PENGARUH NON PERFORMING LOAN, CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO, TERHADAP PROFITABILITAS DI SEKTOR PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK.

(1)

SKRIPSI

PENGARUH NON PERFORMING LOAN, CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO, TERHADAP PROFITABILITAS DI

SEKTOR PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

 

         

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi

Oleh:

Moh Husni Mubarok 0613010165 FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Moh Husni Mubarok Abstrak

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain.Tujuan dari usaha perbankan yaitu untuk memproleh keuntungan. Tingkat kemampuan bank dalam mendapatkan keuntungan salah satunya diukur dengan Return on Assets (ROA) untuk mencapai ROA yang diharapkan , bank dituntut untuk karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan penggunaan asset atau berorientasi keuantungan selalu dihadapkan pada berbagai risiko yang harus dihadapi. Risiko itu meliputi, risiko kredit yang dapat diukur dengan rasio NPL, risiko permodalan yang dapat diukur dengan rasio CAR, dan risiko likuiditas yang dapat diukur dengan rasio LDR.

Periode penelitian dilakukan dari tahun 2004-2007. Obyek penelitian ini adalah bank-bank go public di BEI. Dengan populasi 30 bank go public. Metode pengambilan sampel adalah dengan cara purposive sampling. Dimana sampel yang diperoleh 20 bank yang go public. Untuk menguji hipotesis digunakan teknik analisis regresi linier berganda.

Hasil pengujian diperoleh bahwa terdapat kecocokan model pengaruh Non Performing Loan (NPL) , Capital Adequacy Ratio (CAR) , Loan To Deposit Ratio (LDR) , terhadap tingkat profitabilitas. Terlihat dari angka F 10,407 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Sedangkan, secara parsial Non Performing Loan tidak berpengaruh negatif, Capital Adequacy Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas dan Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Keywords: Non Performing Loan , Capital Adequacy Ratio , Loan To Deposit Ratio, Return on Assets


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh negara. Tidak sedikit roda-roda perekonomian terutama di sektor riil digerakkan oleh perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung pada perbankan tersebut disebabkan oleh fungsi dan peranan perbankan. Oleh karena itu, perbankan selalu diikutsertakan dalam menentukan berbagai kebijakan di bidang moneter, pengawasan devisa, pencatatan efek-efek, dan lain-lainya.

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank di dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kredit yang diberikan oleh bank merupakan bagian terbesar dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Oleh karena itu, kegiatan perkreditan merupakan tulang punggung dari kegiatan utama bank. Melihat peranan kredit yang sangat besar dalam perekonomian tentunya


(4)

pemerintah dan perbankan harus menerapkan kebijakan yang tepat dalam mengatur keseimbangan kredit nasional.

Kredit menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Disamping itu kredit juga merupakan jenis kegiatan penanaman dana yang sering menjadi penyebab utama suatu bank dalam menghadapi masalah besar. Maka tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola kredit. Usaha bank yang berhasil mengelola kreditnya akan berkembang, sedangkan usaha bank yang selalu dirong-rong kredit bermasalah akan mundur.

Pada dasarnya semua bisnis tidak terlepas dari resiko kegagalan. Demikian pula dengan dunia perbankan. Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank mengandung resiko yaitu berupa tidak lancarnya pembayaran kredit atau dengan kata lain kredit bermasalah (Non Performing Loan) sehingga akan mempengaruhi kinerja bank.

Data terbaru Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa kualitas kredit perbankan cenderung mengalami penurunan. Indikasinya terlihat sangat jelas dari peningkatan kredit macet atau Non Performing Loan (NPL). Angka nominal NPL per Agustus 2009 mencapai titik tertinggi selama lima tahun terakhir. Nilai kredit bermasalah perbankan tercatat Rp 54,33 triliun. Bila ditarik ke posisi akhir tahun lalu, kenaikan nilai NPL ini mencapai 29,7%. Per Desember 2008 nilai NPL masih Rp 41,87 triliun. Sedangkan bila dibandingkan dengan posisi per akhir Agustus tahun lalu,


(5)

pembengkakan NPL jauh lebih besar yakni 31,8%. ( Kontan Online 14 Oktober 2009).

Peningkatan Non Performing Loan (NPL) yang dialami perbankan juga akan mengakibatkan tersendatnya penyaluran kredit. Hingga Agustus 2009, sebanyak 23 bank memiliki rasio kredit bermasalah lebih dari 5%. Itu berarti, setidaknya empat bank mengalami pemburukan kualitas kredit sepanjang tahun ini.

Untuk Non Performing Loan (NPL) Bank Indonesia telah menentukan sebesar 5%. (Martono, 2002: 43). Apabila bank mampu menekan rasio NPL dibawah 5%, maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar, karena bank-bank akan menghemat uang yang diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Dengan semakin kecil PPAP yang dibentuk oleh bank-bank maka profitabilitas akan semakin besar sehingga kinerja bank secara keseluruhan akan menjadi baik.

Banyaknya kredit yang bermasalah dapat mengakibatkan terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurunnya CAR tentu saja berakibat menurunnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. Yang pada akhirnya bank kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimum dari kegiatan pokoknya tersebut. CAR yang rendah juga mengakibatkan


(6)

kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami kerugian juga rendah, selain itu CAR yang rendah juga mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank.

Jumlah bank dengan rasio kecukupan modal kurang dari 12% terus bertambah menjadi 18 bank pada Agustus 2009, setelah sempat berkurang pada awal tahun. Kualitas aset yang menurun menjadi penyebab CAR sejumlah bank tergerus. Data Bank Indonesia menyebutkan sepanjang Agustus rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tiga bank berkurang hingga di bawah 12%. Padahal pada bulan Maret, bank dengan CAR kurang dari 12% sempat berkurang tinggal tujuh bank.

(www.Inaplas.org)

Pengelolaan dana oleh bank tidak hanya berupa penyaluran kredit, kepada masyarakat akan tetapi bisa juga dilakukan dengan investasi atau penanaman dana ke dalam aktiva produktif lainnya, yaitu surat-surat berharga, seperti obligasi, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dalam rangka memperkuat likuiditas bank.

Likuiditas adalah tingkat kemampuan bank memenuhi kewajiban keuangan yang harus dibayar. Tingkat likuiditas dapat diukur antara lain dengan rasio keuangan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) yang merupakan rasio untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana oleh pihak ketiga. Rasio LDR juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu


(7)

bank. Besarnya jumlah kredit yang diberikan kepada masyarakat akan mempengaruhi besarnya laba yang nantinya akan diterima oleh bank karena salah satu sumber pendapatan bank adalah bunga kredit yang disalurkan (Hasibuan, 2001: 100). Semakin kecil pertumbuhan kredit, maka profitabilitasnya juga akan menurun.

Pada Agustus 2009, rasio kredit terhadap dana pihak ketiga cenderung menurun karena laju kredit lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan laba. Dalam 8 bulan pertama tahun ini, kredit hanya tumbuh Rp58,25 triliun, sedangkan dana bertambah Rp93,74 triliun. Akibatnya, Loan To Deposit Ratio (LDR) terkoreksi menjadi 73,95% dari 74,58% pada Desember serta 79,02% pada Agustus 2008. (www.Inaplas.org)

Menurut Simorangkir (2004: 147), batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 90%-100%. Sedangkan menurut ketentuan bank sentral, batas aman LDR suatu bank adalah 110%.

