PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SETIANEGARA TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP

HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SETIANEGARA

TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh

FISCA RIZKI DWI YANDA

Masalah penelitian ini adalah hasil belajar PKn yang masih rendah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Tahun Ajaran 2014/2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share pada pembelajaran PKn terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Korelasi Multivariat. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Tahun Ajaran 2014/2015. Variabel bebas adalah model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share (X) sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar PKn (Y). Data penelitian yang digunakan yaitu data kuantitatif berupa data nilai Posttest PKn setelah diterapkan model pembelajran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (20,829 > 2,042), dan signifikansi < 0,05 (0,000<0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Tahun Ajaran 2014/2015.

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share, Hasil Belajar PKn.


(2)

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR PKn

SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SETIANEGARA TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

FISCA RIZKI DWI YANDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR PKN

SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SETIANEGARA TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

FISCA RIZKI DWI YANDA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 36

2. Hasil Penelitian ... 68

3. Siswa Sedang Berdiskusi ... 111

4. Siswa Sedang Berdiskusi ... 111

5. Siswa Sedang Melakukan Presentasi di Depan Kelas ... 112

6. Siswa Sedang Melakukan Presentasi di Depan Kelas ... 112

7. Guru dan Siswa Sedang Mengambil Kesimpulan dari Materi yang Telah diajarkan ... 113

8. Guru dan Siswa Sedang Mengambil Kesimpulan dari Materi yang Telah Diajarkan ... 113


(5)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran ... 74

2. Pemetaan SK-KD………... 77

3. Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Tipe Numbered Head Together Kelas Va Pertemuan ke-1 ... 78

4. Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Tipe Numbered Head Together Kelas Va Pertemuan ke-2 ... 81

5. Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Tipe Numbered Head Together Kelas Va Pertemuan ke-3 ... 84

6. Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Tipe Think Pair Share Kelas Vb Pertemuan ke-1 ... 87

7. Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Tipe Think Pair Share Kelas Vb Pertemuan ke-2 ... 90

8. Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Tipe Think Pair Share Kelas Vb Pertemuan ke-3 ... 94

9. Kisi-kisi Instrumen ... 97

10.Lembar Observasi Numbered Head Together………….. ... 101

11.Lembar Observasi Think Pair Share ... 103

12.Rekapitulasi nilai PKn Siswa (Numbered Head Together) ... 105

13.Rekapitulasi nilai PKn Siswa (Think Pair Share) ... 100

14.Data Hasil SPSS Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ... 107


(6)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas SD Negeri 1

Baradatu Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 6

2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

3.1 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas ... 45

3.2 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 47

3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 47

4.1 Fasilitas di SD Negeri 1 Setianegara ... 53

4.2 Data Jumlah Siswa SD Negeri 1 Setianegara ... 53

4.3 Data Tenaga Pendidik di SD Negeri 1 Setianegara ... 56

4.4 Jadwal dan Pokok Bahasan Pelaksanaan Penelitian ... 57

4.5 Tabel Interpretasi Daya Pembeda ... 59

4.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 60

4.7 Uji Normalitas Data Rata-rata Nilai Pre test PKn ... 61

4.8 Uji Normalitas Data Rata-rata Nilai Post test PKn ... 62

4.9 Uji Homogenitas ... 63

4.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Uji Hipotesis Pertama ... 64

4.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Uji Hipotesis Kedua ... 65

4.12 Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Uji Hipotesis Ketiga ... 67


(7)

(8)

(9)

ix MOTO

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.

(R.A Kartini ).

Takdir manusia sudah disiapkan sejak dalam kandungan, tetapi jalan hidup dan kesuksesan adalah pilihan yang harus ditentukan


(10)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, dan dengan segala ketulusan serta kerendahan hati,

Sebentuk karya kecil ini ku persembahkan kepada:

Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda H. Darman, S.Pd dan Ibunda Hj. Indri Yana, S.Pd yang selalu mendo’akan, memberikan dukungan dan memotivasi

penulis dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan keikhlasan.

Kakak dan adik-adikku yang telah memberikan dukungan selama ini dan seluruh keluarga besarku.

Orang-orang yang ku sayangi dan semua rekan-rekan yang selalu memberi motivasi dan membantu ku hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Para Guru dan Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang

sangat berharga melalui ketulusan dan kesabaranmu. Seseorang yang kelak menjadi pendamping hidup peneliti.


(11)

(12)

vii

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah:

1. Tama Kanak-kanak Pertiwi Kec. Baradatu Kab. Way Kanan diselesaikan pada tahun 1998.

2. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Tuih Balak Pasar Kec. Baradatu Kab. Way Kanan diselesaikan pada tahun 2005.

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Baradatu Kec. Baradatu Kab. Way Kanan diselesaikan pada tahun 2008.

4. Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pendidikan Unila (YP Unila) Kec. Tanjung Karang Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung, Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis bernama Fisca Rizki Dwi Yanda, dilahirkan di Tanjung Karang, Bandarlampung, pada tanggal 26 Juni 1993. Penulis adalah anak kedua dari empatbersaudara, dari Bapak H. Darman, S.Pd dan Ibu HJ. Indri Yana, S.Pd.


(13)

x

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together dan Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 1 Setianegara Tahun Ajaran 2014/2015”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda Bapak H. Darman, S.Pd dan Ibunda Hj. Indri Yana, S.Pd

2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(14)

xi

5. Bapak Dr. Sulton Djasmi, M.Pd, Pembimbing I, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan dengan kesabaran dan tulus sampai skripsi ini selesai.

6. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd, Pembimbing II, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan dengan kesabaran dan tulus sampai skripsi ini selesai.

7. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si, Penguji, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan dengan kesabaran dan tulus sampai skripsi ini selesai.

8. Bapak dan Ibu Dosen Staf Karyawan Jurusan Ilmu Pendidikan, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

9. Seluruh warga sekolah tempat penelitian di SD Negeri 1 Setianegara, yang telah membantu kelancaran selama penelitian.

10. Kakak adikku, keluarga dan orang-orang tersayang yang telah memberikan do’a, motivasi, dan bantuan dalam menyelesaikan studi ini.

11. Teman seperjuangan di PGSD UPP Kampus angkatan 2011, yang telah membantu, memotivasi sampai skripsi ini selesai. Tak lupa terimakasih atas kekeluargaan dan kebersamaan yang telah diberikan.

12. Teman-teman dan keluarga besar KKN-KT Desa Lemong Pesisir Barat yang sudah memberikan pelajaran berharga kepada penulis akan kekeluargaan, kebersamaan, dan gotong-royong.


(15)

xii

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Kritik dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas skripsi ini di masa mendatang sangat penulis harapkan.

Bandarlampung, 19 Oktober 2015 Penulis,


(16)

i DAFTAR ISI

Halaman

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 9

1.3Pembatasan Masalah ... 9

1.4Rumusan Masalah ... 10

1.5Tujuan Penelitian ... 10

1.6Manfaat Penelitian ... 11

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1Belajar ... 13

2.1.1 Pengertian Belajar ... 13

2.1.2 Tujuan Belajar ... 14

2.2Pembelajaran ... 15

2.2.1 Pembelajaran PKn ... 15

2.2.2 Tujuan Pembelajaran PKn... 16

2.3Model Pembelajaran... 17

2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

2.3.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

2.3.1.2 Keuntungan Pembelajaran Kooperatif ... 21

2.3.2 Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together ... 22

2.3.2.1 Pengertian Numbered Head Together ... 22

2.3.2.2 Tujuan Numbered Haed Together ... 23

2.3.2.3 Langkah-langkah Numbered Head Together ... 24

2.3.2.4 Kelebihan dan Kekurangan NHT ... 25

2.3.3 Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share ... 27

2.3.3.1 Pengertian Think Pair Share ... 27

2.3.3.2 Langkah-langkah Think Pair Share ... 28

2.3.3.3 Kelebihan dan Kekurangan TPS ... 29

2.4Hasil Belajar ... 31

2.4.1 Pengukuran Hasil Belajar ... 32

2.5Penelitian yang Relevan ... 33

2.6Kerangka Pikir ... 34

2.7Hipotesis ... 36

III. METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 37


(17)

ii

3.1.2 Desain Penelitian ... 37

3.2 Tempat dan Waktu Penggunaan... 37

3.2.1 Tempat Penelitian... 37

3.2.2 Waktu Penelitian ... 38

3.3 Variabel Penelitian ... 38

3.3.1 Variabel Independen ... 38

3.3.2 Variabel Dependen ... 38

3.3.3 Definisi Variabel ... 39

3.4 Populasi dan Sampel ... 41

3.5 Prosedur Penelitian... 42

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.6.1.1 Observasi ... 43

3.6.1.2 Tes ... 43

3.6.1.3 Dokumentasi ... 43

3.6.2 Pengujian Instrumen Penelitian... 44

3.6.2.1 Validitas ... 44

3.6.2.2 Reliabilitas... 44

3.6.2.3 Daya Pembeda ... 45

3.6.2.4 Tingkat Kesukaran ... 46

3.7 Analisis Data dan Pengajian Hipotesis ... 47

3.7.1 Uji Asumsi ... 47

3.7.1.1 Uji Normalitas ... 47

3.7.1.2 Uji Homogenitas ... 48

3.7.2 Uji Hipotesis ... 49

3.7.2.1 Uji Hipotesis Pertama ... 49

3.7.2.2 Uji Hipotesis Kedua ... 50

3.7.2.3 Uji Hipotesis Ketiga ... 51

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53

4.1.1 Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ... 53

4.1.2 Situasi dan Kondisi Sekolah... 54

4.1.3 Pelaksanaa Penelitian ... 56

4.2 Uji Persyaratan Instrumen ... 57

4.2.1 Uji Validitas ... 58

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 58

4.2.3 Daya Beda ... 59

4.2.4 Tingkat Kesukaran ... 60

4.3 Analisis Data ... 60

4.3.1 Uji Normalitas ... 61

4.3.2 Uji Homogenitas ... 62

4.4 Uji Hipotesis ... 63

4.4.1 Uji Hipotesis Pertama ... 63

4.4.2 Uji Hipotesis Kedua ... 65

4.4.3 Uji Hipotesis Ketiga ... 67


(18)

iii 5. SIMPULAN DAN SARAN ... 72 5.1 Simpulan ... 72 5.2 Saran ... 72


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia merupakan tanggung jawab semua warga negara dalam memajukan pendidikan nasional. Perkembangan dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perubahan seiring dengan tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh kualitas siswa, guru, materi dan model pembejaran yang saling terkait satu sama lain sebagai satu kesatuan tak terpisahkan.

Sesuai dengan UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang pengertian pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimulai dari pendidikan formal yang paling dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT) tidak lepas dari kegiatan


(20)

2

belajar yang merupakan salah satu kegiatan pokok dengan guru sebagai pemegang peranan utama.

