Assesmen Data Tentang Program Sekolah Inklusi di Sekolah Dasar Negeri
89
berkebutuhan khusus sudah di ketahui kondisi fisik dan psikisnya, kecerdasan IQ, serta ketunaan yang dialami.
Sebagaimana disampaikan oleh guru pendamping khusus F: “Setelah anak diassesmen, saya sebagai guru
pendamping khusus mengetahui apa yang siswa butuhkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Sehingga memp
ermudah guru dalam mengajar.” F02032015
e Evaluasi
Evaluasi dari assesmen di SD N Plaosan 1 adalah diperlukannya kerjasama anatara pihak sekolah dan orang
tua untuk meningkatkan kemampuan siswa. Proses assesmen harusnya tidak hanya dilakukan di puskesmas
agar hasilnya lebih baik lagi maka perlu dites assesmen di lembaga yang lebih terpercaya dan ahli di bidangnya
sebagaimana pernyataan kepala sekolah, guru kelas satu ikut menambahkansebagai
berikut:“Untuk kedepannya semoga sekolah dapat bekerja sama dengan pihak yang
lebih ahli atau universitas-universitas yang menyediakan assesmen berstandar.” SY02032015.
2 SD N Pojok
a Pihak yang terlibat
Pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proses assesmen siswa berkebutuhan khusus di sekolah adalah
guru pendamping khusus, guru kelas, psikolog, puskesmas
90
dan Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan
Pendidikan Luar
Biasa. Sebagaimana
disampaikan oleh guru pendamping khusus L : “ Pihak yang
terlibat dalam proses assesmen adalah saya selaku guru pendamping khusus, guru kelas, psikolog, puskesman dan
PLB UNY.” L17042015. Dan ditegaskan oleh guru kelas RA
: “Yang memiliki peran dalam proses assesmen itu guru pendamping khusus,
guru kelas
dan puskesmas atau PLB UNY”. RA03032015.
b Tujuan
Tujuan assesmen di SD N Pojok sebagai sekolah inklusi adalah untuk memperoleh informasi berupa data
menggunakan instrumen atau alat untuk memperoleh informasi tentang kemampuan, kesulitan yang dihadapi
dan kebutuhan belajar siswa berkebutuhan khusus. Seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah T :
“Tujuan assesmen untuk memperoleh informasi tentang kondisi anak berkebutuhan khusus seperti
kecerdasan IQ dan kelainan yang dimiliki. Setelah diketahui maka sekolah akan membuat kebijakan
dalam proses pembelajaran.” T03032015. Guru pendamping khusus L juga menambahkan:
“Tujuan diadakannya tes assesmen adalah untuk menentukan layanan yang tepat dan sesuai dengan
kondisi siswa atau kebutuhan siswa. Selain itu assesmen digunakan untuk penempatan siswa pada
91
kelas sesuai kemampuan bukan sesuai dengan kemauan siswa..” L17042015.
c Proses
Proses assesmen SD N Pojok bekerja sama dengan puskesmas dan Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas
Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang sudah menerapkan model assesmen WISC. Seperti
yang di sampaikan oleh kepala sekolah T: “Selain bekerja sama dengan puskesmas dalam proses
assesmen, sekolah juga bekerja sama dengan Universitas
Negeri Yogyakarta
Fakultas Ilmu
Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang sudah menyediakan peralatan assesmen yang
telah menggunakan te s model WISC.” T03032015
Proses assesmen menurut guru pendamping khusus L sebagai berikut:
“Awal assesmen yang dilakukan oleh guru pendamping khusus dan guru kelas. selanjutnya hasil
disampaikan ke orang tua siswa. Agar lebih akurat maka
pengecekan selanjutnya
dilakukan oleh
puskesmas, psikolog atau lembaga Pendidikan Luar Biasa
Universitas Negeri
Yogyakarta. Dalam
assesmen dilakukan
pengecekan fisik
anak berkebutuhan khusus, selain pengamatan fisik ada
pengamatan berdasarkan
aspek sosial,
aspek penge
tahuan umum, motorik.” L17042015. Format assesmen berisi tentang soal-soal dan format
untuk guru dan orangtua siswa. Data ini dibutuhkan untuk data pendukung.
92
d Hasil
Setelah dites menggunakan tes WISC menunjukan IQ dengan skala verbal atau kemampuan bekerja dengan
simbol-simbol abstrak, keterampilan perseptual termasuk auditori dan IQ Perform yaitu skala perform kemampuan
bekerja pada situasi nyata atau konkret. Keterampilan perseptual termasuk visual.
Setelah menjalankan assesmen anak berkebutuhan khusus sudah di ketahui kondisi fisik dan psikisnya,
kecerdasan IQ, serta ketunaan yang di alami. Selanjutnya hasil assesmen dijadikan rujukan dalam pembuatan metode
pembelajaran sebagaimana di sampaikan oleh guru pendamping khusus L:
“Hasil assesmen sangat membantu dalam proses selanjutnya. Dimana hasil assesmen dijadikan rujukan
untuk menentukan layanan pembelajaran yang tebat bagi anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan
khusus perlu di assesmen setiap tahunnya agar diketahui perkembangannya setiap tahun apakah
signifikan atau tetap.” L03032015. Guru kelas RA
menambahkan: “Hasil assesmen memudahkan saya sebagai guru kelas dalam mengajar anak
b erkebutuhan khusus di kelas.” RA29042015.
e Evaluasi
Setelah melaksanakan tes assesmen selanjutnya ditentukan program-program yang akan dibuat untuk anank
93
berkebutuhan khusus
seperti pembuatan
Program Pembelajara Individu. Selain itu evaluasi dari proses
assesmen menurut guru pendamping khusus adalah L: “Assesmen di puskesmas kurang maksimal, karena
peralatan assesmen kurang memadai. Sehingga hasilnya pun kurang maksimal jika di bandingkan tes
assesmen di lembaga yang sudah ahli di bidangnya. Selain itu siswa tidak diberikan contoh soal dalam
proses assesmen dan siswa harus menyesuaikan waktu d
engan puskesmas.” L26032015. Kepala sekolah T menambahkan:
“Dalam proses assesmen, sekolah terbentur faktor biaya. Karena biaya assesmen tidak sepenuhnya
mendapatkan bantuan.
Hanya beberapa
siswa berkebutuhan khusus yang mendapatkan beasiswa.
Jadi pintar-pintar sekolah mengatur keuangan untuk assesmen siswa.” T26032015
Faktor biaya dan tempat assesmen menjadi faktor penghambat dalam proses assesmen di SD N Pojok. Untuk
kedepannya sekolah akan bekerja sama dengan bidang yang ahli dalam assesmen. Sehingga assesmen bisa di
laksananakan dengan maksimal.