Dari uraian di atas, maka besar kecilnya profitabilitas suatu bank sangat dipengaruhi oleh risiko usaha yang dihadapi bank tersebut. Risiko bank tersebut meliputi, risiko kredit, risiko modal, risiko likuiditas.

Pada penelitian ini penulis menghitung tingkat profitabillitas dengan menggunakan Return on Asset (ROA). Hal ini dikarenakan kemampuan bank dalam menghasilkan laba akan tergantung dari kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva dan liabilitasnya.


(8)

Posisi Return on Asset (ROA) bank go public selama tahun 2004-2007 dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 1: Posisi Return On Asset (ROA) Bank- bank Go Public tahun 2004-2007 (dalam persentase)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

2004 2005 2006 2007

Posisi Return on Asset  (ROA) Bank‐bank yang Go  public selama tahun 2004‐ 2007 (dalam persentase)

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata Return On Asset (ROA) pada bank go public selama tahun 2004-2007 telah mengalami penurunan yaitu dari 2,67 menjadi 1,87. Hal ini menunjukkan kinerja profitabillitas bank go public di Indonesia mengalami penurunan, sehingga perlu dicari tahu apa saja yang menjadi penyebab utama penurunan tersebut. Penurunan itu terjadi mungkin karena disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:

a. Tingginya rasio kredit bermasalah (NPL) sehingga bank membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang besar,


(9)

yang berujung pada pengurangan pendapatan sehingga berakibat pada turunnya laba.

b. Kualitas kredit yang menurun, sehingga bankMenurunnya rasio kecukupan modal (CAR) bank.

c. Pertumbuhan kredit yang lambat, sehingga banyak dana yang menumpuk di bank, karena tidak tersalurkan.

Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL) , Capital Adequacy Ratio (CAR) , Loan To Deposit Ratio (LDR) , terhadap tingkat profitabilitas di bank-bank yang go public di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas adalah: Apakah Non Permorming Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), berpengaruh terhadap Profitabilitas di sektor perbankan yang go public?

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh Non Permorming Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), terhadap Profitabilitas di sektor perbankan yang go public.


(10)

1.4 Manfaat penelitian

Tercapainya tujuan penelitian yang disebutkan diatas maka hasil penelitian ini akan mempunyai manfaat diantaranya :

1. Bagi penulis

Penelitian ini sangat berguna bagi penulis untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis tentang praktek manajemen keuangan dalam perbankan khususnya tentang masalah yang berkaitan dengan Non Permorming Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), dengan Profitabilitas (ROA).

2. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia perbankan khususnya bagi pihak manajemen dalam mengambil kebijakan perbankan.

3. Bagi akademik

Sebagai bahan masukan yang bermanfat bagi kemajuan studi dan sebagai referensi bagi peneltian-penelitian yang akan datang.


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang profitabilitas perbankan telah dilakukan juga oleh peneliti terdahulu. Salikah (2008) melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh likuiditas, efisiensi, dan resiko kredit terhadap profitabilitas bank-bank yang go public. Penelitian dilakukan terhadap bank-bank yang go public dan telah terdaftar di BEJ. Data penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan 26 bank go public yang dijadikan sampel dari tahun 2004-2006. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier beganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa varibel LDR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas, variabel efisiensi (BOPO) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas, dan variabel NPL tidak berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

Ginanjar (2007) meneliti tentang pengaruh tingkat kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) terhadap profitabilitas. Penelitian ini dilakukan terhadap bank-bank yang go public dan telah terdaftar di BEJ. Dan sebanyak 15 bank yang dijadikan sampel dari tahun 2005-2006. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier beganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa


(12)

Capital Adequacy Ratio mempunyai hubungan yang moderat (sedang) terhadap tingkat profitabilitas bank. Hal ini bisa dilihat pada hasil perhitungan koefisien korelasi. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi atau nilai t sebesar 0,41. Hubungan tersebut bernilai positif (searah) yang berarti jika terjadi penambahan CAR maka nilai profitabilitas akan naik pula.

Astuti (2008) meneliti tentang pengaruh tingkat kecukupan modal (CAR) dan likuiditas (LDR) terhadap profitabilitas (ROA). Penelitian ini dilakukan terhadap bank-bank yang go public dan telah terdaftar di BEJ dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat kecukupan modal (CAR) dan likuiditas (LDR) terhadap profitabilitas bank . Sebanyak 4 bank yang dijadikan sampel dari tahun 2001-2006 yang terdiri dari bank pemerintah dan bank swasta. Metode yang digunakan adalah metode asosiatif analisis. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier beganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan modal (CAR) dan Likuiditas (LDR) berpengaruh signifikan terhadap tingkat Profitabilitas (ROA) .

Suwandhani (2008) meneliti tentang pengaruh tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap profitabilitas bank. Penelitian ini dilakukan terhadap bank-bank yang go public dan telah terdaftar di BEI dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap profitabilitas bank. Sampel


(13)

penelitian adalah 5 bank yang go public dengan data penelitian berasal dari laporan keuangan masing-masing bank pada periode 2004-2006. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier beganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas bank.

Sebatiningrum (2006) meneliti tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas, dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaaan Perbankan yang Terdaftar di BEJ. Sampel penelitian adalah 22 bank yang go public. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier beganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2004 ROA selalu berfluktuasi di tiap triwulan. ROA yang naik turun dapat disebabkan karena meningkatnya kredit bermasalah, penurunan kualitas kredit yang terjadi pada sektor industri dan tingginya biaya operasional yang ditanggung oleh bank. Secara simultan diperoleh adanya pengaruh yang signifikan antara besarnya CAR, LDR dan BOPO terhadap profitabilitas. Sedangkan secara parsial CAR, LDR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, dimana CAR dan LDR berpengaruh positif, sedangkan BOPO mempunyai pengaruh yang negatif.

Peneliti merasa ada suatu hal yang menarik di balik permasalahan yang telah dikemukakan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Peneliti mencoba menganalisis variabel-variabel yang


(14)

pernah diteliti sebelumnya, namun dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda.

2.2 Landasan Teori 

2.2.1 Tinjauan Mengenai Perbankan di Indonesia

Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan berupa pengumpulan danamasyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam berbagai bentuk. Di Indonesia sendiri bank adalah prime of source (sumber utama) pembangunan. Pengertian perbankan menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan Bab 1 pasal 1 ayat (1) adalah sebagai berikut: “Perbankan adalah sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

2.2.1.1 Pengertian Bank

Berbagai definisi tentang bank teelah dikemukakan oleh berbagai kalangan dan ahli. Berikut ini beberapa pengertian bank antara lain:

Definisi bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang


(15)

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Sedangkan menurut PSAK no 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut: Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi smemperlancar lalu lintas keuangan

Bank secara sederhana menurut Kasmir (2003: 11) didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa lainnya

“Dari definisi-definisi di atas jelas terlihat, bahwa usaha pokok bank adalah menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada masyarakat yang membutuhkannya. Dengan demikian bank hanya sebagai perantara antara debitur dan kreditur”.