Salah satu tujuan Pendidikan Nasional yang ingin dicapai dalam pembangunan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi sehingga bertanggung jawab.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab II Pasal 4 menjelaskan bahwa “kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan Nasional”. Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan penting terhadap terciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ke arah tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Jadi guru memegang peranan penting dalam proses khususnya pada anak sekolah dasar (SD) yang sangat membutuhkan bimbingan dalam proses pembelajaran. Tugas seorang guru salah satunya yaitu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta dapat menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan karena mutu


(21)

3

hasil pembelajaran dapat terwujud jika prosesnya diselenggarakan secara efektif, artinya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Namun karena cara penyampaian dan penyajiannya yang kurang tepat dan kurang dapat membangkitkan minat belajar siswa yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kelancaran proses belajar dan hasil belajar siswa yang kurang maksimal sehingga keberhasilan dari tujuan pendidikan tidak tercapai.

Banyak upaya dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan saat ini antara lain adalah dengan memperbaiki kualitas dan kinerja guru. Kualitas dan kinerja guru dapat dilihat dari cara guru mengondisikan kelas, cara penyampaian materi dan cara guru berkomunikasi dengan siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memeperbaiki kinerja guru adalah dengan cara memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah model pembelajaran dan hasil belajar.

Penerapan model pembelajaran tertentu merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajarnya, sedangkan hasil belajar siswa merupakan ukuran ketuntasan belajar siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tentunya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Pada pelaksanaan pembelajaran guru pada dasarnya harus senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran agar pembelajaran benar-benar mampu


(22)

4

mengkondisikan kondisi kelas sebagai upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa. Berkaitan dengan pembelajaran, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah model pembelajaran dan hasil belajar. Penerapan model pembelajaran tertentu merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajarnya, sedangkan hasil belajar siswa merupakan ukuran ketuntasan belajar siswa.

Di Indonesia pada umumnya masih menggunakan pembelajaran konvesional, dalam pendekatan konvensional yang pembelajarannya berpusat pada guru, model yang digunakan adalah ceramah, karena model ini relatif mudah dalam penyampaiannya. Tetapi cara pembelajaran ini akan membuat siswa bosan dan kurang aktif dalam proses pembelajaran, maka dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan ketrampilan tertentu agar penyajiannya tidak membosankan.

Kekurangan yang ditemui dalam pembelajaran konvensional adalah:

1. Tidak semua siswa memiliki daya tangkap yang baik, sehingga tidak semua siswa akan dengan mudah mengerti dan memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.

2. Agak sulit untuk mencerna dan menganalisis materi yang diceramahkan bersama- sama dengan kegiatan mendengarkan penjelasan guru.

3. Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses. 4. Tidak semua guru pandai melaksanakan ceramah sehingga tujuan


(23)

5

5. Menimbulkan rasa bosan, sehingga siswa tidak sepenuhnya memperhatikan dan materi pun tidak dapat dicerna dengan baik.

6. Menjadikan siswa malas membaca isi buku, mereka mengandalakan suara guru saja sehingga mereka tidak memahami materi sepenuhnya.

Jadi salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran serta untuk mengaktifkan pembelajaran di kelas adalah dengan cara mengganti metode pembelajaran konvensional yang selama ini dipakai oleh guru, salah satunya bisa menggunakan cara pembelajaran koorperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Ada banyak tipe pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu: Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Basic Learning), Problem Solving, Problem Terbuka (Open Ended), Probing-prompting, Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning), Pembelajaran Bersiklus (cycle learning), Teams Games Tournament, VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic), AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition), TAI (Team Assisted Individualy), STAD (Student Teams Achievement Division), NHT (Numbered Head Together), Jigsaw, TPS


(24)

6

(Think Pair Share), GI (Group Investigation), TS-TS (Two Stay-Two Stray), Role playing, Snowball Throwing, Student Facilitator and Explaining, Make-A Match, Mind Mapping, Examples Non Examples, dan Take and Give. (sumber: htto://filediamant.wordpress.com)

Dalam penelitian ini akan diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share pada siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara. Kedua model pembelajaran ini dipilih karena cocok diterapkan pada kelas rendah maupun kelas tinggi, proses pembelajarannya pun mudah diterapkan dan juga menarik dan tidak membosankan. Kedua pembelajaran ini dapat membuat siswa lebih aktif, berani mengungkapkan pendapat, dan membuat siswa lebih bersosialisasi dan menghargai perbedaan dengan teman sekelasnya. SD Negeri 1 Setianegara ini memiliki siswa-siswi yang heterogen dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, suku, ras, dan keragaman budaya.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 1 Setianegara Baradatu, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar dan ketercapaian siswa

Tabel 1.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Mata Pelajaran Pkn Siswa Kelas V

No KKM Nilai

Kelas

Va Vb

Jumlah Presentase Jumlah Presentase

1 65 ≤ 65 22 78,57 22 70, 33

2 65 ≥ 65 6 21, 43 8 29, 67

Jumlah 28 100,0 30 100,0


(25)

7

Hal ini disebabkan karena siswa merasa bosan saat pelajaran berlangsung sehingga siswa kurang memperhatikan pelajaran yang menyebabkan hasil belajar mereka rendah. Di sekolah ini belum pernah diterapkan pembelajaran kooperatif, guru pun kurang mengerti dan kurang paham apa dan bagaimana model pembelajaran kooperatif itu dan bagaimana penerapannya dalam proses pembelajaran. Sehingga peneliti perlu memperkenalkan dan memberi pengarahan tentang pembelajaran kooperatif, khususnya model pembelajaran tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share.

