PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 KOTA AGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 KOTA AGUNG TAHUN

PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

Ahmad Fatih Khakikudin

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ii ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 KOTA AGUNG TAHUN PELAJARAN

2014/2015

Oleh

Ahmad Fatih Khakikudin

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar geografi siswa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Kota Agung. Pengumpulan data dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 januari 2015. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus masing-masing siklus terdiri dari satu pertemuan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, Penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head together) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas. Setelah diadakan tindakan terjadi peningkatan rata-rata aktivitas siswa sebesar 59,33 pada siklus 1 meningkat menjadi 69,33 pada siklus II dan megalami peningkatan 80,66 di siklus ke III. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa hal ini terbukti dari peningkatan hasil belajar pada siklus 1 yaitu 63 mengalami peningkatan pada siklus ke II yaitu 66 dan meningkat pada siklus ke III yaitu 80. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Kota Agung. Pembelajaran selanjutnya agar menggunakan metode pembelajaran ini karena siswa merasa terpacu dalam beraktivitas dan hasil belajar geografi siswa meningkat.


(3)

iii ABSTRACT

THE INCREASING OF ACTIVITIES AND RESULTS OF STUDYING GEOGRAPHY COOPERATIVE LEARNING TYPE NUMBERED HEAD TOGETHER, STUDENTS OF SOCIAL 11THGRADE, STATE SENIOR HIGH

SCHOOL 1 KOTA AGUNG,PERIOD 2014/2015

By

Ahmad Fatih Khakikudin

The purpose of this research is to increase the activities and geography students learning results by using cooperative learning model. The method of this research is classroom action research. The subjects of this research are the students of social 11th grade, State Senior High School 1 Kota Agung. Data collection was conducted in Tuesday, Januari 22nd 2015. This research consists of three cycles, each cycle consist of meeting. The type of this research is quantitative research, classroom action research by applying cooperative learning model type Numbered Head Together (NHT) can improve learning activities of students in the class. After the action is conducted, the result shows an increase of student’s activity average of 59,33 in cycle, increasing to 69,33 in cycle 2 and increasing to 80,66 in cycle 3. The applying of Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT) can increase the student’s learning results, it is proved by the increasing of learning result in cycle 1 is 63, then it increases to 66 in cycle 2 and also inrease in cycle 3 to 80. The result of this research shows that Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT) can increase the activities and geography students learning results in social 11th grade State Senior High School 1 Kota Agung. For further learning in order to use this learning method because of the students can feel encouraged in doing their activities and the results of geography students learning results can increase.

Keywords: cooperative learning model type Numbered Head Together (NHT), activities, learning results


(4)

iv PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1

KOTA AGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

Ahmad Fatih Khakikudin

(Skripsi)

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Ahmad Fatih Khakikudin dilahirkan di Gisting Bawah Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus, pada tanggal 16 Juni 1992, sebagai anak Keempat dari empat bersaudara. Penulis merupakan putra ke tiga dari pasangan Bapak Suharto, dan Ibu Sehatun

Penulis menyelesaikan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Gisting diselesaikan pada tahun 2004, melanjutkan ke SMP Negeri 1 Gisting diselesaikan pada tahun 2007, dan kemudian Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kota Agung diselesaikan pada tahun 2010.

Pada pertengahan tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Program Studi Pendidikan Geografi. Pada tanggal 30 Juni-7 Juli 2010, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu ke Solo, DI Yogyakarta, Bandung, dan DKI Jakarta. Kemudian pada bulan Juli-September tahun 2010, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Sumber Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Tunas Jaya.


(9)

ix

Moto

Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil” (Ahmad Fatih Hakikudin)

Bahagiakanlah keluargamu sebelum membahagiakan orang lain” (Ahmad Fatih Hakikudin)


(10)

x

P

ERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT kupersembahkan karya sederhanaku ini untuk orang-orang yang selalu kusayangi dengan segenap hatiku:

bapak dan Mama tercinta yang senantiasa berjuang tak kenal lelah, memberi semangat, perhatian, pengorbanan dan senantiasa tulus mendoakan di setiap

langkah hidupku. Kalian adalah segalanya bagiku.

Terimaksaih atas cinta, kasih sayang, dukungan, do’a dan keceriaan yang

mewarnai sepanjang perjalananku hingga kini dan mendatang.

Seluruh keluarga besar yang senantiasa turut memberi semangat dan motivasi, serta doa untuk keberhasilanku.


(11)

xi SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul Peningkatan AktivitaS dan Hasil Belajar Geografi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak Dr. Sumadi, M.S., selaku Dosen Pembimbing Utama, dan Bapak Drs. Hi. Sudarmi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pembantu serta Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd., selaku Dosen Pembahas. Terimakasih atas bimbingannya, tidak ada yang dapat penulis haturkan kepada Bapak dan Ibu kecuali do’a yang tulus ikhlas semoga ilmu dan amal yang diberikan kepada penulis selama kuliah dan proses bimbingan menjadi amal ibadah dan Allah SWT menganugerahkan limpahan rahmat, hidayah dan kesehatan lahir dan batin.

Penulis juga menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(12)

xii 2. Pembantu Dekan I Dr. Abdurrahman, M.Si., Pembantu Dekan II Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., dan Pembantu Dekan III Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Drs. Zulkarnain, M.Si,, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

6. Bapak Drs. Muhammad Yusuf, M.M., selaku kepala sekolah SMA Negei 1 Kota Agung, yang telah mendukung penelitian ini dan Ibu Marsini, S.Pd., selaku guru mata pelajaran geografi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Kota Agung.

7. Siswa dan siswi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Kota Agung.

8. Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doanya.

9. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Geografi, terutama angkatan 2010 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya, Geografi angkatan 2009 dan 2007 yang telah bersedia mendengar pertanyaanku terhadap skripsi.

10.Sahabat-sahabatku, yang telah menemaniku dalam suka, duka, bahagia dan susah. 11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.