(16)

2.2.1.2 Fungsi Bank

Menurut Susilo dan Santoso (2006: 9) secara umum fungsi utama bank adalah untuk menghimpun dana dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara spesifik fungsi utama bank adalah:

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah

kepercayaan (trust) baik dalam hal penghimpunan

maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi dengan unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank , uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan pada saat yang dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali. Dari bank pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjamannya dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan membayar pada saat jatuh


(17)

tempo dan debitur punya niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

b. Agent of development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak dapat bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dana dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya perekonomian sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, distribusi, serta konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan-kegiatan tersebut tidak bisa dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

c. Agent of service

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang


(18)

ditawarkan oleh bank ini erat kaitannya dengan perekonomian masyarakat umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa penitipan uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

2.2.1.3 Jenis Bank

Dalam praktik perbankan Indonesia terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam undang-undang perbankan. Namun pada dasarnya kegiatan utama atau pokok suatu bank itu sama sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.

Adapun jenis perbankan menurut Kasmir (2003: 20) dapat ditinjau dari beberapa segi, antara lain:

a. Segi fungsi

b. Segi kepemilikan

c. Segi status

d. Segi cara menentukan harga

Dari keempat segi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


(19)

a. Segi fungsi

Menurut undang-undang pokok perbankan nomor 14 tahun 1967 jenis perbakan menurut fungsinya terdiri dari:

1. Bank umum

2. Bank pembangunan

3. Bank tabungan 4. Bank pasar 5. Bank desa 6. Lumbung desa 7. Bank pegawai 8. dan bank lainnya

Namun setelah keluar UU perbankan nomor

7 tahun 1992 dan ditegaskan kembli dengan keluarnya Undang-undang RI no 10 tahun 1998 maka jenis perbakan menurut fungsinya terdiri dari:

1. Bank Umum

2. Bank Perkreditan Rakyat

Bentuk bank pembangunan dan bank tabungan yang semula berdiri sendiri dengan keluarnya undang-undang di atas berubah fungsinya


(20)

menjadi bank umum. Sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Pengertian Bank Umum menurut

undang-undang Nomor 10 tahun 1998 adalah:

Bank umum adalah bank yang melakukan

kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sifat jasa yang diberikan oleh Bank Umum

adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan ke luar negeri (cabang).

Kemudian pengertian Bank Perkreditan Rakyat menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 yaitu Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(21)

b. Segi kepemilikan

Jenis bank ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari segi akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis-jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah:

1. Bank milik pemerintah

Merupakan bank yang akte pendirian maupun modal bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh-contoh bank milik pemerintah Indonesia antara lain:

a. Bank Negara Indonesia 46 (BNI) b. Bank Rakyat Indonesia (BRI) c. Bank Tabungan Negara (BTN) d. Bank Mandiri

Kemudian Bank Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing Propinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliiki oleh Pemda masing-masing tingkatan. Contoh BPD yang ada antara


(22)

lain: BPD DI Yogyakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, dan BPD lainnya.

2. Bank Milik Swasta Nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Kemudian akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank swasta milik nasional antara lain : Bank Bumi Putera, BCA, Bank Danamon, Bank Lippo. Bank Mega, Bank CIMB Niaga, dll.

3. Bank milik koperasi

Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh bank yang berbadan hukum ini adalah Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin).

4. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing


(23)

maupun pemerintah asing. Kepemilikannya pun jelas dimiliki oleh pihak asing (luar negeri). Contoh bank asing antara lain: ABN Amro Bank, American Express Bank, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, City Bank, Hong Kong Bank.

5. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain: Bank Finconesia, Bank Merincorp, Bank Sakura Swadarma, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank, Sumitomo Niaga Bank, dll.

c. Segi status

Pembagian jenis bank dilihat dari segi status disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat dalam segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Untuk memperoleh status tertentu diperlukan penilaian


(24)

dengan kriteria tertentu pula. Jenis bank dilihat dari segi status adalah sebagai berikut:

1. Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan misalnya transfer ke luar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya.

2. Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan dari bank non devisa, dimana transaksi yang dlakukan masih dalam batas-batas suatu Negara.

d. Segi cara menentukan harga

Ditinjau dari segi menentukan harga dapat pula diartikan sebagai cara penentuan keuntungan yang akan dperoleh. Jenis bank jika dilihat dari segi atau


(25)

caranya dalam menentukan harga baik harga jual ataupun harga beli terbagi dalam dua kelompok yaitu:

1. Bank yang Berdasarkan Prinsip

Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah Indonesia dimana asal mula bank Indonesia dibawa oleh colonial Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu:

a. Menetapkan bunga sebagai harga, untuk

produk simpanan seperti giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini disebut spread based.


(26)

b. Untuk jasa-jasa jenis bank yang lainnya pihak perbankan konvensioanal menggunakan atau menetapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tetentu sepeti biaya administrasi, biaya provisi, sewa, iuran dan biaya-biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah Fee Based.

2. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah

Bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan Bank Konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah menerpakan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah adalah dengan cara:

a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)


(27)

b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah).

c. Prinsip jual beli dengan memperoleh

keuntungan (murabahah)

d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)

e. Atau dengan adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah waqtina).

Penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya Bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah juga sesuai dengan Syariah Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank Prinsip Syariah dasar hukumnya adalah Al-qur’an dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan prinsip Syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu.

2.2.1.4 Kegiatan Bank

Menurut Kasmir (2003: 34) bank merupakan lembaga keuaangan yang kegiatannya adalah:


(28)

a. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang adalah untuk keamanan uangnya dan juga untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Selain itu tujuan lainnya adalah untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka bank menyediakan sarana yang disebut simpanan. Secara umum jenis simpanan terdiri dari simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit), simpanan deposito (time deposit).

b. Menyalurkan dana ke masyarakat

Maksudnya bank memberikan (kredit) kepada masyarakat. Jenis kredit yang diberikan oleh hampir semua bank adalah seperti kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan.

c. Memberikan jasa-jasa lainnya

Seperti pengiriman uang (transfer), kliring, penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam maupun luar negeri (inkaso) ,letter of credit, safe deposit box, bank garansi, bank notes (valas),bank draft, travelers cheque dan jasa lainnya.


(29)

2.2.2 Tinjauan Laporan Keuangan Bank

Setiap perusahaan baik bank maupun non bank pada suatu waktu atau periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut.

2.2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan bank

Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam rangka kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan (2004: 2) adalah merupakan bagian dari pelaporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dengan berbagaicara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Misalnya: informasi segmen industri dan geografis serta mengungkapkan pengaruh perubahan harga.


(30)

Menurut Kasmir (2003: 239) Laporan Keuangan Bank adalah laporan keuangan yang menujukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini dapat terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode.

2.2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Bank

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2004: 2) dinyatakan bahwa tujuan laporan keungan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (steawardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Sedangkan tujuan laporan keuangan bank menurut Kasmir (2003: 240) yaitu:

a. Memberikan informasi keuangan tentang aktiva dan


(31)

b. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.

c. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu.

d. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang

tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.

e. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

f. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan

yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.

g. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen

dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.

2.2.2.3 Pihak-pihak yang Berkepentingan

Laporan keuangan yang dikelurkan oleh bank akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak . Masing-masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan sendiri terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh bank.


(32)

Adapun pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan menurut Kasmir (2003: 241) adalah sebagai berikut:

a. Pemegang saham

Bagi pemegang saham sebagai pemilik , memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan yaitu untuk melihat kemajuan perusahaan dalam menciptakan laba dan pengembangan usaha bank tersebut.

b. Pemerintah

Bagi pemerintah, baik bank-bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan dan kepatuhan bank dalam melaksanakan akan kebijakan moneter dan pengembangan sektor industri tertentu.

c. Manajemen

Untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target–target yang telah ditetapkan. Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.