Numbered Head Together atau disingkat NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Metode ini adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di sekolah-sekolah, tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunakan sebagai bahan penelitian tindakan kelas (PTK). Proses pembelajaran kepala bernomor ini akan membentuk siswa kedalam kelompok dengan nomor yang sama pada masing-masing siswa sehingga setiap siswa menjadi siap jika nanti memanggil nomor mereka, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, terjadinya interaksi yang tinggi antara siswa dalam menjawab soal, tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok, karena adanya nomor yang membatasi. Model pembelajaran ini juga cocok diterapkan di semua kelas.

Sedangkan model pembelajaran Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Karakteristik


(26)

8

model Think Pair Share siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, dapat mengoptimalkan partisipasi siswa, memberikan sedikitnya delapan kali kepada siswa menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain dan bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Pembelajaran TPS membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya, pembelajaran ini juga memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertnyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan, siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah, siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang, siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar dan memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri 1 Setianegara’.


(27)

9

1.2IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a) Metode pembelajaran konvensional yang digunakan guru di SD Negeri 1 Setianegara saat mengajar yaitu metode ceramah yang cenderung membosankan sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa menjadi bosan dang mengantuk lalu siswa pun tidak memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa belum optimal.

b) 17 dari 19 guru di SD Negeri 1 Setianegara belum mengetahui dan memahami metode pembelajaran kooperatif.

c) Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang aktif dan mengalami kesulitan dalam menerima materi pelajaran sehingga nilai pelajaran PKn siswa menjadi rendah. Hal ini dapat dilihat dari rekapitulasi nilai PKn siswa kelas V SD Negeri 1 setianegara, ada 44 siswa dari 58 siswa dengan nilai dibawah KKM.

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Penelitian ini dibatasi dan dititik beratkan pada penggunaan model pembelajaran koorperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share pada pelajaran PKn kelas V SD Negeri 1 Setianegara Baradatu Way Kanan.


(28)

10

1.4 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a) Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Baradatu tahun pelajaran 2014/2015?

b) Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Baradatu tahun pelajaran 2014/2015?

c) Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Baradatu tahun pelajaran 2014/2015?

1.5 TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: a) Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Baradatu

b) Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Baradatu

c) Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Baradatu


(29)

11

1.6 MANFAAT PENELITIAN a) Teoritis

Secara teoritis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu untuk menambah khasanah ilmu pendidikan khususnya tentang meningkatkan prestasi belajar menggunakan model pembelajaran koorperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share

b) Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Guru

a. Memberikan informasi terhadap guru untuk lebih memperhatikan aktivitas dan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.

b. Sebagai bahan masukan dan pengetahuan kepada guru menentukan metode pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif selain metode konvensional, yang dapat membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran, salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share c. Sebagai bahan untuk meningkatkan kreativitas dalam kegiatan

belajar mengajar agar lebih profesional .

d. Sebagai bahan untuk lebih memperhatikan siswa yaitu guru dapat mengetahui ada siswa yang sudah jelas atau belum


(30)

12

2. Siswa

a. Memberikan suasana baru bagi siswa dalam belajar

b. Melatih siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan kreatif dalam mengembangkan ide.

c. Menambah motivasi belajar siswa terutama pada mata pelajaran PPKn.

d. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think-Pair-Share diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran PKn

3. Sekolah

Memberikan masukan dalam mengembangkan model pembelajaran terutama model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share meningkatkan prestasi belajar PKn siswa

4. Peneliti

Menjadi sarana pengembangan diri, menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan peneliti.

5. Peneliti Lain

Bahan referensi bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Manusia senantiasa melakukan kegiatan belajar. Mulai dari lahir hingga meninggal selalu melakukan proses belajar. Belajar tidak hanya dilakukan di bangku sekolah, tetapi dapat pula terjadi pada seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan Sardiman (2007: 20) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendegarkan, meniru dan lain sebagainya, sedangkan menurut Suparno (2000: 2) menyatakan belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya bukan oleh lainnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar (Sadirman, 2007: 20) yaitu :


(32)

14

1. Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk. Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat nampak di kesempatan yang akan datang.

2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.

3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis.

Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan, pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia.

2.1.2 Tujuan Belajar

Tujuan belajar menurut Hamalik (2003: 73) adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru,


(33)

15

yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Sedangkan menurut Sardiman (2001: 43) tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan dan pembentukan sikap.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah untuk mendapatkan dan mengumpulkan informasi atau pengetahuan baru setelah berlangsungnya proses belajar.

2.2 Pembelajaran

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Sedangkan menurut Sudjana (2004: 28) “Pembelajaran dapat diartikan upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.

Jadi pembelajaran adalah suatu lingkungan belajar yang di dalamnya teraksi anatara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

2.2.1 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraa (PKn)

Pasal 39 No. 20 Tahun 2003 menegaskan bahwa PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar


(34)

16

berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Hal senada dikemukakan pula oleh Soemantri (2001: 299) bahwa mata pelajaran PKn adakah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh – pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang semuanya itu diprogres guna melatif para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (Soematri, 2001: 300) :

1. Program pendidikan berdasarkan nilai nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam khidupan sehari hari.

2. Mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial, budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarater yang dilandasi pancasila dan UUD ’45.

2.2.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006: 49) adalah untuk memberikan kompetensi adalah :

a) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. b) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia


(35)

17

secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Tujuan umum pelajaran PKn adalah mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik, yang dapat dilukiskan dengan “warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis..” (Soemantri, 2001: 278)

Jadi tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD RI 1945.

