ANALISIS KEMAMPUAN MENARIK KESIMPULAN DAN MENERAPKAN KONSEP PADA MATERI ASAM-BASA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN MENARIK KESIMPULAN DAN MENERAPKAN KONSEP PADA MATERI ASAM-BASA

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 3E

Oleh

HERNI AGUSTIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN MENARIK KESIMPULAN DAN MENERAPKAN KONSEP PADA MATERI ASAM-BASA

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 3E

Oleh

HERNI AGUSTIANI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dan menerapkan konsep pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 12 Ban-dar Lampung. Penelitian ini merupakan pre-eksperimen dengan one shot case study. Analisis data adalah analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data da-pat disimpulkan bahwa untuk kemampuan menarik kesimpulan, hampir separuh siswa pada kelompok tinggi berkriteria sangat baik dan sebagian besar berkriteria baik. Pada kelompok sedang sebagian kecilnya berkriteria sangat baik dan hampir seluruhnya berkriteria baik. Pada kelompok rendah sebagian kecil berkriteria sa-ngat baik, sebagian besar berkriteria baik dan sebagian kecil lainnya berkriteria cukup. Untuk kemampuan menerapkan konsep, hampir seluruh kelompok tinggi berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik. Pada kelompok sedang sebagian kecil berkriteria sangat baik; sebagian besar berkriteria baik dan


(3)

sebagi-an kecil lainnya berkriteria cukup. Pada kelompok rendah hampir separuhnya berkriteria sangat baik, hampir separuh berkriteria baik dan hampir separuh lainnya berkriteria cukup.

Kata kunci : Learning Cycle 3E, kemampuan menarik kesimpulan, menerapkan konsep, kelompok kognitif


(4)

(5)

(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8

B. Keterampilan Berpikir Kritis ... 11

C. Model Pembelajaran Learning Cycle 3E ... 18

D. Kemampuan Kognitif ... 20

E. Konsep ... 21

F. Kerangka Pemikiran ... 25

G. Anggapan Dasar ... 26

H. Hipotesis Umum ... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 27


(7)

vi

B. Metode dan Desain Penelitian ... 27

C. Data Penelitian ... 28

D. Instrumen Penelitian ... 28

E. Validasi Instrumen Penelitian ... 29

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 30

G. Teknik Pengelompokkan ... 32

H. Teknik Analisis Data ... 34

1. Pengolahan data tes tertulis ... 34

2. Pengolahan data kuesioner (angket) ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 40

1. Model Pembelajaran Learning Cycle 3E ... 40

2. Indikator keterampilan berpikir kritis menarik kesimpulan ... 44

3. Indikator keterampilan berpikir kritis menerapkan konsep ... 46

4. Kendala selama penelitian ... 49

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA 52


(8)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepa-da tujuan kepa-dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Ber-dasarkan pengertian belajar tersebut, belajar merupakan suatu proses atau kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri sehingga proses belajar mengajar akan lebih bermakna bagi siswa. Hasil yang diharapkan dari proses belajar ini adalah terlatihnya kemampu-an proses berpikir siswa. Hal ini sesuai dengkemampu-an pendapat Whitehead (dalam Arifin dkk, 2003), hasil yang nyata dalam pendidikan sebenarnya adalah proses berpikir yang diperoleh melalui pembelajaran dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu disiplin ilmu yang melatih proses berpikir siswa yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia terdiri dari banyak konsep, hukum, dan azas, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Pelajaran kimia di SMA memiliki tujuan dan fungsi tertentu, diantara-nya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kritis terhadap


(9)

per-nyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observa-si, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaikan ma-salah dalam kehidupan sehari-hari. Kimia merupakan ma-salah satu mata pelajaran sains yang mempunyai dimensi produk, sikap, dan proses, artinya ketika kita ingin mempelajari konsep-konsep kimia, maka kita juga harus tahu cara mendapatkan konsep tersebut. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa kimia merupakan salah satu wahana yang tepat untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa karena kimia berusaha untuk membangkitkan keingintahuan siswa melalui eksplorasi terhadap rahasia alam yang tak ada habis-habisnya.

Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lain-nya. Menurut Liliasari (Saputra, 2012) berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak da-pat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi meng-integrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Keteram-pilan berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi per-masalahan kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dapat bertindak lebih cepat. Seseorang dikatakan berpikir kritis, apabila mencoba mem-buat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan menggunakan berbagai kriteria.

Kecakapan berpikir pada saat ini belum dilakukan secara terprogram oleh para gu-ru di sekolah. Siswa hanya menyerap informasi secara pasif dan kemudian meng-ulanginya atau mengingatnya pada saat mengikuti tes. Dengan pembelajaran


(10)

se-perti ini, siswa tidak memperoleh pengalaman untuk mengembangkan keterampil-an berpikir kritis, dimketerampil-ana keterampilketerampil-an ini sketerampil-angat diperlukketerampil-an untuk menghadapi kehidupan dan untuk berhasil dalam kehidupan. Oleh karena itu, penanganan ke-cakapan berpikir terutama berpikir tingkat tinggi sangat penting diintegrasikan da-lam setiap mata pelajaran.

