Pengertian Anak yang Berkonflik dengan Hukum

19 Perbedaan penentuan batas umur anak ini akan membingungkan para pihak baik orang tua, pemerintah aparat penegak hukum serta aktivis hak anak dalam memenuhi hak anak. Baik ketika anak berada pada posisi sebagai korban pelangaran HAM maupun pelaku tindak pidana. Berbagai pengertian yang dimaksudkan dari variasi peraturan perundang-undangan maka dengan lahirnya Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak memberi patokan tersediri terhadap pengertian dan batasan usia anak. Usia 12 tahun sebagai batasan minimum dalam kaitan pertanggungjawaban pidana akan lebih mengena karena batas usia tersebut si anak suadah lebih mengerti dan memahami konsekuensi dari tindakan-tindakan yang telah dilakukannya 16

b. Pengertian Anak yang Berkonflik dengan Hukum

. Seorang anak secara hakiki tidak dapat dilepaskan terhadap pengertian bahwa anak merupakan amanah dari Tuhan yang harus dirawat, diasuh, dan dididik sesuai potensi yang dimiliki. Pandangan yang lebih religius ini melihat anak bukan sekedar keturunan biologis dari seseorang tetapi titipan Tuhan yang harus dijaga keberadaannya dan kelangsungan hidupnya. Berbicara mengenai anak sangatlah penting karena anak merupakan potensi nasib manusia hari mendatang, dialah yang ikut berperan menentukan sejarah bangsa sekaligus cermin hidup. bangsa pada masa mendatang. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke-19, anak dijadikan sebagai obyek yang dipelajari secara ilmiah. Pelopornya 16 Ibid, hlm. 11 Universitas Sumatera Utara 20 adalah Wilhem Preyer dalam bukunya Die Seele Des Kindes Jiwa Anak, pada tahun 1882, kemudian disusul oleh berbagai ahli yang meneliti anak dan menulis phsikologi anak, antara lain William Stern menulis buku Phsyicologie Der Fruhen Kindheit Phsikologi Anak pada Usia sangat Muda, dan demikian pula para penulis lainnya. 17 Melalui uraian tersebut sudah dapat diperhatikan sejak dahulu para tokoh pendidikan dan ahli sudah memperhatikan perkembangan kejiwaaan anak, karena anak adalah pribadi yang tidak sama dengan orang dewasa. Anak memiliki sistem kanak-kanak yang menampilkan martabat anak sendiri dan kriteria norma sendiri, sebab sejak lahir anak sudah memperlihatkan ciri-ciri dan tingkah laku karakterisitik yang mandiri, memiliki kepribadian yang khas dan unik. Hal ini disebabkan oleh karena taraf perkembangan anak itu memang selalu berlainan dengan sifat-sifatnya dan ciri-cirinya, dimulai pada usia bayi dan remaja, dewasa dan usia lanjut, akan berlainan phsikis maupun jasmaninya. 18 Kenakalan anak diambil dari istilah Juvenile delinquency, yang secara harafiah dapat diartikan juvenile berarti anak-anak, muda, ciri atau karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja; sedangkan delinquency berarti wrong doing, terabaikan atau diabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat rebut, pengacau, penerorm tidak dapat diperbaiki lagi, dan lain-lain. 19 17 Wagiati Soetodjo, 2008, Hukum Pidana Anak, Bandung, PT.Refika Utama, hlm. 5 18 Ibid., hlm. 6 19 Kartini Kartono, 1998, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta, PT. Raja Grafindo Grafika, hlm. 6 Universitas Sumatera Utara 21 Istilah kenakalan anak ini pertama kali ditampilkan oleh Badan Peradilan Anak di Amerika Serikat dalam rangka membentuk suatu Undang-Undang Peradilan bagi anak di negara tersebut. Pembahasannya ada kelompok yang menekankan segi pelanggaran hukumnya, ada pula kelompok yang menekankan pada sifat tindakan anak apakah sudah menyimpang dari norma yan berlaku atau belum melanggar hukum. Pada dasarnya pengertian semua sepakat bahwa kenakalan anak adalah perbuatan atau tingkah laku yang bersifat anti sosial. 20 Paul Moedikno memberikan perumusan, mengenai pengertian Juvenile delinquency yaitu sebagai berikut : Terdapat juga suatu pengertian oleh para sarjana yang memberikan ruang dalam pengertian kenakalan anak, yang dapat diuraikan dibawah ini. 21 a. Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan, bagi anak-anak merupakan delinquency. Jadi semua tindakan yang dilaranag oleh hukum pidana seperti mencuri, menganiaya, membunuh dan lainnya. b. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang menimbulkan keonaran dalam masyarakat. c. Semua perbuatan yang menunjukan kebutuhan perlindungan bagi sosial termasuk gelandangan, pengemis dan lainnya. Menurut Kartini Kartono yang dimaksud dengan Juvenile delinquency adalah perilaku dursila atau jahat, atau kejahatan anak-anak muda, merupakan gejala sakit aptologi secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang. 22 20 Wagiati Soetodjo, Op.Cit., hlm. 5 21 Ibid., hlm. 10 22 Kartini Kartono, Op.Cit., hlm. 6 Universitas Sumatera Utara 22 Pendapat sarjanawan yang lain dapat kita lihat dari pendapat Romli Atmasasmita memberikan pula perumusan mengenai Juvenile delinquency yaitu setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang dibawah umur 18 delapan belas tahun dan belum kawin merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan. 23 a. Anak yang melakukan tindak pidana, atau Pengertian Undang-Undang Pengadilan Anak yang lama pada Pasal 1 butir 2 yang dimaksud dengan anak nakal adalah : b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan dilarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lainnya yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Dikatakan sebagai kenakalan anak dianggap lebih baik daripada istilah “kejahatan anak” yang dipandang terlalu ekstrim seorang anak melakukan tindak pidana dikatakan sebagai penjahat sementara kejadiannya adalah proses alami yang tidak boleh tidak setiap manusia harus mengalami kegoncangan semasa menjelang kedewasaannya. Lahirnya UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menggantikan UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak juga ikut menggantikan istilah “anak nakal” tersebut dengan “anak yang berkonflik dengan hukum”. Anak yang berhadapan dengan hukum pengertiannya terbagi atas 3 tiga yang salah satunya adalah anak yang berkonflik dengan hukum yang merupakan 23 Ibid., hlm 11 Universitas Sumatera Utara 23 pelaku tindak pidana. Menurut Widodo, penggunaan istilah Anak untuk menggantikan Anak Nakal tersebut hanya sebagai penghalusan bahasa eufisme agar tidak memberikan efek negatif. Penggunaan istilah Anak dalam prespektif labeling memang bisa dipahami untuk menggantikan istilah Anak Nakal, karena jika disebut dengan anak nakal, anak pidana, anak Negara, anak sipil maka akan selalu memberikan stigma negatif yang secara kriminologis akan mendorong pengulangan tindak pidana pada anak yang terlanjur mendapat label. 24

2. Pengertian Diversi dan Restoratif Justice a. Diversi

Dokumen yang terkait

Pengembangan Konsep Diversi Dan Restorative Justice Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia

1 45 675

Penyelesaian Hukum Terhadap Tindak Pidana yang dilakukan oleh Anak Melalui Upaya Restorative Justice Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

2 45 143

PENDAHULUAN PENERAPAN DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.

0 5 17

PENERAPAN KONSEP DIVERSI DAN RESTORATIVE JUSTICE OLEH KEPOLISIAN DALAM PERADILAN PIDANA ANAK.

0 1 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

0 0 75

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Prinsip Restorative Justice dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

0 0 16

Diversi dalam UU no. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

0 0 38

KONSEP RESTORATIVE JUSTICE DALAM UNDANG-UNDANG RI NUMBER 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK CONCEPT OF RESTORATIVE JUSTICE IN THE LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 11 OF 2012 CONCERNING CHILDREN'S CRIMINAL COURT SYSTEM

0 1 13

BAB II ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Pengertian Restoratif Justice dan Diversi Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 1. Restoratif Justice Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Konsep Diversi dan Restorative Justice Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

1 8 34