Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak

80 tradisional dalam waktu 45 hari. Korban dapat berpartisipasi akan tetapi ketidakhadirannya tidak menghentikan proses diversi. 90

B. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak

Undang-undang sistem peradilan pidana anak lebih mengutamakan persetujuan korban dan atau keluarganya untuk melakukan diversi. S ubstansi yang mendasar di dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu pengaturan secara tegas mengenai Keadilan Restoratif dan Diversi yang dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan Anak dari proses peradilan sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar. Perlindungan anak tersebut benar-benar membutuhkan partisipasi secara penuh oleh berbagai pihak, sebagai berikut : 1. Anak Yang Berhadapan dengan Hukum Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak disebut anak yang berkonflik dengan hukum yang kemudian disebut dengan Anak adalah anak yang berumur antara 12 dua belas tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Selain anak yang berkonflik dengan hukum maka di dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak terdapat juga anak yang menjadi korban tindak pidana anak korban serta anak yang menjadi saksi tindak pidana anak saksi. Anak 90 M.Natsir Djamil, Op.Cit., hlm. 93 Universitas Sumatera Utara 81 yang berhadapan dengan hukum dalam hal ini menjadi faktor terutama untuk terjadinya proses diversi. 2. Orang tua atau Wali Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 1 angka 4 memberi pengertian orang tua adalah ayah danatau ibu kandung, ayah danatau ibu tiri, atau ayah danatau ibu angkat, sedangkan di dalam Undang- undang Sistem Peradilan Pidana Anak, pada Pasal 1 angka 16 menyebutkan keluarga yaitu orang tua yang terdiri atas ayah, ibu, danatau anggota keluarga lain yang dipercaya oleh Anak. Pengertian wali di dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada Pasal 1 angka 17 adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sbagai orang tua terhadap anak. Bagian penjelasan bagian umum Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyatakan bahwa orang tuawalinya anak dilibatkan dalam musyawarah proses penyelesaian melalui diversi. Pasal 32 ayat 1 Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak orang tuawali dapat menjamin bahwa anak tidak akan melarikan diri atau dilarikan diri, tidak akan mengulangi tindak pidana sehingga penahanan anak tidak dilakukan. Pada pasal 55 ayat 1 Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Pasal 60 ayat 1 Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak orang tuawali berhak untuk mendampingi anak waktu pemeriksaan di persidangan dan mendapat kesempatan untuk mengemukakan hal yang bermanfaat bagi anak. Universitas Sumatera Utara 82 Pada saat penangkapan anak, orang tuawalinya harus segera diberitahunya tentang penangkapan tersebut, dan bilamana pemberitahuan itu segera tidak dimungkinkan orang tuawalinya harus diberitahu dalam jangka waktu sesingkat mungkin setelah penangkapan tersebut. Keadilan restoratif memberikan ruang yang amat besar untuk orang tuawali tidak lepas tangan dalam permasalahan yang terjadi kepada si anak sehingga penyelesaian pun terhadap masalah tersebut dapat tercapai. 3. Bantuan Hukum Sesuai dengan Pasal 3 huruf c Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, salah satu hak anak dalam proses peradilan pidana adalah mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif. Sistem Peradilan Pidana Anak mengatur pengertian mengenai advokat atau pemberi hukum lainnya, adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 1 angka 19 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Penasihat hukum wajib memperhatikan kepentingan anak dan kepentingan umum dalam memberikan bantuan hukum kepada anak serta berusaha agar suasana kekeluargaan tetap terpeliharan dan peradilan berjalan lancar. Penasihat hukum selalu di samping anak, bekerja untuk anak dan memberi nasihat di pengadilan dan menjaga kerahasiaan anak. Pemeriksaan harus berjalan kekeluargaan artinya hak seyogyannya didampingi oleh penasihat hukumnya dan Universitas Sumatera Utara 83 orang tuawalinya, dengan demikian dapat dijamin pemeriksaan akan berjalan dalam suasana kekeluargaan dan tanpa adanya paksaan terhadap anak. 91 4. Petugas Kemasyarakatan Berdasarkan Pasal 63 Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, menyebutkan bahwa petugas kemasyarakatan terdiri atas : a. Pembimbing kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawsan dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana; b. Pekerja Sosial adalah seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial sera kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan danatau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah; c. Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara professional untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial danatau seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah ataupun swasta yang ruang lingkup kegiatannua di bidang kesejahteraan sosial anak. Pasal 65 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Pembimbing Kemasyarakatan bertugas: a. Membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan Diversi, melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak selama proses Diversi dan pelaksanaan kesepakatan, termasuk melaporkannya kepada pengadilan apabila Diversi tidak dilaksanakan; 91 Abintoro Prakorso, Op.Cit., hlm. 114 Universitas Sumatera Utara 84 b. Membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam perkara Anak, baik di dalam maupun di luar sidang, termasuk di dalam LPAS dan LPKA; c. Menentukan program perawatan Anak di LPAS dan pembinaan Anak di LPKA bersama dengan petugas pemasyarakatan lainnya; d. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau dikenai tindakan; dan e. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak yang memperoleh asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti bersyarat. Terhadap Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial pada pasal 68 UU Sistem Peradilan Pidana Anak, bertugas sebagai berikut: a. Membimbing, membantu, melindungi, dan mendampingi Anak dengan melakukan konsultasi sosial dan mengembalikan kepercayaan diri Anak; b. Memberikan pendampingan dan advokasi sosial; c. Menjadi sahabat Anak dengan mendengarkan pendapat Anak dan menciptakan suasana kondusif; d. Membantu proses pemulihan dan perubahan perilaku Anak; e. Membuat dan menyampaikan laporan kepada Pembimbing Kemasyarakatan mengenai hasil bimbingan, bantuan, dan pembinaan terhadap Anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau tindakan; Universitas Sumatera Utara 85 f. Memberikan pertimbangan kepada aparat penegak hukum untuk penanganan rehabilitasi sosial Anak; g. Mendampingi penyerahan Anak kepada orang tua, lembaga pemerintah, atau lembaga masyarakat; dan h. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar bersedia menerima kembali Anak di lingkungan sosialnya. 5. Penyidik Anak Pengertian penyidikan menurut ketentuan Pasal 1 ayat 2 KUHAP adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Saat penyidik akan memulai suatu penyidikan, sebagai penyidik ia telah dapat memastikan bahwa peristiwa yang akan disidik itu benar-benar merupakan suatu tindak pidana tersebut. Sasaran penyidikan adalah pengumpulan bukti-bukti guna membuat terang suatu tindak pidana dan menemukan tersangka pelakunya. 92 Penyidik yang diatur di dalam Undang-undang No, 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak disebut dengan penyidik anak, yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepolisian Republik Indonesia. Syarat untuk ditetapkan 92 Mahmud Mulyadi, 2009, Kepolisian dalam Sistem Peradilan Pidana, Medan, USU Press, hlm. 15 Universitas Sumatera Utara 86 sebagai Penyidik Anak berdasarkan pasal 26 ayat 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, adalah : a. Telah berpengalaman sebagai penyidik; b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak; c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak. Syarat-syarat untuk menjadi penyidik anak tersebut apabila tidak terpenuhi atau tidak ada Penyidik yang sesuai dengan syarat-syarat tersebut di atas maka tugas penyidikan dilaksanakan oleh Penyidik yang melakukan penyidikan tindak pidana terhadap orang dewasa. Andil kepolisian sebagai gerbang pertama dalam melindungi anak sangatlah besar karena proses pengadilan anak baik atau pun buruknya diserahkan sepenuhnya kepada polisi sebagai pihak yang mengawali proses peradilan. Pendekatan keadilan restoratif mengubah paradigma kepolisian bahwa kepolisian juga bertugas sebagai mediator, fasilitator dan pengawas terhadap penyelesaian perkara anak. 93 6. Penuntut Umum Anak KUHAP Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 6 membedakan pengertian Jaksa dan Penuntut Umum yaitu : 93 Hadi Supeno, Op.Cit., hlm. 215 Universitas Sumatera Utara 87 a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Dari batasan tersebut di atas dapat disebutkan bahwa pengertian jaksa dihubungkan dengan aspek jabatan, sedangkan pengertian penuntut umum berkorelasi dengan aspek fungsi melakukan penuntutan dalam persidangan. Selaku lembaga yang menjalankan fungsi penuntutan maka berdasarkan Pasal 14 khususnya hurug g,h,i,j dalam KUHAP adalah : a. Melakukan penuntutan; b. Menutup perkara demi kepentingan hukum; c. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini; dan d. Melaksanakan penetapan hakim, Pe nuntut umum juga memiliki kewenangan untuk melaksanakan diskresi, Pasal 140 ayat 1 dan 2 KUHAP, menyatakan bahwa : a. Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan; Universitas Sumatera Utara 88 b. Dalam hal penuntutan umum memutuskan untuk menghentikan penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atas peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara tersebut dalam surat ketetapan. Penuntut umum adalah penuntut umum anak yang di atur dalam Sistem Peradilan Pidana Anak yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung yang syarat-syaratnya dalam Pasal 41 ayat 2 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah : a. Telah berpengalaman sebagai penuntut umum; b. Mempunyai minat, perhatian dan dedikasi dan memahami masalah anak; c. Telah mengikuti pelatihan teknis terhadap anak. Syarat-syarat untuk menjadi penuntut umum anak tersebut apabila tidak terpenuhi atau tidak ada penuntut umum anak maka digunakan penuntut umum yang melakukan tugas penuntutan terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Berdasarkan peraturan KUHAP tersebut dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, penuntut umum berwenang menggunakan kewenangan diskresi sehingga anak tidak perlu menjalani proses hukum formal sehingga anak dengan sendirinya tidak perlu melakukan penahanan di ruang tahanan. Kewenangan tersebut sesuai dengan The Beijing Rules, yang menyatakan the police, the prosecution or other agencies dealing cases, at the discreation, without recourse to formal hearings, in accordance with the criteria laid down for that purposes in the respective legal system and also in accordance Universitas Sumatera Utara 89 with the principle contained in these rules. Artinya, polisi, penuntut umum atau badan-badan lain yang mengenai perkara-perkara anak diberi perkara untuk memutuskan perkara-perkara demikian menurut diskresi mereka tanpa menggunakan pemeriksaan-pemeriksaan formal sesuai dengan kriteria yang ditentukan untuk tujuan itu di dalam sistem hukum masing-masing dan juga sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam peraturan ini. 94 7. Hakim Anak Sebelum model keadilan restoratif muncul peran jaksa sangatlah penting yakni memutus apakah sebuah pelanggaran hukum harus diterima dan dilanjutkan dalam pengadilan anak, namun pada model keadilan restoratif peran jaksa sama seperti polisi menjadi mediator dan fasilitator dalam pengambilan keputusan bersama. Hakim anak sebagai pemutus perkara anak, perlu memperhatikan sejumlah pertimbangan baik dari anak, orang tua, pembimbing kemasyarakatan, ahli ilmu tingkah laku, dan pihak-pihak lain yang terkait agar putusannya dapat menjamin perlindungan dan kesejahteraan anak. 95 94 Abintoro Prakorso, Op.Cit., hlm. 121 95 Sri Suetatiek, 2012,Rekonstruksi Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana Anak di Indonesia: Urgensi Penerbitan Panduan Pemidanaan The Sentencing Guidelines untuk Hakim Anak, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, hlm. 29 Hakim mempunyai peranan besar dalam menentukan masa depan anak dan hakim merupakan institusi yang menentukan nasib anak. Hakim dalam persidangan dapat mencari informasi tentang kondisi anak dan keluarganya. Universitas Sumatera Utara 90 Hakim anak di dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi. Syarat untuk ditetapkan sebagai hakim pada Pasal 43 ayat 2 adalah : a. Telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan peradilan umum; b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak; dan c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak. Syarat-syarat untuk menjadi hakim anak tersebut apabila tidak terpenuhi atau tidak ada hakim anak, maka digunakan hakim yang memeriksa tindak pidana yang di lakukan oleh orang dewasa. Hakim anak yang diatur di dalam Sistem Peradilan Pidana Anak biasanya adalah hakim tunggal namun juga dapat hakim majelis, selain dari hakim tingkat pertama, ada pula hakim banding dan hakim kasasi. Hakim anak seyogiannya mengetahui masa lalu dan masa depan anak, bahkan hakim anak dituntut mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam agar mampu membuat putusan yang mengayomi anak. Putusannya mencerminkan keadilan, terhindar dari kesewenang-wenangan dan sesuai dengan kebutuhan anak. Tujuan pemidanaan terhadap anak dapat tercapai tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat dan korban. Hakim anak agar putusan yang dijatuhkan mencerminkan keadilan, oleh karena itu hakim dalam memutus perkara anak Universitas Sumatera Utara 91 harus memperhatikan masa depan anak yang dihubungkan dengan nasib dan karirnya. 