Salah satu kompetensi dasar mata pelajaran kimia pada materi “Asam-Basa” di kelas XI adalah mendeskripsikan teori-teori asam-basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan. Materi ini cukup luas cakupannya karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yaitu menggali pengetahuan siswa tentang bahan-bahan dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat asam, basa dan netral ser-ta cara membedakannya. Selain itu, materi asam-basa disekolah-sekolah sampai saat ini masih didominasi oleh teori-teori yang kurang memperhatikan persoalan yang menantang siswa untuk dipecahkan melalui kegiatan eksploratif eksperimen-tal. Keterampilan berfikir kritis siswa yang dikembangkan pada materi asam-basa dalam penelitian adalah kemampuan menarik kesimpulan dan kemampuan mene-rapkan konsep. Agar Indikator menarik kesimpulan tercapai, siswa dibimbing un-tuk mengambil intisari dari materi yang diajarkan mengenai asam dan basa. Ke-mudian untuk mencapai indikator menerapkan konsep yang diterima, siswa diberi konteks yang berbeda yang berkaitan materi yang telah dipelajari misalnya jenis-jenis senyawa asam-basa yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan penga-ruhnya terhadap lingkungan sekitar.

Secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dike-lompokkan menjadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan


(11)

ting-gi, sedang, dan rendah (Winarni, 2006). Siswa berkemampuan tinggi memiliki keadaan awal lebih baik daripada siswa berkemampuan awal rendah. Hal ini me-nyebabkan siswa berkemampuan tinggi memiliki rasa percaya diri yang lebih di-bandingkan dengan siswa yang berkemampuan rendah. Berdasarkan hasil obser-vasi di SMA Negeri 12 Bandar Lampung, didapatkan hasil bahwa guru masih ber-fokus pada pemberian tugas dan tidak ada proses membangun konsep dalam pem-belajaran. Guru masih jarang menggunakan laboratorium kimia untuk melatih siswa dalam menemukan konsep seperti konsep pH. Siswa melakukan praktikum hanya untuk membuktikan konsep yang telah mereka peroleh dari guru, bukan untuk menemukan konsep tersebut. Hal tersebut mempengaruhi perkembangan kemampuan kognitif siswa dimana siswa dengan kemampuan kognitif rendah su-lit untuk meningkatkan kemampuannya menjadi kemampuan kognitif sedang atau tinggi.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut dan melatih keterampilan ber-pikir kritis maka diperlukan pembelajaran yang berfilosofi konstruktivisme. Salah satu model pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok asam-basa adalah model pembelajaran Learning Cycle 3E yang merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga ajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembel-ajaran dengan jalan berperan aktif. Model pembelpembel-ajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase eksplorasi (exploration), fase penjelasan konsep (explaina-tion), dan Fase penerapan konsep (elaboration). Melalui tahap-tahap tersebut di-harapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dan


(12)

menerapkan konsep. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meiliyana (2007) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle (LC) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Semester 2 MAN Malang I pada Materi Pokok Reaksi Redoks” mengungkapkan bahwa hasil peneli-tian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kimia dengan model Learning Cycle 3E dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui ting-kat keterampilan berpikir kritis siswa SMA Negeri 12 Bandar Lampung pada ma-teri asam-basa Arrhenius dengan judul: “Analisis Kemampuan Menarik Kesim-pulan dan Menerapkan Konsep pada Materi Pokok Asam-Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 3E”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan pada materi

asam-basa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah?

2. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menerapkan konsep pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk men-deskripsikan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dan menerapkan


(13)

kon-sep pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi kepada guru-guru kimia SMA Negeri 12 Bandar

Lampung mengenai tingkat keterampilan berpikir kritis siswanya yang meliputi sub indikator menarik kesimpulan dan menerapkan konsep pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E.

2. Sebagai referensi kepada sekolah untuk perbaikan mutu pembelajaran yang melatih keterampilan berpikir kritis siswa.

3. Sebagai pengalaman secara langsung dalam melatih kemampuan menarik kesimpulan dan menerapkan konsep bagi siswa dalam memahami materi kimia

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah.

2. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diteliti adalah kemampuan menyim-pulkan pada sub indikator menarik kesimpulan (mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta), dan indikator menerapkan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas).

3. Materi kimia yang diteliti adalah materi pokok asam-basa dengan sub pokok bahasan teori asam-basa Arrhenius.


(14)

4. Model pembelajaran Learning Cycle 3E adalah salah satu model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 3 fase yaitu (1) Fase eksplorasi (exploration); (2) Fase penjelasan konsep (explaination); (3) Fase penerapan konsep (elaboration).

5. Kelompok tinggi, sedang dan rendah merupakan kelompok siswa berkemam-puan kognitif tinggi, sedang dan rendah.


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pembelajaran Konstruktivisme

Dalam perjalanan proses pendidikan, belajar merupakan hal yang utama. Hal ini menunjukkan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan besar kaitan-nya dengan pertakaitan-nyaan bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik dan bagaimana guru memandang arti belajar itu sendiri, karena pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya dalam kegi-atan pembelajaran. Seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegikegi-atan menghafalkan fakta, akan lain cara mengajarnya dengan guru lain yang mengar-tikan bahwa belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip.

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi, termasuk ahli psikologi pendidikan. Secara sederhana Anthony Robbins (Trianto, 2007) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini, dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari se-suatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru.


(16)

Lebih lanjut Slavin (Trianto, 2007) mengemukakan definisi belajar sebagai: Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Change caused by development (such as growing taller) are not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such as reflexes and respons to hunger or pain). However, humans do so much learning from the day of their birth (and some say earlier) that learning and development are inseparably linked.

Artinya, belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Bahwa antara belajar dan per-kembangan sangat erat kaitannya.

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadi-nya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berda-sarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkat-kan perolehan siswa sebagai hasil belajar.

