Tinjauan Komparasi Hasil Belajar Peserta Didik yang Mukim dan Non

ilmu Al-Quran dan Ilmu Fiqih atau hukum syariat Islam, sedangkan KH. Cholil memberikan pengajian ilmu tasawuf dalam bentuk pengamalan tharekat Qodiriyah wa An-Naqsyabandiyah di samping tuntunan ilmu tauhid. Sehingga dengan demikian para murid tidak berat menjalankan syariat Islam. Oleh KH. Tamim para murid diberikan syariatnya dan oleh KH. Cholil dilatih mencintai yang punya syariat Islam. Adapun sarana untuk kegiatan tersebut ada dua yang masing-masing dibangun tahun 1898 dan tahun 1911, surau itu sendiri sampai sekarang masih terawat baik, dipakai sebagai balai pertemuan dan pengajian. Siswa yang tercatat pada periode ini antara lain dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, terutama dari Jombang. Mojokerto, Surabaya serta Madura. Jumlahnya sekitar dua ratus orang 200 siswa yang tinggal di pondok. Potensi alumnus cukup memadai, sehingga Pondok Darul Ulum pada periode berikutnya berkembang dengan cukup membanggakan. Sekitar akhir abad sembilan belas XIX, ketika pondok pesantren ini berkembang cukup meyakinkan, didatangkanlah kiai Syafawi adik KH. Cholil dari Demak Jawa Tengah untuk membantu kelancaran pengajian, terutama bidang studi Ilmu Tafsir dan Ilmu Alat. Namun sayang, KH. Syafawi tidak bertahan lama, karena pada tahun1904 M beliau meninggalkan dunia fana ini. Dua puluh tahun berikutnya 1930 KH. Tamim Irsyad menyusul, inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun. Namun. sebelum beliau wafat telah mengkader putranya yang kedua yaitu KH. Romly Tamim, sebagai figur Pimpinan Darul Ulum periode kedua. Sepeninggal kedua beliau di atas, KH. Cholil tinggal sendiri mengemban amanat kelangsungan hidup sarana pendidikan yang dibina. Dalam kesendiriannya inilah KH. Cholil mengalami Jadzab menurut istilah Pondok Pesantren, atau barangkali terserang depresi psychis menurut istilah Psychologi. Setelah Kiai Cholil dapat memecahkan problem pribadinya tersebut barulah beliau bangkit mengemban amanatnya yang semakin kompleks. la sekarang yang memegang semua bidang studi, yang dulu dipegang berdua. Tugas-tugas tersebut akhirnya oleh Kiai Cholil dapat didelegasikan kepada generasi penerus tanpa menimbulkan goncangan sosial berarti yaitu dengan datangnya KH. Romly Tamim putra kedua KH. Tamim Irsyad atau adik ipar KH. Cholil dari Studi di Pondok Pesantren Tebuireng pada tahun 1927 M. KH. Romly Tamim pulang ke Rejoso dibekali oleh gurunya beberapa santri antara lain yaitu: KH. Akhmad Jufri Karangkates Kediri dan KH. Zaid Buntet Cirebon. Dengan kata lain, kiai satu ini dapat menyelesaikan regenerasi dengan mulus tanpa menimbulkan kesenjangan antar generasi sebelum dengan generasi sesudahnya melalui lantaran lahirnya KH. Romly sebagai tokoh. Tongkat estafet kepemimpinan tersebut akhirnya dapat diselesaikan Kiai Cholil dengan bukti munculnya tokoh-tokoh baru pondok pesantren peninggalan beliau tahun 1937 M. wafat 1937 M. Tokoh tersebut antara lain KH. Romli putra KH. Tamim Irsyad dan KH. Dahlan Cholil putra KH. Cholil. Dua tokoh inilah yang memimpin perkembangan pondok pesantren ini pada periode pertengahan. 2. Periode Pertengahan 1937 – 1958 Pada periode ini pimpinan pondok pesantren Darul Ulum dijalankan oleh KH. Romly Tamim Putra Tamim Irsyad, KH. Dahlan Cholil putra KH.Cholil KH.Ma’shoem Cholil putra KH.Cholil dan KH.Umar Tamim Putra Tamim Irsyad. KH. Romly Tamim memegang kebijakan umum pondok pesantren Darul Ulum serta ilmu tasawuf dan tariqat qodiriyah wanaqsyabandiyah, KH. Dahlan Cholil memegang kebijakan khusus siasiah manajemen, pengajian fiqih dan Al Quran, sedang KH.Ma’soem Cholil mengemban organisasi sekolah an manajemennya. Sementara itu KH Umar Tamim pembantu aktif di bidang kethariqatan dan ilmu fiqih. - KH.Dahlan Cholil wafat pada bulan Sya’ban 1958 - KH. Romly Tamim wafat pada bulan Ramadhan 1958 - KH. Ma’shoem Cholil wafat pada tahun 1961 3. Periode Baru Fase Pertama 1958 - 1985 Pada periode ini pimpinan pondok pesanten Darul Ulum dijalankan oleh KH.Bisri Cholil putra KH. Cholil dan DR.KH. Musta’in Romly putra KH.Romly Tamim. Pada periode ini dibantu oleh KH. Ahmad Baidawi Cholil, KH. Sofyan Cholil, KH. Hasyim Umar, Drs. KH. Shonhaji Romly, KH.A Rifa’i R omly, SH., KH. A Hannan Ma’soem, dan KH. Muh. As’ad Umar. - KH. Bisri Cholil Wafat pada tahun 1968 - KH. Umar Tamim wafat pada tahun 1971 - KH. Ahmad Baidawi wafat pada tahun 1972