STRATEGI PEMENANGAN CECEP SOFIUDDIN ALI DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA WAY HUI KECAMATAN JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

STRATEGI PEMENANGAN CECEP SOFIUDDIN ALI DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA WAY HUI KECAMATAN

JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh YOAN YUNITA

Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan telah menyelenggarakan pemilihan kepala desa tahun 2013. Kandidat Cecep Sofiuddin Ali merupakan kandidat memiliki metode keunikan tersendiri dalam strategi politik sehingga mampu terpilih sebagai kepala desa. Strategi politik yang digunakan yaituSyifatul Ulum. Strategi politik tersebut belum pernah diterapkan oleh para kandidat dalam pemilihan kepala desa sebelumnya. Cecep Sofiuddin Ali sebagai tokoh agama yang cukup dikenal baik oleh masyarakat dan kesederhanaannya mampu terpilih sebagai kepala desa dalam pemilihan kepala desa Way Hui pada tahun 2013.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui Strategi Pemenangan Cecep Sofiuddin Ali dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan. Tipe penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Fokus penelitian ini meliputi merawat ketokohan dan pemantapan kelembagaan, menciptakan kebersamaan dan membangun konsensus dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi.


(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, Cecep Sofiuddin Ali dalam merawat ketokohannya yakni dengan cara menjaga kepribadian dan nama baik saya di lingkungan masyarakat, menghargai semua lapisan masyarakat, tidak adanya pembedaan status, ikut memikirkan nasib petani, menampung aspirasi dan keluhan masyarakat, penepatan janji dalam visi-misi, mengayomi masyarakat melalui kepercayaan, ketulusan, kejujuran. Pemantapan kelembagaan dilakukan dengan pertemuan silahturahmi, mendengarkan keinginan masyarakat, pertemuan rutin Tim Sukses, konsolidasi Tim Sukses, memantapkan dan mengoptimalkan Tim Sukses pengusung dan elemen pendukung.

Kedua, Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Suksesnya dalam memahami masyarakat dengan cara memahami karakteristik demografis, sosial, formal consideation, partisan preferences dan objek politik, ikut turun langsung ke masyarakat, memfasilitasi UKM, mengadakan forum diskusi dengan masyarakat, membuat organisasi wadah kepemudaan. Metode yang ditetapkan yakni Syifatul Ulum berorientasi untuk melihat dan meneliti kondisi masyarakat dan daerah dengan melakukan survei, kunjungan ke ruang publik serta pendekatan secara langsung dan sosialisasi menyampaikan program-program Cecep Sofiuddin Ali. Media yang digunakan yaitu media cetak yang terdiri dari Koran, majalah lokal dan media elektronik seperti pesan singkat melalui SMS dan radio.

Ketiga, seni berkompromi Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Sukses SAHABAT dengan metode Syifatul Ulum dalam membangun konsensus antara lain melakukan pendekatan secara menyeluruh dan membangun kesepakatan politik bahwa Cecep Sofiuddin Ali berkomitmen memberikan pelayanan yang lebih baik

Yoan Yunita


(3)

desa. Kebersediaan membuka diri Cecep Sofiuddin Ali yakni membuka diri kepada seluruh lapisan masyarakat saya lakukan dengan cara open house menerima tamu (masyarakat) di rumah, mudah dijumpai di kantor maupun di rumah, tidak ada pembedaan status dan ikut bersosialisasi dengan semau lapisan masyarakat.


(4)

ABSTRACT

STRATEGY OF CECEP SOFIUDIN ALI IN VILLAGE CHIEF ELECTION OF WAY HUI JATIAGUNG DISTRICT

LAMPUNG SELATAN REGENCY

By

YOAN YUNITA

Way Hui Regency Jatiagung South Lampung was held village elections in 2013. Candidates Cecep Sofiuddin Ali was the candidate has a unique method in political strategy so as to elect a village chief political district selection. Political strategy used is Syifatul Ulum. The political strategy has never been applied by the candidates in village elections earlier. Cecep Sofiuddin Ali as a religious leader who is quite well known to the community and its simplicity is able to elect a chief in the village chief political district selection Hui Way in 2013.

The purpose of this paper is to determine strategy of Cecep Sofiuddin Ali in village chief political district selection in Way Hui Regency Jatiagung South Lampung. This type of research is qualitative research. The focus of this study include caring persona and institutional strengthening, promote unity and build consensus with the interview data collection techniques and documentation. .


(5)

keep my personality and good name in the community, appreciate all walks of life, the lack of distinction status, come to think of the fate of farmers, the aspirations and grievances, and promise in vision-mission, protect the public through trust, sincerity, honesty. Institutional stabilization is done with friendship meetings, listening to people's desire, regular meetings Success Team, consolidation and optimize Success Team bearers and supporting elements.

Secondly, Cecep Sofiuddin Ali with Success Team in understanding society by understanding the characteristics of the demographic, social, formal consideation, partisan political preferences and objects, come down directly to the public, facilitating UKM, create a forum for discussion with the community, making organization of youth. The method set the Syifatul Ulum oriented to look at and examine the condition of the community and region by conducting surveys, visits to public spaces and a direct approach and socialization programs deliver Cecep Sofiuddin Ali. Media used the print media consists of newspapers, local magazines and electronic media such as text messages via SMS and radio.

Third, the art of compromise Cecep Sofiuddin Ali along Success Team with Ulum Syifatul method in building consensus among others, the overall approach and build a political agreement that Ali committed Cecep Sofiuddin provide better service to the community than the previous period. The approach is also done to the elders, the village and all walks of life to work to build the village. The willingness to open up the Cecep Sofiuddin Ali opened up to the whole society in a way open house to receive guests (community) at home, easily found in the


(6)

office or at home, there is no distinction of status and socialize with arbitrarily join society.


(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 17 Juni 1992. Nama lengkap penulis Yoan Yunita, putri dari pasangan Bapak Wantoro dan Ibu Yuliwati, S.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Jenjang pendidikan penulis diawali pada TK Nol Kecil Widia Bakti, Perumnas Kandis. TK Nol Besar Al-Azar 2 Bandar Lampung. Sekolah Dasar, SD Al-Azar 3 Bandar Lampung tahun 2004. Sekolah Menengah Tingkat Pertama, SMPN 29 Bandar Lampung 2007 di SMP penulis mengikuti kegiatan extrakulikuler Pramuka dan PMR. Sekolah Menengah Akhir, SMA N 9 Bandar Lampung 2010 di SMA penulis mengikuti kegiatan extrakulikuler kolastra (kelompok study sastra), mengikuti lomba teater tingkat sma di simpur center tahun 2009, lomba tingkat nasional yaitu FLS2N (Festival Lomba Seni Seni Nasional) . Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan mengikuti Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur mandiri pada tahun 2010, dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung di Jurusan Ilmu Pemerintahan penulis dipercayai menjadi Wakil Bendahara Umum di HMJ Ilmu Pemerintahan tahun 2011, Bendara Umum tahun 2012.


(12)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tulisan ini kepada: Kedua orangtuaku, Papa dan Mama

Terimakasih atas segala perhatian, rasa cinta dan kasih sayang serta doa tulus yang tiada henti-hentinya selalu diberikan untukku. Kalian selalu mengajarkan

kesabaran kepadaku, mengajarkan arti perjuangan tanpa melupakan sang pencipta, terimakasih atas tetesan keringat yang kalian curahkan, yoan janji akan

jadi anak yang paling membanggakan buat papa dan mama. Adikku

Cepet sembuh yaa sayang kita cuman berdua jadi kita harus buat mama dan papa bangga memiliki kita, kita buktikan kalo kita bisa jadi anak mama dan papa.

Dendri Yudiawan Juanda

Selalu ada setiap waktu, yang selalu menemani, yang selalu memberi motivasi, makasih yaa abang sayang.

Siska Fitria, Reddyah Renata S, Okta Purnama, Tano Gupala, Iin Tajudin Telah banyak memberikan nasehat, kebersamaan dan arti sebuah kehidupan


(13)

MOTO

Mulailah proses kesuksesan anda dengan menanyakan apa yang anda inginkan, dan mengiginkan apa yang anda tanyakan

( Arjoena )

Apabila mereka menuduh mu tanpa bukti, Berilah senyummu yang paling indah Karena sebenarnya mereka sirik akan posisimu sekarang


(14)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Maha Adil Bijaksana yang telah memberikan nikmat, berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi yang berjudul Strategi Pemenangan Cecep Sofiuddin Ali Dalam

Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung

Selatan” ini merupakan salah satu syarat dalam rangka mencapai gelar Sarjana Ilmu

Pemerintahan pada Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung. Segala kemampuan telah pernulis curahkan untuk menyelesaikan skripsi ini, namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan, baik yang menyangkut isi maupun tulisannya. Untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari, bahwa tanpa bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak dalam hal materil maupun spiritual, penulisan skripsi ini tidak akan


(15)

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan selaku dosen pembahas penulis yang telah bersedia untuk membimbing dan memberikan arahan, masukan, semangat, serta saran kepada penulis.

3. Ibu Dr. Hj. Feni Rosalia, M.Si. selaku pembimbing utama, yang telah bersedia meluangkan waktunya, dan memberikan motivasi serta arahan selama proses bimbingan skripsi.

4. Bapak Himawan Indrajat, S.IP., M.Si. selaku pembimbing kedua dan selaku pembimbing akademik, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi serta arahan selama proses bimbingan skripsi.

5. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan, Pak Sigit (selaku Sekretaris Jurusan), Pak Robi, Pak Syafar, Pak Yana, Pak Syarif Makhya, Pak Piping, Pak Budi, Pak Arizka, Pak Pitojo, Pak Amantoto, Pak Darma, Bu Ari, Bu Tabah, Bu Dwi, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

6. Bapak Cecep Sofuddin Ali selaku Kepala Desa yang telah membantu penulis telah melakukan penelitian di desa Way Hui, Bapak Sahbari selaku Sekertaris Desa Way Hui yang telah membantu penulis dalam kelengkapan data yang melakukan penelitian di desa Way Hui, serta warga desa way hui yang telah membuka diri


(16)

untuk memberikan informasi yang di perlukan penulis terimakasih telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

7. Papaku tersayang Wantoro dan Mama tersayang Yuliwati, S.Pd. terimakasih atas segala perhatian, rasa cinta dan kasih sayang serta doa tulus yang tiada henti-hentinya selalu di berikan untukku. Kalian selalu mengajarkan kesabaran kepadaku, mengajarkan arti perjuangan tanpa melupakan Sang Pencipta, terimakasih atas tetesan keringat yang kalian curahkan, Yoan janji akan jadi anak yang paling membanggakan buat papa dan mama.

8. Adikku tersayang Yudha Setiady cepet sembuh yaa sayang kita cuman berdua jadi kita harus buat mama dan papa bangga memiliki kita, kita buktikan kalo kita bisa jadi anak mama dan papa.

9. Nenekku Tersayang Dewi Ratna terimakasih atas perhatiannya, sehat terus ya tanta gadis cantik kebanggaan keluarga besar, tanta harus sehat terus sampai melihat encim menjadi orang sukses dan bisa banggain mama papa serta tanta yang bisa melihat cucu tanta jadi orang sukses. Aminnnnnn

10. Kakekku tersayang Alm. Idris Warijan dan Nenekku tersayang Alm. Suariyem, kalian yang tenang disana dan tuntun cucung mu ini dari jarak yang cukup jauh disana agar menjadi orang sukses agar bisa membanggakan keluarga serta mama dan papa. Aminnn

11. Keluarga US (Umpu Singga), Alm. Robinson US, papi alhamdulilah emcim udah bisa menyelesaikan S1 doakan encim bisa jadi orang sukses yaa pi . Herawati US terimakasih meses yang udah membantu segalanya untuk keluarga encim maupun keluarga besar. Amir Yusmeri Abah jadi Anggota Dewan yang amanah


(17)

selama ini. Helendra Sari (Susi), Reni Merina (Ota), Nina Tria Martalisa (Cici), Neta Flonentika, Melinda Setiawati, Hexsa Ayu, Ilhamrudi Setiawan, Hanny Anggraini Guba (Eses), Fenny Francica Guba (Denti), Uni Osi, Unce, Nirmala Dewi (Indah), Angga (Enjun), Sela, Mirna, Agung, Ivan Lendi (Bung), Vivi Devita, Putri, Flora, Henda, Hendi, Sabila terimakasih semua atas dukungnya :* :* 12. Keponakanku yang lucu-lucu, adek naya, adek intan, adek aya, adek ara, adek

yori, ibuan, uyek, adek cika, adek vika, serta calon keponak-keponakan ku yang akan lahir didunia, lahir dan datang kedunia dengan selamat ya dek jangan kurang sedikit apa pun. Aminnnn

13. Teman seperjuangan Siska Fitria yang sudah duluan mendapatkan gelar S.IP. hahaaha semoga amanah kawan cepet dapet pekerjaan yaa kawa, kalo udah sukses jangan jadi orang sombong, hihihi. Reddyah Renata Suharno hay kawan udah SIP duluan yaaa . Okta Purnama cepet pur nyusun ditunggu mama mertua tu bawa gelar sarjananya, hehehe. Tano Gupala terus berjuang no jangan patah semangat cayo tano. Iin Tajudin hay ketum paling kece seantero jaman kepengurusan cepat-cepat nyusun skripsi yaa puay jangan ngurusin organisasi mulu :D

14. Buat temen-temen seperjuangan pemerintahan 2010 yang tidak bisa satu persatu disebutkan namanya, Aditiya Darmawan, Novranda Yudha Satria, Robby Ruydha, Dhani Kurniawan, Ekky Julian DS, Gandi Afriandi, Kevin Aditya, Maulana Rendra, Novrico, Putra Ramadhan, Raditya Febrian, Shinthia Dwi Utami, Tiffani Anandini, Pebri Dwi, Yosita Manara, Tiara Angina Putri, Uli Kartika, Ryan


(18)

Maulana, Ricki Ardian, Dita Purnama, Prananda Genta Reza, Nur Asriani, Komang Jaka, Dicki Renaldi, Andrealius, Ali Wirawan, Aris Gunawansyah, , Prasaputra, Rangga Giri, Antarizki, Riendi, Aditya Arif, Mirja

15. Abang dan Mba Pemerintahan yang sentiasa telah membantu dalam proses pembuatan skrpsi ini Bang Jona Hutagaol, Bang M.Redho P.P, Bang Rikiyansyah, Bang Edwin, Bang Hafis, Bang Habrianda Bukit, Bang Ryan Stevi, Bang Destoni, Mba Yusi, Mba Gusti, Mba Fei

16. Sahabat yang tak akan lekang oleh waktu Alfiana Mutiara Utami, Resti Vina O, Edo Akbar Yamin, Arif, Fahmi Kusnadi, dan Fajar hay sahabat kapan kita kumpul-kumpul lagi, bercerita, bercanda gurau  hayo siapa yang bakal merid duluan ? :p katanya dimulai dari alfi duluan yaa yang bakal merid :D

17. Teman-teman KKN Ardi, Beni, Bram, Jeny, Loy, Nita, Prima katanya janjian bulan Juni ketemuan denpan GSG, hahhaa ternyata semua itu meleset... buat bapak kades dan ibu terimakasih buat selama yoan disana atas jamuannya

18. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung dan terakhir untuk seluruh rekan yang telah berpartisipasi, baik langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Demikianlah kata pengantar ini disusun, mohon maaf atas semua kekurangannya dan semoga skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan oleh berbagai pihak, selamat membaca dan terima kasih.

Bandar Lampung, 16 September 2014 Penulis,


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 16

C. Tujuan Penelitian... 16

D. Kegunaan Penelitian... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Strategi ... 17

1. Pengertian Strategi... 17

2. Perencanaan Strategi ... 19

B. Konsep Strategi Komunikasi Politik.. ... 20

1. Pengertian Strategi Komunikasi Politik ... 20

2. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi Politik ... 20

3. Manajemen Strategi Komunikasi Politik... 21

C. Strategi Pemenangan.. ... 24

1. Ketokohan dan Kelembagaan... 26

2. Menciptakan Kebersamaan ... 26

3. Membangun Konsensus... 27

D. Tinjauan tentang Kepala Desa.. ... 31

1. Pengertian Kepala Desa... 31

2. Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Desa ... 33

E. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades).. ... 34

F. Kerangka Pikir.. ... 36

III.METODE PENELITAN A. Tipe Penelitian ... 40

B. Fokus Penelitian ... 41

C. Lokasi Penelitian ... 46

D. Jenis Data ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Teknik Pengelolaan Data ... 49

G. Informan ... 49


(20)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten

Lampung Selatan.. ... 54

B. Gambaran Umum Kondisi Perpolitikan Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan... 58

1. Legitimasi Kultural Para Tokoh Agama dalam Perpolitikan di Desa Way Hui... 59

2. Strategi Pemenangan dalam Perpolitikan di Desa Way Hui ... 61

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Informan ... 63

1. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin... 63

2. Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 63

B. Peta Politik di Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan... 65

C. Strategi Pemenangan Cecep Sofiuddin Ali Dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.. ... 67

1. Ketokohan dan Kelembagaan... 67

2. Upaya Menciptakan Kebersamaan.. ... 71

3. Membangun Kebersamaan (Konsensus) ... 78

D. Analisis Hasil Pembahasan Strategi Pemenangan Cecep Sofiuddin Ali Dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan. ... 83

1. Ketokohan dan Kelembagaan... 84

a. Merawat Ketokohan ... 84

b. Pemantapan Kelembagaan ... 87

2. Menciptakan Kebersamaan.. ... 89

a. Memahami Khalayak ... 89

b. Menyusun Pesan Persuasif... 92

c. Menetapkan Metode ... 96

d. Memilah dan Memilih Media ... 98

3. Membangun Konsensus... 100

a. Seni Berkompromi ... 100

b. Bersedia Membuka Diri ... 104

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 114

B. Saran.. ... 117 DAFTAR PUSTAKA


(21)

Halaman

Tabel 1. Data perolehan suara akhir Pilkades Desa Way Hui ... 13

Tabel 2. Administrasi Pemerintahan Desa Way Hui Tahun 2013 ... 56

Tabel 3. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

Tabel 4. Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 63

Tabel 5. Analisis hasil pembahasan strategi pemenangan Cecep Sofiuddin Ali dalam pemilihan kepala desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan ... 107


(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 39


(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara kesatuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945. Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Penyelenggaraan Otonomi Daerah perlu lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah yang seyogyanya pula disertai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik (good governance).

Pasca amandemen yang ke empat, UUD 1945 mengalami beberapa perubahan. Amandemen dalam ketentuan Pemerintahan Daerah yang diatur dalam BAB VI terdiri dari Pasal 18, 18 A dan l8 B. Adapun ketentuan Pasal 18 UUD l945 menegaskan tentang sistem pemerintah daerah sebagai berikut: (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan pembantuan.

(3) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyai Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.


(24)

2

Beradasarkan ketentuan Pasal 18 UUD l945 pasca amandemen maka daerah besar dan daerah kecil menjadi jelas. Daerah besar adalah Pemerintah Provinsi sedangkan daerah kecil adalah Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa. Tiap-tiap Provinsi, Kabupaten, Kota dan Desa itu mempunyai Pemerintahan Daerah berdasarkan asas Otonomi Daerah.

