27
Keempat adanya, mekanisme kontrol yaitu menjalankan pengawasan sebagai respon terhadap penanggulangan kejahatan.
32
Mardjono mengemukakan empat komponen sistem peradilan pidana yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan diharapkan dapat
bekerja sama dan dapat membentuk suatu sistem peradilan pidana yang terpadu.
33
a. Pengertian Sistem Peradilan Pidana Anak
Keempat komponen ini pun sangatlah penting di dalam sistem peradilan pidana anak secara khususnya.
Istilah sistem peradilan pidana anak merupakan terjemahan dari istilah dari The Juvenille Justice Sistem yaitu istilah yang digunakan sedefinisi dengan
sejmlah institusi yang tergabung di dalam pengadilan, yaitu meliputi polisi, jaksa penuntut umum dan penasehat hukum, lembaga pengawasan, pusat-pusat
penahanan anak dan fasilitas-fasilitas penahanan anak.
34
Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menggunakan terminologi “pengadilan” daripada “peradilan” sebagaimana
lazimnya digunakan oleh undang-undang. Penggunaan terminologi “pengadilan anak” memang lebih tepat daripada peradilan anak sebab di dalam Undang-
Undang No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman pada Pasal 10 ayat 1 menyebutkan bahwa ada 4 empat lingkungan peradilan yaitu,
32
Mahrus Ali, 2013, Membumikan Hukum Progresif, Aswaja Presindo, Yogyakarta, hlm.32
33
Ibid.
34
M.Nasir Djamil, 2013, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 43
Universitas Sumatera Utara
28
peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha Negara dan peradilan militer.
35
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menggunakan terminologi “Peradilan Anak”, tidak diartikan sebagai badan
peradilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat 2 UUD RI tahun 1945 yang menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha Negara dan Mahkamah Konstitusi.
36
b. Tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak
Penjelasan UU sistem peradilan pidana anak, Peradilan anak merupakan bagian dari lingkungan
peradilan umum, sehingga batasan pengertian yang termaktub di dalam Undang- undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah
keseluruhan proses penyelesaian perkara Anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani
pidana.
Tujuan sistem peradilan pidana bagi anak menurut The Beijing Rules dimuat pada Rule 5.1 Aims of Juvvenile Jutice, adalah mengutamakan
kesejahateraan anak dan akan memastikan bahwa reaksi apapun terhadap pelanggar-pelanggar hukum berusia anak akan selalu sepadan dengan keadaan-
keadaan baik pada pelanggar-pelanggar hukumnya.
37
35
Abintoro Prakoso, 2013, Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Anak, Laksbang Grafika, Yogyakarta, hlm. 24
36
Ibid, hlm. 26.
37
Abintoro Prakorso, Op.Cit., hlm. 144
Universitas Sumatera Utara
29
Tujuan sistem peradilan pidana anak menurut Resolusi PBB 45113 tangal 14 Desember 1990, The United Nations for the Protection of Juvenile Deprived of
Liberty adalah sistem pengadilan bagi anak harus menjunjung tinggi hak-hak anak dan keselamatan serta memajukan kesejahteraaan fisik dan mental pada anak,
serta hukuman penjara dgunakan sebagai upaya terakhir.
38
G. Metode Penelitian
Tujuan sistem peradilan pidana anak menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 dalam penjelasannya agar terwujud peradilan yang benar-benar
menjamin perlindungan kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan hukum.
Metode penelitian diperlukan agar tujuan penelitian dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ada 2 dua macam tipologi
penelitian hukum yang lazim digunakan yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian yang
dipakai adalah sebagai berikut : 1.
Pendekatan Penelitian Penelitian menggunakan metode pendekatan yuridis normatif atau
penelitian kepustakaan atau penelitian hukum doktrinal yang dapt diartikan sebagai penelitian hukum dengan cara meneliti bahan pustaka dan bahan
sekunder.
39
38
Ibid.
39
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, hlm. 13
Metode penelitian hukum normatif pada penulisan skripsi ini
Universitas Sumatera Utara