Masyarakat dan Pengelompokannya Lingkungan Masyarakat

d. Tingkat 4: Belajar tak langsung melalui simbol kata, seperti buku, ceramah, diskusi dan lain lain. Kelebihan Belajar pada masyarakat: a. Pengajaran bersifat realistis, karena hal-hal yang dipelajari bersumber dari kehidupan nyata. Para siswa dapat mengamati kenyataan sesungguhnya dalam masyarakat dan kehidupan masyarakat yang bersifat kompleks. Pengajaran ini pada gilirannya akan mengembangkan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang praktis dan terpakai. b. Pengajaran ini menumbuhkan kerjasama dan integrasi antara sekolah dan masyarakat, karena sekolah masuk ke dalam masyarakat, dan masyarakat masuk dalam lingkungan sekolah. c. Metode pembelajaran ini memberi kesempatan luas bagi siswa untuk melakukan belajar secara aktif, yang dianjurkan oleh teori belajar modern. Para siswa merencanakan sendiri, mencari informasi sendiri, melakukan kegiatan proyek sendiri, dan memecahkan berbagai masalah sendiri, baik melalui belajar individual maupun belajar kelompok d. Prosedur pengajaran memberdayakan semua metode dan teknik pembelajaran secara sistematis dan bervariasi, seperti ceramah, diskusi, kerja kelompok, belajar mandiri, demonstrasi dan eksperimen. e. Model pembelajaran ini dilandasi oleh konsep pendidikan Education is here and now. Pendidikan adalah membantu siswa agar mampu berperan dalam kehidupan sekarang dan di sini. 56

E. Tinjauan Komparasi Hasil Belajar Peserta Didik yang Mukim dan Non

Mukim Di Pondok Pesantren Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok prestasi tersebut. 57 Sedangkan belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. 58 Hasil Belajar merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran, dan hasil belajar antara peserta didik satu dengan yang lain tidak akan sama hasilnya. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah: Faktor lingkungan, faktor ekonomi dan sebagainya. Hasil belajar aqidah akhlak pada peserta didik tidak akan sama hasilnya terutama pada peserta didik yang berlatar belakang pondok pesantren dan non pondok pesantren. Pada peserta didik yang tinggal di pondok pesantren, pada proses belajar mengajar di kelas, biasanya lebih baik sehingga hasil belajar aqidah akhlak yang dicapai pun maksimal. Hal ini disebabkan karena pada lingkungan 56 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal. 197-199. 57 Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru Surabaya: Usaha Nasional, 1994, hal. 19. 58 Muhibin Syah, Psikologi Belajar Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 53. pondok pesantren proses pelajarannya semuanya berbasis agama, juga jadwal belajarnyapun terpantau oleh pengasuh pondok pesantren. Pergaulan antar laki- laki dan perempuan terjaga. Namun pada realita, masih ada peserta didik yang tinggal di pondok pesantren, hasil belajar aqidah akhlaknya kurang maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh faktor individu atau mungkin pondok pesantren yang kurang memberikan pengajaran yang maksimal. Pada peserta didik yang tinggal bukan di pondok pesantren, mayoritas hasil belajar lebih buruk dari yang tingal di pondok pesantren. Hal ini karena pendidikan baik di lingkungan masyarakat atau keluarga kurang mendukung. Bahkan terkadang orang tua tidak memperdulikan pendidikan anak, hanya materi yang mereka penuhi, terkadang pendidikan religi diabaikan, tidak memberikan contoh yang baik pada anak-anaknya, dan sebagainya. Juga pada lingkungan masyarakat, sosial yang buruk, tidak yang baik pada proses belajar. Setelah di bahas tentang kajian teori beserta faktor-faktor hasil belajar selanjutnya akan membahas tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum dan Profil Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Rejoso Peterongan 1. 60

BAB III PROFIL PESANTREN DARUL ULUM DAN MTsN REJOSO PETERONGAN

1 JOMBANG Bab ini akan membahas tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum dan Profil Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Rejoso Peterongan 1.

