10
pada bioautografi kontak, tetapi selama proses inkubasi dan visualisasi, lapisan agar tetap berada di atas plat seperti pada bioautografi langsung. Bioautografi langsung
dilakukan dengan menyemprotkan suspensi mikroba uji pada kromatogram lalu diinkubasi. Daerah hambatan yang terbentuk dapat diketahui dengan cara
menyemprot garam tetrazolium pada kromatogram. Garam tetrazolium akan diubah oleh mikroba melalui enzim dehidrogenase menjadi pewarna formazan. Spot terang
pada kromatogram merupakan penanda lokasi senyawa antibakteri atau daerah hambatan, karena dengan terbunuhnya bakteri maka tidak ada enzim dehidrogenase
yang mengubah tetrazolium menjadi formazan Choma, 2005. Reaksi perubahan
garam tetrazolium menjadi formazan ditunjukkan pada Gambar 4.
C N
N N
N
+
NO
2
I
C N
N NH
N NO
2
I H
+
Gambar 4. Reaksi Garam Tetrazolium Menjadi Formazan Sigma-Aldrich, 2011
2.6. Teh Sebagai Antibakteri
Manfaat teh sebagai antibakteri telah diuji di berbagai penelitian. Sejumlah besar penelitian tersebut menyatakan bahwa teh dapat menunjukkan penghambatan
terhadap bakteri seperti Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Cl. perfringens, E. coli, Helicobacter pylori, Legionella pnuemophila, Mycobacterium tuberculosis,
Mycoplasma pneumoniae, Streptococci mutans, Salmonella spp dan Staphylococci aureus Friedman, 2007.
Ekstrak kasar metanol dan ekstrak kasar air dari teh hijau juga memiliki sifat antibakteri terhadap Listeria monocytogenes. Ekstrak kasar metanol memiliki
aktivitas antibakteri yang lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak kasar air teh. Hal ini dibuktikan dari hasil diameter daerah hambat dan konsentrasi hambat minimum
kedua jenis ekstrak teh.
11
Ekstrak kasar metanol teh menghasilkan diameter daerah hambat sebesar 20,1 mm dan 15 mm berturut-turut untuk metode difusi cakram kertas dan difusi agar gel.
Untuk daya hambat minimumnya terhadap Listeria monocytogenes diperoleh konsentrasi sebesar 0,26 mgmL. Sedangkan hasil yang diperoleh dari ekstrak kasar
air teh, yaitu 10 mm untuk diameter hambatan dengan metode difusi cakram kertas, tanpa diameter hambatan dengan metode difusi agar gel dan 0,68 mgmL untuk
konsentrasi hambat minimum. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa metode difusi cakram kertas cenderung untuk menghasilkan diameter daerah hambat yang lebih
besar dibandingkan metode difusi agar gel Mbata dkk., 2008. Berdasarkan penelitian Erol dkk. 2009, ditunjukkan bahwa ekstrak kasar
metanol, etanol dan air dari daun teh segar menghasilkan diameter daerah hambat masing-masing 12 mm, 12 mm dan 11,5 mm pada konsentrasi 2 mgmL. Namun,
untuk teh hijau hanya ekstrak kasar air yang menghasilkan diameter daerah hambat terhadap Staphylococcus aureus, yaitu sebesar 10 mm pada konsentrasi 2 mgmL.
Diameter daerah hambat yang lebih besar ditunjukkan oleh fraksi etil asetat dari semua ekstrak kasar baik pada daun teh segar maupun teh hijau. Selain itu,
penghambatan juga dilakukan pada bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus.
2.7. Skrining Fitokimia