(13)

xiii Ahmad Fatih Khakikudin


(14)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai tes Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Kota Agung Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... 1

2. Hubungan Antara Media dengan Tujuan Pembelajaran ... 25

3. Lembar Observasi Untuk Siswa ... 54

4. Kategori Penilaian Aktivitas Siswa ... 57

5. Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Kota Agung ... 66

6. Daftar Nama-Nama Pendidik SMA Negeri 1 Kota Agung... 67

7. Jadwal Penelitian ... 67

8. Data Aktivitas On Task Siswa Selama Kegiatan Siklus I ... 72

9. Data Hasil Belajar Siswa ... 73

10. Data Hasil Observasi Pembelajaran Pada Siklus I... 75

11. Data Aktivitas On Task Siswa Selama Kegiatan Siklus II... 83

12. Data Hasil Belajar Siswa ... 84

13. Data Hasil Observasi Pembelajaran Pada Siklus II ... 86

14. Data Aktivitas On Task Siswa Selama Kegiatan Siklus III ... 93

15. Data Hasil Belajar Siswa ... 94

16. Data Hasil Observasi Pembelajaran Pada Siklus III ... 96

17. Data Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa Setiap Siklus ... 98


(15)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 27

2. Peta Penelitian ... 60

3. Proses Diskusi Pada Kelompok Siklus I ... 70

4. Pelaksanaan Tes Pada Akhir Siklus I ... 71

5. Proses Diskusi Pada Kelompok Siklus II ... 81


(16)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C.Batasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1. Subjek Penelitian ... 9

2. Objek Penelitian ... 9

3. Lokasi Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR A.Pembelajaran Kooperatif ... 10

B.Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) ... 13

C.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)... 16

D.Teori yang Mendukung NHT (Numbered Head Together) Dapat Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa... 17

E. Aktivitas Belajar ... 18

F. Hasil Belajar ... 19

G.Media Pembelajaran ... 21

H.Penelitian Yang Relevan... 31

I. Kerangka Pikir Penelitian ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 35

B. Setting Penelitian ... 36

C. Lokasi, Subjek, dan Objek Penelitian ... 49

1. Lokasi Penelitian ... 49


(17)

xv

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

G.Instrumen Penelitian ... 54

H.Indikator Keberhasilan... 54

I. Teknik Pengolahan Data ... 55

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Kondisi Umum Sekolah ... 59

1. Visi dan Misi ... 61

a) Visi ... 61

b) Misi ... 61

2. Jumlah Personil sekolah ... 66

B. Pelaksanaan Penelitian... 67

C.Tindakan Hasil Penelitian ... 68

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 68

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 77

3. Hasil Penelitian Siklus III ... 88

D.Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 98

1. Aktivitas Siswa ... 98

2. Hasil Belajar ... 99

E. Pembahasan ... 103

1. Deskripsi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran ... 103

2. Deskripsi Hasil Belajar Dalam Pembelajaran... 109

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 114

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Kelompok Siklus I ... 119

2. Skema Tempat Duduk Pengelompokkan Siswa Siklus I ... 120

3. Daftar Nama Kelompok Siklus II ... 121

4. Skema Tempat Duduk Pengelompokkan Siswa Siklus II ... 122

5. Daftar Nama Kelompok Siklus III ... 123

6. Skema Tempat Duduk Pengelompokkan Siswa Siklus III ... 124

7. Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 125

8. Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 127

9. Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 129

10. Lembar Observasi Untuk Aktivitas Siswa Siklus I ... 131

11. Lembar Observasi Untuk Aktivitas Siswa Siklus II ... 132

12. Lembar Observasi Untuk Aktivitas Siswa Siklus III ... 133

13. Perhitungan Data Aktivitas Siklus I ... 134

14. Perhitungan Data Aktivitas Siklus II ... 135

15. Perhitungan Data Aktivitas Siklus III ... 136

16. Rekapitulasi Rata-Rata Hasil Belajar Siswa ... 137

17. Rekapitulasi Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa ... 138

18. Kisi-kisi Tes ... 139

19. Soal Tes Siklus I ... 140

20. Soal Tes Siklus II ... 142

21. Soal Tes Siklus III ... 144

22. Kunci Jawaban ... 146

23. Data Pengeloaan Pembelajaran Siklus 1 ... 147

24. Data Pengeloaan Pembelajaran Siklus II ... 148

25. Data Pengeloaan Pembelajaran Siklus III ... 149

26. Rekapitulasi Data Pengeloaan Pembelajaran Siklus 1-III... 150

27. Silabus ... 151

28. RPP Siklus I ... 160

29. RPP Siklus II ... 166

30. RPP Siklus III ... 172

31. Surat Penelitian Pendahuluan... 178

32. Surat Izin Penelitian ... 179

33. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 180


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran jurusan di sekolah menengah atas sehingga pelajaran geografi perlu mendapat perhatian dalam hal pencapaian prestasi. Pelajaran geografi berperan dalam menentukan kelulusan siswa pada ujian Nasional maka harus dipastikan bahwa siswa harus mencapai prestasi geografi yang baik untuk dapat mencapai kelulusan. Kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa prestasi geografi secara umum masih belum bisa dikatakan membanggakan.

Sementara itu pelajaran Geografi sangat berperan dalam menentukan keberhasilan pendidikan siswa. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan bagi orang tua, guru dan siswa itu sendiri. Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh para guru untuk meningkatkan hasil belajar geografi, baik dalam bentuk pemenuhan fasilitas belajar, penambahan waktu belajar dan penerapan berbagai metode di dalam kelas. Semua ini belum bisa mendongkrak hasil belajar geografi. Diperlukan upaya lain dalam hal penerapan metode belajar tepat untuk memberi dukungan dan tambahan alternatif lain juga untuk memperkaya penerapan metode yang sudah ada, guna mencapai hasil belajar yang lebih baik pada geografi di jenjang Sekolah Menengah Atas.


(20)

Permasalahan tidak tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal adalah masih banyaknya jumlah siswa yang belum tuntas terjadi pada setiap sekolah dan di setiap mata pelajaran, termasuk di SMAN 1 Kota Agung Kabupaten Tanggamus. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMAN 1 Kota Agung Kabupaten Tanggamus di peroleh data banyaknya jumlah siswa yang belum mencapai syarat ketuntasan minimal pada mata pelajaran Geografi yaitu 76.

Tabel 1. Hasil tes Mata Pelajaran Geografi di Kelas XI IPS III SMA Negeri 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015.

No. Interval Frekuensi Persentase

1 ≥76 (Tuntas) 5 17,0 %

2 < 76 (Tidak Tuntas) 25 83,0 %

Jumlah 30 100%

(Sumber: Dokumentasi Guru peneliti Kelas XI IPS I Tahun 2014)

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Syarat minimal ketuntasan belajar Geografi yaitu 76.

Menurut Djamarah (2005: 120) yang menjadi petunjuk suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah sebagai berikut:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,baik secara individu, maupun kelompok

2. Perilaku yang terdapat dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.

Kondisi di lapangan banyak guru yang mengalami kesulitan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Guru dituntut dapat mengelola kelas yang efektif, dapat dinyatakan bahwa segala macam kegiatan proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diinginkan, dengan kata lain dapat memberikan pengaruh


(21)

dan dampak positif terhadap pembelajaran siswa. Kemampuan mengelola kelas sering juga disebut sebagai kemampuan menguasai kelas dalam arti guru harus mampu menguasai, mengontrol, mengendalikan perilaku siswa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas dalam artian dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa. Selain itu, kemampuan pengelolaan kelas yang baik yang dilakukan oleh guru dapat pula menjadi faktor dalam meningkatkan mutu pendidikan. Tidak hanya itu, motivasi untuk siswa yang tumbuh dalam diri siswa akan membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas belajarnya sehingga dapat mencapai hasil yang terbaik. Dalam ini kerberhasilan pengelolaan kelas akan memberikan dukungan terhadap efektivitas tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran, memberi kesan, fasilitas memadai, materi dan metode yang digunakan.

