teori yang dikemukakan oleh Weber.

Penelitian dalam jurnal ini menggunakan faktor-faktor penentuan lokasi seperti fasilitas, kompetitor, jarak, serta biaya operasional. Jika melihat keempat faktor (variabel) tersebut telah memenuhi kriteria dari teori yang dikemukakan oleh Alfred Weber tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peneliti telah menerapkan teori lokasi industri Weber akan tetapi peneliti menganalisanya ke dalam metode

pemeringkatan faktor dan analisis pulang pokok. Apabila melihat melihat empat asumsi yang dikemukakan Weber yaitu daerah studi merupakan daerah yang

terisolasi, sumber daya alam atau bahan baku yang terbatas, barang-barang lainnya yang sporadik, serta tenaga kerja yang tidak tersedia secara luas, membuat lokasi


(5)

studi menjadi tidak sesuai karena ada beberapa poin yang tidak terpenuhi. Ini dapat diartikan teori Weber tidak dapat diterapkan di lokasi tertentu cntohnya seperti kasus penelitian ini.

4. KESIMPULAN

Dalam penelitian penentuan lokasi pupuk kelapa sawit peneliti menentukan faktor-faktor yaitu Sumber Daya Manusia, biaya prduksi, biaya distribusi, pasar dan resiko bisnis atau persaingan pasar. Dimana dalam metode penelitiannya peneliti memakai metode pemeringkatan faktor atau skoring serta analisis pulang pokok. Dalam penelitian muncul 3 alternatif lokasi yang kemudian ketiganya yang menjadi objek penelitian. Dari ketiganya yang memiliki harga

terendah yang paling sesuai. Kemudian penelitian ini dalam menentukan faktor yang terdapat pada teori analisis weber, dimana diantaranya jarak, kompetitor dan fasilitas dan biaya operasional. Akan tetapi keempat asumsi weber tidak bisa di terapkan pada studi kasus penelitian.

Dalam jurnal ini penulis mengambil banyak pelajaran dalam penentuan teori lokasi diantaranya yaitu :

Dalam menentukan faktor-faktor atau variabel penentu lokasi harus dipastikan ada korelasi yang kuat antar masing-masing variabel dengan tujuan penelitian. Karena apabila salah satu tidak sesuai akan mebuat hasil dari penelitian kurang maksimal.

Dalam menganalisis atau melakukan penelitian sebaiknya unsur subjektifitas tidak dilakukan karena akan berpengaruh kepada variabel yang dianalisis

Metode skoring dan analisis pulang pokok dapat digunakan untuk melakukan

penentuan lokasi

Teori Weber tidak dapat diterapkan di semua kondisi atau studi kasus tentang lokasi industri

Beberapa asumsi weber sudah tidak relevan apabila diterapkan di industri zaman sekarang, diantaranya lokasi yang terisolasi serta mobilitas tenaga kerja yang dinilai terbatas

Dalam penelitian antara variabel yang dibahas pada bab awal dengan bab pembahasan sebaiknya harus sesuai, dikarenakan agar pembaca mudah mengerti faktor apa yang benar-benar dilibatkan maupun tidak

Penjelasan terkait jenis penelitian dibutuhkan karena agar mempermudah bagi pembaca untuk memahami tujuan dari penelitian


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Iriani, Yani, dan Defi Septiyanto. (2009). Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Lokasi

Terhadap Lokasi Strategis dan Penentuan Lokasi Pusat Distribusi Pupuk Urea di PT Pupuk Kujang Cikampek. 5th National Industrial Engineering Conference,

Universitas Widyatama.

Decardo, Josua. (2010). Analisis Strategis Penentuan Lokasi Pabrik Pupuk NPK Untuk Menunjang Pengembangan Perkebunan Sawit di Kawasan Indonesia Timur. Halaman 73-97.