Status Wanita Dalam masyarakat Adat di desa Buru Kaghu

44 Menurut Kepala Desa Buru Kaghu Herman Ndapatondo 8 , apabila seorang pria yang sudah melakukan kawin lari pakondona harus berani untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sedangkan menurut tokoh adat Kornelis Tanggu Solo kawin lari masih terjadi sampai sekarang karena pada masyarakat adat di desa Buru Kaghu tidak ada aturan adat yang melarang untuk melakukan kawin lari pakondona, dan dari segi agama juga tidak ada masalah karena yang paling penting adalah si pemuda mempertanggungjawabkan perbuatannya dan gereja akan ikut memperbaiki rumah tangga pasangan kawin lari pakondona secara rohani 9 .  Mas kawin Dalam Perkawinan Mas kawin adalah barang-barang yang diserahkan oleh pihak pengambil isteri laki-laki kepada pihak perempuan yang dapat berupa hewan, emas mamuli, parang dan lain-lain, tergantung dari hasil persetujuan ke dua belah pihak yang diwakilkan oleh juru bicara kedua belah pihak. 10 Sedangkan menurut Imam Sudiyat dalam Hukum Adat Sketsa Asas mas kawin merupakan hal yang wajib dipenuhi oleh keluarga pihak laki-laki dalam proses pelaksanaan perkawinan adat. Mas kawin ini biasanya akan jatuh ke tangan kelompok kerabat, orang tua wanita atau calon isteri itu sendiri 11 .

2. Status Wanita Dalam masyarakat Adat di desa Buru Kaghu

Pengertian status dapat disamakan dengan posisi atau kedudukan. Secara harfiah kata kedudukan status merupakan kata benda abstrak dari kata 8 Wawancara dengan kepala desa buru kaghu, Herman Ndapatondo tanggal 25 mei 2013. 9 Wawancara dengan tokoh adat, Kornelis Tanggu Solo tanggal 23 mei 2013. 10 Wawancara dengan tokoh adat, Kornelis Tanggu Solo tanggal 23 mei 2013. 11 Iman Sudiyat, SH, 1978. Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta. Hal.126. 45 kerja “duduk”. Jadi status atau kedudukan menunjuk pada posisi hierarki atau tempat didalam tingkatan kedudukan vertical. Status wanita, berarti adanya tingkatan kedudukan antara pria dan wanita dalam masyarakat. Rupanya perbedaan tingkat masyarakat adat suku Wewewa di desa Buru Kaghu disebabkan oleh alasan biologis: fisik kuat atau lemah, tetapi sebagian juga melihat dari segi perbedaan sosial dan budaya lingkungan. Perbedaan sosial dan budaya ini menunjuk pada siapa yang mengurus anak, mencari nafkah hidup, dan siapa yang menjadi pemimpin dalam suatu keluarga. 12 Masyarakat adat di desa Buru Kaghu memandang wanita sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai peran penting dalam keluarga dan juga masyarakat. Artinya ada perbedaan status tetapi perbedaan itu terletak pada alasan biologis. Dari persepsi ini maka wanita mendapat tempat tersendiri yaitu dihormati dan dihargai. Penghormatan itu nyata dalam kehidupan masyarakat di desa Buru Kaghu dimana seorang wanita dalam masyarakat dianggap sebagai mas kawin keluarga. Ada semboyan bahwa mas kawin adalah harga seorang wanita. Penghargaan yang tinggi terhadap wanita dapat dilihat dengan banyaknya mas kawin belis yang di berikan oleh pihak laki-laki sebagai penghormatan kepada pihak wanita dan keluargaanya. Bagi masyarakat di desa Buru Kaghu peran wanita juga dalam urusan rumah tangga jauh lebih besar disbanding laki-laki. Pada masyarakat adat yang mengenal kebudayaan bercocok tanam sawah peran wanita justru lebih besar dari peran laki-laki. 13 12 Wawancara dengan tokoh adat, Kornelis Tanggu Solo tanggal 23 mei 2013. 13 Wawancara dengan tokoh adat, Kornelis Tanggu Solo tanggal 23 mei 2013. 46

3. Perkawinan Lari Pakondona di Daerah Penelitian