Lebih lanjut lagi Slavin (Nurhadi dan Senduk, 2002) mengemukakan, teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran kons-truktivis (constructivist theories of learning). Teori konskons-truktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kom-pleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apa-bila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.


(17)

Satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan menurut teori ini adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Menu-rut Nur (Trianto, 2007) siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam be-naknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sen-diri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus meman-jat anak tangga tersebut.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan

6. Guru adalah fasilitator.

Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali peng-alaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan memban-dingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjut-nya membuat klasifikasi dan mengkons-truksi pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.


(18)

B.Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana keterampilan tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha memperoleh pengeta-huan. Berpikir merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetapengeta-huan. Kete-rampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari (Nickerson, 1985). Proses berpikir berhubungan dengan pola perilaku yang lain dan membutuhkan keterlibatan aktif pemikir. Menurut Presseisen dalam Costa (1985) pengertian ini mengindikasikan bahwa berpikir adalah upaya yang kompleks dan refleksi bahkan suatu pengalaman yang kreatif. Berpikir membuat seseorang dapat mengolah in-formasi yang diterima dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Arifin (2003) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan.

Costa (1985) membagi keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Berpikir kompleks atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Menurut Elam (Mc Tighe & Schollenbenger) dalam Redhana dan Liliasari (2008), keterampilan berpikir kritis telah menjadi tujuan pendidikan tertinggi. Sementara itu Candy (Philips & Bond) dalam Redhana dan Liliasari (2008), menyatakan bah-wa keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan yang paling penting dalam semua sektor pendidikan.


(19)

Ennis (1989) menyatakan bahwa ”berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan”.

Dalam pendidikan, berpikir kritis didefinisikan sebagai pembentukan kemampuan dalam aspek logika, seperti kemampuan memberikan argumentasi, silogisme, dan penalaran yang proporsional (Arifin dkk, 2003). Dressel dalam Amri (2010) menyatakan beberapa kemampuan yang berkaitan dengan konsep berpikir kritis adalah kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang pen-ting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan dan menetukan ke-validan dari kesimpulan-kesimpulan. Menurut Amri dan Ahmadi (2010) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya.

Terdapat enam komponen/unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1989) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Unsur-unsur kemampuan berpikir kritis

No Unsur Keterangan

1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal po-kok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau per-masalahan tersebut.

2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum mem-buat keputusan akhir.

3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung


(20)

kesimpulan

4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial).

5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain mema-hami apa yang diungkapkan.

6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.

Pada dasarnya Ennis mengembangkan berpikir kritis ke dalam dua aspek yaitu aspek diposisi/kecenderungan (dispositions) dan kemampuan (abilities). Berikut ini penjelasan dari kedua aspek di atas:

1. Aspek kecenderungan ((dispositions) yang terdiri dari komponen: a. Mencari sebuah pernyataan yang benar dari pertanyaan, b. Mencari alasan,

c. Mencoba untuk menperoleh informasi yang baik,

d. Menggunakan sumber yang dapat dipercaya dan menyebutkannya, e. Memasukkan sumber dalam laporan,

f. Mencoba mempertahankan pemikiran yang relevan, g. Menjaga pikiran tetap dalam fokus perhatian, h. Mencari beberapa alternatif,

i. Berpikir terbuka, yang meliputi

1) Mempertimbangkan secara serius tinjauan yang lain

2) Alasan dari sebuah dasar pemikiran dengan satu yang tidak disetujui 3) Tidak memberi keputusan ketika fakta dan alasan tidak sesuai. j. Mengambil posisi (perubahan posisi) ketika fakta dan alasan sesuai, k. Mencari keakuratan subyek,


(21)

m. Menjadi lebih sensitif dalam merasakan tingkat pengetahuan dan ketidakpastian dari yang lainnya.

2. Aspek kemampuan (abilities)

Untuk aspek kemampuan terdiri dari 5 keterampilan dan 12 sub keterampilan berpikir kritis.

Tabel 2. Keterampilan Berpikir Kritis Keterampilan

berpikir kritis

Sub keterampilan

berpikir kritis Indikator

(1) (2) (3)

1. Memberikan penjelasan sederhana

1.Menfokuskan pertanyaan

a.Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan

b.Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria jawaban yang mungkin. c.Menjaga pikiran terhadap situasi

yang sedang dihadapi 2.Menganalisis

argumen

a.Mengidentifikasi kesimpulan b.Mengidentifikasi alasan yang

di-nyatakan

c.Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan

d.Mencari persamaan dan perbedaan e.Mengidentifikasi dan menangani

ketidaktepatan

f. Mencari struktur dari argumen g.Meringkas

3.bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang

a.bertanya dan menjawab pertanyaan mengapa?

b.Apa alasan utama Anda?

c.Apa yang Anda maksud dengan ...? d.Apa yang menjadi contoh?

e.Apa yang bukan menjadi contoh? f. Bagaimana mengaplikasikan ke

kasus ini?

g.Apa yang menjadi perbedaan? h.Apa faktanya?

i. Apakah ini yang Anda katakan,...? j. Apakah yang ingin Anda katakan lagi

mengenai hal tersebut? 2. Membangun

kemampuan dasar

4. Mempetimbang-kan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

a.Keahlian

b.Mengurangi konflik yang menarik perhatian

c.Kesepakatan antarsumber d.Reputasi


(22)

Tabel 2. (Lanjutan)

(1) (2) (3)

e.Menggunakan prosedur yang tepat. f. Mengetahui resiko

g. Kemampuan memberikan alasan a.Kebiasaan berhati-hati

5. Mengobservasi dan mempertimbangka n hasil observasi

b.Mengurangi menggunakan dugaan c.Mempersingkat waktu antara

observasi dengan laporan d.Laporan yang dilakukan oleh

pengamat

e.Mencatat hal-hal yang diperlukan. f. Pembuktian

g.Kemungkinan dalam pembuktian h.Kondisi akses yang baik

i. Kompeten dalam menggunakan teknologi

j. Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria 3.