(33)

d. Karyawan

Untuk mengetahui kondisi keuangan bank, sehingga karyawan juga merasa perlu mengharapkan peningkatan kesehjateraan apabila bank mengalami keuntungan atau sebaliknya

e. Masyarakat luas

Bagi masyarakat luas merupakan suatu jaminan terhadap dananya yang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada di laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan.

2.2.2.4 Jenis-jenis Laporan Keuangan Bank

Seperti lembaga-lembaga lainnya bank juga mempunyai beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai SAK. Jenis-jenis laporan keuangan menurut Kasmir (2003: 243) adalah sebagai berikut:

a. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan


(34)

yang dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo.

b. Laporan Komitmen dan Kontijensi

Laporan komitmen dan kontijensi merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (Irrovocable) dan harus dilaksanakan apabila yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan, atau pembelian bank dengan

syarat Repurchase Agreement (Repo), sedangkan

laporan kontijensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidaknya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Penyajian laporan komitmen dan kontijensi disajikan sendiri tanpa pos lama.

c. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam periode tertentu.


(35)

d. Laporan Arus Kas

Merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan.

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Merupakan laporan yang berisi tersendiri mengenai posisi devisa neto menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya.

2.2.3 Tinjauan Analisis Laporan Keuangan Bank

2.2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank, maka dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan secara periodic. Laporan ini sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Agar laporan ini dapat dibaca sehingga berarti, maka perlu dianalisis terlebih dahulu (Kasmir, 2003: 263).

Menurut Harahap (2002: 190) pengertian analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan


(36)

melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proes menghasilkan keputusan yang tepat.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa analisis laporan keuangan digunakan sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan, dan dalam analisis ini, laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi. Analisis laporan keuangan membantu untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang keadaan keuangan perusahaan. Para pengambil keputusan memerlukan informasi yang relevan sebelum keputusan diambil.

2.2.3.2 Rasio sebagai Alat Analisis Laporan Keuangan

Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan seorang analis memerlukan adanya ukuran-ukuran tertentu, ukuran yang sering digunakan adalah rasio. Menurut Harahap (2004: 297) rasio keuangan adalah angka-angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos


(37)

lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).

Menurut Kasmir (2003: 263) terdapat beberapa rasio keuangan yang dianggap penting dalam menganalisis laporan keuangan suatu bank:

a. Rasio Likuiditas

b. Rasio Solvabilitas

c. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas

Ketiga rasio keuangan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas

Rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan kembali dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini semakin likuid suatu bank. Adapun jenis-jenis rasio likuiditas besrta perhitungannya adalah sebagai berikut:


(38)

1. Quick Ratio

Rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan, giro, tabungan dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh bank.

Quick Ratio = cash assets x 100% Total deposit

2. Investing Policy Ratio

Rasio yang mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara melikuidasi surat-surat berharga yang dimilikinya

Investing Policy Ratio = securities x 100% Total deposit 3. Assets to Loan Ratio

Rasio untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio menunjukkan semakin rendah tingkat likuiditas.

Assets to loan ratio= Total loans x100% Total deposit


(39)

4. Cash Ratio

Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank tesebut.

Cash ratio= LiquidAssets x100% ShortTermBrowing

5. Loan to Deposit Ratio

Rasio ini untuk mengukur jumlah komposisi kredit yang diberikan dengan jumlah dana modal masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.

Loan to Deposit Ratio: Total loans x100% TotalDeposit+Equity

6. Credit Risk Ratio

Rasio ini untuk mengukur resiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan

Credit Risk Ratio = Bad Debts x 100% Total Loans


(40)

b. Rasio Solvabilitas

Rasio yang mengukur kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Dapat dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank dalam melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank. Jenis-jenis rasio solvabilitas adalah sebagai berikut:

1. Primary ratio

Rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki oleh bank sudah memadai. Atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total asset masuk dapat ditutupi oleh capital equity.

Primary ratio= Equity Capital x100% Total Assets

2. Risk Asset Ratio

Rasio untuk mengukur kemungkinan penurunan risk assets

   


(41)

3. Secondary Risk Ratio

Rasio untuk mengukur penurunan asset yang mempunyai resiko lebih tinggi.

4. Capital Ratio

Rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih.

5. Capital Adequacy Ratio

Rasio yang mengukur besarnya kewajiban penyediaan modal minimum.

c. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas

Rasio yang mengukur kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba. Rasio ini untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan laba yang dicapai oleh


(42)

bank yang bersangkutan.Rasio rentabilitas/profitabilitas diantaranya adalah:

1. Gross Profit Margin

Rasio ini digunakan untuk mengetahui presentase laba dari kegiatan usaha murni dari bank yang bersangkutan dikurangi biaya-biaya.

2. Net Profit Margin

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya.

3. Return On Equity Capital

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan income.

   


(43)

4. Return On Total Assets

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola kemampuan aktivanya.

5. Rate returns on Loans

Rasio yang mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola perkreditannya.

  2.2.3.3 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2004:195), analisis laporan keuangan bertujuan untuk :

a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas , lebih dalam dari pada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa.

b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasap mata (eksplicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit)

c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam


(44)

d. Dapat membongkar hal-hal yang tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern mapun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan, rating.

f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.

g. Dapat menentukan rating (peringkat) perusahaan

menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

h. Dapat menentukan situasi perusahaan dengan

perusahaan lain dengan periode sebelumnya dengan standar industri normal atau standar ideal.

i. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang

dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.

j. Dapat memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.


(45)

2.2.4 Kredit

Kredit adalah tulang punggung kegiatan perbankan. Dalam memberikan kredit kepada debitur, kreditur terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap prestasi masa lalu kondisi sekarang dan prestasi masa depan calon debitur.

2.2.4.1 Pengertian Kredit

Secara etimologi, istilah kredit berasal dari Bahasa latin, yaitu "credere", yang berarti kepercayaan. Maksudnya, pemberi kredit percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya.

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian kredit diatur dalam Pasal 1 angka 12, "kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau


(46)

pembagian hasil keuntungan". Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Undang-Undang-Undang-Undang yang Diubah),

Pengertian kredit diatur dalam Pasal 1 butir 11, "Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga".

2.2.4.2 Tujuan Kredit

Pemberian fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang akan dicapai yang tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga tidak terlepas dari misi bank itu didirikan.

Dalam praktiknya tujuan pemberian kredit menurut Kasmir (2003: 105) adalah:

1. Mencari keuntungan bagi bank/kreditur, berupa pemberian bunga, imbalan, biaya administrasi, provisi, dan biaya-biaya lainnya yang dibebankan kepada nasabah debitur.


(47)

2. Untuk meningkatkan usaha nasabah debitur. Bahwa dengan adanya pemberian kredit berupa pemberian kredit investasi atau kredit modal kerja bagi debitur, diharapkan dapat meningkatkan usahanya.

3. Untuk membantu Pemerintah. bahwa, dengan

banyaknya kredit yang disalurkan oleh bank-bank, hal ini berarti dapat meningkatkan pembangunan disegala sektor, khususnya disektor ekonomi.

