Instrument Hukum Internasional mengenai Diversi dan Restoratif

55 kesepakatan mengenai suatu hukuman dan sanksi. 69

C. Pengaturan Diversi Dan Restorative Justice Dalam Instrument Hukum Internasional Dan Nasional

Pemulihan harus dimaknai sebagai pengembalian hak-hak korban melalui ganti rugi yang dilakukan pelaku dan pemberian hak kepada pelaku untuk dapat diterima sebagai bagian dalam masyarakat. Pengertian yang diberikan oleh legislator melalui Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak, restorative justice hadir untuk memberikan pemulihan bukan untuk memberikan pembalasan yang selama ini telah di anut di Indonesia terutama diterapkan kepada tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Pemulihan terhadap seluruh kerugian yang diakibatkan oleh tindak pidana merupakan tujuan utama yang diberikan oleh restorative justice tanpa memberikan beban dan tanggung jawab kepada satu orang saja yaitu pelaku tapi keseluruhan pihak yang dianggap ikut berperan dalam menyelesaikan masalah tersebut.

1. Instrument Hukum Internasional mengenai Diversi dan Restoratif

Justice Berdasarkan perkembangannya diversi dan restorative justice menjadi instrument hukum untuk dilaksanakan dalam perkara anak. Penerapan diversi dan restorative justice dalam undang-undang sistem peradilan pidana anak, sebelum dijelajahi lebih jauh, maka patut kiranya untuk mengetahui ketentuan-ketentuan 69 Ibid. hlm. 47 Universitas Sumatera Utara 56 hukum yang mengatur tentangnya sebelum lahir dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dasar hukum yang menjadi dasar dalam pelaksanaan diversi dan restorative justice sebagai alternatif penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum, baik dalam peraturan perundang-undangan internasional maupun peraturan perundang-undangan nasional, antara lain adalah : a. Convention on The Rights of The Child Konvensi Hak-Hak Anak 70 Konvensi hak-hak anak menegaskan bahwa Negara-negara peserta harus berupaya meningkatkan pembentukan hukum, prosedur, kewenangan dan lembaga yang secara khusus berlaku untuk anak-anak yang diduga, disangka, dituduh atau dinyatakan melanggar hukum pidana dan khususnya : a Menetapkan usia minimum sehinga anak-anak yang berusia di bawahnya dianggap tidak mempunyai kemampuan untuk melanggar hukum pidana. b Bilamana layak dan diingikan, melakukan langkah untuk menangani aak- anak seperti itu tanpa harus menempuh jalur hukum dengan syarat bahwa hak asasi manusia dan perangkat pengamanan hukum sepenuhnya dihormati. b. The United Nations Standard Minimum Rules of Administration if Juvenille Justice The Beijing Rules 71 70 Diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tanggla 20 November 1989 pasal 40 dan telah diratifikasi di Indonesia dalam Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of Child. 71 Di sahkan melalui resolusi Majelis PBB No. 4033 tanggal 29 November 1989. Universitas Sumatera Utara 57 Beijing Rules merupakan regulasi internasional yang memberikan mandat bagi setiap Negara peserta untuk merealisasikan perlindungan terhadap anak-anak yang berhadapan dengan hukum, regulasi ini mengamanatkan kepada setiap Negara peserta untuk memberlakukan diversi untuk menangani permasalahan anak. Pengaturan mengenai diversi ditegaskan dalam butir 11 ayat 1,2,3,4, yang berbunyi : a Apabila perlu, pertimbangan harus diberikan kepada pejabat yang berwenang dalam menangani anak pelaku tindak pidana tanpa mengikuti proses peradilan; b Polisi, jaksa, atau lembaga lain yang menangani kasus anak-anak nakal harus diberi kewenangan untuk menangani kasus tersebut dengan kebijakan mereka tanpa melalui peradilan formal sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam tujuan sistem hukum yang berlaku dan sesuai dengan asas-asas dalam ketentuan lain; c Setiap diversi yang melibatkan penyerahan kepada masyarakat atau pelayanan lain yang dipandang perlu, membutuhkan persetujuan anak, atau orang tua, atau walinya. Keputusan untuk mengalihkan kasus harus tunduk pada peninjauan kembali pejabat yang berwenang pada prakteknya; d Untuk mempermudah disposisi kebijakan kasus-kasus anak, upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengadakan program masyarakat seperti pengawasan dan panduan secara temporer, restitusi dan kompensasi kepada korban. Universitas Sumatera Utara 58 Peraturan 11.4 