Menyim-pulkan

6.Mendeduksi dan mempertimbang-kan hasil deduksi

a.Kelas logika

b.Mengkondisikan logika

c.Menginterpretsi suatu pernyataan 1)Penyangkalan

2)Kondisi yang dibutuhkan dan secukupnya

3)Kata logika lainnya: “hanya”, “jika dan hanya jika”. “atau”,

“beberapa”, “kecuali”. “tidak keduanya”, dll

7.Menginduksi dan mempertimbang-kan hasil induksi

a.Menggeneralisasi

1)Kekhasan dari sebuah data: batasan cakupan data

2)Pengambilan contoh 3)Tabel dan grafik

b.Menyimpulkan kesimpulan yang bersifat penjelasan dan hipotesis 1)Tipe-tipe kesimpulan yang bersifat

menjelaskan dan hipotesis: a)Pernyataan sebab akibat b)Menyatakan hal yang dapat

dipercaya dan sikap orang lain. c)Menginterpretasikan maksud

penulis

d)Menyatakan secara historikal tentang hal-hal yang terjadi e)Melaporkan definisi


(23)

Tabel 2. (Lanjutan)

(1) (2) (3)

f) Menyatakan sesuatu yang merupakan alasan dan kesimpulan yang tidak tercantum.

2) Menginvestigasi

a) Merancang eksperimen, termasuk merancang variabel kontrol. b) Mencari fakta dan fakta yang

berlawanan

3)Mencari penjelasan yang mungkin 4)Kriteria – memberikan anggapan

yang tepat.

a) Mengemukakan kesimpulan yang dapat menjelaskan fakta

b) Mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta

c) Alternatif kesimpulan yang tidak sesuai fakta

d) Mengemukakan kesimpulan yang masuk akal

8. Membuat dan mengkaji hasil pertimbangan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi

c. Menerapkan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas) d. Mempertimbangkan alternatif e. Menyeimbangkan, menimbang,

dan memutuskan 4. Membuat penjelasan lanjut 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbang-kan definisi

Ada 3 dimensi:

a. Bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang, ekspresi yang sama, cara kerja, contoh dan non contoh b.Strategi definisi

1) Tindakan: melaporkan maksud, menetapkan maksud,

mengungkapkan posisi pada suatu permasalahan (termasuk rencana dan definisi yang meyakinkan) 2) Mengidentifikasi dan

mengendalikan

a) Memberikan perhatian kepada keadaan

i. Jenis-jenis respon yang mungkin: “Definisi yang kurang tepat” (respon yang sederhana)

ii. Pengurangan keadaan yang bukan-bukan “Menurut definisi tersebut, ada hasil yang tidaksesuai”


(24)

Tabel 2. (Lanjutan)

(1) (2) (3)

Mempertimbangkan alternatif interpretasi

c. Mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan definisi konten (isi).

Ada 3 dimensi:

d.Bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang, ekspresi yang sama, cara kerja, contoh dan non contoh e. Strategi definisi

1) Tindakan: melaporkan maksud, menetapkan maksud,

mengungkapkan posisi pada suatu permasalahan (termasuk rencana dan definisi yang meyakinkan) 2) Mengidentifikasi dan

mengendalikan

a) Memberikan perhatian kepada keadaan

b) Jenis-jenis respon yang mungkin: i. “Definisi yang kurang tepat”

(respon yang sederhana) ii. Pengurangan keadaan yang

bukan-bukan “Menurut definisi tersebut, ada hasil yang

tidaksesuai”

iii. Mempertimbangkan alternatif interpretasi

3) Mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan definisi konten (isi).

10.Mengidentifikasi asumsi

a. Alasan yang tidak dinyatakan b. Asumsi yang dibutuhkan:

rekonstruksi argumen 5. Strartegi dan

taktik

11. Memutuskan suatu tindakan

a. Mendefinisikan masalah b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

c. Merumuskan alternatif solusi d. Memutuskan hal-hal yang akan

dilakukan sementara

e. Merivew, memasukkan sumber ke dalam laporan dan membuat keputusan

f. Memonitor pelaksanaan 12.Berinteraksi

dengan orang lain

a. Memberi label b. Strategi logis


(25)

Tabel 2. (Lanjutan)

(1) (2) (3)

c. Strategi retorik

d. Mempresentasikan posisi,baik lisan ataupun tulisan

(Ennis dalam Costa, 1985)

Pada penelitian ini, keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan adalah : 1. Menyimpulkan dengan indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil

induksi, sub indikator mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta.

2. Menyimpulkan dengan indikator membuat dan menentukan hasil pertimbang-an, sub indikator menerapkan konsep yang dapat diterima.

C.Model Pembelajaran Learning Cycle 3E

Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat kon-struktivisme. Pembelajaran melalui model siklus belajar mengharuskan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan yang dibimbing oleh guru. Model pembelajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase eksplorasi (exploration), guru memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegia-tan praktikum. Fase penjelasan konsep (explaination), siswa lebih aktif untuk me-nentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Fase penerapan konsep (elaboration), di-maksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.