Praktek pembelajaran geografi di sekolah selama ini terkesan tidak menarik bagi siswa. Siswa menganggap pelajaran geografi hanya sebagai pelajaran yang lebih bersifat hafalan, yakni hanya membeberkan teori-teori saja tanpa ada prakteknya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa geografi merupakan mata pelajaran yang kurang menarik sehingga siswa kurang antusias, membosankan, sulit dan lain-lain yang menunjukan sebenarnya siswa tidak menyukai pelajaran tersebut. Keadaan ini dapat diperparah lagi jika guru mengajarkannya monoton, terlalu teoritis, dan kurang buku ajar dan fasilitas penunjang lain.


(22)

Berdasarkan hasil observasi di kelas dan wawancara dengan guru geografi fakta menunjukan bahwa:

a. Model pembelajaran yang diaplikasikan selama ini adalah model ceramah dengan dominasi guru yang sangat tinggi di kelas dan belum divariasi dengan model pembelajaran lain seperti praktikum sebagai penunjang teori yang telah ada.

b. Pelaksanaan pembelajaran hanya berpusat pada guru c. Komunikasi guru dan siswa kurang intensif

d. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran belum terfokus, sebab kondisi pembelajaran monoton dan searah.

e. Siswa sulit memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru f. Siswa hanya mencatat materi yang diberikan guru

g. Guru kurang memberi dorongan dan motivasi kepada siswa untuk belajar h. Sumber belajar yang digunakan masih kurang yaitu hanya menggunakan

buku pelajaran dan lembar kerja siswa (LKS)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran geografi sering dilaksanakan dengan menularkan pengetahuan atau menberikan informasi secara lisan. Di sini yang aktif adalah guru sedangkan siswa hanya pasif mencatat dan mendengarkan sehingga aktivitas dan kreatifitas siswa kurang nampak.

Rendahnya nilai siswa diakibatkan karena siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan guru dalam mengelola kelas belum memusatkan siswa sebagai pusat kegiatan. Siswa yang hanya mencatat saja dan kurang aktif di dalam kelas disaat guru


(23)

menyampaikan materi, memiliki penguasaan materi yang tidak maksimal. Siswa masih mendapatkan nilai yang rendah karena keadaan siswa masih pasif di kelas. Kurangnya aktivitas belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah, sehingga siswa tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat memotivasi dan mengaktifkan siswa sesuai dengan teori belajar tentang pentingnya keterlibatan seluruh siswa dalam proses pembelajaran sehingga terbentuk pemahaman geografi. Pembelajaran yang berlangsung dengan memotivasi siswa yang tinggi maka akan mendapatkan perolehan prestasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dalam pembelajaran, apalagi motivasi instrinsik akan sangat menentukan perolehan prestasi belajar. Proses kerjasama dalam diskusi kelompok dalam penerapan NHT memungkinkan siswa lebih kritis dan memperdalam konsep sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar geografi tanpa membedakan kemampuan akademik siswa. Pada intinya model pembelajaran NHT dapat membuat siswa menjalin interaksi antar siswa melalui diskusi secara bersama-sama dalam menyelesaian masalah yang dihadapi.

Berikut ini kelebihan pembelajaran NHT yang dapat memperbaiki pembelajaran yaitu :

a. Terjadi interaksi antar siswa melalui diskusi siswa secara bersama dalam menyelesaian masalah yang dihadapi.

b. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan kontruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.


(24)

c. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

( https://deniarisandi.wordpress.com/2011/03/15/model-pembelajaran-

kooperatif-learning/diakses tanggal 3 November 2015 )

Dengan bekerja secara kooperatif ini, siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan sehingga kemungkinan kontruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar.

Berdasarkan aspek-aspek yang saling berhubungan erat yang diuraiakan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi mengunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Pada Kelas XI IPS I SMAN 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah

Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan dari luar (ekstern). Faktor dari dalam (intern) meliputi: (1) kebiasaan belajar, (2) konsentrasi belajar (3) motivasi belajar, (4) menyimpan perolehan hasil belajar, (5) mengolah bahan belajar, (6) rasa percaya diri siswa, (7) intelegensia, (8) menggali hasil belajar yang disimpan, (9) cita-cita siswa, (10) sikap terhadap belajar, (11) kemampuan berprestasi dan unjuk hasil belajar.

Faktor dari luar (ekstern) yang mempengaruhi belajar adalah (1) guru sebagai pembina siswa belajar, (2) lingkungan sosial siswa disekolah, (3) kebijakan penilaian, (4) prasarana dan sarana pembelajaran, (5) kurikulum disekolah.


(25)

Dari latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar geografi siswa kelas XI IPS I di SMA Negeri 1 Kota Agung belum tinggi.

2. Hasil belajar siswa kelas XI IPS I di SMA Negeri 1 Kota Agung belum memuaskan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi mengunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Pada Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015”.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPS I di SMA Negeri 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015 ?

2. Apakah model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Geografi di kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015 ?


(26)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk Meningkatkan aktivitas belajar Geografi siswa kelas XI IPS I SMA Negeri Kota Agung dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

2. Untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Kota Agung Menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT .

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Manfaat bagi siswa

a. Hasil belajar dan aktivitas belajar siswa akan meningkat.

b. Membantu mengembangkan kerjasama antar siswa dalam kelompok serta membangun pembelajaran yang aktif.

3. Manfaat bagi guru

a. Memberi masukan kepada guru mitra dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran geografi dengan menggunakan Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Sebagai alternatif pembelajaran geografi.

b. Memberikan kesempatan guru lebih menarik perhatian siswa dalam pembelajaran geografi. Dapat mengetahui strategi pembelajaran geografi,


(27)

4. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian bersama agar meningkatkan kualitas sekolah, dapat meningkatkan citra sekolah, memberikan informasi dan pemikiran tentang alternatif pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Kota Agung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Ruang lingkup objek penelitian adalah adalah aktivitas dan hasil belajar geografi siswa dengan menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah di SMA Negeri 1 Kota Agung Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.