96 8. Lembaga pemasyarakatan Anak Lembaga pemasyarakatan Anak juga ikut berperan dalam memberikan penerapan restorative justice terhadap anak. Yang terdiri atas : a Lembaga Pembinaan Khusus Anak LPKA adalah lembaga atau tempat anak menjalani masa pidananya. Pasal 81 ayat 1 dan Pasal 85 ayat 1 menentukan bahwa anak yan dijatuhi pidana penjara yang keadaan dan perbuatannya akan membahayakan masyarakat ditempatkan di LPKA. b Lembaga Penempatan Anak Sementara LPAS adalah tempat sementara bagi anak selama proses peradilan berlangsung. Pasal 33 ayat 4 dan Pasal 84 ayat 1 mengatur bahwa anak yang ditahan ditemmpatkan di LPAS. c Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial LPKS adalah lembaga atau tempat pelayanan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi anak. Pasal 11 huruf c mengatur bahwa LPKS adalah salah satu tempat pendidikan atau pelatihan paling lama 3 tiga bulan bagi anak. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan maka sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yng dibina dan masyarakatan untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar 96 Sri Sutatiek, Op.Cit., hlm 33 Universitas Sumatera Utara 92 menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab. 9. Masyarakat Peran serta masyarakat terdiri atas 1 pasal yaitu pasal 93 di dalam Undang- Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. Pasal tersebut menyebutkan bahwa masyarakat dapat berperan serta dalam perlindungan anak mulai dari pencegahan sampai dengan reintegrasi sosial anak dengan cara : a. Menyampaikan laporan terjadinya pelanggaran hak anak kepada pihak yang berwenang; b. Mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan anak; c. Melakukan penelitian dan pendidikan mengenai anak; d. Berpartisipasi dalam penyelesaian perkara anak melalui diversi dan pendekatan keadilan restoratif; e. Berkontribusi dalam rehabilatasi dan reintegrasi sosial anak, anak korban danatau anak saksi melalui organisasi lemasyarakatan; f. Melakukan pemantauan terhadap kinerja aparat penegak hukum dalam penanganan perkara anak; g. Melakukan sosialisasi mengenai hak anak serta peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan anak. Peran masyarakat sangat dominan sejak dari pemahaman sampai pelaksanaan sistem peradilan itu sendiri dalam restorative justice. Dapat dikatakan bahwa pendekatan keadilan restoratif akan gaal apabila masyarakat tidak siap untuk melaksanakannya. Universitas Sumatera Utara 93 C. Proses Peradilan Pidana Anak Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem peradilan Pidana Memasuki proses peradilan pidana anak, maka setiap tingkatan peradilan wajib melaksanakan proses diversi. Pasal 8 ayat 3 UU No. 11 Tahun 2012, proses diversi sendiri wajib memperhatikan : a. Kepentingan korban; b. Kesejahteraan dan tanggung jawab anak; c. Penghindaran stigma negatif; d. Penghindaran pembalasan; e. Keharmonisan masyarakat; f. Kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Pada proses penegakan hukum pidana anak didasarkan Pasal 9 ayat 1, maka aparat baik itu penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam melakukan diversi harus mempertimbangkan kategori tindak pidana, umur anak, hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas dan dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat. Kesepakatan diversi harus mendapatkan persetujuan korban dan atau keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya. Hal ini mengindikasikan bahwa harus ada keaktifan dari korban dan keluarganya dalam proses diversi agar proses pemulihan keadaan dapat tercapai sesuai dengan keadilan restoratif. Kesepakatan diversi dalam Pasal 9 ayat 1 tersebut dapat dikecualikan untuk : a. Tindak pidana berupa pelanggaran; b. Tindak pidana ringan; Universitas Sumatera Utara 94 c. Tindak pidana tanpa korban; d. Nilai kerugian korban tidak lebih dari upah minimum provinsi setempat. Bentuk-bentuk hasil kesepakatan diversi berdasarkan pasal 11 ayat 1 antara lain dapat berupa : a. Perdamaian dengan atau tanpa ganti kerugian; b. Penyerahan kembali kepada orang tuawali; c. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau LPKS paling lama 3 tiga bulan; d. Pelayanan masyarakat. Hasil kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk kesepakatan diversi, apabila proses diversi tidak menghasilkan kesepakatan atau tidak dilaksanakan, maka proses peradilan pidana anak dilanjutkan untuk setiap tingkatannya.