(26)

Karplus dan Their (dalam Fajaroh dan Dasna, 2007) mengungkapkan bahwa: Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi

sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cycle 3 Phase (LC 3E) terdiri dari fase-fase eksplorasi (explora-tion), penjelasan konsep (concept introduction/explaina(explora-tion), dan penerapan konsep (elaboration).

Pada tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen, menganalisis artikel, mendisku-sikan fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharap-kan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibri-um) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-perta-nyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase pengenalan konsep (explaination).

Pada fase penjelasan konsep (explaination), diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada fase terakhir, yakni penerapan konsep (elaboration), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui berbagai kegiatan-kegiatan seperti problem solving atau melakukan perco-baan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan


(27)

motivasi belajar karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari (Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna, 2007).

Learning Cycle 3E melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Hudojo (dalam Fajaroh dan Dasna, 2007) mengemukakan bahwa:

Implementasi Learning Cycle 3E dalam pembelajaran sesuai dengan pan-dangan konstruktivis:

1. siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa,

2. informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Infor-masi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu,

3. orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.

Cohen dan Clough (dalam Fajaroh dan Dasna, 2007) menyatakan bahwa Learning Cycle 3E merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.

D.Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengeta-huan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif (Winarni, 2006).


(28)

Lebih lanjut Nasution dalam Winarni (2006) mengemukakan bahwa secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan men-jadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Usman dalam Winarni (2006), apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep) akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampu-annya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari.

siswa berkemampuan tinggi adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan awal lebih tinggi dari rata-rata kelas. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan awal lebih rendah atau sama dengan rata-rata kelas. Siswa berkemampuan tinggi memiliki keadaan awal lebih baik daripada siswa berkemampuan awal rendah. Hal ini menyebabkan siswa berkemampuan tinggi memiliki rasa percaya diri yang lebih dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan rendah.

E. Konsep

Menurut Dahar (1996), konsep merupakan kategori-kategori yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Konsep-konsep menyedia-kan skema-skema terorganisasi untuk menentumenyedia-kan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita


(29)

dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Herron et al. (1977) dalam Saputra (2012) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam me-rencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label

konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh.


(30)

Tabel 3. Analisis konsep materi asam-basa. Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Larutan Asam

Larutan yang di dalam air melepaskan ion H+ menurut teori Arrhenius, dimana jumlah konsen-trasi ion H+ menunjukan kekuatan asam suatu la-rutan yang dinyatakan dengan suatu derajat ke-asaman (pH), spesi yang mendonorkan proton me-nurut teori Bronsted-Lowry, dan menerima pasangan elektron menu-rut teori Lewis.

Konsep Abstrak  Larutan asam  kekuatan asam  Derajat keasaman (pH)  Larutan asam  Konsentra si ion H+

Larutan  Larutan elektrolit

 Larutan non elektrolit

 kekuatan asam

 derajat keasaman (pH)

 Larutan HCl

 Larutan CH3COO

H

Larutan C6H12O6

Larutan Basa

Larutan yang di dalam air melepaskan ion OH– menurut teori Arrhenius, dimana larutan asam basa tersebut dapat diidentifikasi sifatnya dengan menggunakan indikator asam basa, spesi yang menerima proton menurut Bronsted - Lowry, dan melepaskan pasangan elektron menurut Lewis. Konsep Abstrak  Larutan basa  Indikator asam basa  Larutan basa  Konsentra si ion OH

-Larutan  Larutan elektrolit

 Larutan non elektrolit

 Indikator asam-basa

 Larutan NaOH

 Larutan NH4OH

Larutan NaCl


(31)

Tabel 3. (Lanjutan)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Kekuatan asam

Asam adalah spesi yang apabila dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+, dimana jumlah

konsentrasi ion H+ menunjukan kekuatan asam suatu larutan yang dinyatakan dengan suatu derajat Konsep abstrak  Asam Arrhenius  Kekuatan asam  Indikator asam Konsentrasi ion H+

 Larutan Asam  Larutan basa Konsep pH,pOH dan pKw  Derajat ionisasi  Tetapan ionisasi asam (Ka)  Tetapan ionisasi basa (Kb)

Asam kuat = HCl

Asam kuat= CH3COOH

Kekuatan basa

Kemampuan spesi basa untuk menghasilkan ion OH- dalam air yang bergantung pada derajat kebasaan (pOH) Konsep abstrak  Kekuatan asam basa  Derajat keasaman Konsentrasi ion OH

- Larutan Asam  Larutan basa Konsep pH,pOH dan pKw  Derajat ionisasi  Tetapan ionisasi asam (Ka)  Tetapan ionisasi basa (Kb)

Basa kuat = NaOH

Basa kuat = NH4OH

pH Derajat keasaman suatu larutan yang bergantung pada konsentrasi ion H+

Konsep abstrak contoh konkrit  Derajat keasaman (pH) Konsentrasi ion H+

Asam basa Arrhenius

 pOH

 pKw

pH HCl 1 M = 1

pH HCl 1 M = 12

Indikator asam basa

Suatu spesi yang digunakan untuk mengetahui sifat asam atau basa dari suatu larutan berdasarkan trayek pH pada indikator yang digunakan

Konsep konkrit

 indikator asam basa

 trayek pH

Larutan yang diuji

Asam basa Arrhenius

pH larutan  metil orange  PP  Metil merah NaOH (Widodo, 2013) 24


(32)

F. Kerangka Pemikiran

Tingkat kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dan menerapkan konsep ada kaitannya dengan tingkat kemampuan kognitif yang dimiliki siswa. Tingkat kemampuan kognitif siswa dipengaruhi dengan perencanaan yang matang sebe-lum kegiatan pembelajaran dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dan menerapkan konsep pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E. Data diambil dari satu kelas sebagai subyek penelitian dimana subyek penelitian ini merupakan kelas yang dilakukan penerapan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 3E. Subyek peneli-tian diberikan tes pada akhir pembelajaran (posttest) melalui penerapan model Learning Cycle 3E. Soal posttest yang diberikan disusun dalam dua bagian untuk mengukur kemampuan menarik kesimpulan dan menerapkan konsep.