Penyelenggaraan otonomi daerah tidak terlepas dari pelaksanaan hubungan kekuasaan antara Pemerintah Pusat dan daerah melahirkan adanya 2 (dua) macam organ pemerintahan di daerah, yaitu Pemerintah Daerah dan Pemerintah Wilayah. Pemerintah Daerah adalah organ daerah otonom yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka desentralisasi, sedangkan Pemerintah Wilayah adalah organ Pemerintah Pusat di wilayah-wilayah administratif dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi yang terwujud dalam bentuk Provinsi dan Ibukota Negara, Kabupaten atau Kota, yang tentu saja tidak terkait dengan kewenangan yang muncul dari otonomi daerah (Syaukani, 2005:21).

Otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan payung pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, dapat memberikan implikasi yang besar bagi pelaksanaan pemerintahan di daerah termasuk juga di desa. Konsep tentang definisi desa sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat


(25)

setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan ketentuan Pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa Pemerintah Desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yaitu untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup :

a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa. b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang

diserahkan pengaturannya kepada Desa disertai pembeayaannya; yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

c. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada Desa

Secara konsepsional keberadaan Pemerintah Desa berhubungan langsung dengan masyarakat, oleh sebab itu Pemerintah Desa semakin dituntut kesiapannya baik dalam hal merumuskan kebijakan desa dan merencanakan pembangunan desa yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta dalam memberikan pelayanan rutin kepada masyarakat. Demikian halnya dalam


(26)

4

menciptakan kondisi yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kreatifitas dan inovasi masyarakat dalam mengelola dan menggali potensi yang ada sehingga dapat mewujudkan nilai tambah ekonomis bagi masyarakatnya. Dengan demikian, maka cepat atau lambat desa-desa tersebut diharapkan dapat menjadi desa otonom yang mampu memenuhi kepentingan dan kebutuhannya (Fakrulloh, 2004: 31).

Pemerintah Desa merupakan struktur yang paling bawah dalam sistem Pemerintahan Nasional. Pemerintah Desa mempunyai kedekatan dengan masyarakat dari berbagai lapisan, golongan, kepentingan dan berbagai persoalan dalam masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa jika Pemerintahan Desa berfungsi dengan baik, maka akan sangat memberikan pengaruh signifikan terhadap kemajuan berbagai bidang dalam masyarakat.

Desa sebagai kesatuan masyarakat umum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berasal asal usul dana adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional yang berada dalam kabupaten. Dengan pengertian tersebut sangat jelas bahwa undang-undang ini memberikan dasar menuju self governing community, yaitu komunitas yang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya sesuai kondisi dan sosial budaya setempat (Fakrulloh, 2004:39).

Keberhasilan pelaksanaan Otonomi Desa ditandai dengan semakin mampunya Pemerintah Desa memberikan pelayanan kepada masyarakat dan membawa kondisi masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Dengan


(27)

terselenggaranya Otonomi Desa, maka hal itu akan menjadi pilar penting Otonomi Daerah, Keberhasilan Otonomi Daerah sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya Otonomi Desa, salah satu bentuk penyelenggaraan Otonomi Desa adalah pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades).

Berdasarkan ketentuan Pasal 203 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa:

1) Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Repablik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Perda yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. 2) Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan

kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai kepala desa.

3) Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Pemilihan Kepala Desa merupakan hak mengurus dan mengatur politik rakyat lokal pedesaan dan proses penyejahteraan rakyat dalam konsep penyelenggaraan Otonomi Desa. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa telah menciptakan suasana baru dalam proses pilkades dan tidak dapat dipungkiri bahwa keterlibatan masyarakat dalam pemilihan kepala desa ini telah menambah semaraknya


(28)

6

peran mereka dalam mengembangkan kehidupan berdemokrasi (Koswara, 2001:27).

Pemilihan Kepala Desa merupakan bentuk praktik demokrasi langsung di pedesaan. Dalam praktik demokrasi langsung seperti ini yang terpenting dikedepankan adalah proses pemilihan yang memegang teguh tiga aspek penting, yaitu aspek kompetisi antar konstestan, partisipasi dan kebebasan (liberalisasi). Aspek kompetisi berkaitan dengan orang-orang yang mencalonkan diri sebagai kepala desa dan cara-cara yang dipakai untuk menjadikan mereka ini sebagai calon kepala desa (Koswara, 2001:33).

Aspek partisipasi berkaitan dengan pemahaman masyarakat terhadap pemilihan Kepala Desa, merumuskan tipe kepemimpinan Kepala Desa dan model membangun kesepakatan politik dengan para calon Kepala Desa. Aspek kebebasan erat kaitannya dengan suasana warga pemilih dalam menentukan pilihan politiknya kepada para calon Kepala Desa. Berdasarkan pertimbangan tiga aspek penting dalam proses pemilihan kepala desa tersebut, diharapkan akan terselenggara praktik demokrasi langsung melalui lembaga penyelenggara, proses dan produk pemilihan yang baik serta bermanfaat nyata bagi masyarakat desa. Sehingga bisa dikatakan bahwa pemilihan Kepala Desa akan sukses, jika tiga aspek penting dalam proses pemilihan tersebut diperhatikan secara cermat (Efriza, 2012:36).

Berdasarkan ketentuan umum penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dijelaskan bahwa


(29)

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya yang dimaksud Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Lembaga penyelenggara Pilkades adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

BPD membentuk Panitia Pemilihan yang diisi oleh perangkat Desa, pengurus lembaga Desa dan tokoh masyarakat Desa. Dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa, yang berperan sebagai pengawas adalah para anggota BPD. Tetapi untuk mencapai hasil pemilihan yang lebih baik, penting untuk mendorong munculnya pengawasan mandiri dari unsur-unsur masyarakat seperti karang taruna, kelompok perempuan, kelompok tani dan sebagainya (Sembiring, 2009:47).

Panitia pemilihan Kepala Desa memegang peranan yang strategis pada semua tahapan pemilihan. Mulai dari pendataan calon pemilih, penjaringan bakal calon Kepala Desa, melaksanakan pemungutan suara, menghitung perolehan suara, dan melaporkan seluruh hasil pemilihan kepala desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, diketahui bahwa:


(30)

8

1. BPD memproses pemilihan kepala desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan kepala desa.

2. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat; Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil; Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan dan tahap pemilihan.

3. Kepala desa menjabat maksimal dua kali.

4. Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia Pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat. Panitia pemilihan melakukan pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan peinungutan suara, dan melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD.

5. Panitia pemilihan melaksanakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Den sesuai persyaratan; Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan.

6. Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada masyarakat ditempat-tempat yang terbuka sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

7. Calon Kepala Desa dapat, melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat; Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak; Panitia Pemilihan Kepala Desa melaporkan hash pemilihan Kepala Desa kepada BPD; Calon Kepala Desa Terpilih sebagaimana dirnaksud pada ayat; ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan.

8. Calon Kepala Desa Terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati/Walikota melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih.

9. Bupati/Walikota menerbitkan Keputusan Bupati/ Walikota tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD.

10.Kepala Desa Terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan keputusan Bupati/Walikota.

11.Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

Penyelenggaraan azas langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil (Luber Jurdil) dalam penyelenggaraan pemilihan umum di kalangan Pemerintahan Desa memberikan peluang kepada masyarakat seluas-luasnya untuk menentukan pilihannya. Pemilu merupakan kesempatan bagi Warga


(31)

Negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah yang nantinya dipercaya untuk mengelola kinerja aparatur pemerintah (Hertanto, 2002:19).

Penyelenggaraan Pilkades tentunya merupakan sebuah pesta demokrasi bagi masyarakatnya, karena masyarakat desa dapat berpartsipasi langsung dengan memberikan suara untuk memilih calon Kepala Desa yang bertanggung jawab dan dapat memajukan potensi Desa tersebut. Berkaitan dengan itu maka seorang calon Kepala Desa membutuhkan strategi pemenangan yang ditujukan untuk mendapatkan suara dari masyarakat setempat.

Strategi sendiri merupakan perangkat-perangkat yang dapat menentukan tujuan yang ingin dicapai serta harus menggunakan metode yang tepat agar hasil yang dicapai dapat optimal. Selain itu, strategi merupakan pola keputusan disat organisasi yang membentuk dan menampilkan tujuan dan sasaran dari organisasi itu, yang mana akan melahirkan kebijaksanaan dan rencana untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan (Arifin, 2011:235).

Menelaah uraian tersebut, dapat diketahui bersama bahwa sebuah pencapaian harus melalui strategi yang matang guna tercapainya tujuan yang diinginkan seperti halnya dalam sebuah Pilkades. Strategi menjadi hal yang sangat penting dalam upaya memenangkan suara dalam suatu pemilihan. Strategi yang baik merupakan strategi yang tersusun atas dasar perencanaan-perencanaan yang matang dengan pelaksanaan secara efektif dan efisien. Penentuan strategi terdapat dua hal yang tidak boleh terlewatkan sebelum membangun sebuah strategi, dimana kedua hal tersebut yaitu relativitas dan


(32)

10

nilai-nilai pribadi yang dimiliki oleh masing-masing kandidat, kedua aspek ini merupakan tolak ukur untuk menentukan berhasil atau tidaknya strategi yang digunakan oleh masing-masing pihak dalam meraih suara pada saat pemilihan berlangsung (Arifin, 2011:236).

Strategi dapat diperhitungkan tingkat penggunanya dan kapan strategi tersebut digunakan pada waktu yang tepat. Mengingat strategi dapat berubah dalam waktu yang singkat sehingga perlu dipersiapkan alternatif strategi yang lain untuk menggantikan strategi sebelumnnya sesuai dengan kebutuhan, karena pada dasarnya sebuah strategi yang baik sekalipun tetap harus hati-hati dan perlu perhitungan yang matang dalam pelaksanaannya. Demikian pula halnya sebuah strategi yang dijalankan oleh para calon kandidat dan tim-tim pemenangan dalam Pilkades langsung, dengan kondisi masyarakat yang heterogen menurut tim-tim pemenangan untuk dapat memahami kondisi agar strategi dapat digunakan pada timing yang tepat. Karena masyarakat merupakan subyek pemilih dan obyek bagi tim-tim pemenangan (Nasution, 1990:67).