a. Tahap Penyidikan

Proses penyidikan berdasarkan Pasal 1 butir 2 KUHAP mengandung arti serangkaian tindakan yang dilakukan pejabat penyidik seusai dengan cara dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti dan dengan bukti itu membuat atau menjadi terang tindak pidana yang terjadi serta sekaligus menemukan tersangkanya atau pelaku tindak pidananya. Artinya bahwa penyidikan dalam perkara tindak pidana anak adalah kegiatan penyidik anak untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai tindak pidana yang dilakukan anak. Universitas Sumatera Utara 95 Pasal 27 UU NO. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari pembimbing kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan untuk melakukan penyidikan terhadap perkara anak. Penyidik juga dapat meminta pertimbangan atau saran dalam hal diangap perlu, dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama, pekerja sosial professional atau tenaga kesejahteraan sosial, dan tenaga ahli lainnya dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap anak korban dan anak saksi, penyidik wajib meminta laporan sosial dari pekerja sosial professional atau tenaga kesejahteraan sosial setelah tindak pidana dilaporkan dan diadukan. Hasil penelitian kemasyarakatan wajib diserahkan oleh Bapas kepada penyidik dalam waktu paling lama 3x24 tiga kali dua puluh empat jam setelah permintaan penyidik diterima. Penangkapan terhadap anak dilakukan guna kepentingan penyidikan paling lama 24 dua puluh empat jam yang dapat ditempatkan di dalam ruang pelayanan khusus anak atau dititipkan di LPKS. Penahanan terhadap anak dilakukan paling lama 7 tujuh hari, yang dilaksanakan di LPAS atau di LPKS setempat. Penahanan anak tidak boleh dilakukan dalam hal anak memperoleh jaminan dari orang tuawalilembaga bahwa anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang bukti dan atu tidak akan mengulangi tindak pidana kecuali anak tersebut telah berumur 14 empat belas tahun dan diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun atau lebih. Universitas Sumatera Utara 96 Penyidik wajib mengupayakan diversi dalam waktu paling lama 7 tujuh hari setelah penyidikan dimulai dan proses diversi dilaksanakan paling lama 30 tiga puluh hari setelah dimulainya diversi. Proses diversi berhasil mencapai kesepakatan penyidik menyampaikan berita acara diversi kepada Ketua pengadilan Negeri untuk dibuat penetapan, apabila diversi gagal, penyidik wajib melanjutkan penyidikan dan melimpahkan perkara penuntut umum dengan melampirkan berita acara diversi dan laporan penelitian kemasyarakatan. Proses implementasi ide diversi dalam tahap permiksaan pengadilan dapat dilihat pada skema berikut ini Skema 1 : 97 97 M.Natsir Djamil, Op.Cit., hlm. 156 Laporan aduan diketahui sendiri kenakalan anak oleh penyidik Penyidik Anak Masuk program diversi Menerima dan disetujui diversi Limpahkan ke penuntut anak Menolak diversi Bapas, tenaga sosial professional, tenaga kesejahteraan social, dan pembimbing kemasyarakatan Proses musyawarah penyidik, pelaku, orang tuawali pelaku, korban, orang tuawali korban, pembim,bing kemasyarakatan,pekerja social, tenaga kerja social dan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 97

b. Tahap Penuntutan

Definisi penuntutan dalam Pasal 1 butir 7 KUHAP adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan cara yang di atur di dalam undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim dalam persidangan. Penuntutan dalam acara pidana anak mengandung pengertian tindakan penuntut umum anak untuk melimpahkan perkara anak ke pengadilan anak dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim anak dalam persidangan anak. Sama halnya dengan tahap penyidikan, setelah menerima berkas dari penyidik, penuntut umum anak wajib mengupayakan diversi paling lama 7 tujuh hari setelah menerima berkas perkara dari penyidik dan diversi sebagaimana dimaksud dilaksanakan dalam waktu 30 tiga puluh hari. Proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, penuntut umum menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada ketua pengadilan Negeri untuk dibuat penetapan dan apabila dalam hal diversi gagal, penuntut umum wajib menyampaikan berita acara diversi dan melimpahkan perkara ke pengadilan dengan melampirkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan. Proses implementasi ide diversi dalam tahap pemeriksaan pengadilan dapat dilihat pada skema berikut ini Skema 2: 98 98 Ibid., hlm. 160 Universitas Sumatera Utara 98