Pembelajaran melalui penerapan model Learning Cycle 3E memiliki beberapa ke-lebihan antara lain, dapat meningkatkan semangat belajar siswa karena siswa dili-batkan secara aktif dalam proses pembelajaran dalam artian siswa lebih mendomi-nasi dibandingkan guru sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide atau daya pikir yang mereka miliki, membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga tidak hanya penguasaan konsep yang ditingkatkan namun kemam-puan siswa dalam mengintegrasikan teori dan praktek yang memungkinkan mere-ka menggabungmere-kan pengetahuan lama dan baru, dimana akhirnya meningmere-katmere-kan semangat guru dan siswa untuk belajar, pembelajaran akan menjadi lebih


(33)

bermak-na karebermak-na pembelajaran dilakukan secara bertahap dimulai dari eksplorasi, penje-lasan konsep dan penerapan konsep.

Dengan berpikir apabila pembelajaran melalui penerapan model Learning Cycle 3E pada pembelajaran kimia dikelas diharapkan siswa dapat mengembangkan ke-mampuan menarik kesimpulan dan menerapkan konsep sehingga keterampilan berpikir kritis siswa akan tinggi sebanding dengan semakin tingginya kemampuan kognitif siswa.

G.Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4SMAN 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subyek penelitian mempunyai tingkat kemampuan kognitif yang heterogen.

H.Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah semakin tinggi tingkat kemampuan kognitif siswa, maka akan semakin tinggi pula kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dan menerapkan konsep.


(34)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Subyek Penelitian

Pada penelitian ini pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan kelas yang memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dipilih teknik purposive sam-pling dalam pengambilan sampel. Purposive samsam-pling merupakan teknik peng-ambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dipilih siswa kelas XI IPA4 SMAN 12 Bandar Lam-pung Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah 40 siswa sebagai subyek penelitian.

B.Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pre-eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah one shot case study. Pada desain ini hanya di-beri suatu perlakuan kemudian diobservasi. Menurut Creswell (1997), penelitian dengan desain ini digambarkan sebagai berikut ini:

Keterangan: X = Perlakuan yang diberikan O = Posttest


(35)

C.Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer yaitu data hasil tes setelah pembelajaran (posttest), data kinerja guru, data aktivitas siswa dan data keterlaksanaan proses pembelajaran asam-basa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E.

2. Data sekunder, yaitu nilai ulangan mata pelajaran kimia yang dilakukan sebelumnya oleh guru mata pelajaran kimia.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Silabus dan RPP

Pada materi Asam-Basa pada sub materi Teori Asam-Basa Arrhenius. 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Pada penelitian ini menggunakan 3 Lembar Kerja Siswa (LKS), yaitu LKS 1 membahas tentang materi teori asam-basa Arrhenius, LKS 2 membahas tentang derajat keasaman (pH), dan LKS 3 membahas tentang kekuatan asam-basa. 3. Tes Tertulis

Tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini adalah posttest materi Asam-Basa Arrhenius yang terdiri dari 6 soal dalam bentuk uraian yang sesuai untuk mengukur keterampilan berpikir kritis yang meliputi kemampuan menarik kesimpulan dan menerapkan konsep.

4. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keterlak-sanaan proses pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan model


(36)

pem-belajaran Learning Cycle 3E dan keterampilan berpikir kritis siswa selama ke-giatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi terdiri dari lembar aktivi-tas siswa dan lembar kinerja guru. Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara memberi tanda check list pada kolom yang telah disediakan. 5. Kuesioner (Angket)

Kuesioner yang digunakan berbentuk kuesioner tertutup. Pada penelitian ini, kuesioner diberikan kepada siswa secara langsung yang berjumlah 7 pertanya-an. Kuesioner yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran di kelas yang mendu-kung keterampilan berpikir kritis siswa seperti cara guru mengajar dan media yang digunakan dalam pembelajaran kimia pada materi asam-basa Arrhenius melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E. Dalam kuesioner ini, jawaban pertanyaan yang disediakan untuk semua pertanyaan adalah “ya atau tidak”.

E.Validasi Instrumen Penelitian

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan de-ngan mede-nganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indika-tor, kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan posttest. Bila antara unsur-unsur


(37)

itu terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

Dalam mekanisme kerjanya, cara judgment memerlukan ketelitian dan keahlian penilai. Untuk itu peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini peneliti meminta bantuan dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 12 Bandar Lampung untuk me-laksanakan penelitian dan menyampaikan sirat izin penelitian yang telah ditandatangani oleh Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung.

b. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan infor-masi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar guru kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat diguna-kan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada materi pokok asam-basa berdasarkan keterampilan berpikir kritis yang ingin di-kembangkan.

d. menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan karakteriktik siswa dan pertimbangan dari guru mata pelajaran kimia.

2. Pelaksanaan penelitian


(38)

a. Tahap persiapan

1) Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengum-pulkan data mengenai keterampilan berpikir kritis siswa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E.