Pelaksanaan strategi Pilkades dapat dilaksanaan pada aktivitas menjelang pemilihan dan pada saat pemilihan, bahkan ada sebuah strategi yang telah dipersiapkan oleh tim-tim pemenangan bersama pasangan calon, jauh sebelum pelaksanaan pilkades namun pada umumnya strategi dibangun menjelang pemilihan, seperti pada saat pendaftaran calon, kampanye, pemungutan dan perhitungan suara dan sebagainya.


(33)

Penelitian ini akan membahas strategi yang digunakan oleh salah satu calon kandidat Kepala Desa yaitu Cecep Sofiuddin Ali bersama tim-tim pemenangnya. Pilkades Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2013 diikuti oleh lima pasangan calon yang masuk dalam kandidat pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan. Para kandidat sebagai warga Desa Way Hui memiliki hak untuk ikut kontestasi dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui dan masyarakat Desa Way Hui yang memilih dari kelima kandidat tersebut.

Berdasarkan data hasil pra penelitian menunjukkan bahwa pemilihan Kepala Desa Way Hui Tahun 2013 terdapat lima pasangan calon Kepala Desa Way Hui. Kelima pasangan calon itu adalah pertama, Ahmad Bahrudin. Kedua, Cecep Sofiuddin Ali. Ketiga Lenjar Kuncono. Keempat Marlis dan Kelima Subagio. Kelima pasangan calon tersebut merupakan tokoh-tokoh Desa Way Hui yang sudah berpengalaman dalam berorganisasi dan berpengalaman pada bidangnya masing-masing. Kandidat Cecep Sofiuddin Ali dengan kandidat Subagio merupakan lawan politik yang memiliki pengaruh cukup kuat terhadap masyarakat. Hal ini dikarenakan kedua kandidat tersebut mampu melakukan pendekatan dengan baik terhadap masyarakat.

Selisih perolehan suara antara kandidat Cecep Sofiuddin Ali dengan kandidat Subagio yakni hanya 277 suara. Masyarakat lebih cenderung memberikan dukungan kepada Cecep Sofiuddin Ali karena sikap kesederhanaan dan keberpihakan kepada masyarakat yang dilihat dari visi dari program yang


(34)

12

berpedoman pada konsep demokrasi yakni “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” sedangkan misinya yaitu peningkatan pembangunan insfrastruktur Desa, pemantapan iklim perekonomian dengan ikut memikirkan nasib petani dalam konteks perekonomian kerakyatan serta kepedulian kepada para petani dengan membentuk kelompok usaha tani.

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang religious seperti memberikan bimbingan akhlak kepada warga melalui pengajian-pengajian dan bimbingan keagamaan untuk anak-anak melalui TPA, penguatan semangat kebersamaan dan peningkatan mutu dan kinerja pemerintahan Desa, menampung aspirasi dan keluhan masyarakat, berkomitmen memberikan pelayanan yang baik seperti membantu warga mengurus layanan kesehatan Jamkesmas, dapat meyakinkan serta mengayomi masyarakat melalui kepercayaan, ketulusan, kejujuran dan sebagainya. Kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi pertimbangan bagi warga bahwa Cecep Sofiuddin Ali merupakan warga biasa yang mampu menciptakan asumsi bahwa pemimpin tidak harus dari golongan masyarakat yang kaya ataupun kerabat perangkat Desa.

Kandidat Subagio merupakan lawan politik yang cukup kuat dengan Cecep Sofiuddin Ali, hal ini karena Subagio selain sebagai Sekretaris Desa juga merupakan keluarga Asnawi yang sebelumnya pernah menjabat Kepala Desa Way Hui. Dalam periode Tahun 1998-2007 Subagio juga pernah menjabat sebagai PJS sampai menjelang Pilkades 2008. Masyarakat yang memberikan dukungan kepada Subagio merupakan keluarga besar Asnawi.


(35)

Kelima calon yakni Ahmad Bahrudin, Cecep Sofiuddin Ali, Lenjar Kuncono, Marlis dan Subagio merupakan kandidat yang diajukan oleh satu pemerintah, dan masing-masing calon menggunakan strategi guna memenangkan pemilihan dengan perencanaan yang matang untuk dimainkan oleh kelimanya bersama tim pemenang dalam rangka memperoleh dukungan dari masyarakat. Adapun hasil perolehan suara Pilkades Desa Way Hui tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Data perolehan suara akhir pilkades desa Way Hui NO

URUT

NAMA CALON PEROLEHAN

SUARA

1 Ahmad Bahrudin 599

2 Cecep Sofiuddin Ali 1.854

3 Lenjar Kuncono 808

4 Marlis 1.060

5 Subagio 1.577

Jumlah Perolehan Suara Sah Pilkades 5.983

Sumber : Arsip perolehan perhitungan suara pilkades desa Way Hui kantor kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa hasil akhir perhitungan suara Pilkades Desa Way Hui dimenangkan Cecep Sofiuddin Ali dengan memperoleh 1.854 suara dari daftar pemilih tetap yang berjumlah 5.983 pemilih sehingga Cecep Sofiuddin Ali terpilih menjadi Kepala Desa Way Hui. Kandidat Cecep Sofiuddin Ali didukung oleh Tim sukses dan beberapa pihak pendukung secara umum melewati tiga tahap penting, yaitu, pertama, penjaringan calon. Penjaringan calon ini merupakan demokrasi internal yang berniat mencalonkan diri menjadi kandidat Kepala Desa. Kedua, penyaringan dan seleksi.


(36)

14

Berdasarkan elektabilitas yang dimiliki Cecep Sofiuddin Ali yang cukup dianggap baik di masyarakat menjadi aspek yang menentukan calon yang akan didukung oleh Tim Sukses dan beberapa pihak pendukungnya. Ketiga, penetapan calon, yakni mencakup interaksi elit Tim Sukses yang dibentuk dengan memperoleh wewenang dari keputusan rapat musyawarah bersama Tim Sukses dan pihak-pihak pendukung lainnya.

Pemilihan Kepala Desa Way Hui pada Tahun 2013, merupakan sebuah proses demokrasi yang menentukan selama 6 tahun. Dengan Pilkades tersebut, warga memilih pejabat eksekutif Pemerintah Desa yaitu Kepala Desa. Masyarakat Desa Way Hui sudah diberikan kebebasan untuk menentukan siapa pemimpin yang diyakini bisa menjadikan daerahnya lebih baik. Dinamika politik lokal menjelang pemilihan Kepala Desa Way Hui semakin semarak mendekati hari pemilihan. Sosialisasi Pilkades semakin muncul di permukaan, dengan ditandai berbagai macam manuver politik yang dilakukan oleh setiap kandidat.

Cecep Sofiuddin Ali merupakan kandidat dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui yang cukup kuat menarik simpati massa Desa Way Hui, selain itu Cecep Sofiuddin Ali juga merupakan pemuka agama di Desa Way Hui yang dianggap memiliki akhlak yang baik oleh masyarakat sehingga memiliki sejumlah dukungan yang cukup baik. Hal ini lah yang menjadi investasi politik bagi Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Suksesnya dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui.


(37)

Strategi politik yang digunakan Tim sukses Cecep Sofiuddin Ali dengan nama metode Syifatul Ulum yang artinya obat hati yakni suatu metode sosialisasi menyeluruh setiap Warga Desa Wayhui sehingga sosok Cecep Sofiuddin Ali cukup memiliki popularitas di masyarakat. Bentuk pendekatan metode Syifatul Ulum yaitu dengan mengadakan silaturahmi dengan warga tanpa membedakan status maupun golongan, menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh masyarakat, melakukan pendataan terhadap para calon pemilih, dan merangkul konsituen yang mempunyai loyalitas, melalui metode tersebut mampu mengaktifkan seluruh jaringan-jaringannya di masyarakat Desa Way Hui untuk mendukung pencalonan Cecep Sofiuddin Ali metode tersebut memiliki perbedaan yang khas dibandingkan dengan kandidat politik lainnya.

Cecep Sofiuddin Ali merupakan tokoh masyarakat dan sekaligus pemuka agama yang juga memiliki seorang ibu adalah guru ngaji dan baru pertama kali mencalonkan diri sebagai Kepala Desa. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai strategi yang telah digunakan oleh Cecep Sofiuddin Ali bersama tim pemenangnnya, sehingga calon mereka keluar sebagai calon terpilih pada pemilihan Kepala Desa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti memandang perlu mengkaji lebih lanjut berbagai masalah strategi yang telah digunakan oleh Cecep Sofiuddin Ali bersama tim pemenangnnya, sehingga peneliti menganggap perlu diadakan penelitian mengenai “Strategi Pemenangan Cecep Sofiuddin Ali Dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan”.


(38)

16

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Strategi Pemenangan Cecep Sofiuddin Ali dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui Strategi Pemenangan Cecep Sofiuddin Ali dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, menjadi bahan referensi dalam ilmu pemerintahan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu tentang komunikasi politik dalam Strategi Pemenangan Cecep Sofiuddin Ali pada Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi calon-calon pemimpin daerah dan Tim pemenangnya dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.


(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi merupakan teknik perencanaan dalam mensukseskan tujuan dalam segala aktifitas, baik dalam mensukseskan peperangan, kompetisi maupun yang lainnya. Kemudian, seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan di bidang manajemen, kata strategi yang biasa di gunakan organisasi profit dan non profit, sering digabungkan dengan perencanaan strategi maupun manajemen strategi. Perencanaan strategi dimaknai rancangan yang bersifat sistemik dilingkungan sebuah organisasi. Sedangkan manajemen strategi mempunyai definisi yang berbeda-beda (Arifin, 2011: 235).