Peneliti memilih pembelajaran PKn dalam penelitian ini karena PKn merupakan mata pelajaran yan penting untuk membentuk karakter, rasa cinta tanah air dan bela negara dalam diri siswa. Jadi jika siswa dapat mengerti dan memahami pembelajaran PKn dengan baik, siswa dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari mereka secara baik pula.

2.3 Model Pembelajaran

Andreas Kosasih (2010: 54) mengemukakan bahwa istilah model secara khusus diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Menurut Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2011: 133) menyatakan model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum


(36)

18

(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Menurut Arends (dalam Suprijono, 2011: 87) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan - tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan cara mengeskpresikannya. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 2.3.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Depdiknas (2003: 5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang


(37)

19

saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Sedangkan menurut Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih beremangat dalam belajar. Jhonson (dalam Isjoni, 2007: 17) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai upaya mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Menurut Hamdani (2010: 31) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan Cooperative learning memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Setiap anggota memiliki peran;

b) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;

c) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya;

d) Guru membantu pengembangan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Menurut Ibrahim (dalam Hamdani 2010: 34-35) Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa


(38)

20

untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran korperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah dipelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha individu maupun kelompok.

2.1 Sintaks model pembelajaran kooperatif

Fase Aktvitas Guru Aktivitas siswa

Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaranyang ingin di capai pada mata pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Siswa mendengarkn tujuan dan motivasi yang di sampaikan oleh guru

Fase-2 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Siswa memperhatikan informasi yang disampaikan guru Fase-3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru dan membentuk kelompok belajar sesuai arahan dari guru

Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Siswa memperhatikan bimbingan guru dan bekerja sama dengan teman kelompoknya Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya

Siswa menjawab soal evaluasi dari guru dan mempersentasikan hasil kerja kelompoknya

Fase-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Siswa termotivsi menerima

pujian/penghargaan dari guru


(39)

21

2.3.1.2 Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

Keuntungan dari pembelajaran kooperatif (Sugiyanto,2010:43) yaitu: a) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social

b) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan - pandangan.

c) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

d) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.

e) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

f) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. g) Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. h) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

i) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

j) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

k) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas

Menurut Isjoni (2007: 51) dalam pembelajaran kooperatif terdapat variasi model yang dapat diterapkan sebagai berikut:

Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT), Teams Games Tournament.

Peneliti memilih tipe pembelajaran Numbered Head Together dan Think Pair Share dalam penelitian ini karena kedua model pembelajaran ini Teknik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak. Model pembelajaran ini dapat menuntut siswa agar dapat berfikir sendiri serta bekerja sama dalam kelompok untuk


(40)

22

mendapatkan jawaban dari suatu masalah dan juga pembelajaran ini cocok diterapkan di kelas rendah maupun kelas tinggi.

2.3.2 Model Pembelajaran Koorperatif Numbered Head Together (NHT) 2.3.2.1 Pengertian Numbered Head Together

Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di sekolah-sekolah adalah Numbered Head Together atau disingkat NHT. Teknik belajar mengajar Numbered Head Together pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1993. Tipe ini dekembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Teknik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil yang lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.

Menurut Kagan, dalam Sardiman (2007: 21) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Model ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan peserta didik.


(41)

23

Menurut Anita Lie (2004: 59) Numbered Head Together (NHT) adalah suatu tipe dari pembelajaran kooperatif pendekatan structural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide- ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Sedangkan Muslimin (2000: 65) mengemukakan bahwa Numbered Head Together adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks; pengarahan, membentuk kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, lalu memberikan persoalan materi bahan ajar kemudian bekerja dalam kelompok, presentasi kelompok, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Numbered Head Together (NHT) adalah model pembelajaran kooperatif dimana terdapat penomoran siswa dalam kelompok untuk bekerja sama dalam menyelesaikan soal.

2.3.2.2 Tujuan Numbered Head Together

Ibrahim (2000: 18) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

a) Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

b) Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

c) Pengembangan keterampilan social : Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran


(42)

24

kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :

a) Pembentukan kelompok; b) Diskusi masalah;

c) Tukar jawaban antar kelompok

2.3.2.3 Langkah – langkah Pembelajaran Numbered Head Together

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Langkah 2. Pembentukan kelompok

Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Tiap kelompok beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Menurut Nurhadi dkk (2004: 67), pembelajaran tipe Numbered Head Together memiliki langkah-langkah sebagai berikut:


(43)

25

Pertama: Numbering (penomoran); guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 3 sampai 5 orang. Masing-masing siswa diberi nomor.

Kedua: Questioning (mengajukan pertanyaan); guru mengajukan pertanyaan kepada siswa kemudian siswa diarahkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Ketiga: Heads Together (berpikir bersama); siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapat untuk meyakinkan bahwa tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.

Keempat: answering (menjawab); guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya dipanggil mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Kemudian guru bertanya pada siswa yang bernomor sama pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban tersebut.

Sedangkan Muslimin (2000: 65) mengemukakan bahwa langkah-langkah Numbered Head Together adalah:

Pengarahan, membentuk kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, lalu memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama, sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor yang sama, mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja dalam kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjai diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa.

Ibrahim (2000: 32) mengemukakan tiga kemampuan yang dapat dilihat pada siswa setelah diterapkan NHT, yaitu:

a. Hasil akademik struktural

Meningkatnya kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. b. Pengakuan adanya keragaman

Siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai latar belakang.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Siswa aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

2.3.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Numbered Head Together (NHT)

Menurut Hill (dalam Tryana, 2008: 15) menyebutkan kelebihan dari Numbered Head Together yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,


(44)

26

mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan, sedangkan kekurangan dari Numbered Head Together yaitu kemungkinan nomor yang sudah dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru, tidak semua anggota kelompok dipanggil guru dan waktu yang dibutuhkan banyak.

Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) adapun kelebihan dan kelemahan NHT (Numbered Heads Together) adalah:

Kelebihan: 1) Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh - sungguh, 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan: 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

.

Sedangkan menurut Sanjaya (2008: 249), keuntungan dari pembelajaran

NHT adalah:

- Menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri - Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide

- Dapat membantu siswa untuk merespon orang lain

- Membuat siswa lebih bertanggung jawab

- Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial siswa

- Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri

- Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi

- Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.

Kelemahan NHT:

- Apabila keleluasaan pembelajaran tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.


(45)

27

- Mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan waktu yang lama

Jadi dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model pembelajaran NHT ini adalah Setiap murid menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, murid yang pandai dapat mengajari murid yang kurang pandai, terjadinya interaksi yang tinggi antara siswa dalam menjawab soal, tidak ada murid yang mendominasi dalam kelompok, karena adanya nomor yang membatasi. Model pembelajaran ini juga cocok diterapkan di semua kelas, di kelas rendah maupun kelas tinggi.

2.3.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Phair Share

2.3.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatof Tipe Think PairShare Model pembelajaran Think Pair Share merupakan metode sangat sederhana tetapi sangat bermafaat yang dikembangkan oleh Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain.

Pembelajaran TPS membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Penerapan metode pembelajaran Think Pair Share diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dan berkomunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.


(46)

28

Hal ini sesuai dengan pengertian dari metode pembelajaran Think Pair Share itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Anita Lie (2002: 57) bahwa, Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunkan dalam TPS dapat memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berfikir, merespon dan saling membantu (Trianto, 2007: 61)

Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Think Pair Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Karakteristik model Think Pair Share siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan.

2.3.3.2 Langkah – langkah Pembelajaran Think Pair Share

Langkah-langkah pembelajaran TPS menurut (Trianto, 2010: 213) adalah: Langkah 1 : Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan sendiri jawaban atas masalah tersebut.

Langkah 2 : Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Guru hanya memberikan waktu tidak lebih dari 4 sampai 5 menit untuk berpasangan.


(47)

29

Langkah 3 : Berbagi (Sharing) Pada tahap akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Kegiatan “berpikir-berpasaangan-berbagi” dalam model Think-Pair-Share memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time),Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berdiskusi dengan pasangannya (Pair), kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas (Share).

Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) sebagai berikut:

Tahap 1 : Think

Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri

Tahap 2 : Pair

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa laim untuk mendiskudikan apa yang telah dipikirkan pada tatap pertama. Tahap 3 : Share

Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.

Sementara menurut Muslimin (dalam Rosmiami, 2009: 26) menyatakan bahwa langka-langkah TPS adalah:

Tahap 1: Thinking

Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap 2: Pairing

Guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama Tahap 3: Share

Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.

2.3.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Think Pair Share

Kelebihan metode pembelajaran koperatif tipe TPS menurut Hartina (2008: 12) antara lain sebagai berikut:


(48)

30

a) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertnyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

b) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

c) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang. d) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil

diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

e) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.

Adapun kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS dikemukakan oleh Hartina (2008: 12) adalah sangat sulit diterapkan disekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

Kelebihan model pembelajaran Think Pair Share menurut Assyafi'i (2009: 28) yaitu:

a) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

b) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.

c) Interaksi lebih mudah.

d) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.

e) Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.

f) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

g) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.

h) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

i) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.


(49)

31

Kekurangan model pembelajaran Think Pair Share menurut Assyafi'i (2009: 28) yaitu:

a) Lebih sedikit ide yang muncul.

b) Jika ada perselisihan dalam kelompok tidak ada penengah. c) Menggantungkan pada pasangan.

d) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.

e) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

Solusi untuk kekurangan dari model pembelajaran Think Pair Share ini adalah:

a) Guru memonitor terus kinerja siswa;

b) Pembagian pasangan kelompok dengan teman sebangku, hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya perselisihan dalam kelompok;

c) Semua siswa harus aktif dalam kelompoknya;

d) Jumlah siswa di kelas harus genap dalam penggunaan model pembelajaran Think Pair Share agar setiap kelompok ada pasangannya.

e) Guru aktif dalam membimbing kelompok.

2.4 Hasil Belajar

Menurut pendapat Sudjana (2004: 22) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.

Winkel (2007: 273) menyatakan bahwa secara garis besar ranah hasil pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu: ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesis, dan evaluasi. Kedua ranah pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat ranah berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap. Ranah afektif ini meliputi penerimaan, partisipasi, penentuan nilai/sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ranah psikomotor meliputi persepsi, persiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas.


(50)

32

Kingsley (dalam Sudjana, 2011: 22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu: (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Jadi menurut beberapa pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar.

2.4.1 Pengukuran Hasil Belajar dalam Proses Pembelajaran

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami pelajaran dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik dan nilai pelajaran yang baik.

Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan suatu alat evaluasi melalui pengukuran. Alat evaluasi tersebut biasanya berupa suatu instrumen tes yang disusun oleh guru sendiri. Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaanya terhadap cakupan materi yang sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.