(28)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa ahli mengemukakan secara lugas pengertian pembelajaran kooperatif. Menurut Sanjaya dalam Rusman (2011: 203) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa-siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Anita Lie (2002: 12) pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Kemudian menurut Slavin dalam Rusman (2011: 201) pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan, bahwa Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Di samping itu, ada juga ahli yang mengatakan pembelajaran Kooperatif adalah kegiatan yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun


(29)

kelompok. Menurut Slavin dalam Sumarmi (2005: 73) deskriptif tentang Cooperatif Learning ialah: “Cooperatif learning methods share share the idea

that student work together to learn and are responsible for one another’s learning as well as their own”.

Esensi dari pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus kelompok sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap saling ketergantungan yang positif yang pada akhirnya pembelajaran tersebut dapat berjalan optimal. Oleh sebab itu siswa yang ada dalam satu kelompok tidak ada yang bersikap acuh tak acuh dengan tugas yang dibebankan karena tanggung jawab kelompok adalah bagian dari tanggung jawab individu (menyangkut baik buruk ataupun keberhasilan dan kekurangan keberhasilan atau hasil keseluruhan).

Lebih jauh tentang pembelajaran kooperatif didesain untuk melibatkan siswa secara aktif bisa dalam proses inkuiri, melakukan investigasi, menganalisis data membuat laporan atau juga melakukan presentasi baik dalam kelompok kecil atau kelompok yang lebih besar. Kelompok-kelompok tersebut diorganisasi sedemikian rupa sehingga tercipta partisipasi belajar secara menyeluruh dari siswa yang dengan kata lain siswa diberi kebebasan untuk mengatur pekerjaan yang harus diselesaikan oleh kelompoknya. Jadi fokus utama pembelajaran kooperatif adalah peserta didik bukan guru.


(30)

Dari pernyataan diatas, tampak pembelajaran kooperatif memuat ciri-ciri sebagai berikut.

1. Siswa dikelompok-kelompokan menjadi beberapa kelompok.

2. Kelompok-kelompok tersebut merupakan kelompok kecil biasanya antara 5 sampai maksimal 6 orang per kelompok.

3. Siswa dalam kelompok tersebut belajar bersama (bukan sama-sama belajar) 4. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan

teman anggota kelompoknya.

5. Yang dipelajari bisa berupa menyelesaikan suatu permasalahan, membuat suatu produk, membuat suatu perencanaan terhadap sesuatu yang sudah dipelajari sudah dipelajari untuk diaplikasikan pada masyarakat.

Menurut Yatim Riyanto (2013) Kategori tujuan dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Individual: Keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak dipengaruhi orang lain.

2. Kompetitif: Keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain (ada ketergantungan negatif).

3. Kooperatif: Keberhasilan seserang karena keberhasilan orang lain, orang tidak dapat mencapai keberhasilan sendirian.

Langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif :

1. Berikan informasi dan sampaikan tujuan serta skenario pembelajaran. 2. Organisasikan peserta didik untuk melakukan kegiatan berkooperatif. 3. Bimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan berkooperatif. 4. Evaluasi

5. Berikan penghargaan.

Masing-masing anggota kelompok dalam model pembelajaran kooperatif bertanggung jawab terhadap keberhasilan diri dan anggota lainnya. Mereka harus saling membantu melaksanakan tugas yang diberikan kepada kelompoknya, atau dengan kata lain mereka harus saling asah,asih, dan asuh. Dengan melakukan hal


(31)

tersebut, setiap anggota kelompok diharapkan mencapai potensinya seoptimal mungkin karena pada dasarnya masing-masing individu mempunyai potensi bahkan gaya belajar yang berbeda. Berangkat dari perbedaan itulah masing-masing individu diharapkan mampu melengkapi orang lain sehingga keberhasilan kelompok bisa maksimal.

Dari definisi yang telah dikemukakan tentang pembelajaran kooperatif diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakanmodel pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok yang dilakukan untuk tujuan bersama. Selain itu, juga menyelesaikan suatu tugas terstruktur yang didasari rasa tanggung jawab dan berpandangan bahwa semua siswa memiliki tujuan sama. Dalam pembelajaran kooperatif, selain mempelajari materi siswa juga harus mempelajari keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan peranan tugas agar kelompok dapat bekerja sama secara produktif.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat


(32)

pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim (2000: 28) mengemukakan 3 tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan social

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29) dengan tiga langkah yaitu:

a) Pembentukan kelompok b) Diskusi masalah


(33)

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut:

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.


(34)

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18) antara lain adalah:

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Numbered head Together)

NHT memiliki kelebihan dan kelemahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Suwarno (2010) bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut :

1. Kelebihan

a. Terjadi interaksi antar siswa melalui diskusi siswa secara bersama dalam menyelesaian masalah yang dihadapi.

b. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan kontruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.

c. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

2. Kelemahan

a. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

b. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.

c. Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhan waktu yang khusus.


(35)

4. Teori yang Mendukung Model Pembelajaran Tipe NHT (Numbered Head Together) Dapat Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Menurut Sumarmi (2012) pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pembelajaran geografi yang baik adalah pembelajaran yang dapat memotivasi dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran NHT dapat memotivasi untuk mengaktifkan siswa sesuai dengan teori belajar tentang pentingnya keterlibatan seluruh siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga terbentuk pemahaman geografi. Pembelajaran yang berlangsung dengan memotivasi siswa yang tinggi maka akan mendapatkan perolehan hasil belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dalam pembelajaran, apalagi motivasi instrinsik maka akan sangat menentukan perolehan hasil belajar. Proses kerjasama dalam diskusi kelompok dalam penerapan NHT memungkinkan siswa lebih kritis dan memperdalam konsep sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar geografi tanpa membedakan kemampuan akademik siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Feni Dini Riskia (2012) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh positif terhadap aktivitas maupun hasil belajar siswa yaitu hasilnya sebagai berikut:

a. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 54,99% meningkat pada siklus II sebesar 78,33%.

b. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 57% meningkat pada siklus II menjadi 86,66% .


(36)

5. Aktivitas Belajar

Menurut Sardiman (2008: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun Mental. Pada kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu terkait contohnya seorang sedang membaca, secara fisiknya terlihat membaca tetapi mungkin pikirannya dan sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibacanya.

Sedangkan Sudjana (1982: 48) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan khas, yaitu hasil belajar yang akan nampak melalui prestasi belajar yang akan dicapai.

Menurut Hamalik (2004: 171) pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Jikadalam pengajaran tradisional asas aktivitas juga dilaksanakan namun aktivitas tersebut bersifat semu.

Piaget dalam Sardiman (2008: 100) menerangkan bahwa seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa adanya perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberikan kesempatan untuk berbuat sendiri. Cara siswa belajar aktif menuntut keaktifan siswa dalam kadar besar, kalau mungkin sampai 100% siswa aktif belajar ( Sriyono, 1992: 1)

Menurut Montessori dalam Sardiman (2008: 96) menyatakan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri. Pendidikan akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Lebih banyak melakukan aktivitas belajar didalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri.