Menurut Webster's Third New International Dictionary dijelaskan bahwa strategi adalah ilmu dan seni tentang penggunaan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, psikologi, dan militer satu bangsa atau kelompok bangsa-bangsa yang memungkinkan dukungan maksimal kepada kebijakan yang telah ditetapkan, baik saat damai maupun saat perang. Sedangkan menurut Mizberg menjelaskan bahwa konsep strategis dapat diartikan dengan perencanaan (to plan), pengarahan (direction), maupun tindakan pokok di masa mendatang.


(40)

18

Lebih spesifik, strategi dalam hal ini dapat diartikan dengan tanggapan suatu organisasi terhadap suatu organisasi terhadap lingkungan (Shadily, 2003:374).

Berdasarkan beberapa definisi peranan menurut para ahli tersebut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi adalah cara atau langkah yang mendasar untuk menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan memperlihatkan kendala atau pilihan yang diarahkan mencapai tujuan organisasi.

Pandangan strategi menurut Donald C. Hambrick dan James W. Fredrickson strategi adalah pusat, integrasi konsep yang beorientasi secara eksternal bagaimana perusahaan mencapai tujuannya. Penyusunan sebuah strategi harus menggunakan metode maupun teknik-teknik tertentu sehingga kebijaksanaan yang dihasilkan akan optimal. Untuk itu diperlukan adanya pengetahuan serta keahlian yang memadai dalam rangka tujuan organisasi (Arifin, 2011:236).

Menurut Von Clausewitz menjelaskan bahwa tujuan strategi bukanlah merupakan kemenangan yang nampak di permukaan, melainkan kedamaian yang terletak di belakangnya. Perencanaan ini sangatlah penting bagi perencanaan strategi politik. Jadi yang terpenting di sini adalah mengenali yang tersembunyi di balik tujuan akhir kemenangan pemilu, atau apa yang direncanakan dengan pemberlakuan peraturan baru. Strategi itu sendiri selalu memiliki tujuan yaitu kemenangan. Kemenangan akan tetap menjadi fokus, baik tercermin dalam mandatnya dalam perolehan tambahan suara. Dalam sebuah kemenangan pemilu bagi kandidatnya atau dalam mayoritas bagi suatu


(41)

peraturan. Bagaimana kemenangan tersebut digunakan merupakan tujuan politik yang ada di balik kemenangan yang nampak (Laila, 1994:53).

2. Perencanaan Strategi

Perencanaan strategi mampu membentuk kemampuan berfikir dan bertindak secara strategis bagi orang-orang penting pengambil keputusan dalam suatu organisasi. Perencanaan strategi bukanlah tujuan dalam perencanaan strategi itu sendiri, karena perencanaan strategi hanyalah merupakan kumpulan konsep untuk membantu para pemimpin membuat keputusan penting dan melakukan tindakan penting bagi keberlangsungan dan kejayaan organisasi (Arifin, 2011: 237).

Perencanaan strategis lebih menggambarkan aktifitas periodik yang dilakukan oleh organisasi untuk mengatasi perubahan-perubahan lingkungan eksternal. Di satu sisi perlu juga mengidentifikasi faktor internal. Kedua faktor ini akan memberikan dasar lahirnya keputusan yang strategis, yakni dengan cara menangkap peluang yang ada dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi kelamhan dan mengatasi ancaman (Haryanto, 1984:61).

Secara garis besar perencanaan strategis merupakan pernyataan maksud dan tujuan suatu organisasi serta sumberdaya yang digunakan dan cara pencapaian tugas dan tujuan tersebut. Dalam bidang kerasipan, perencanaan strategis berarti memusatkan perhatian pada visi kearsipan yang diinginkan. Artinya ke arah mana kearsipan itu dikembangkan, bagaimana caranya, kendala apa yang


(42)

20

dihadapi, bagaimana cara mengatasinya, dan bagaimana agar pengguna arsip dapat memanfaatkannya secara efektif dan efisien.

B. Konsep Strategi Komunikasi Politik

1. Pengertian Strategi Komunikasi Politik

Strategi komunikasi yang merupakan panduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi (Arifin, 2011: 236).

Tujuan sentral strategi komunikasi menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu: to secure understanding adalah memastikan komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Jika sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action) (Arifin, 2011:241).

2. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi Politik

Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan


(43)

komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut. Menurut Budiardjo menjelaskan langkah-langkah strategi komunikasi sebagai berikut:

a. Mengamati permasalahan ketokohan dan kelembagaan

Merupakan gabungan dari aktivitas-aktivitas seperti meneliti, mengawasi pengetahuan, pendapat, sikap serta perilaku masyarakat terhadap tokoh yang memiliki kepentingan politik dan kelembagaan konsolidasi pendukung tokoh politik. Sehingga berpedoman pada karakter publik atau masyarakat. Ini merupakan pengetahuan dasar dari strategi komunikasi yang akan diimplementasikan.

b. Perencanaan dan pembuatan program untuk menciptakan kebersamaan Setelah informasi dan data-data terkumpul, dalam rangka untuk menyusun program, tujuan, tindakan serta strategi komunikasi. Ini dilakukan bila karakteristik masyarakat sudah diketahuinya, karena bagaimanapun perencanaan dan program adalah tahap lanjutan dari tahap pengamatan permasalahan dari kondisi dan situasi khalayak masyarakat.

c. Mengambil tindakan berkomunikasi dalam upaya membangun konsensus Pada tahap ini adalah implementasi dari perencanaan dan program yang telah diagendakan secara matang. Bagaimana mendisain seni berkompromi dalam membentuk citra atau image seefektif mungkin untuk menarik perhatian masyarakat. Ini dilakukan dalam rangka mengomunikasikan pesan-pesan yang disampaikan secara komunikatif dan bentuk kebersediaan membuka diri kepada masyarakat.

3. Manajemen Strategi Komunikasi Politik

Strategi komunikasi politik merupakan sebuah taktik yang begitu berperan dalam pemenangan pemilihan umum. Keberhasilan strategi komunikasi politik memberikan sebuah kontribusi yang besar dalam menggunakan dan merencanakan strategi pasangan kandidat atau partai politik untuk menyusun tidak hanya dalam menghadapi pemilu namun juga pasca pemilu. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya


(44)

22

menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya (Arifin, 2006:102).

Oleh karena itu, politik dan strategi, kedua hal tersebut harus berjalan beriringan apabila mengejar tujuan berpolitik dalam pemenangan pemilu atau pilkada. Sementara itu strategi juga membutuhkan taktik, prasyaratan dalam sebuah perencanaan taktik adalah adanya perencanaan strategi. Perencanaan taktik dan pengambilan tindakan hanya dapat memiliki arti apabila sebuah strategi direncanakan secara teliti. Jadi perencanaan taktik dapat memberikan jawaban atas pertanyaan siapa, akan melakukan apa, kapan, di mana, bagaimana dan mengapa.

Keputusan taktis digunakan untuk mencapai setiap tujuan strategis. Keputusan-keputusan ini terutama tergantung pada pengenalan akan ruang lingkup, kerangka prasyarat, dan kemampuan pribadi. Oleh karena itu, perencanaan taktis hendaknya tidak direncanakan dari tingkat strategis, melainkan oleh pimpinan yang ada di tingkat taktis, karena hanya di sinilah pengetahuan yang dibutuhkan berada.

Secara konsepsi manajemen strategis terdapat bagian-bagian yang penting diketahui, karena ini menjadi modal dasar untuk mengimplementasikan strategi manajemen yang efektif sesuai dengan kondisi dan kontekstual. Model dasar manajemen strategi terdiri dari empat elemen, yaitu:

a. Mengamati lingkungan. Merupakan mengawasi, mengevaluasi, dan menyebarkan informasi dari lingkungan ekternal maupun internal untuk keserasian orang dengan perusahaan. Maksudnya yaitu mengidentifikasi


(45)

faktor-faktor strategis dari elemen eksternal maupun internal yang akan menentukan masa depan organisasi.

b. Formulasi strategi. Mengembangkan rencana jangka panjang untuk efektifitas manajemen dalam menghadapi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi.

c. Implementasi Strategi. Sebuah proses di mana strategi dan kebijakan diletakkan ke dalam pelaksanaan melalui pengembangan program, alokasi dan prosedur. Proses ini mencakup ke dalam budaya, struktur, dan sistem manajeman organisasi. Kecuali adanya perubahan yang besar, maka dibutuhkan implementasi strategi yang dilakukan oleh manajer pada kelas bawah dan menengah dengan tinjauan manajer utama.

d. Evaluasi dan pengawasan. Sebuah proses di mana hasil aktivitas dan penampilan perusahaan/organisasi diawasi sehingga hasil pencapaian saat ini dapat dibandingkan dengan target pencapaian. Manajer dalam semua level akan menggunakan hasil informasi untuk mengoreksi dan menyelesaikan masalah. Meskipun evaluasi dan kontrol merupakan elemen terakhir dari manajemen strategis (Arifin, 2006:119).

Hal yang penting dari strategi adalah kemampuan untuk melihat manajemen strategis dalam konteks yang lebih luas dan dapat mengisi berbagai peran. Menurut Grant, strategi digunakan untuk mengisi tiga tujuan manajemen yaitu:

1). Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan. Strategi sebagai suatu elemen untuk mencapai sukses. Strategi merupakan suatu bentuk atau tema yang memberikan kesatuan hubungan antara keputusan-keputusan yang diambil oleh individu atau organisasi.

2). Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi strategi tidak hanya dapat digunakan untuk memperoleh konsistensi dalam keputusan yang kita ambil dalam waktu yang berbeda, tetapi, untuk organisasi yang kompleks, strategi dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh konsistensi dalam keputusan yang diambil oleh berbagai departemen dan individu yang ada dalam organisasi.