(51)

33

a) Tes Kinerja

Pertanyaan atau persoalan disampaikan dalam bentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh murid.

b) Tes tertulis

Pertanyaan maupun jawaban disajikan secara tertulis dengan menggunakan kertas dan alat tulis. Tes tertulis dapat berupa tes essay atau tes obyektif. Tes obyektif sendiri masih dibagi menjadi beberapa tipe yaitu tes betul salah, tes menjodohkan, dan tes pilihan ganda

2.5 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Paramitha Wahyuningtyas (2013) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan Tahun 2013/2014. Hasilnya menunjukan rata-rata nilai kemampuan awal siswa yang didapat dari nilai pre tes, kelompok eskperimen sebesar 76.00 dan kelompok kontrol sebesar 76.27. rata-rata nilai hasil post test kelompok eskperimen sebesar 84,18 dan kelompok kontrol sebesar 78, 54. Hasil uji t diperoleh thitung = - 2,657 < ttabel = - 1,998. Maka diartikan Ho ditolak dan H1 diterima menyatakan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan tahun 2013/2014.

Penelitian lainnya oleh Luthfiatul Khusna (2014) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together dan Think


(52)

34

Pair Share Terhadap Hasil Belajar Kimia dan Ketrampilan Kerjasama. Hasilnya menunjukan rata-rata hasil belajar Biologi siswa kelas VIII a SMP Negeri 20 Bandarlampung yang awalnya 68,5 meningkat menjadi 72,5 setelah diterapkan metode pembelajaran tipe Numbered Head Together dan rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelas VIIIb SMP Negeri 1 Sumber Kabupaten Cirebon pun meningkat dari 68,0 menjadi 73,5 setelah diterapkan metode pembelajaran tipe Think Pair Share. Sehingga kesimpulannya ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Metode Pembelajaran Tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Kimia dan Ketrampilan Kerjasama Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sumber Kabupaten Cirebon Tahun 2011/2012.

Penelitian lainnya oleh Efi Andriyani (2011) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together dan Jigsaw Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SDN Blotongan 2 Salatiga Semester II Tahun 2010/1012 yang hasilnya menunjukkan rata-rata hasil belajar kelompok NHT 79,09 sedangkan kelompok Jigsaw 76,66 dengan hasil uji t signifikansi sebesar 0,00 sehingga kesimpulannya ada pengaruh penggunaan NHT dan Jigsaw terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SDN Blotongan 2 Salatiga semester II tahun 2010/2011.

2.6 Kerangka Pikir

Metode pembelajaran konvensional yang biasa dipakai oleh guru menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara. Oleh karena itu peneliti akan menerapkan model


(53)

35

pembelajaran Numbered Head Together dan Think Pair Share pada penelitian ini. Pembelajaran tipe Numbered Head Together dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Muslimin (2000: 65) mengemukakan bahwa Numbered Head Together adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks; pengarahan, membentuk kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, lalu memberikan persoalan materi bahan ajar kemudian bekerja dalam kelompok, presentasi kelompok, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa. Sedangkan tipe Think Pair Share dikembangkan oleh Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985, dikemukakan oleh Anita Lie (2002: 57) bahwa, Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Peneliti memilih tipe pembelajaran Numbered Head Together dan Think Pair Share dalam penelitian ini karena kedua model pembelajaran ini menarik dan mudah untuk digunakan dalam proses pembelajaran, siswa dapat berfikir sendiri serta bekerja sama dalam kelompok untuk mendapatkan jawaban dari suatu masalah dan juga pembelajaran ini cocok diterapkan di kelas rendah maupun kelas tinggi.

Pada penelitian ini guru mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan tipe Think Pair Share pada kelas Va dan Vb SD Negeri 1 Setianegara selama 3 kali pertemuan. Kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan


(54)

36

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share pada hasil belajar siswa.

Gambar 1 Kerangka Pikir X1

Y

Keterangan :

X1 Y : Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Head Together terhadap hasil belajar PKn siswa

X2 Y : Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa X1 dan X2 Y : Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together dan Think Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa.

2.7 Hipotesis Penelitian

a) Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara tahun ajaran 2014/2015 .

b) Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara tahun ajaran 2014/2015.

c) Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara tahun ajaran 2014/2015.

X2


(55)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian Korelasi Multivariat yaitu suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara tiga variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel.

3.1.2 Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Meunurut Sugiyono (2012: 23) dikatakan metode kuntitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik, untuk memperoleh data yang berbentuk angka.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Setianegara Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan. Penelitian ini melibatkan dua kelas,


(56)

38

yaitu kelas Va dan kelas Vb SD Negeri 1 Setianegara kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajatan 2014/2015.

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen sering disebut dengan variabel bebas. Merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel depenen (Sugiyono, 2011:39). Variabel independen dalam penelitian ini adalah penggunaan pembelajaran Numbered Head Together dan Think Pair Share (X). Pemanfaatan model pembelajaran Numbered Head Together (X1) dan Think Pair Share (X2). Variable independen ini akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:39). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar (Y). Hasil belajar siswa akan dipengaruhi oleh pemanfaatan model pembelajaran tipe Numbered Head Together dan Think Pair Share.


(57)

39

3.3.3 Definisi Variabel

3.3.3.1Variabel Numbered Head Together 1. Definisi Konsep

Muslimin (2000: 65) mengemukakan bahwa Numbered Head Together adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks; pengarahan, membentuk kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, lalu memberikan persoalan materi bahan ajar kemudian bekerja dalam kelompok, presentasi kelompok, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa.

2. Definisi Operasional

Numbered Head Together adalah suatu model pembelajaran yang dalam penerapannya menggunakan sintaks atau langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Tiap kelompok beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru


(58)

40

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.Ibrahim (2000: 29)

3.3.3.2 Variabel Think Pair Share 1. Definisi Konsep

Menurut Anita Lie (2002: 57) Think Pair Share adalah suatu tipe pembelajaran yang memberikan kepada para siswa waktu untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.