(37)

Pendapat Reusseau dalam Sardiman (2008: 97) menjelaskan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, baik secara rohani maupun secara teknis. Hal ini menunjukan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri.

Aktivitas siswa sangat berperan dalam proses kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik dapat berhasil dalam prestasinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Soemanto (1983: 85) yakni prestasi belajar sangat ditentukan oleh aktivitas belajar yang dilakukan. Prestasi belajar tidak mungkin baik jika anak tidak melakukan belajar karena tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran.

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa dalam kegiatan pembelajaran peserta harus aktif berbuat, sedangkan guru memberikan bimbingan dan merencanakan segala sesuatu kegiatan dalam pembelajaran. Dengan demikian aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi pembelajaran khususnya pembelajaran geografi. Hal ini didukung oleh pendapat Slameto (2003: 36) yaitu: “Dalam pembelajaran Guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas membuat grafik, diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa berpartisipasi secara aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan yang baik”.

Aktivitas belajar siswa akan meningkat bila siswa melaksanakan bermacam-macam aktivitas seperti yang dikemukakan oleh Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2008: 101) sebagai berikut:

1) Visual aktivities, yaitu aktivitas membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.


(38)

3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik dan pidato

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket. 5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta dan

diagram

6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model mereperasi, bermain berkebun, beternak

7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan 8) Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bergairah, bersemangat, berani, tenang dan gugup.

6. Hasil Belajar

Diakhir suatu proses pembelajaran, maka siswa akan memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar tampak apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menurut (Slameto 2003: 131) hasil belajar itu sendiri meliputi 3 aspek yaitu:

1. Keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif) 2. Kepribadian atau sikap (afektif)

3. Keterampilan atau penampilan (psikomotor)

Sedangkan Hasil belajar dalam kecakapan kognitif memiliki beberapa tingkatan yaitu:

1. Informasi non verbal

2. Informasi fakta dan pengetahuan verbal 3. Konsep dan prinsip

4. Pemecahan masalah dan kreatifitas

Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk hasil belajar siswa.


(39)

Menurut Dimyati (2002: 3-4) bahwa:

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Hasil belajar pada satu sisi adalah berkat tindakan guru suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring.Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti yang tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan melompat setelah latihan.Menurut Dimyati (2002: 4-5) “Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan transfer belajar”.

7. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Arief S. Sadiman (2006: 27), media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. AECT (Association of Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media Pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seorang pengembang mata pelajaran dengan siswa. Media


(40)

adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran (Arsyad, 2011: 3). Secara umum menurut Ronald H. Anderson, wajarlah bila peranan guru yang menggunakan pembelajaran sangatlah berbeda dari Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Menurut Briggs, (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. NEA (National Education Association) mengartikan media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan; dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut (Sukiman, 2012: 28).

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media dapat diartikan dengan istilah penghubung atau perantara dalam menyampaikan suatu materi yang diajukan untuk mencapai suatu tujuan. Dan dalam proses penyampaian materi kepada orang lain dapat menggunakan sarana atau alat dalam bentuk audio, visual, audio visual dan multi media.

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar, segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup


(41)

pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran/pelatihan.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.

b. Jenis Media Pembelajaran

Media yang digunakan dalam pembelajaran beraneka ragam. Seseorang guru harus dapat memilih salah satu media pembelajaran yang akan digunakan, dari yang paling sederhana dan murah, hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi oleh pabrik, ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang sesuai dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Penggunaan atau pemilihan media harus disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Brown (1973) dalam Sudrajat mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan


(42)

digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Djamarah (2002) dalam Sudrajat (2008) mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :

a. Media audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape recorder.

b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.

c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi kedalam dua jenis :

• Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide.

• Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

(Sudrajat. Akhmad, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran, 9-12-2015:22.43 WIB).

Selanjutnya Sardiman (2008: 28), membagi media pembelajaran menjadi 3 golongan kelompok besar

a. Media grafis termasuk media visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta, dan globe.

b. Media Audio berkaitan dengan indera pendengaran. Seperti radio, alat perekam piata magnetik, piringan laboratorium bahasa

c. Media Proyeksi Diam seperti film bingkai (slide), film rangkai (film strip), media transparan, film, televisi, video.


(43)

Berbagai sudut pandang untuk menggolongkan jenis-jenis media pembelajaran, Rudy Bretz dalam Sukiman (2012: 45), menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak yang meliputi: (1) media audio, (2) media cetak, (3) media visual diam, (4) media visual gerak, (5) media audio semi gerak, (6) media visual semi gerak, (7) media audio visual diam, (8) media audio visual gerak. Anderson (1976) menggolongkan menjadi 10 media, meliputi: (1)audio: kaset audio, siaran radio, CD, telepon. (2) cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar. (3) audio-cetak : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis. (4) proyeksi visual diam : overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide). (5) proyeksi audio visual diam : film bingkai slide bersuara. (6) visual gerak : film bisu. (7) audio visual gerak : film gerak bersuara, video/VCD, televisi. (8) obyek fisik : benda nyata, model, spesimen. (9) manusia dan lingkungan : guru, pustakawan, laboran. (10) komputer: CAI.

Allen dalam Sudrajat (2008), mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel 2. di bawah ini :

Jenis Media 1 2 3 4 5 6

Gambar diam S T S S R R

Gambar Hidup S T T T S S

Televisi S S T S R S

Objek tiga Dimensi R T R R R R

Rekaman Audio S R R S R S

Programmed Instruction S S S T R S

Demonstrasi R S R T S S

Buku teks tercetak S R S S R S

Keterangan :

R = Rendah S = Sedang T= Tinggi 1 = Belajar Informasi faktual 2 = Belajar pengenalan visual


(44)

4 = Prosedur belajar

5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

(Sudrajat.Akhmad,http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran, 9-12-2015:22.43 WIB)

Dari beberapa pendapat di atas, bahwa jenis-jenis media pembelajaran sebagai berikut .

1) Media Visual

Belajar dengan menggunakan indera ganda: pandang dan dengan berdasarkan konsep hipotesis koding ganda (dual coding hypotesis) akan memberikan keuntungan pada siswa, (Arsyad, 2011: 9). Siswa akan belajar lebih banyak dari pada jika materi pelajaran disajkan hanya dengan stimulus pandang atau stimulus dengar.

Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience). Dasar pengembangan kerucut berdasarkan tingkat keabstrakan-jumlah jenis indra yang turut serta dalam penerimaan isi pengajaran atau pesan (Arsyad, 2011: 10).