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum

1. Periode klasik 1885-1937 M Periode ini merupakan masa-masa pembibitan dan penanaman dasar-dasar berdirinya pondok pesantren. 39 Pemimpin pertama yang mendirikan pendidikan ini, yaitu KH. Tamim Irsyad dibantu KH. Cholil sebagai mitra kerja dan sekaligus menjadi menantunya. Beliau menanamkan jiwa Islam yang diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan juga perbuatan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum bermula dari kedatangan KH. Tamim Irsyad yang berasal dari Bangkalan Madura ke Rejoso. Beliau adalah murid KH. Cholil Bangkalan. Ketika beliau datang ke Jombang, demi memperbaiki keadaan ekonomi keluarga KH. Tamim yang memiliki hikmah besar dalam meneruskan tradisi pengajaran yang pernah ia terima, ditemukanlah 39 Profil Sejarah Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang tahun 2016 Desa Rejoso, tempat secara naluriah keagamaan KH.Tamim yang amat representatif sebagai lahan perjuangan menegakkan Islam. Alasn lain dipilihnya Desa Rejoso sebagai lahan perjuangan menegakkan Islam oleh beliau adalah pondok pesantren yang direncanakan merupakan wadah yang dihuni masyarakat hitam dan jauh dari praktik-praktik sehat menurut norma ajaran Islam. 40 Mereka adalah manusia jahat, dalam arti sering melakukan keonaran tanpa memperhitungkan hak manusia tetangganya. Mereka adalah manusia yang tidak memperhatikan tata krama pergaulan hidup dalam kebersamaan. Untuk itulah dua Kiai ini sangat membutuhkan modal yang kuat demi terlaksananya cita-cita membangun masyarakat yang berbeda sama sekali dengan bentuk masyarakat yang ada di situ. KH. Tamim Irsyad adalah ahli dalam syariat Islam di samping memiliki ilmu kanuragan kelas tinggi. 41 Demikian pula KH.Cholil merupakan pengamal ilmu tasawuf di samping memiliki bekal ilmu syariat Islam pada umumnya. Beliau waktu itu telah dipercaya oleh gurunya untuk mewariskan ilmu Tharekat Qodriyah wa An-Naqsabandiyah kepada yang berhak menerimanya, dengan kata lain beliau berhak sebagai Al-Mursyid guru petunjuk dalam dunia tharekat. Pada periode ini sistem pengajaran ilmu pengetahuan dilaksanakan oleh kedua beliau dengan sistem ceramah dan praktikum langsung melalui saluran sarana yang ada pada masyarakat. KH. Tamim Irsyad memberikan pengajian 40 Wawancara Pengasuh Putri Pondok Pesantren Darul Ulum, Ibu Nyai Hj. Cholisoh Dahlan 22, Februari 2017 41 Documen Pondok Pesantren Darul Ulum Tgl, 23 Februari 2017 ilmu Al-Quran dan Ilmu Fiqih atau hukum syariat Islam, sedangkan KH. Cholil memberikan pengajian ilmu tasawuf dalam bentuk pengamalan tharekat Qodiriyah wa An-Naqsyabandiyah di samping tuntunan ilmu tauhid. Sehingga dengan demikian para murid tidak berat menjalankan syariat Islam. Oleh KH. Tamim para murid diberikan syariatnya dan oleh KH. Cholil dilatih mencintai yang punya syariat Islam. Adapun sarana untuk kegiatan tersebut ada dua yang masing-masing dibangun tahun 1898 dan tahun 1911, surau itu sendiri sampai sekarang masih terawat baik, dipakai sebagai balai pertemuan dan pengajian. Siswa yang tercatat pada periode ini antara lain dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, terutama dari Jombang. Mojokerto, Surabaya serta Madura. Jumlahnya sekitar dua ratus orang 200 siswa yang tinggal di pondok. Potensi alumnus cukup memadai, sehingga Pondok Darul Ulum pada periode berikutnya berkembang dengan cukup membanggakan. Sekitar akhir abad sembilan belas XIX, ketika pondok pesantren ini berkembang cukup meyakinkan, didatangkanlah kiai Syafawi adik KH. Cholil dari Demak Jawa Tengah untuk membantu kelancaran pengajian, terutama bidang studi Ilmu Tafsir dan Ilmu Alat. Namun sayang, KH. Syafawi tidak bertahan lama, karena pada tahun1904 M beliau meninggalkan dunia fana ini. Dua puluh tahun berikutnya 1930 KH. Tamim Irsyad menyusul, inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun. Namun. sebelum beliau wafat telah mengkader putranya yang kedua yaitu KH. Romly Tamim, sebagai figur Pimpinan Darul Ulum periode kedua. Sepeninggal kedua beliau di atas, KH. Cholil tinggal