2) Melakukan validasi instrumen sebelum digunakan dalam penelitian.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

1) Melaksanakan proses pembelajaran materi asam-basa pada subyek penelitian melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E. 2) Memberikan posttest kepada subyek penelitian.

3) Memberikan kuesioner (angket) kepada subyek penelitian setelah pem-belajaran materi asam-basa.

c. Tahap analisis data

1) Menganalisis data berupa jawaban tes tertulis siswa dan jawaban kuesioner (angket) untuk memperoleh informasi mengenai keterampil-an berfikir kritis siswa.

2) Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian. 3) Menarik kesimpulan


(39)

Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut ini:

Gambar 1. prosedur pelaksanaan penelitian

G.Teknik Pengelompokan Siswa

Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan kognitifnya ke dalam tiga kelom-pok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelomkelom-pok ini berdasarkan hasil ulangan mata pelajaran kimia yang telah dilakukan sebelumnya oleh guru mata pelajaran kimia.

Untuk mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengurangi nilai terbesar dengan nilai terkecil untuk menentukan rentang. Observasi Pendahuluan

Posttest kuesioner

Pembelajaran Learning Cycle 3E Membuat instrumen penelitian

Validasi instrumen penelitian

Analisis Data

simpulan Pembahasan


(40)

b. Menentukan banyak kelas interval menggunakan rumus: Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n

n = banyak data

c. Membagi rentang dengan banyak kelas untuk menentukan panjang interval. d. Menentukan mean menggunakan rumus:

∑ ∑ Keterangan:

Mx = Mean

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah ∑ = Jumlah frekuensi siswa

e. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus:

√∑

Keterangan:

SDx = Standar Deviasi

∑ = Jumlah frekuensi siswa

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

∑ = Jumlah frekuensi siswa dikali kuadrat nilai tengah f. Menghitung mean + SD dan mean – SD

g. Mengelompokkan kemampuan kognitif siswa ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah menurut Sudijono (2008).

Berikut ini kriteria pengelompokkan siswa dan cara penentuan mean dan standar deviasi menurut Sudijono (2008) Lampiran 11, hal 127.


(41)

Tabel 4. Kriteria pengelompokkan siswa

Kriteria pengelompokkan Kriteria Kelompok Jumlah Siswa

Nilai ≥ mean + SD Nilai ≥ 72,6 Tinggi 10

Mean –SD ≤ nilai < mean + SD 63,9 ≤ nilai < 72, 6 Sedang 19 Nilai < mean – SD Nilai < 63,9 Rendah 11

H.Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian, yakni dari tes tertulis kemampuan mena-rik kesimpulan dan menerapkan konsep serta data keterlaksanaan proses pembel-ajaran berupa angket. Data-data tersebut kemudian diolah lebih lanjut. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data hasil penelitian:

1. Pengolahan data tes tertulis

Untuk menganalisis data yang berasal dari tes tertulis berupa soal uraian, dilaku-kan dengan cara:

a. Memberi skor pada setiap jawaban siswa pada tes tertulis berbentuk uraian ber-dasarkan pedoman jawaban yang telah dibuat.

b. Menjumlahkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan indikator kemam-puan menarik kesimpulan dan menerapkan konsep.

c. Mengubah skor menjadi nilai, dengan menggunakan persamaan:

d. Menghitung nilai rata-rata siswa untuk kemampuan menarik kesimpulan dan menerapkan konsep.pada kelompok tinggi, sedang dan rendah


(42)

e. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai rata-rata yang dida-pat pada poin d berdasarkan skala kriteria tingkat kemampuan siswa seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (2009).

Tabel 5. Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa Skor Kriteria

81-100 Sangat baik 61-80 Baik 41-60 Cukup 21-40 Kurang 0-20 Sangat kurang

f. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai siswa pada kemam-puan menarik kesimpulan dan menerapkan konsep berdasarkan Tabel 5. g. Menentukan jumlah siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk

setiap kriteria tingkat kemampuan.

h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

i. Menafsirkan persentase siswa yang diperoleh pada poin h dengan mengguna-kan kriteria yang dikemukamengguna-kan oleh Koentjaraningrat (1990).

Tabel 6. Hubungan antara presentase dengan tafsiran Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil 26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar 76%-99% Hampir seluruhnya


(43)

2. Pengolahan data kuesioner (angket)

Analisis data kuesioner dilakukan dengan cara berikut:

a. Memberikan skor untuk setiap nomor dengan kriteria skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”.

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap per-tanyaan.

c. Menentukan persentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap pertanyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana (2002).

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban siswa

∑S = Jumlah siswa yang menjawab ya Smaks = Jumlah total siswa

d. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan taf-siran Koentjaraningrat (1990) seperti pada tabel 6.


(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E pada materi asam-basa dapat disimpulkan bahwa:

1.Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan, pada kelompok tinggi hampir separuh siswa berkriteria sangat baik dan sebagian besar berkriteria baik. Pada kelompok sedang, sebagian kecil berkriteria sangat baik dan hampir seluruhnya berkriteria baik. Pada kelompok rendah, sebagian kecil berkriter sangat baik, sebagian besar berkriteria baik, dan sebagian kecil lainnya berkriteria cukup 2.Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep, apda kelompok tinggi hampir

seluruhnya berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik. Pada kelompok sedang, sebagian kecil berkriteria sangat baik, sebagian besar berkri-teria baik dan sebagian kecil lainnya berkriberkri-teria cukup. Pada kelompok rendah, hampir separuhnya berkriteria sangat baik, hampir separuhnya berkriteria baik serta hampir separuh lainnya berkriteria cukup.