3). Strategi sebagai target. Konsep strategi akan digabungkan dengan misi dan visi untuk menentukan di mana perusahaan akan berada dalam masa yang akan datang. Penempatan tujuan tidak hanya dilakukan untuk memberikan arah bagi penyusunan strategi, tapi juga untuk membentuk aspirasi bagi perusahaan. Dengan demikian, strategi juga dapat berperan sebagai target perusahaan. Hamel dan Prahalad mengatakan bahwa salah satu elemen strategi yang dimiliki oleh perusahaan yang berhasil adalah apa yang mereka katakan sebagai tujuan strategi-obsesi untuk mencapai kepemimpinan secara global (Arifin, 2006:127).


(46)

24

C. Strategi Pemenangan

Strategi pemenangan politik adalah analisis, prencanaan, implementasi dan kontrol terhadap politik dan program-program pemilihan yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan memlihara pertukaran hubungan yang menguntungkan antara partai dan pemilih demi tujuan untuk mencapai komunikasi politik yang baik. Menurut A. Muis menjelaskan bahwa istilah komunikasi politik menunjukan pada pesan sebagai objek formalnya sehingga titik berat konsepnya terletak pada komunikasi dan bukan pada politik. Pada hakikatnya komunikasi politik mengandung informasi atau pesan tentang politik (Istyanto, 2011:68).

Menurut Graber memandang bahwa komunikasi politik adalah proses pembelajaran, penerimaan, dan persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan atau aturan-aturan, struktur, dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik. Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan komunikasi politik adalah pembicaraan untuk mempengaruhi masyarakat dalam pencitraan, pesan, dialog atau tindakan politik dalam pencitraan menjelang pemilihan (Istyanto, 2011:73).

Strategi itu sendiri selalu memiliki tujuan yaitu “kemenangan”. Kemenangan

akan tetap menjadi fokus, baik tercermin dalam mandatnya dalam perolehan tambahan suara. Dalam sebuah kemenangan pemilu bagi kandidatnya atau dalam mayoritas bagi suatu peraturan. Bagaimana kemenangan tersebut


(47)

digunakan merupakan tujuan politik yang ada di balik kemenangan yang nampak (Arifin, 2011:235).

Menurut Teori David V.J. Bell dalam Arifin (2011:236) bahwa strategi komunikasi politik yang digunakan untuk memperoleh kemenangan di dalam pemilihan umum kepala daerah antara lain:

1. Ketokohan dan Kelembagaan, dengan indikator: a. Merawat Ketokohan

b. Pemantapan Kelembagaan

2. Menciptakan Kebersamaan, dengan indikator: a. Memahami Khalayak

b. Menyusun Pesan Persuasif c. Menetapkan Metode

d. Memilah dan Memilih Media

3. Membangun Konsensus, dengan indikator: a. Seni Berkompromi

b. Bersedia Membuka Diri

Adapaun penjelasan Teori David V.J. Bell dalam Arifin (2011:236) mengenai strategi komunikasi politik yang digunakan untuk memperoleh kemenangan di dalam pemilihan umum kepala daerah antara lain:


(48)

26

1). Ketokohan dan Kelembagaan a). Merawat Ketokohan

Merawat Ketokohan yaitu dengan cara menjaga kepribadian dan nama baiknya di lingkungan masyarakat, menghargai semua lapisan masyarakat, tidak adanya pembedaan status, ikut memikirkan nasib masyarakat, menampung aspirasi dan keluhan masyarakat, penepatan janji yang tertuang dalam visi-misi, dapat meyakinkan serta mengayomi masyarakat melalui kepercayaan, ketulusan, kejujuran di depan khalayak.

b). Pemantapan Kelembagaan

Pemantapan Kelembagaan yaitu dengan cara pertemuan dengan warga dalam rangka menjalin hubungan emosional, mendengarkan keinginan masyarakat, pertemuan rutin dengan Tim Sukses, konsolidasi Tim Sukses, memantapkan dan mengoptimalkan Tim Sukses pengusung dan elemen pendukung untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat.

2). Menciptakan Kebersamaan a). Memahami Khalayak

Memahami Khalayak yaitu dengan cara memahami karakteristik demografis, sosial, formal consideation, partisan preferences dan objek politik. Selain itu dalam menciptakan kebersamaan khususnya dalam memahami khalayak dilakukan dengan ikut turun langsung ke masyarakat, memfasilitasi kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, mengadakan kegiatan untuk membahas keluhan masyarakat, meningkatkan perekonomian


(49)

kerakyaratan, mengadakan forum diskusi langsung dengan masyarakat, membuat organisasi untuk menciptakan wadah kepemudaan.

b). Menyusun Pesan Persuasif

Menyusun Pesan Persuasif yaitu dengan cara menciptakan slogan untuk melanjutkan program-program yang belum terealisasikan, menggunakan istilah sesuai dengan visi dan misi kandidat.

c). Menetapkan Metode

Menetapkan Metode yaitu dengan cara melihat dan meneliti kondisi masyarakat dan daerah dengan melakukan survei, kunjungan ke ruang publik.

d). Memilah dan Memilih Media

Memilah dan Memilih Media yaitu dengan cara pendekatan komunikasi melalui media cetak yang terdiri dari Koran, majalah lokal dan media elektronik seperti pesan singkat melalui SMS dan radio. Selain itu pendekatan komunikasi jarak dekat dengan pendekatan secara langsung, komunikasi jarak jauh melalui selebaran, koran, radio, serta optimalisasi layanan pesan singkat dengan menggunakan media elektronik seperti short messages system (SMS), blackberry messanger group dan sebagainya.

3). Membangun Konsensus a). Seni Berkompromi

Seni Berkompromi yaitu dengan cara melakukan pendekatan secara menyeluruh dan memiliki kesepakatan politik bahwa kandidat


(50)

28

berkomitmen memberikan pelayanan yang lebih baik dari periode sebelumnya terhadap masyarakat. Pendekatan juga dilakukan kepada sesepuh yang mengetahui kondisi daerah, perangkat desa dan semua lapisan masyarakat.

b). Bersedia Membuka Diri

Bersedia Membuka Diri yaitu dengan cara open house menerima tamu (masyarakat) di rumah, mudah dijumpai di kantor maupun di rumah, tidak ada pembedaan status dan ikut bersosialisasi dengan semau lapisan masyarakat.

Menurut Newman dan Shet menjelaskan bahwa pilihan strategi komunikasi politik untuk merebut dan mempertahankan pasar juga dapat dilakukan dengan memperhatikan citra dan kinerja sebuah kontestan (kandidat atau partai politik). Pilihan strategi dapat dibuat dengan mengembangkan matriks yang menghubungkan citra sebuah kontestan dengan kinerja politiknya setelah terpilih (Arifin, 2011:236).

Menurut Adman Nursal dalam Hertanto (2002:54-73), ada beberapa pendekatan untuk memahami perilaku pemilih, yaitu:

a) Pendekatan sosiologis.

Menurut mahzab Columbia pendekatan sosiologis pada hakikatnya pendekatan berdasarkan karakteristik sosial dan pengelompokan sosial antara lain:

1) Profil ketokohan calon politik (latar belakang, pendidikan, pekerjaan, usia, agama, dan sebagainya) dan kelompok pemenangan (Tim Sukses);

2) Perencanaan dan pelaksanaan strategi komunikasi dengan mengetahui dan memahami khalayak politik dan kekuatan calon politik (calon kandidat);


(51)

3) Perencanaan dan pembuatan program-program calon politik (calon kandidat);

4) Metode berkomunikasi sosial;

5) Strategi kampanye politik dengan membangun konsensus (sosialisasi dan membuka diri) dan evaluasi program kerja dan sebagainya yang dianggap memberi pengaruh cukup signifikan dalam membentuk perilaku pemilih.

b) Pendekatan Psikologis.

Menurut mahzab ini, pendekatan terhadap masyarakat agar dalam menentukan pilihannya dalam suatu proses pemilu lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sendiri. Teori ini dilandasi oleh konsep sikap dan sosialisasi.

c) Pendekatan Rasional.

Pendekatan rasional dilakukan dengan penilaian secara valid atas sosialisasi yang disampaikan oleh kandidat. Selain itu, masyarakat rasional diberikan informasi yang cukup sehingga dalam pengambilan keputusan memilih kandidat bukan pada faktor kebetulan atau kebiasaan, bukan pula untuk kepentingan sendiri, namun untuk kepentingan umum.

d) Pendekatan Domain Kognitif.

Dalam mengembangkan model tersebut, menggunakan sejumlah kepercayaan kognitif yang berasal dari berbagai sumber seperti kelompok masyarakat, komunikasi, dan media massa. Model ini dikembangkan untuk menerangkan dan memprediksikan kandidat. Menurut model ini, beberapa domain kognitif sebagai berikut:

1) Isu dan kebijakan politik

Merepresentasikan kebijakan atau program yang diperjuangkan dan dijanjikan oleh partai atau kandidat politik jika kelak menang pemilu. 2) Citra sosial (social imagery)

Social imagery adalah citra kandidat dalam pikiran pemilih mengenai

“berada” di dalam kelompok sosial mana atau tergolong sebagai apa seorang kandidat politik.

3) Perasaan emosional

Perasaan emosional adalah dimensi yang terpancar dari sebuah kontestan yang ditunjukkan oleh policy politik yang ditawarkan. 4) Citra Kandidat

Mengacu pada sifat-sifat pribadi yang penting yang dianggap sebagai karakter kandidat.

5) Peristiwa mutakhir

Peristiwa mutakhir mengacu pada himpunan peristiwa, isu, dan kebijakan yang berkembang menjelang dan selama kampanye.