menyarankan penyediaan alternatif-alternatif yang dapat dijalankan bagi pemrosesan peradilan bagi anak dalam bentuk pengalihan yang bertumpu pada masyarakat. Terutama disarankan program-program yang melibatkan kesepakatan dengan ganti rugi terhadap korban serta mereka yang ingin menghindari pertentangan dengan hukum di masa depan melalui program pengawasan dan bimbingan sementara. c. The United Nations Rules for the Protection of Juvenile Deprived of Their Liberty Peraturan PBB untuk Perlindungan Anak yang Terampas Kebebasannya 72 Peraturan ini menjelaskan mengenai tindakan yang disarankan ketika harus menangani anak yang berhadapan dengan hukum, yaitu : a Tindakan penahanan harus dihindari; b Apabila terpaksa dilaku maka dibatasi untuk keadaan tertentu; c Harus diupayakan langkah-langkah alternatif; d Semua anak harus dianggap tidak bersalah; e Proses pengadilan yang cepat; f Penahanan harus dipisahkan dari anak-anak yang dipidana; g Bantuan hukum untuk anak. d. The United Nations Guidelines for the Prevention of Juvenile Deliquency The Riyadh Guidelines 73 72 Disahkan dalam Resolusi Majelis PBB No. 43133 tanggal 14 November 1990 73 Di sahkan dalam Resolusi Majelis Umum PBB no. 43122 tanggal 14 desember 1990 Universitas Sumatera Utara 59 Regulasi ini memang tidak secara eksplisit mengatur mengenai pelaksanaan diversi, namun saran yang diberikan melalui ketentuan ini berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang diperlakukan demi penanganan masalah anak yang berhadapan dengan hukum dengan lebih mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak. Menangani masalah anak yang berhadapan dengan hukum, penekanan harus diberikan terhadap kebijakan-kebijakan pencegahan yang membantu keberhasilan sosialisasi dan integrasi seluruh anak dan remaja terutama melalui keluarga, masyarakat, kelompok sebaya mereka, sekolah. Perkembangan pribadi anak-anak yang sesuai agar diperhatikan serta dalam proses sosialisasi dan integrasi mereka agar diterima sebagai mitra penuh dan seimbang. e. International Convenant on Civil and Political Rights Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik 74 Terkait dengan hak anak dalam peradilan pidana ditentukan prinsip bahwa pelanggar hukum yang belum dewasa atau anak harus dipisahkan dari yang sudah dewasa dan diberikan perlakuan yang layak bagi usia dan status hukum mereka, serta perlunya diutamakan rehabilitasi. Hal ini berarti bahwa peradilan yang menempatkan anak sebagai tersangka atau pun terdakwa harus dipisahkan agar anak yang berkonflik dengan hukum tersebut tidak mendapat hukum yang bersifat menyakiti mereka tetapi hukuman yang bersifat restoratif. 75 74 Resolusi Majelis Umum PBB 220 A XXI tanggal 16 Desember 1976 diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang No. 12 tahun 2005 tentang Ratifikasi ICCPR 75 Ibid., Pasal 10 ICCPR Universitas Sumatera Utara 60

2. Instrument Hukum Nasional mengenai Diversi dan Restoratif Justice

Dokumen yang terkait

Pengembangan Konsep Diversi Dan Restorative Justice Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia

1 45 675

Penyelesaian Hukum Terhadap Tindak Pidana yang dilakukan oleh Anak Melalui Upaya Restorative Justice Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

2 45 143

PENDAHULUAN PENERAPAN DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.

0 5 17

PENERAPAN KONSEP DIVERSI DAN RESTORATIVE JUSTICE OLEH KEPOLISIAN DALAM PERADILAN PIDANA ANAK.

0 1 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

0 0 75

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Prinsip Restorative Justice dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

0 0 16

Diversi dalam UU no. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

0 0 38

KONSEP RESTORATIVE JUSTICE DALAM UNDANG-UNDANG RI NUMBER 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK CONCEPT OF RESTORATIVE JUSTICE IN THE LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 11 OF 2012 CONCERNING CHILDREN'S CRIMINAL COURT SYSTEM

0 1 13

BAB II ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Pengertian Restoratif Justice dan Diversi Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 1. Restoratif Justice Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Konsep Diversi dan Restorative Justice Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

1 8 34