2. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi
secara individu ataupun secara kombinasi dan kedua laporan tersebut Munawir, 2002. Rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan. Dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini
akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa, tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Munawir,
2002. Dengan menggunakan analisis rasio dimungkinkan untuk dapat
menentukan tingkat kinerja suatu bank dan kesehatannya dengan menggunakan perhitungan rasio perbankan. Perhitungan rasio untuk
menilai posisi kinerja suatu bank, akan memberikan gambaran yang jelas tentang baik dan buruknya operasional suatu bank, yang dilihat dan
posisi keuangannya dalam neraca laba rugi.
a. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya jika terjadi likuidasi bank. Rasio Solvabilitas ini terdiri atas:
1 Capital Adequacy Ratio, yaitu rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang
aset yang mengandung atau menghasilkan risiko. 2 Debt to Equity Ratio, yaitu rasio yang mengukur seberapa
besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya utang.
Penilaian pada aspek permodalan, didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan
pada CAR Capital Adequaty Ratio yang telah ditetapkan BI. CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aset yang mengandung atau menghasilkan risiko Dendawijaya, 2001.
Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Modal terdiri dari modal
inti dan modal pelengkap. ATMR adalah nilai total masing- masing aset bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot
risiko aset tersebut. Aset yang paling tidak berisiko diberi bobot 0 dan aset yang paling berisiko diberi bobot 100. ATMR
menunjukkan nilai aset berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. ATMR merupakan
penjumlahan dari ATMR aset neraca dan ATMR rekening administratif. Menurut Sinungan 1993, aset neraca terdiri dari:
1 Kas dengan bobot risiko 0 2 Emas dan mats uang emas dengan bobot risiko 0
3 Giro pada BI dengan bobot risiko 0 4 Tagihan pada bank lain:
a Bank sentral negara lain dengan bobot risiko 20, dan b Bank lain dengan bobot risiko 0.
5 Surat berharga yang dimiliki SBI, treasury Bill dan Sertifikat Bank sentral negara lain dengan bobot risiko 0:
a SBPU yang diterbitkan terdiri dari Bank sentral dan pemerintah pusat 0, Bank lain 20 dan pihak swasta
lainnya dengan bobot risiko 100 b Saham dan obligasi yang diterbitkan terdiri dari bank lain
20 dan pihak swasta lainnya 100 6 Kredit yang diberikan kepada atau dijamin oleh:
a Bank sentral dan Pemerintah Pusat 0 b Bank lain 20,
c Kredit pemilikan rumah 50 d Pihak lainnya 100
7 Penyertaan 100 8 Aset tetap dan inventaris 100
9 Antar kantor aset 100