6) Peristiwa personal

Peristiwa personal mengacu pada kehidupan pribadi dan peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh seseorang kandidat.

7) Faktor-faktor epistermik

Isu-isu pemilihan spesifik yang dapat memicu keingintahuan para pemilih mengenai hal-hal baru.


(52)

30

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa antara mahzab sosiologis, mahzab psikologis, dan mahzab ekonomis atau rasional muncul keterkaitan antara satu sama lain yang saling melengkapi. Dalam pendekatan sosiologis pada hakikatnya menekankan pada karakteristik sosial dan pengelompokan sosial yang dianggap memberi pengaruh cukup signifikan dalam membentuk perilaku pemilih.

Dalam penelitian ini, menurut peneliti berdasarkan konsep strategi pemenangan politik adalah perencanaan untuk mencapai komunikasi politik yang baik dalam rangka mempengaruhi masyarakat. Strategi pemenangan Cecep Sofiuddin Ali dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan memiliki relevansi dengan Teori David V.J. Bell, hal ini karena strategi politik yang digunakan Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Suksesnya dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a) Merawat ketokohan dan pemantapan kelembagaan yakni Cecep Sofiuddin Ali cukup merawat ketokohan yang dimilikinya di lingkungan masyarakat serta pemantapan kelembagaan konsolidasi Tim Sukses pengusung hal ini juga menjadi kantong suara yang cukup signifikan.

b) Menciptakan Kebersamaan yakni Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Suksesnya mampu memahami khalayak khususnya karakteristik demografis, sosial, formal consideation, partisan preferences dan objek politik masyarakat Desa Way Hui sehingga metode dan media yang diterapkan mampu diterima oleh warga masyarakat Desa Way Hui.


(53)

c) Membangun Konsensus yakni Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Suksesnya memiliki taktik berkompromi dengan pendekatan secara menyeluruh dan memiliki kesepakatan politik bahwa Cecep Sofiuddin Ali berkomitmen memberikan pelayanan yang lebih baik dari periode sebelumnya terhadap masyarakat, selain itu Cecep Sofiuddin Ali juga bersedia membuka diri yakni dengan open house kepada khalayak masyarakat tanpa membeda-bedakan status maupun golongan.

Berdasarkan uaraian tersbut, menurut peneliti strategi politik yang digunakan Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Suksesnya dalam pemenangan Pemilihan Kepala Desa Way Hui memiliki relevansi dengan Teori David V.J. Bell bahwa strategi komunikasi politik yang digunakan untuk memperoleh kemenangan di dalam pemilihan umum kepala daerah antara lain:

1. Ketokohan dan Kelembagaan, dengan indikator: a. Merawat Ketokohan

b. Pemantapan Kelembagaan

2. Menciptakan Kebersamaan, dengan indikator: a. Memahami Khalayak

b. Menyusun Pesan Persuasif c. Menetapkan Metode

d. Memilah dan Memilih Media

3. Membangun Konsensus, dengan indikator: a. Seni Berkompromi

b. Bersedia Membuka Diri

D. Tinjauan tentang Kepala Desa

1. Pengertian Kepala Desa

Kepala desa adalah pimpinan desa dimana yang mengatur semua kegiatan dalam rumah tangganya sendiri, menerima aspirasi masyarakat, melaksanakan


(54)

32

tugas pemerintahan pusat dan daerah, dan melaksanakan koordinasi dalam rangkaiaan pelaksanaan pemerintah lainnya.

Berdasarkan ketentuan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dijelaskan bahwa Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 14 hingga Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pada paragraf 2 menyatakan : Tugas dan Kewajiban Kepala Desa adalah sebagai berikut :

Pasal 14, Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, yang dimaksud dengan Urusan Pemerintahan antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan 24 peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, kerja sama

antar desa. Yang dimaksud dengan “Urusan Pembangunan” antara lain

pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, irigasi desa, pasar desa. Yang dimaksud dengan urusan kemasyarakatan antara lain pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, adat istiadat (Soemantri, 2011:43).


(55)

2. Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Desa

Tugas pokok kepala desa adalah Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, Kepala desa menjalankan tugas di samping berdasarkan kewenangan jabatan, juga berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama antara Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Fungsi kepala desa adalah Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pemerintahan, Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pembangunan, Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pembinaan kemasyarakatan (Soemantri, 2011:49).

Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, urusan pembangunan, dan urusan kemasyarakatan, hal tesebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 14 ayat (1). Pada tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan pekon seperti, pembuatan peraturan pekon, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Pekon, dan kerjasama antar pekon.

Pada tugas menyelenggarakan urusan pembangunan antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum pekon seperti jalan pekon, jembatan pekon, irigasi pekon, pasar pekon. Pada tugas menyelenggarakan urusan pembangunan kemasyarakatan meliputi pemberdayaan masyarakat Untuk melaksanakan tugas-tugas kepala pekon di


(56)

34

atas, maka Kepala Desa atau Pekon juga mempunyai wewenang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 14 ayat (2), yaitu :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa.

b. Mengajukan rancangan peraturan desa.

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersamaBPD.

d. Menyususn dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB-Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

e. Membina kehidupan masyarakat desa. f. Membina perekonomian desa.

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa (memfasilitasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pengembangan, dan pelestarian pembangunan di desa.

h. Mewakili di desanya di dalam dan diluar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

E. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Sistem pemilihan Kepala Desa di Indonesia dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat serta mempunyai suara terbanyak. Sepanjang sejarah pemerintahan di Indonesia hanya kepala desa yang dipilih langsung oleh rakyat, sedangkan presiden dan wakil presiden baru dilaksanakan pada pemilu 2004, hal itu merupakan perkembangan baru dalam pemerintahan Indonesia. Pemilihan Kepala Desa dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan politik masyarakat. Pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik (Kansil, 2005:87).


(57)

Pemilihan Kepala Desa memiliki sejarah panjang sejak sebelum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979. Dengan demikian soal pemilihan Kepala Desa sampai saat ini masih relevan untuk dibahas dan dikaji. Agar mendapat kejelasan yang mendalam perlu mengetahui sejarah perjalanan pemilihan Kepala Desa di Indonesia adalah sebagai berikut :

Periode sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999:

a. Berdasarkan konstitusi kerajaan Belanda Tahun 1948 diterbitkanlah Indische Staatregeling yang berlaku mulai Tahun 1854, ketentuan mengenai desa diatur dalam pasal 128 :

1) Desa-desa bumiputra dibiarkan memilih kepada anggota pemerintahan desanya sendiri, dengan persetujuan penguasa yang ditunjuk untuk itu menurut ordonasi. Gubernur jendral menjaga hak tersebut terhadap segala pelanggarannya.

2) Dengan ordonasi dapat ditentukan keadaan dimana kepala desa dan anggota pemerintah desa diangkat oleh penguasa yang ditunjuk untuk itu.

3) Kepala desa bumiputra diberikan hak mengatur dan mengurus rumah tangganya dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh gubernur jendral, pemerintah wilayah dan residen atau pemerintah otonom yang ditunjuk dengan ordonasi.

4) Jika yang ditentukan dalam ayat (1) dan (2) daripasal ini tidak sesuai dengan lembaga masyarakat atau dengan hak-hak yang diperkenankan dimiliki, maka berlakunya ditangguhkan.

5) Dengan ordonasi dapat diatur wewenang dari desa bumiputra untuk : (a) memungut pajak dibawah pengawasan tertentu ; (b) didalam batas-batas tertentu menetapkan hukuman terhadap pelanggaran atas aturan yang diadakan oleh desa (Soemantri, 2011:64).

b. Desa diketahui sebagai badan hukum adat yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan stbl. 1855, untuk menentukan siapa yang berhak menjadi kepala desa, maka rakyat pedesaan memilih sendiri secara langsung kepala desanya. Kemudian dikeluarkan undang-undang yang mengatur tentang kedesaan oleh pemerintah Hindia Belanda (Soemantri, 2011:70).


(58)

36

F. Kerangka Pikir

Pemilihan Kepala Desa terdahulu terlaksana merupakan sarana untuk melakukan pergantian kekuasaan pada tingkatan daerah sebagai syarat untuk meneruskan estafet pemerintah. Model pemilihan langsung rakyat dapat lebih leluasa untuk memilih pemimpin yang disukai sesuai dengan hati nuraninya tanpa ada paksaan dari siapapun, sehingga ukuran demokratis akan menjadi lebih terlihat dengan model pemilihan tersebut.

Ketentuan situasi Pilkades langsung, masyarakat dihadapkan kepada pilihan-pilihan calon pemimpin yang disukainya, dengan demikian sebuah kompetisi diantara masing-masing calon pemimpin yang berkompetisi akan sangat kuat terjadi didalamnnya pada hampir semua aktifitas pada saat menjelang sampai dengan pemilihan.

Pemilihan Kepala Desa menang atau kalah menjadi suatu keniscayaan bagi masing-masing pasangan calon. Strategi menjadi hal yang signifikan dalam penentuan kemenangan pasangan calon yang bertarung dalam arena politik tersebut. Calon untuk masuk dalam bursa pemilihan mempunyai peran yang besar dalam rangka menentukan strategi yang digunakan untuk memenangkan pemilihan.

Bersama pasangan kandidat langkah strategis yang biasa dilakukan oleh partai politik tersebut adalah dengan membentuk tim-tim pemenangan yang akan menjadi pelaksana dari strategi yang telah disusun. Terlepas dari peran yang dimainkan oleh tim-tim pemenangan, pasangan calon juga mempunyai


(59)

pengaruh dalam menentukan simpati dari masyarakat dalam rangka mendapat dukungan guna memperoleh suara terbanyak. Untuk meraih simpati dan dukungan tersebut dalam rangka perolehan suara terbanyak, maka diperlukan pemikiran cerdas dan teliti dalam menghasilkan sebuah strategi yang baik.