(45)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disarankan bahwa: 1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian yang sejenis agar

memberikan pretes sebelum melakukan pengelompokan agar memperoleh kemampuan kognitif siswa yang sebenarnya.

2. Calon peneliti juga harus melakukan uji validitas untuk memastikan bahwa soal tes yang digunakan valid sehingga bisa digunakan untuk mengukur kemampuan yang diteliti secara tepat.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. PT. Prestasi Pustakaraya. Jakarta

Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. IMSTEP JICA. Bandung. Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta Costa, A.L. 1985. Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.

ASCD. Alexandria.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Ennis, R. 1989. Evaluating Critical Thinking. Midwest Publications. California. Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning

cycle). Universitas Negeri malang. Malang.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta

Liliasari. 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship In The 21st Century Science Education. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Science Education., 27 October 2007. Bandung. 13-18.

Meiliyana, V.S,. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Semester 2 MAN Malang I Pada Materi Pokok Reaksi Redoks. Skripsi. Diakses tanggal 21 Desember 2012 dari

http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/ 34067.html

Nickerson, R.S. 1985. The Theaching of Thinking. Lawrence Erlbaum Associates Publesher. New Jersey.

Nurhadi, B.Y. dan Senduk, A.G. 2002. Pembelajran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.


(47)

Pannen, P., Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: Dikti.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers : Jakarta

Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem solving Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan berpikir kritis Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan. Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta

Sudjana. 2002. Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Surya, B. 2010. Pengembangan Media Animasi Kimia dan LKS Praktikum

Berbasis Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IPA. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.


(1)

e. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai rata-rata yang dida-pat pada poin d berdasarkan skala kriteria tingkat kemampuan siswa seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (2009).

Tabel 5. Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa

Skor Kriteria

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang

f. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai siswa pada kemam-puan menarik kesimpulan dan menerapkan konsep berdasarkan Tabel 5. g. Menentukan jumlah siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk

setiap kriteria tingkat kemampuan.

h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

i. Menafsirkan persentase siswa yang diperoleh pada poin h dengan

mengguna-kan kriteria yang dikemukamengguna-kan oleh Koentjaraningrat (1990). Tabel 6. Hubungan antara presentase dengan tafsiran

Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya


(2)

“ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”.

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap per-tanyaan.

c. Menentukan persentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap pertanyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana (2002).

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban siswa

∑S = Jumlah siswa yang menjawab ya Smaks = Jumlah total siswa

d. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan taf-siran Koentjaraningrat (1990) seperti pada tabel 6.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E pada materi asam-basa dapat disimpulkan bahwa:

1.Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan, pada kelompok tinggi hampir separuh siswa berkriteria sangat baik dan sebagian besar berkriteria baik. Pada kelompok sedang, sebagian kecil berkriteria sangat baik dan hampir seluruhnya berkriteria baik. Pada kelompok rendah, sebagian kecil berkriter sangat baik, sebagian besar berkriteria baik, dan sebagian kecil lainnya berkriteria cukup 2.Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep, apda kelompok tinggi hampir

seluruhnya berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik. Pada kelompok sedang, sebagian kecil berkriteria sangat baik, sebagian besar berkri-teria baik dan sebagian kecil lainnya berkriberkri-teria cukup. Pada kelompok rendah, hampir separuhnya berkriteria sangat baik, hampir separuhnya berkriteria baik serta hampir separuh lainnya berkriteria cukup.


(4)

memberikan pretes sebelum melakukan pengelompokan agar memperoleh kemampuan kognitif siswa yang sebenarnya.

2. Calon peneliti juga harus melakukan uji validitas untuk memastikan bahwa soal tes yang digunakan valid sehingga bisa digunakan untuk mengukur kemampuan yang diteliti secara tepat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. PT. Prestasi Pustakaraya. Jakarta

Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. IMSTEP JICA. Bandung. Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta Costa, A.L. 1985. Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.

ASCD. Alexandria.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Ennis, R. 1989. Evaluating Critical Thinking. Midwest Publications. California. Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning

cycle). Universitas Negeri malang. Malang.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta

Liliasari. 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship In The 21st Century Science Education. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Science Education., 27 October 2007. Bandung. 13-18.

Meiliyana, V.S,. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Semester 2 MAN Malang I Pada Materi Pokok Reaksi Redoks. Skripsi. Diakses tanggal 21 Desember 2012 dari

http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/ 34067.html Nickerson, R.S. 1985. The Theaching of Thinking. Lawrence Erlbaum Associates

Publesher. New Jersey.

Nurhadi, B.Y. dan Senduk, A.G. 2002. Pembelajran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.


(6)

Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem solving Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan berpikir kritis Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan. Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta

Sudjana. 2002. Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Surya, B. 2010. Pengembangan Media Animasi Kimia dan LKS Praktikum

Berbasis Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IPA. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI

0 12 52

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI ASAM BASA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

0 10 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI ASAM BASA

0 4 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

2 12 44

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGENDALIKAN VARIABEL DAN MENDEFINISIKAN VARIABEL SECARA OPERASIONAL

1 13 37

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK ASAM-BASA

0 14 53

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGIDENTIFIKASI VARIABEL DAN MENDESKRIPSIKAN HUBUNGAN ANTAR VARIABEL

0 8 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENGANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN

0 2 43

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN PADA MATERI ASAM BASA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

0 7 44

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMEPEROLEH DAN MENYAJIKAN SERTA MENGANALISIS DATA

0 2 42