c. Tahap Pemeriksaan di Pengadilan Anak

Pada proses pemeriksaan di pengadilan, Ketua pengadilan wajib menetapkan hakim atau majelis hakim untuk menangani perkara anak paling lama 3 tiga hari setelah menerima berkas perkara dari Penuntut Umum. Hakim wajib mengupayakan diversi paling lama 7 tujuh hari setelah ditetapkan oleh Pengadilan Negeri sebagai hakim, sehingga diversi sebagaimana dimaksud dilaksanakan paling lama 30 tiga puluh hari. Pada prinsipnya, proses diversi dapat dilaksanakan di ruang mediasi pengadilan negeri. Proses diversi dinyatakan berhasil mencapai kesepakatan, hakim menyampaikan berita acara diversi berserta Analisis rentut anak Proses musyawarah penuntut umum anak, pelaku, orang tuawali pelaku, korban, orang tuawali korban, pembimbing kemasyarakatan,pekerja social, tenaga kerja BAPAS Menerima dan disetujui diversi Menolak diversi Masuk program diversi Limpahkan ke pengadilan anak Pelimpahan dari Penyidik Anak Universitas Sumatera Utara 99 kesepakatan diversi kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk dibuat penetapannya , apabila proses diversi tidak menghasilkan kesepakatan maka perkara akan tetap dilanjutkan ke persidangan. Proses implementasi ide diversi dalam tahap permiksaan pengadilan dapat dilihat pada skema berikut ini Skema 3 : 99 Persidangan anak dilanjutkan ketika diversi tidak mencapai suatu kesepakatan, yang dilakukan di dalam ruang sidang khusus anak yang tertutup untuk umum terkecuali pembacaan putusan oleh hakim Pasal 54 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradailan Pidana Anak. Anak harus di dampingi oleh orang tua atau wali, advokat atau pemberi bantuan hukum serta pembimbing 99 Ibid., hlm. 165 Penerimaan perkara Menerima dan disetujui diversi Proses musyawarah penuntut umum anak, pelaku, orang tuawali pelaku, korban, orang tuawali korban, pembimbing kemasyarakatan,pekerja social, tenaga kerja Menolak diversi BAPAS Pelimpahan dari Penuntut umum Anak Masuk program diversi Diteruskan untuk diproses pengadilan anak Universitas Sumatera Utara 100 masyarakat selama persidangan, sama halnya juga terhadap anak korban atau anak saksi. Pemeriksaan terhadap anak korban atau anak saksi tidak diikuti oleh anak pelaku dalam persidangan dan juga hakim memberikan kesempatan kepada orang tua atau wali serta pendamping untuk mengemukakan hal yang bermanfaat bagi anak, sehingga juga ikut menjadi pertimbangan hakim. Hakim dalam persidangan wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan oleh Pembimbing pemasyarakatan yaitu : 1 Data pribadi anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial; 2 Latar belakang dilakukannya tindak pidana; 3 Keadaan korban dan dalam hal ada korban dalam tindak pidana terhadap tubuh atau nyawa; 4 Hal lain yang dianggap perlu; 5 Berita acara diversi; dan 6 Kesimpulan dan rekomendasi dari pembimbing kemasyarakatan. Universitas Sumatera Utara 101

BAB IV KELEMAHAN PENGATURAN DIVERSI DAN RESTORATIVE JUSTICE

Dokumen yang terkait

Pengembangan Konsep Diversi Dan Restorative Justice Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia

1 45 675

Penyelesaian Hukum Terhadap Tindak Pidana yang dilakukan oleh Anak Melalui Upaya Restorative Justice Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

2 45 143

PENDAHULUAN PENERAPAN DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.

0 5 17

PENERAPAN KONSEP DIVERSI DAN RESTORATIVE JUSTICE OLEH KEPOLISIAN DALAM PERADILAN PIDANA ANAK.

0 1 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

0 0 75

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Prinsip Restorative Justice dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

0 0 16

Diversi dalam UU no. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

0 0 38

KONSEP RESTORATIVE JUSTICE DALAM UNDANG-UNDANG RI NUMBER 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK CONCEPT OF RESTORATIVE JUSTICE IN THE LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 11 OF 2012 CONCERNING CHILDREN'S CRIMINAL COURT SYSTEM

0 1 13

BAB II ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Pengertian Restoratif Justice dan Diversi Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 1. Restoratif Justice Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Konsep Diversi dan Restorative Justice Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

1 8 34