Dalam penelitian ini, menurut peneliti pada pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan, yang muncul sebagai calon terpilih membuktikan bahwa, kemenangan dapat terjadi dari berbagai macam faktor. Menurut peneliti berdasarkan konsep strategi pemenangan politik adalah analisis, prencanaan, implementasi dan kontrol terhadap politik dan program-program pemilihan yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan memlihara pertukaran hubungan yang menguntungkan antara kandidat dan pemilih demi tujuan untuk mencapai komunikasi politik yang baik yakni untuk mempengaruhi masyarakat dalam pencitraan, pesan, dialog atau tindakan politik dalam pencitraan menjelang pemilihan.

Strategi pemenangan Cecep Sofiuddin Ali dalam Pemilihan Kepala Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan memiliki relevansi dengan Teori David V.J. Bell, hal ini karena strategi politik yang digunakan Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Suksesnya dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a) Merawat ketokohan dan pemantapan kelembagaan yakni Cecep Sofiuddin Ali cukup merawat ketokohan yang dimilikinya di lingkungan masyarakat serta pemantapan kelembagaan konsolidasi Tim Sukses pengusung hal ini juga menjadi kantong suara yang cukup signifikan.

b) Menciptakan Kebersamaan yakni Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Suksesnya mampu memahami khalayak khususnya karakteristik demografis, sosial, formal consideation, partisan preferences dan objek


(1)

2) Menciptakan Kebersamaan.

Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Suksesnya dalam memahami masyarakat dengan cara memahami karakteristik demografis, sosial, dan objek politik. Selain itu dalam menciptakan kebersamaan khususnya dalam memahami khalayak dilakukan dengan ikut turun langsung ke masyarakat, memfasilitasi UKM dan ikut memasarkan hasil pertanian, mengadakan kegiatan untuk membahas keluhan masyarakat, meningkatkan perekonomian pertanian, mengadakan forum diskusi langsung dengan masyarakat, membuat organisasi untuk menciptakan wadah kepemudaan.

Pesan persuasif Cecep Sofiuddin Ali yakni “Bersatu Mewujudkan Rakyat Desa Way Hui Sejahtera berlandaskan Iman dan Taqwa”, yaitu untuk melanjutkan program-program yang belum terealisasi di tahun 2013, memprioritaskan pelayanan yang cepat terhadap masyarakat dan mempersiapkan visi-misi disesuaikan dengan kondisi daerah. Metode yang ditetapkan yakni Syifatul Ulum berorientasi untuk melihat dan meneliti kondisi masyarakat dan daerah dengan melakukan survei, kunjungan ke ruang publik serta pendekatan secara langsung, pertemuan di rumah penduduk dalam rangka pendekatan dan sosialisasi menyampaikan program-program Cecep Sofiuddin Ali.

Media yang digunakan yaitu media cetak yang terdiri dari Koran, majalah lokal dan media elektronik seperti pesan singkat melalui SMS dan radio. Selain itu pendekatan komunikasi jarak dekat dengan pendekatan secara


(2)

119

langsung, komunikasi jarak jauh melalui selebaran, koran, radio, serta optimalisasi layanan pesan singkat dengan menggunakan media elektronik seperti short messages system (SMS), blackberry messanger group dan sebagainya.

3) Membangun Konsensus

Seni berkompromi Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Sukses SAHABAT dengan metode Syifatul Ulum dalam membangun konsensus antara lain melakukan pendekatan secara menyeluruh dan membangun kesepakatan politik bahwa Cecep Sofiuddin Ali berkomitmen memberikan pelayanan yang lebih baik dari periode sebelumnya terhadap masyarakat. Pendekatan juga dilakukan kepada sesepuh, perangkat desa dan semua lapisan masyarakat untuk bekerja membangun desa bersama di setiap Dusun, mengadakan konsolidasi pada tingkat RT dan Dusun, mengumpulkan informasi yang berasal dari grassroot, melakukan pendataan tokoh masyarakat di tingkat Dusun, melakukan pendataan terhadap para calon pemilih, melakukan kegiatan yang telah dikomunikasikan Tim Sukses SAHABAT di tingkat RT dan Dusun, terlibat langsung mengenai jumlah masyarakat yang cenderung mendukung terhadap Cecep Sofiuddin Ali, menciptakan basis massa baru dan merawat konsituen yang mempunyai loyalitas kepada Cecep Sofiuddin Ali.

Kebersediaan membuka diri Cecep Sofiuddin Ali yakni membuka diri kepada seluruh lapisan masyarakat saya lakukan dengan cara open house menerima tamu (masyarakat) di rumah, mudah dijumpai di kantor maupun


(3)

di rumah, tidak ada pembedaan status dan ikut bersosialisasi dengan semau lapisan masyarakat. Selain itu kebersediaan membuka diri juga dilakukan dengan cara pendekatan-pendekatan secara interpersonal baik di rumah, di lingkungan pengajian atau pun di dalam melaksanakan kegiatan kemasyarakatan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang peneliti kemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan antara lain:

1. Cecep Sofiuddin Ali dalam merawat ketokohan sebaiknya perlu diterapkan kepada lawan poltiknya karena konsep menjaga kepribadian dan nama baik tidak hanya kepada para pendukung Cecep Sofiuddin Ali melainkan kepada semua lapisan masyarakat karena pemimpin desa pada konsepnya adalah untuk memimpin lapisan seluruh masyarakat tidak hanya terhadap kelompok tertentu. Konsolidasi Tim Sukses dalam memantapkan dan mengoptimalkan Tim Sukses pengusung dan elemen pendukung juga perlu lebih memihak kepada masyarakat.

2. Cecep Sofiuddin Ali dalam memahami khalayak sebaiknya tidak hanya melihat pada karakteristik demografis, sosial, dan objek politik melainkan juga harus memperhatikan kondisi kultural masyarakat desa agar lebih memahamai secara langsung kondisi masyarakat desa di setiap Dusun. Penerapan metode Syifatul Ulum hakikatnya lebih meneliti kondisi masyarakat dan daerah dengan melakukan survey secara berkelanjutan agar program-program Cecep Sofiuddin Ali mampu teralisasi dengan baik.


(4)

121

3. Cecep Sofiuddin Ali bersama Tim Suksesnya dalam membangun konsensus sebaiknya lebih pro aktif dan keberpihakan kepada masyarakat secara menyeluruh tidak hanya menitikberatkan kepada pendukungnya sebagai wujud kesepakatan politik bahwa Cecep Sofiuddin Ali berkomitmen memberikan pelayanan yang lebih baik dari periode sebelumnya terhadap masyarakat, sehingga sekalipun menang dalam Pilkades harus tetap membuka diri baik terhadap masyarakat luas maupun kader lawan politiknya yang sebelumnya menjadi Prangkat desa Way Hui.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku/Literatur :

Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik (Filsafat – Paradigma – Teori – Tujuan – Strategi Dan Komunikasi Politik Indonesia). Graha Ilmu. Yogyakarta. ___________. 2006. Pencitran Dalam Politik (Strategi Pemenangan Pemilu

Dalam Prespektif Komunikasi Politik). Pustaka Indonesia. Jakarta.

Budiardjo, Miriam. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Efriza. 2012. Political Explore Sebuah Kajian Ilmu Politik. CV. Alfabeta. Bandung.

E. Koswara. 2001. Otonomi Daerah Untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat. Pariba. Jakarta.

Fakrulloh, dkk. 2004. Kebijakan Desentralisasi di Persimpangan Jalan. CV. Cipruv. Jakarta.

Haryanto. 1984. Partai Politik Suatu Tinjauan Umum. Liberty. Yogyakarta. Hertanto, dkk. 2002. Pemilihan Umum 1999 Di Lampung. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Istyanto, Doni. 2011. Hegemoni Jawa Dalam Pilpres Melalui Suara Terbanyak Dengan Prinsip Satu Orang Satu Suara Satu Nilai. ADN Consult. Surabaya. Kansil, C.S.T. 2005. Sistem Pemerintahan Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta. Laila, Hasyim. 1994. Partai Politik Dan Kelompok-Kelompok Penekan. Bina

Aksara. Yogyakarta.

Nasution, Zulkarimein. 1990. Komunikasi Politik Suatu Pengantar. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sarwoto. 2008. Dasar-Dasar Organisasi Dan Manajemen. Jakarta. Ghalia Indonesia


(6)

Sembiring, Sentosa. 2009. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Pemerintahan Daerah (Pemda). Nuansa Aulia. Bandung.

Soemantri, Trisantono B. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Fokus Media. Bandung.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian. Jakarta. Pustaka Media.

Shadily, Hassan. 2003. Kamus Bahasa Inggris, An English-Indonesian Dictionary (Webster's Third New International Dictionary). PT. Gramedia. Jakarta.

Undang-Undang:

Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemen dilengkapi Profile Kabinet Indonesia Bersatu 2009-2014.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.


Dokumen yang terkait

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

27 139 108

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Pertisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

18 209 128

(Studi Pada Pemilihan Kepala Desa Marga Dadi Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2007)

1 18 94

ANALISIS KEMENANGAN SUPAING DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

3 71 73

POLITISASI DALAM KONFLIK DESA BALINURAGA KECAMATAN WAY PANJI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

1 47 76

PENGARUH KESADARAN POLITIK TERHADAP PARTISIPASI POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA HAJIMENA KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 16 118

PERAN TOKOH MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA TAHUN 2017 (Studi Kasus Desa Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan) - Raden Intan Repository

0 1 427

SUPERVISI KEPALA MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL ISLAM WAY HUI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN - Raden Intan Repository

0 1 134

METODE DAKWAH MAJELIS TAKLIM MAR ATUN AMALIYAH DALAM MENINGKATKAN UKHUWAH ISLAMIYAH DI DESA WAY HUI DUSUN V KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN - Raden Intan Repository

0 1 93