(45)

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Abstrak

Lam-bang

Kata

Lambang

Visual

Gambar Diam,

Rekaman Radio Gambar Hidup Pameran

Televisi

Karyawisata Dramatisasi

Benda Tiruan/Pengamatan

Kongkret Pengalaman Langsung

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Arshad, 2011: 11)

Media realita adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman. Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah: 1) gambar / foto: paling umum digunakan, 2) sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat menarik perhatian siswa, menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan, 3) diagram / skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek


(46)

tertentu secara garis besar, misal untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel samapai organisme, 4) bagan / chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal, 5) grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif, misalnya untuk mempelajari pertumbuhan.

2) Media Audio

1. Radio, Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang cukup efektif.

2. Kaset-audio yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya pengadaan dan perawatan murah.

3) Media Audio Visual

1. Media video merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.

2. Media komputer, media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar,


(47)

komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkankomputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.

c. Manfaat Media Pembelajaran

Pemilihan media pengajaran yang tepat akan memudahkan pengajar menyampaikan informasi kepada pembelajar. Dengan melihat informasi atau materi pelajaran yang akan disampaikan, pengajar harus memilih media yang tepat supaya manfaatnya dirasakan bersama.

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut: memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan waktu, ruang, tenaga dan daya indera, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya, memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Sudjana dan Rivai (2007: 2), menjelaskan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah sebagai berikut: (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal


(48)

melali penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran, (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Penjelasan mengenai manfaat media pembelajaran dijelaskan pula oleh Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2007: 137), mengenai nilai-nilai praktis media pengajaran adalah: (1) dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, karena itu dapat mengurangi verbalisme, (2) dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar, (3) dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap, (4) memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa, (5) menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan, (6) membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa, (7) memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna, (8) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik, (9) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabiasan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran, (10) siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,


(49)

melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa manfaat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat media dalam pembelajaran yaitu membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih terarah sehingga tujuan pembelajaran dapat mudah dicapai. Selain itu dengan bantuan media, pembelajar akan lebih banyak melakukan aktivitas dan membantu untuk memahami materi yang disampaikan oleh pengajar.

8. Penelitian Yang Relevan

a. Feni Dini Riskia dalam karya skripsinya, Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) untuk meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar iswa Kelas VII Semester Genap di SMP N 1 Mesuji Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan Tahun 2010/2011. menyatakan bahwa hasil penelitian siswa yang diberi model tipe NHT menunjukan bahwa :

1) Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 54,99% meningkat pada siklus II sebesar 78,33%.

2) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 57% meningkat pada siklus II menjadi 86,66% .

b. Frastika Eryesma Anwar dalam karya skripsinya, Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dalam MeningkatkanAktivitas dan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Tahun Pelajaran 2013/2014. menyatakan bahwa hasil penelitian siswa yang diberi model tipe NHT menunjukan bahwa:


(50)

1) Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 52,89% meningkat pada siklus II sebesar 78,33% dan mengalami peningkatan pada siklus III sebesar 71%.

2) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 39% meningkat pada siklus II menjadi 48% dan mengalami peningkatan pada siklus III sebesar 87%.

Persamaan skripsi Feni Dini Riskia dan Frastika Eryesma Anwar sama-sama menekankan adanya keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar, yang berbanding lurus dengan prestasi belajar. Sedangkan pernbedaan model NHT, dengan kedua skripsi tersebut terletak pada media yang digunakan. Menurut feni bahwasanya dalam penerapan model NHT, keaktifan siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 54,99% meningkat pada siklus II sebesar 78,33% dan Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 57% meningkat pada siklus II menjadi 86,66%. Hal ini sejalan dengan penelitian frastika yang menyebutkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 52,89% meningkat pada siklus II sebesar 78,33% dan mengalami peningkatan pada siklus III sebesar 71% dan Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 39% meningkat pada siklus II menjadi 48% dan mengalami peningkatan pada siklus III sebesar 87%.

Berdasarkan hasil kedua penelitian diatas dapat ditarik benang merah terhadap model NHT yang dilakukan di SMA Negeri 1 kota agung yang pada inti adanya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi mengunakan Model


(51)

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015.

9. Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar (PBM) dipandang berkualitas jika berlangsung efektif, bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang wajar. Proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil jika siswa menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar yang harus dikuasai dengan sasaran dan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru sebagai pendidik bertanggung jawab merencanakan dan mengelola kegiatan-kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran.

Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisiensi pada tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi yang harus dimiliki oleh guru adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa disebut model pembelajaran.

Model Pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru untuk menyajikan pelajaran kepada siswa di dalam kelas yang diharapkan dapat memotivasi siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, menjawab pertanyaan, memecahkan masalah dan bersikap.

Berbagai macam-macam model pembelajaran, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanaan penyajian, ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi, ada pula model penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas dan yang tidak terbatas, teknik penyajian di dalam


(52)

dan di luar kelas, dan lain sebagainya. Setiap model tersebut memiliki ciri khas dan tujuan tersendiri, sehingga dalam memilih teknik pengajaran harus tetap bertolak pada tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran serta kesesuaian materi dengan model yang diterapkan.

Dengan model pembelajaran tipe NHT, diharapkan siswa dapat lebih berminat dalam belajar mata pelajaran geografi dan dapat memberikan solusi dalam memahami materi, serta memberikan keaktifan, perhatian, belajar menerima kawan-kawannya dari berbagai latar belakang yang dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar. Dengan demikian diharapkan agar siswa dapat meningkatkan prestasinya.

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian. Rendahnya

kualitas proses/hasil PBM,

aktivitas dan ketuntasan belajar siswa rendah

Guru menjelaskan, dan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Dengan prosedur penelitian 3 siklus

Guru Mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

Kondisi saat ini


(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Dave Edbutt (1985) dalam Pargito (2011: 18) PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan terhadap usaha-usaha perbaikan praktik pendidikan oleh para partisipan (guru-murid) melalui langkah-langkah dalam praktik mereka dengan cara merefleksikannya dalam praktik mereka sendiri.

Menurut Wina Sanjaya (2009: 25) secara etimologis, ada tiga istilah yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas (PTK), yakni penelitian, tindakan dan kelas.

Pertama, penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Sistematis dapat diartikan sebagai proses yang sesuai dengan aturan tertentu. Artinya proses penelitian harus dilakukan secara bertahap dari mulai menyadari adanya masalah sampai proses pemecahannya.

Kedua, tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan oleh peneliti yaitu guru.


(54)

Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, tindakan akan dilakukan peneliti bersama guru mitra yaitu guru mata pelajaran geografi. Tindakan dilakukan didalam kelas oleh peneliti bersama guru mata pelajaran geografi atau guru mitra dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan dan pendekatan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan kolaborasi dengan guru mitra, dan observer yang juga ikut mengamati peneliti tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.