Secara garis besar keuntungan besar bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit oleh dunia perbankan adalah sebagai berikut:

a. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini kredit

pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru, sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih mengangur.

b. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk

yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat, diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan menghemat devisa negara.


(48)

c. Meningkatkan devisa negara, apabila kredit yang dibiayai untuk kebutuhan ekspor.

d. Meningkatkan jumlah barang dan jasa , jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan produksi barang dan jasa yang beredar di masyarakat, sehingga akhirnya masyarakat mempunyai banyak pilihan.

e. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

2.2.4.3 Fungsi Kredit

Fungsi kredit pada dasarnya adalah pemenuhan jasa untk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka melancarkan perdagangan dan melancarkan produksi dan jasa-jasa bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk meningktakan taraf hidup orang banyak. Adapun fungsi kredit menurut Kasmir (2003: 107-108) adalah:

1. Untuk meningkatkan daya guna uang.

2. Untuk meningkatkan peredaran uang dan lalu lintas uang.


(49)

4. Untuk meningkatkan peredaran barang.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

6. Kredit dapat mengaktifkan atau meningkatkan aktifitas-aktifitas atau kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada.

7. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan

pemerataan pendapatan nasional.

8. Untuk meningktakan hubungan ekonomi internasional.

2.2.4.4 Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu kredit, menurut Kasmir (2003: 74-76) adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan yaitu keyakinan pemberik kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang dan jasa akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.

b. Kesepakatan. Di samping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituang dalam suatu perjanjian di mana


(50)

masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu. Setiap kredit yang diberikan pasti

memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini menyangkut masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

d. Resiko. Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan

nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam.

e. Balas jasa. Akibat dari fasilitas kredit, bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit dan jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank yang berprinsip konvensional. Sedangkan bagi bank yang berprinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

2.2.4.5 Jenis Kredit

Beragamnya jenis usaha mengakibatkan beragam pula akan kebutuhan jenis kreditnya. Menurut Kasmir


(51)

(2003: 76-79) jenis-jenis kredit dilihat dari beberapa segi antara lain:

a. Segi Kegunaan

Maksud jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk melihat uang penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit yaitu:

a. Kredit investasi. Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lama dan biasanya kegunaan kedit ini adalah untuk kegiatan utama perusahaan.

b. Kredit modal kerja. Yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan peningkatan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.


(52)

b. Segi Tujuan Kredit

Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit dilihat dari segi tujuan adalah:

a. Kredit produktif. Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Maksudnya kredit ini diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu yang baik berupa barang ataupun jasa.

b. Kredit konsumtif. Merupakan kredit yang

digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi.

c. Kredit perdagangan. Merupakan kredit yang

digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut.

c. Segi jangka waktu kredit

Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama sekali


(53)

diberikan sampai pelunasannya. Jenis kredit ini adalah:

a. Kredit jangka pendek. Kredit ini merupakan

kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit jangka menengah. Jangka waktu kredinya berkisar antara satu tahun sampai tiga tahun., kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.

c. Kredit jangka panjang. Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, dan juga untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

d. Segi Jaminan

Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau dengan


(54)

surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit ini antara lain:

a. Kredit dengan jaminan. Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud ataupun barang tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si debitur.

b. Kredit tanpa jaminan. Yaitu kredit yang

diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat propek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

e. Segi Sektor Usaha

Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena itu pemberian kredit pun berbeda-beda pula. Jenis kredit jika dilihat dari sektor usaha adalah sebagai berikut:

a. Kredit pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat.


(55)

b. Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya, peternakan ayam, dan untuk kredit jangka panjang yaitu, peternakan sapi dan kambing

c. Kredit industri, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai industri pengolahan, naik industri kecil. menengah, maupun besar.

d. Kredit pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya , biasanya dalam jangka panjang.

e. Kredit pendidikan, yaitu kredit kredit yang

diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para mahasiswa yan sedang belajar.

f. Kredit profesi, yaitu kredit yang diberikan

kepada profesional seperti dosen, doter, pengacara.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.


(56)

2.2.4.6 Prinsip pemberian kredit

Jaminan yang diberikan nasabah kepada bank hanyalah merupakan tambahan, terutama untuk melindungi kredit macet akibat suatu musibah. Akan tetapi, setelah dilkukan analisa kredit, maka fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang dinerikan akan benar-benar kembali.

Keyakinan tesebut diperoleh dari penilaian kredit sebelum kredit itu disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapat keyakinan tentang nasabahnya, apakah calon debitur memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada bank secara tertib baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

Menurut Kasmir (2003: 91) Prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu analisis 5C dan 7P. analisis penilaian kredit dengan 5 C dijelaskan sebagai berikut:

a. Capacity (kemampuan)

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit dalam menghubungkan dengan


(57)

kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya menari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan.

b. Character (watak)

Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya.

c. Capital (modal)

Untuk mengetahui sumber-sumber pembiayan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

d. Collateral (jaminan/agunan)

Merupakan jaminan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Fungsi jaminan adalah pelindung bank dari kerugian

e. Condition of Economic (kondisi ekonomi)

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai dari kondisi ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing. Dalam


(58)

kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit kepada sekor-sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.

Sedangkan penilian kredit dengan 7 P adalah:

a. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah dengan klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.

b. Payment

Merupakan ukuran bagaimana nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit diperolehnya.

c. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.


(59)

d. Personality

Yaitu menilai nasabah dari kepribadiaanya atau tingkah lakunya sehari-hari ataupun masa lalunya.

e. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

f. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

g. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

2.2.5 Non Performing Loan

Penyaluran kredit merupakan aktivitas pokok bank, karena dengan menyalurkan kredit pada debitur, bank memperoleh bunga yang merupakan sumber utama pendapatan bank. Oleh


(60)

karena itu, pemberian kredit harus dapat dikelola dengan baik yang didukung sistem pengawasan dan pengendalian yang memadai untuk dapat mengatasi resiko kredit yang timbul.

Bisnis perbankan pada dasarnya tidak bisa lepas dari resiko kredit berupa tidak lancarnya pembayaran kredit kembali atau dengan kata lain disebut kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).

2.2.5.1 Pengertian Non Performing Loan

Salah satu resiko yang dihadapi oleh suatu bank adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang diberikan atau yang sering disebut resiko kredit. Resiko kredit umumnya muncul dari berbagai kredit yang masuk dalam kategori kredit bermasalah. Meskipun resiko kredit tidak dapat dihindarkan, maka harus diusahakan dalam tingkat yang wajar yang berkisar antara 3-5% dari total kreditnya. Kredit yang termasuk dalam kategori NPL adalah kredit kurang lancar (sub standard), kredit diragukan (doubtful) dan kredit macet (loss). (Dendawijaya, 2003: 82)

Keberadaan NPL yang cukup banyak menimbulkan kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Oleh sebab itu bank dituntut untuk


(61)

menjaga kreditnya agar tidak berada dalam kategori kredit bermasalah (NPL).

Bank yang telah berhasil dalam pengelolaan kreditnya adalah bank yang mampu mengelola NPL dalam tingkat yang wajar dan tidak merugikan bank. Dengan meningkatnya NPL maka akibatnya bank harus menyediakan cadangan penghapusan piutang yang cukup besar sehingga kemampuan memberikan kredit menjadi terbatas.