3. Definisi Operasional

Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran yang dalam penerapannya menggunakan sintaks atau langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan sendiri jawaban atas masalah tersebut.

Langkah 2 : Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Guru hanya memberikan waktu tidak lebih dari 4 sampai 5 menit untuk berpasangan. 3.

Langkah 3 : Berbagi (Sharing) Pada tahap akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Kegiatan “berpikir-berpasaangan-berbagi” dalam model Think-Pair-Share memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkanpemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time),Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. siswa harus saling melaporkanhasil pemikiran masing-masing dan berdiskusi dengan pasangannya (Pair),kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas(Share).


(59)

41

3.3.3.3 Variabel Hasil Belajar 1. Definisi Konsep

Menurut pendapat Sudjana (2004:22) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.

2. Definisi Operasional

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hasil belajar yang dilihat dalam penelitian ini adalah nilai pelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara setelah diterapkan model pemelajaran Numbered Head Together dan Think Pair Share.

3.4 Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130-131) bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian ini menggunakan studi populasi yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegarayang berjumlah 58 siswayang terdiri dari kelas Va yang berjumlah 28 siswa dan kelas Vb yang berjumlah 30 siswa.


(60)

42

3.5 Prosedur Penelitian

Tahap – tahap yang dilakukan:

a. Peneliti melakukan penelitian pendahuluan di SD Negeri 1 Setianegara untuk mengetahui kondisi sekolah, jumlah kelas, dan siswa yang akan dijadikan subyek penelitian, serta cara mengajar guru PKn.

b. Memilih populasi penelitian yaitu siswa kelas Va dan Vb SD Negeri 1 Setianegara.

c. Membuat Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) pelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Head Together dan model pembelajaran tipe Think Pair Share

d. Menyiapkan instrumen penelitian

e. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dan model pembelajaran Think Pair Share sebanyak tiga kali pertemuan pada masing-,masing tipe pembelajaran. f. Memberikan post test setelah melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Head Together dan pembelajaran tipe Think Pair Share

g. Menganalisis hasil penelitian


(1)

52

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

“Ho ditolak jika Fhitung >Ftabel dan Ho diterima jika Ftabel> Fhitung,

dengan dk pembilang = K dan dk penyebut = n – k – 1 dengan α = 0,05. Sebaliknya diterima jika Fhitung < Ftabel.”


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara

Baradatu tahun pelajaran 2014/2015.

2. Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Setianegara Baradatu tahun pelajaran 2014/2015.

3. Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe anaumbered Head

Together dan Think Pair Share terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD

Negeri 1 Setianegara Baradatu tahun pelajaran 2014/2015.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered HeadTogether dan Think Pair Share , maka saran yang dapat dikemukakan yaitu:


(3)

73

1. Sebaiknya guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Head Together dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

sebagai salah satu langkah yang dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena telah terbukti lebih efektif dibandingkan dengan metode konvensional.

2. Guru agar memberikan inovasi baru dalam menerapkan model pembelajaran yang yang lebih efektif agar dapat meningkatkan hasil belajar.


(4)

Anita, Lie. 2004. Coorperatif Learning: Mempraktekan Cooperatif Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo

Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Versi

Revisi, Jakarta: PT Rineka Cipta

---.2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Versi Revisi

2010, Jakarta: PT Rineka Cipta

---.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

---.2012 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Assyafi’i. 2009. Perbedaan Hasil Belajar Kimia Antara Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share dan Metode Ceramah Kelas X MAN

Semarang 1 Tahun Pelajaran 2008/2009. Prodi Tadris Kimia. IAIN

Walisongo, Semarang.

Hamalik, Oemar. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Makasar: Badan Penerbit UNM.

Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka

Hartina, 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5

Makassar (Studi pada Materi Pokok Laju Reaksi). Skripsi jurusan Kimia

FMIPA, UMN.

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa-University Press Isjoni. 2007. Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran Kelompok). Jogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni, .H 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Kosasih, Andreas. 2010. Optimalisasi Belajar dan Pembelajaran. Salatiga: Widyasari Press

Lie, Anita, 2002. Cooperative Learnig. Jakarta: PT. Grasindo

Muslimin, Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press Noor, Juliansyah. 2013. Penelitian Ilmu Manajemen. Jakarta: Kencana Nurhadi. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia


(5)

74

Ruseffendi, E.T. 2010. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Rusman. 2011. Model - Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sardiman, A.M 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers ---. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Siregar, Syofian. 2014. Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif. Jakarta:

Bumi Aksara.

Soemantri, Numan. 2001. Menggagas Pembaruan Pendidikan IPS. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

---. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Sugiyanto. 2010. Model - Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

---. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

---. 2011. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta

---. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta

---. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (revisi), Bandung: Alfabeta

Sundayana, Rostina. 2014. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suparno, Suhaenah. 2000. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Tinggi.

Suprijino, Agus. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar Suryabrata, S. 2000. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada Syah, Muhibin. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.


(6)

Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif. Jakarta: Kencana.

Tryana, Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered

Head Together (NHT)

http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numered-head-together.

Winkel, WS, 2007. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia. Zuhdi, Ahmad. 2010. Guru Idola. Yogyakarta: Gen-K Publisher

Suparno, Suhaenah. 2000. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Tinggi.

Nurhadi. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia

Isjoni. 2007. Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran Kelompok). Jogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muslimin, Ibrahim. 2000. Pembelajatan Kooperatif. Surabaya: PT. Remaja Rosdakarya

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jogjakarta: Pustaka Belajar