B. Setting Penelitian

Pelaksanaan dalam penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan prosedur. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus yang harus dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, banyaknya siklus tergantung kepuasan peneliti sendiri, namun sebaiknya tidak kurang dari 3 siklus Masing-masing siklus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Prosedur pelaksanaan setiap siklus pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan Tindakan 3. Observasi


(55)

Tahap tahap yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu:

1. Siklus 1

a) Perencanaan (Planing)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan tindakan ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan rencana pembelajaran. 2. Hari/Tanggal : Selasa, 20 Januari 2015 3. waktu Pukul : 13.00-14.30 WIB 4. Pertemuan : Pertama, Siklus 1 5. Kelas : XI IPS 1

6. Media : Media gambar dengan materi pengertian Sumberdaya. 7. Soal tes pilihan ganda

8. Salam

9. Memperkenalkan diri 10. Melakukan absensi

11. Apersepsi, Orientasi, motivasi

12. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran

13. Guru menyampaikan kegunaan materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari

14. Membuat kelompok belajar yang terdiri dari 6 kelompok secara heterogen baik dalam hal jenis kelamin, Hasil belajar, suku, agama. yang setiap kelompoknya terdapat 5 orang siswa sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT


(56)

15. Guru peneliti menyiapkan materi yang akan diajarkan yaitu pengertian sumberdaya alam kemudian ditambah dengan media gambar menyesuaikan dengan materi

16. Menyiapkan bahan diskusi kelompok 17. Menyiapkan bahan tes pada akhir siklus

18. Menyusun lembar observasi yang akan digunakan sebagai pengukur aktivitas on task dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus I.

b) Pelaksanaan

Setelah dilaksanakannya perencanaan guru memulai pada tahap pelaksanaan. Tahap ini merupakan tahap penerapan dari kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan. Sebelum dilakukannya tindakan berupa model pembelajaran yang telah direncanakan, guru menyampaikan materi tentang dan Menjelaskan pengertian sumberdaya alam. Fase-fase dalam pembelajaran NHT tersebut adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan disajikan tentang menjelaskan pengertian sumberdaya alam

2. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar

Guru membagi siswa dalam 6 kelompok yang setiap kelompok terdiri 5 orang secara heterogen dan memberikan masing-masing anggota kelompok nomor yang berbeda.


(57)

3. Membimbing kelompok belajar

a) Guru menyajikan tugas kelompok untuk dikerjakan bersama-sama, dimana masing-masing anggota kelompoknya bertanggung jawab terhadap anggotanya.

b) Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa pada tiap-tiap kelompok yang memiliki nomor yang sesuai dengan yang disebutkan mengangkat tangan dan secara bergantian menyampaikan pendapat atau tanggapan dari kelompok masing-masing.

4. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil diskusi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

5. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari, dengan cara memberikan tes pada akhir siklus untuk mengetahui tercapainya kompetensi.

6. Memberikan penghargaan

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya paling baik sehingga memperoleh nilai tertinggi, berupa pujian maupun hadiah.

c) Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati kondisi jalannya pelaksanaan tindakan. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang terjadi pada indikator penelitian. Dalam tahap ini peneliti akan mengobservasi proses kegiatan seperti aktivitas belajar siswa. Pengamatan ini dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.


(58)

d) Refleksi (reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Dalam tahap ini dilihat seberapa jauh pencapaian keberhasilan suatu tindakan dan dampak suatu tindakan yang terjadi dan merekomendasikan untuk siklus tindakan berikutnya atas temuan siklus sebelumnya.

2. Siklus II

a) Perencanaan (Planing)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan tindakan ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan rencana pembelajaran 2. Hari/Tanggal : Selasa, 27 Januari 2015 3. Waktu : 13.00-14.30 WIB 4. Pertemuan : Ke dua , Siklus II 5. Kelas : XI IPS 1

6. Media : media audio visual dengan materi jenis-jenis sumber daya alam dengan sumber youtube

7. Soal tes pilihan ganda 8. Salam

9. Melakukan absensi.

10. Apersepsi, Orientasi, motivasi


(59)

12.Guru menyampaikan kegunaan materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari

13.Menyiapkan rencana pembelajaran dengan membuat kelompok belajar yang terdiri dari 6 kelompok secara heterogen yang setiap kelompoknya terdapat 5 orang siswa sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pembagian kelompok ini berdasarkan nilai hasil belajar siswa dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I. Sehingga dalam siklus II ini terjadi pertukaran anggota kelompok.

14.Guru peneliti menyiapkan materi yang akan diajarkan yaitu jenis- jenis sumber daya alam ditambah dengan media audio visual

15.Menyiapakan bahan diskusi kelompok,menyiapkan bahan tes pada akhir siklus

16.Menyusun lembar observasi yang akan digunakan sebagai pengukur aktivitas on task dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II. Memberikan hal yang berbeda dari siklus pertama, yaitu dengan membuat suasana kelas lebih baik dan menarik, Membagi kelompok yang berbeda, menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran yang akan dicapai secara jelas.

17.Membimbing siswa bekerjasama dalam kelompok agar semua siswa aktif dalam berdiskusi

18.Menekankan pada siswa untuk membaca, mempelajari, dan memahami bahan ajar yang diberikan agar siswa tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal tes yang diberikan oleh guru


(60)

b) Pelaksanaan

Setelah dilaksanakannya perencanaan guru memulai pada tahap pelaksanaan. Tahap ini merupakan tahap penerapan dari kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan. Sebelum dilakukannya tindakan berupa model pembelajaran yang telah direncanakan, guru menyampaikan materi tentang jenis- jenis sumberdaya alam dan persebaran sumberdaya alam di Indonesia. Fase-fase dalam pembelajaran (Numbered Head Together) tersebut adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan disajikan tentang jenis- jenis sumber daya alam dan persebaran sumberdaya alam di Indonesia ditambah dengan media audio visual

2. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar

Guru membagi siswa dalam 6 kelompok yang setiap kelompok terdiri 5 orang secara heterogen dan memberikan masing-masing anggota kelompok nomor yang berbeda.

3. Membimbing kelompok belajar

a) Guru menyajikan tugas kelompok untuk dikerjakan bersama-sama, dimana masing-masing anggota kelompoknya bertanggung jawab terhadap anggotanya.

b) Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa pada tiap-tiap kelompok yang memiliki nomor yang sesuai dengan yang disebutkan mengangkat tangan dan secara bergantian menyampaikan pendapat atau tanggapan dari kelompok masing-masing.


(61)

4. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil diskusi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

5. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari, dengan cara memberikan tes pada akhir siklus untuk mengetahui tercapainya kompetensi.