Kredit bermasalah atau Non Performing Loan menurut Siamat (2001: 174) dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kendali debitur.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah bila tidak dapat kembali sesuai dengan jadwal waktu yang dijanjikan atau kesepakatan.

2.2.5.2 Perhitungan Non Performing Loan

Untuk menghitung besarnya Non Performing Loan (NPL) suatu bank, maka diperlukan suatu ukuran. Bank Indonesia menginstuksikan perhitungan NPL dalam laporan


(62)

tahunan perbankan nasional sesuai dengan SE BI No.3/33/DPNP Tanggal 14 Desember 2001 tentang perhitungan rasio keuangan yang dirumuskan sebagai berikut:

NPL = Kredit Bermasalah x 100%...Martono (2002: 45) Total Kredit

2.2.5.3 Penyebab Non Performing Loan

Jika tidak ditangani dengan baik maka kredit bermasalah atau NPL akan merupakan sumber kerugian yang potensial bagi bank. Dalam fungsinya sebagai penyalur dana kepada masyarakat , maka bank sebagai lembaga perkreditan harus melakukan analisi 5C seperti yang telah dijabarkan di atas, guna meminimalisir resiko NPL atau tidak kembalinya kredit.

Menurut Siamat (2001: 175) dari sisi perspektif bank terjadi kredit bermasalah disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Faktor internal

Faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan kebijakan dan strategi yang ditempuh oleh pihak bank, antara lain:


(63)

1. Kebijakan perkreditan yang ekspansif

Bank yang memiliki dana (excess liquidity) sering menetapkan kebijakan yang terlalu ekspansif yang melebihi pertumbuhan kredit secara wajar yaitu menetapkan sejumlah kredit dalam waktu tertentu. Keharusan pencapaian kredit yang harus dicapai mendorong pejabat kredit menepuh langkah yang agresif sehingga menyebabkan tidak lagi selektif dalam memilih calon debitur dan kurang menetapkan prinsip-prinsip perkreditan yang sehat dalam menilai permohonan kredit.

2. Penyimpangan dalam Pelaksanaan Prosedur

Perkreditan

Pejabat bank sering tidak mengikuti atau kurang disiplin dalam menetapkan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara pemberian kredit dalam suatu bank.

3. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan

kredit

Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit menyebabkan kredit yang secara potensial mengalami masalah tidak dapat dilacak


(64)

secara dini, sehingga bank terlambat dalam melakukan pencegahan

4. Lemahnya informasi kredit

Sistem informasi kredit yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya akan memperlemah keakuratan pelaporan bank yang pada gilirannya akan sulit melakukan deteksi dini. Hal tersebut dapat menyebabkan terlambatnya pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah.

5. Itikad kurang baik dari pihak bank

Pemilik dan pengurus bank seringkali memanfaatkan keberadaan banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuan kehati-hatian perbankan.

b. Faktor Eksternal

1. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya bunga kredit

Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh adanya kebijakan penyejukan kegiatan ekonomi atau akibat kebijakan pengetatan


(65)

uang yang diberlakukan oleh Bank Indonesia menyebabkan tingkat bunga naik, yang pada gilirannya bank tidak mampu membayar pokok cicilan dan bunga kredit

2. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur

Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit dapat dimanfaatkan debitur yang memiliki itikad kurang baik dengan cara memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan dan untuk usaha yang tidak jelas atau untuk spekulatif.

3. Kegagalan usaha debitur

Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debitur sensitif terhadap pengaruh eksternal misalnya kegagalan dalam pemasaran produk, terjadi perubahan harga di pasar, perubahan pola konsumen dan pengaruh perekonomian nasional.


(66)

4. Debitur mengalami musibah

Sedangkan menurut Dendawijaya (2003: 102) kemacetan fasilitas kredit disebabkan dua faktor:

a. Dari pihak perbankan

Dalam hal ini analisis kredit kurang teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan dengan rasio-rasio yang ada. Akibatnya apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya.

b. Dari pihak nasabah

Kemacetan kredit disebabkan dua hal:

1. Adanya unsur kesengajaan.

Artinya nasabah sengaja untuk tidak mau membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan dengan sendirinya macet.

2. Adanya unsur tidak sengaja

Artinya nasabah mempunyai kemauan untuk membayar akan tetapi tidak


(67)

mampu dikarenakan usaha yang dibiayai terkena musibah, misalnya banjir, kebakaran, sehingga mengalami kerugian

2.2.5.4 Implikasi Non Performing Loan

Dampak keberadaan Non Performing Loan yang bersangkutan, tetapi dapat meluas dengan cakupan nasional apabila tidak ditangani dengan tepat. Menurut Dendawijaya (2003: 82) dampak Non Performing Loan yang tidak wajar sebagai berikut:

a. Hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari

kredit yang diberikan ,sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk pada profitabilitas bank.

b. Rasio kualitas aktiva produktif menjadi semakin besar yang menggambarkan situasi yang memburuk .

c. Bank harus memperbesar penyisihan untuk

pencadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besar modal bank.

d. Menurunnya kesehatan bank berdasarkan perhitungan kesehatan bank dengan analisis CAMELS.


(68)

2.2.5.5 Kolektibilitas Kredit

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No 7/2/PBI/2005/Tanggal 27 November 2005 tentang Kualitas Aktiva Produktif , maka kualitas kredit dapat digolongkan menjadi:

1. Pass (Lancar) merupakan pembayaran tepat waktu , perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit.

2. Special mention (dalam perhatian khusus) di mana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari

3. Substandard (kurang lancar) dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari.

4. Doubtfull (diragukan) dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari.

5. Loss (macet) di mana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga melampaui 270 hari

Yang digolongkan Non Performing Loan (NPL) adalah kredit yang memiliki kualitas Substandard


(69)

(kurang lancar), Doubtfull (diragukan), Loss (macet) (Dendawijaya, 2003: 82).

2.2.6 Capital Adequacy Ratio

Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas harus menyesuaikan diri terhadap perbankan Internasional untuk dapat menyiapkan perbankan nasional menjadi perbankan yang siap bersaing. Untuk itu pula Bank Indonesia mengeluarkan peraturan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang dapat menjadi persyaratan bagi bank dalam mengelola modalnya tanpa mengabaikan resiko (Dendawijaya, (2003: 40).

2.2.6.1 Pengertian Capital Adequacy Ratio

Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002: 562), CAR merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, mengontrol, risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu bank dalam menghasilkan keuntungan dan menjaga besarnya modal yang dimiliki

Mengingat kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Maka Bank Indonesia menetapkan


(70)

kewajiban penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu properti tertentu dari Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebesar 8% (Dendawijaya, 2003: 40). Menurut Siamat (2001: 99) Ketentuan CAR pada bank umum yang berlaku di Indonesia mengikuti standar Bank for International Settlement (BIS). Dengan ketentuan tersebut, bank wajib memelihara ketersediaan modal karena setiap pertambahan aktiva harus diimbangi dengan pertambahan modal.