6. Memberikan penghargaan

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya paling baik sehingga memperoleh nilai tertinggi, berupa pujian maupun hadiah.

c) Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang terjadi pada indikator penelitian. Dalam tahap ini peneliti akan mengobservasi proses kegiatan seperti aktivitas belajar siswa. Pengamatan ini dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan yang telah disiapkan.

d) Refleksi (reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Dalam tahap ini dilihat seberapa jauh pencapaian keberhasilan suatu tindakan dan dampak suatu tindakan yang terjadi dan merekomendasikan untuk siklus tindakan berikutnya atas temuan siklus sebelumnya. Dalam siklus II dianggap belum berhasil maka dilanjutkan pada siklus selanjutnya.


(1)

Berdasarkan hasil observasi di kelas dan wawancara dengan guru geografi fakta menunjukan bahwa:

a. Model pembelajaran yang diaplikasikan selama ini adalah model ceramah dengan dominasi guru yang sangat tinggi di kelas dan belum divariasi dengan model pembelajaran lain seperti praktikum sebagai penunjang teori yang telah ada.

b. Pelaksanaan pembelajaran hanya berpusat pada guru c. Komunikasi guru dan siswa kurang intensif

d. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran belum terfokus, sebab kondisi pembelajaran monoton dan searah.

e. Siswa sulit memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru f. Siswa hanya mencatat materi yang diberikan guru

g. Guru kurang memberi dorongan dan motivasi kepada siswa untuk belajar h. Sumber belajar yang digunakan masih kurang yaitu hanya menggunakan

buku pelajaran dan lembar kerja siswa (LKS)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran geografi sering dilaksanakan dengan menularkan pengetahuan atau menberikan informasi secara lisan. Di sini yang aktif adalah guru sedangkan siswa hanya pasif mencatat dan mendengarkan sehingga aktivitas dan kreatifitas siswa kurang nampak.

Rendahnya nilai siswa diakibatkan karena siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan guru dalam mengelola kelas belum memusatkan siswa sebagai pusat kegiatan. Siswa yang hanya mencatat saja dan kurang aktif di dalam kelas disaat guru


(2)

menyampaikan materi, memiliki penguasaan materi yang tidak maksimal. Siswa masih mendapatkan nilai yang rendah karena keadaan siswa masih pasif di kelas. Kurangnya aktivitas belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah, sehingga siswa tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat memotivasi dan mengaktifkan siswa sesuai dengan teori belajar tentang pentingnya keterlibatan seluruh siswa dalam proses pembelajaran sehingga terbentuk pemahaman geografi. Pembelajaran yang berlangsung dengan memotivasi siswa yang tinggi maka akan mendapatkan perolehan prestasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dalam pembelajaran, apalagi motivasi instrinsik akan sangat menentukan perolehan prestasi belajar. Proses kerjasama dalam diskusi kelompok dalam penerapan NHT memungkinkan siswa lebih kritis dan memperdalam konsep sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar geografi tanpa membedakan kemampuan akademik siswa. Pada intinya model pembelajaran NHT dapat membuat siswa menjalin interaksi antar siswa melalui diskusi secara bersama-sama dalam menyelesaian masalah yang dihadapi.

Berikut ini kelebihan pembelajaran NHT yang dapat memperbaiki pembelajaran yaitu :

a. Terjadi interaksi antar siswa melalui diskusi siswa secara bersama dalam menyelesaian masalah yang dihadapi.

b. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan kontruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.


(3)

c. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

( https://deniarisandi.wordpress.com/2011/03/15/model-pembelajaran- kooperatif-learning/diakses tanggal 3 November 2015 )

Dengan bekerja secara kooperatif ini, siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan sehingga kemungkinan kontruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar.

Berdasarkan aspek-aspek yang saling berhubungan erat yang diuraiakan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi mengunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Pada Kelas XI IPS I SMAN 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah

Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan dari luar (ekstern). Faktor dari dalam (intern) meliputi: (1) kebiasaan belajar, (2) konsentrasi belajar (3) motivasi belajar, (4) menyimpan perolehan hasil belajar, (5) mengolah bahan belajar, (6) rasa percaya diri siswa, (7) intelegensia, (8) menggali hasil belajar yang disimpan, (9) cita-cita siswa, (10) sikap terhadap belajar, (11) kemampuan berprestasi dan unjuk hasil belajar.

Faktor dari luar (ekstern) yang mempengaruhi belajar adalah (1) guru sebagai pembina siswa belajar, (2) lingkungan sosial siswa disekolah, (3) kebijakan penilaian, (4) prasarana dan sarana pembelajaran, (5) kurikulum disekolah.


(4)

Dari latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar geografi siswa kelas XI IPS I di SMA Negeri 1 Kota Agung belum tinggi.

2. Hasil belajar siswa kelas XI IPS I di SMA Negeri 1 Kota Agung belum memuaskan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi mengunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Pada Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015”.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPS I di SMA Negeri 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015 ?

2. Apakah model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Geografi di kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Kota Agung Tahun Pelajaran 2014/2015 ?


(5)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk Meningkatkan aktivitas belajar Geografi siswa kelas XI IPS I SMA Negeri Kota Agung dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

2. Untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Kota Agung Menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT .

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Manfaat bagi siswa

a. Hasil belajar dan aktivitas belajar siswa akan meningkat.

b. Membantu mengembangkan kerjasama antar siswa dalam kelompok serta membangun pembelajaran yang aktif.

3. Manfaat bagi guru

a. Memberi masukan kepada guru mitra dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran geografi dengan menggunakan Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Sebagai alternatif pembelajaran geografi.

b. Memberikan kesempatan guru lebih menarik perhatian siswa dalam pembelajaran geografi. Dapat mengetahui strategi pembelajaran geografi,


(6)

4. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian bersama agar meningkatkan kualitas sekolah, dapat meningkatkan citra sekolah, memberikan informasi dan pemikiran tentang alternatif pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Kota Agung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Ruang lingkup objek penelitian adalah adalah aktivitas dan hasil belajar geografi siswa dengan menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah di SMA Negeri 1 Kota Agung Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SD NEGERI 3 CANDIMAS T.P 2011/2012

0 12 49

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER MENGGUNAKAN MEDIA PETA TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 12 62

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 76

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DAN TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LINGKUNGAN HIDUP KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SEKAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 7 88

JUDUL INDONESIA: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)SISWA KELAS IV SDN 1 MARGODADI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 51

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)SISWA KELAS IV SDN 1 MARGODADI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 KOTA AGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 139

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 66

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SETIANEGARA TAHUN AJARAN 2014/2015

0 9 75

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

0 0 8