2.2.6.2 Perhitungan Capital Adequacy Ratio

Nilai Capital Adequacy Ratio dapat ditentukan

melalui ketentuan Bank Indonesia tentang kewajiban

penyediaan modal minimum (KPPM), yaitu: 

 

Sumber: Dendawijaya (2003: 41)

Kebutuhan modal minimum bank ditentukan dengan cara membagi modal inti ditambah modal pelengkap dibagi ATMR dengan ketentuan sebagai berikut:


(71)

a. Kebutuhan modal minimum bank ditentukan dengan ATMR. ATMR merupakan penjumlahan dari ATMR aktiva neraca dan ATMR aktiva administratif.

b. Sesuai kebutuhan tersebut kewajiban penyediaan modal minimum bank adalah 8% dari ATMR.

c. Rasio modal dihitung dengan membandingkan modal

dengan ATMR.

d. Dengan membandingkan rasio modal dengan kewajiban penyediaan modal minimum dapat diketahui apakah bank tersebut memenuhi ketentuan atau tidak.

Yang dimaksud modal inti terdiri atas modal disetor, modal sumbangan dan modal cadangan. Menurut Dendawijaya (2005: 38-39) Secara rinci modal inti berupa:

a. Modal disetor merupakan modal yang benar-benar disetor secara efektif oleh pemiliknya kepada bank.

b. Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

c. Modal sumbangan adalah modal yang diterima

kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila


(72)

saham tersebut dijual. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh bank yang berbentuk badan hukum koperasi juga termasuk dalam pengertian modal sumbangan.

d. Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk

dari penyisihan laba yang ditahan atau laba bersih dan mendapat persetujuan RUPS sesuai dengan ketentuan pendirian atau AD masing-masing bank.

e. Cadangan tujuan bagian laba setelah dikurangi

pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS.

f. Laba ditahan dalam saldo bersih yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan.

g. Laba tahun lalu adalah seluruh laba bersih tahun lalu dan belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS.

h. Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak.

Kemudian yang dimaksud modal pelengkap menurut Dendawijaya (2005: 39) adalah:


(73)

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali dari aktiva tetap yang dimliki bank.

b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebankan laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya seluruh atau sebagian aktiva produktif.(maksimum 1,25% dari ATMR).

c. Modal kuasi, yaitu modal yang didukung oleh

instrument atu warkat yang memiliki sifat seperti modal.

d. Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang telah memenuhi syarat seperti perjanjian tertulis antara bank dengan pihak pemberi pinjaman, memperoleh persetujuan Bank Indonesia dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan perjanjian lainnya.

2.2.7 Likuiditas Bank

2.2.7.1 Pengertian Likuiditas Bank

Menurut Simorangkir (2004: 141) likuiditas adalah kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-kewajiban


(74)

keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo”. Secara lebih spesifik likuiditas adalah kesanggupan bank dalam menyediakan alat-alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan member pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan.

Likuiditas merupakan kemampuan bank untuk dapat memenuhi kemungkinan ditariknya deposito atau simpanan oleh deposan atau penitip. Dengan kata lain suatu bank biasa dikatakan likuid apabila dapat memenuhi kewjiban penarikan uang dari para penitip dana ataupun dari peminjam atau debitur.

2.2.7.2 Loan to Deposit Ratio

Menurut Kasmir (2003: 272) Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dengan dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.

Meurut Simorangkir (2004: 147) Loan to Deposit Ratio adalah perbandingan antara kredit yang dberikan dengan dana pihak ketiga termasuk pinjaman diterima, tidak termasuk pinjaman subordinasi.

Menurut Dendawijaya (2003: 116) rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali


(75)

penarikan yang dilakukan oleh nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. semakin tinggi rasio ini semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Loan to Deposit Ratio mempunyai peranan yang sangat penting sebagai indikator yang menunjukkan ekspansi kredit yang dilakukan bank sehingga LDR dapat juga digunakan untuk mengukur berjalan atau tidaknya funsi intermediasi bank.

Menurut Simorangkir (2004:147), batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 90%-100%. Sedangkan menurut ketentuan bank sentral, batas aman LDR suatu bank adalah 110%.

LDR dapat pula digunakan untuk menilai strategi manajemen suatu bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya cenderung memiliki LDR yang ralatif rendah, sebaliknya manajemen yang agresif memiliki LDR yang cenderung tinggi.

2.2.7.3 Perhitungan Loan to Deposit Ratio

Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit atau pembiayaan yang dilakukan bank dengan dana yang diterima bank. Nilai LDR dapat ditentukan melalui suatu formula yang


(76)

ditentuka oleh Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No 3/30/DPNP tanggal 14 desember 2001 yaitu:

LDR = Total kredit x 100% Total dana pihak ke3

Sumber: Dendawijaya (2003: 116)

Dana pihak ketiga meliputi giro, tabungan, dan deposito tetapi tidak termasuk giro dan deposito antar bank.

2.2.8 Tinjauan Mengenai Profitabilitas Bank

2.2.8.1 Pengertian Profitabilitas Perbankan

Laporan keuangan memperlihatkan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran kualitatif. Melalui analisis laporan keuangan tingkat profitabilitas dapat diukur selama periode tertentu.

Riyanto (2001: 35) mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas menunjukkan. Perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

Menurut Hasibuan (2002: 100) profitabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Profitabilitas pada


(77)

dasarnya adalah laba (rupiah) yang dinyatakan dalam persentase profit.

Meski ada beberapa indikator profitabilitas yang lazim digunakan oleh bank, penulis akan menggunakan rasio ROA dengan beberapa alasan antara lain:

a. Rasio Return on Assets (ROA) memperhitungkan

bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitasnya dan efisiensi secara menyeluruh. Dendawijaya (2000: 120) menjelaskan bahwa Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam segi penggunaan aktiva.

b. Penilaian kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilihat dari aspek rentabilitas/profitabilitas digunakan menggunakan indikator ROA.

Maksud dan tujuan dari analisis profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan perolehan laba yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.


(78)

2.2.8.2 Perhitungan profitabilitas

Perhitungan profitabilitas bank dilakukan dengan menggunakan rasio Return on Assets (ROA) atau tingkat pengembalian aktiva. Rumusnya adalah:

ROA= Laba sebelum pajak x 100% Total Modal (aktiva)

Sumber: Dendawijaya (2000: 120)

2.2.9 Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio,(CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR)

2.2.9.1 Pengaruh Non performing loan terhadap profitabilitas

Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap

profitabilitas dibahas oleh Salikah (2008: 75) variabel NPL tidak berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Sealanjutnya, menurut Dendawijaya (2003: 83) semakin besar NPL, maka semakin jelek kualitas kredit yang bersangkutan karena jumlah kredit bermasalah semakin besar. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi NPL, mengindikasikan semakin tinggi risiko kredit yang dihadapi. Sehingga akan menyebabkan pendapatan bunga bank menurun pada akhirnya laba juga menurun.


(79)

2.2.9.2 Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap profitabilitas

Berdasarkan penelitian Ginanjar (2007: 90) Capital Adequacy Ratio mempunyai hubungan yang moderat (sedang) terhadap tingkat profitabilitas bank. Hal ini bisa dilihat pada hasil perhitungan koefisien korelasi. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi atau nilai t sebesar 0,41. Hubungan tersebut bernilai positif (searah) yang berarti jika terjadi penambahan CAR maka nilai profitabilitas akan naik pula.

Menurut Astuti (2008: 110) tingkat Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh signifikan terhadap tingkat Profitabilitas (ROA) pada Bank. Sedangkan menurut Sebatiningrum (2006:99) Secara simultan diperoleh adanya pengaruh yang signifikan antara besarnya CAR, terhadap profitabilitas. Sedangkan secara parsial CAR, berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, dimana CAR berpengaruh positif. Dengan demkian dapat disimpulkan, semakin baik rasio kecukupan modal (CAR) maka akan menyebabkan tingkat profitabilitas suatu perusahaan semakin baik .


(80)

2.2.9.3 Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap profitabilitas

Menurut Sebatiningrum (2006: 99) Secara simultan diperoleh adanya pengaruh yang signifikan antara besarnya LDR terhadap profitabilitas. Sedangkan secara parsial LDR berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, dimana CAR dan LDR berpengaruh positif. Menurut Salikah (2008: 74) berdasarkan hasil regresi, Loan to Deposit Ratio tidak mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas.

Semakin tinggi rasio ini semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Bagi bank yang dapat menjaga likuiditasnya , membuat perusahaan terhindar dari kondisi bermasalah sehingga memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang optimal.

2.3 Kerangka pikir  

X1= Non Performing Loan

X2= Capital Adequacy Ratio

X3= Loan to Deposit Ratio

Y= Profitabilitas


(81)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan pada rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini maka dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

Diduga Non Permorming Loan (NPL), Capital Adquacy Ratio

(CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), berpengaruh terhadap


(82)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X). Untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut.

Variabel terikat merupakan profitabilitas.

1. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu. Pada penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan rasio ROA. Dimana rasio digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut. Skala pengukuran variabel ini adalah skala rasio dan diukur dengan satuan persentase (%) dengan menggunakan teknik statistik parametrik. Rumus yang digunakan:

ROA= Laba sebelum pajak x 100% Total Modal (aktiva)


(83)

Variabel bebas yang diteliti terdiri:

1. Non PerformingLoan (X1)

Non Performing Loan adalah bagian dari piutang yang tidak dapat ditagih lagi. Yang termasuk dalam kategori Non Performing Loan adalah kredit yang mempunyai kolektabilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Semakin tinggi NPL, mengindikasikan semakin tinggi risiko kredit yang dihadapi. Sehingga akan menyebabkan pendapatan bunga bank menurun pada akhirnya laba juga menurun. Skala pengukuran variabel ini adalah skala rasio dan diukur dengan satuan persentase (%) dengan menggunakan teknik statistik parametrik. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:

NPL = Kredit Bermasalah x 100% Total Kredit

Sumber: Martono (2002: 45) 2. Capital Adequacy Ratio (X2)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan tingkat kecukupan modal yang harus dipenuhi oleh setiap bank. Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral menetapkan CAR ≥ 8%. Skala pengukuran variabel ini adalah skala rasio dan diukur dengan satuan persentase (%) dengan menggunakan teknik statistik


(1)

mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Salikah

(2008) yang menyatakan bahwa Loan To Deposit Ratio tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas.

4.5. Pebedaan Peneliti Sekarang dengan Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian ini ada beberapa perbedaan dengan penelitian

terdahulu yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 10 : Perbedaan dengan peneliti terdahulu

NO

Perbedaan Nama Peneliti Variabel

bebas (X) Sampel Tahun

1 Umi Salikah LDR 26 bank 2005-2007

BOPO

NPL

2 Arif Ginanjar CAR 15 bank 2006

3 Fitria Astuti CAR 4 bank 2001-2006

LDR

4 Anggi Suwandhani LDR 5 bank 2004-2006

5 Nur Khasanah S CAR 22 bank 2004

LDR

BOPO

6 Moh Husni M NPL 20 bank 2004-2007

CAR

LDR


(2)

4.6. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah dilakukan secara optimal,

tetapi peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat beberapa

keterbatasan antara lain:

a. Data yang dijadikan penelitian hanya 4 tahun yaitu mulai tahun 2004

sampai dengan tahun 2007.

b. Penelitian hanya menggunakan 4 rasio keuangan yang beperan

sebagai variabel bebas yang mempengaruhi profitabilitas. Dan

berdasarkan analisis data terlihat bahwa masih ada variabel bebas lain

yang mempengaruhi profitabilitas yang tidak ikut diteliti dalam


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hipotesis dari hasil analisis secara parsial diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

a. Diketahui bahwa tingkat signifikasi 0,162 > 0,05. Berarti non performing loan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank-bank yang go public.

b. Diketahui bahwa tingkat signifikasi 0,000 < 0,05. Berarti

capital adequacy ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank-bank yang go public.

c. Diketahui bahwa tingkat signifikasi 0,550 > 0,05. Berarti loan to deposit ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank-bank yang go public.

5.2 Saran

Berdasarkan dan pembahasan serta kesimpulan yang tersebut di atas,

maka dapat diajukan beberapa saran berikut ini :

a. Bagi manajemen bank

Manajemen bank harus lebih teliti dalam pengelolaan modal terutama


(4)

diakibatkan oleh Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, terhadap profitabiltias bank, maka penerapan prudential banking harus lebih ditingkatkan

b. Bagi investor

Sebaiknya meninjau informasi perusahaan yang bersangkutan dengan

cermat sebelum mengambil keputusan dalam pasar modal.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Simpulan di atas memberikan bukti empiris yang bisa digunakan

sebagai pijakan gagasan ke arah penelitian yang lebih mendalam. Akan

lebih baik menambah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi , Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”Jawa Timur, Surabaya.

Astuti, Fitria, 2008, Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal (CAR) dan Likuiditas (LDR) Terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Bandung.

BudiSantoso, Totok, Sigit Triandru ,2006, Bank dan Lembaga Keuangan. Edisi Kedua, Penerbit Salemba empat, Yogyakarta.

Dendawijaya, Lukman 2003, Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Hasibuan. 2002, Dasar-dasar Perbankan, Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta

Kasmir,2003. Bank dan Lembaga keuangan Lainnnya, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Martono, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Penerbit Ekonesia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.

Rahardja Prathama dan Mandala Manurung, 2004, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter, Penerbit FE Universitas Indonesia, Jakarta. Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik,, Penerbit

PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Siamat, Dahlan, 2001, Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat, Penerbit Intermedia, Jakarta.

Simorangkir .O.P.2004, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Suliyanto,2005, Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran, Edisi 1, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Sumarsono, 2004, metode Penelitian Akuntansi : Beserta Contoh Interpretasi Hasil Pengolahan Data, Edisi Revisi, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Ginanjar, Arif, 2007, Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio) terhadap Profitabilitas Bank. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Bandung.

Salikah,Umi, 2008, Analisis pengaruh likiditas, efisiensi, dan resiko kredit Terhadap Profitabilitas bank-bank yang go public. Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”Jawa Timur.


(6)

Sebatiningrum, Khasanah, Nur, 2006, Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas, dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaaan Perbankan yang Terdaftar di BEJ. Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ekonomi Universitas Negeri Semaranng.

Suwandhani, Anggi, 2008, Pengaruh Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Profitabilitas Bank. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Bandung.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Operating Ratio (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio(LDR) Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 66 83

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Operational Efficiency Ratio, Financing To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Bank Mega Syariah Indonesia

2 41 105

Pengaruh cash ratio, loan deposit ratio dan capital asset ratio terhadap profitabilitas pada sektor perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia

0 13 112

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 6 90

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 2

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 4

PENGARUH NON PERFORMING LOAN, CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO, TERHADAP PROFITABILITAS DI SEKTOR PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK

0 0 10