Strategi Politik Orde Baru
Pembangunan Ekonomi 4.
Ketika Soeharto diangkat sebagai presiden, maka bidang ekonomi adalah program kedua setelah bidang politik. Pada tangga
15 Juni 1968, Presiden Soeharto menunjuk sebuah tim yang terdiri dari 8 ahli dan teknokrat yang memiliki latar belakang Pendidikan
Barat. Mereka diberi wewenang oleh pemerintah untuk mengawasi dan mengatur perkembangan trend ekonomi. Mereka juga diminta
untuk menyampaikan pendapat dan rekomendasi dalam memberikan arah pembangunan ekonomi. Hasil pemikiran para pakar tersebut
dituangkan dalam bentuk Rancangan Pembangunan Lima Tahun Repelita. Keseriusan pemerintah dalam menjalankan program
ekonomi, mendapat sambutan yang baik dari berbagai komponen bangsa yang menjadi faktor pendukung legitimasi Orde Baru.
Pada masa awal Pemerintahan Soeharto, program pemerintah dalam bidang ekonomi adalah penyehatan kehidupan ekonomi dengan
melakukan stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Kenaikan harga yang melambung pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat
inlasi sekitar 650 setahun tidak memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dengan segera, melainkan mau tidak mau
harus menstabilkan perekonomian nasional. Untuk mengupayakan stabilisasi dan rehabilitasi, maka MPRS mengeluarkan Ketetapan No.
XXIII1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan yang pada dasarnya adalah suatu
gagasan yang strategis dan tepat untuk menanggulangi kemorosotan ekonomi yang menimpa Indonesia sejak tahun 1955.
Selanjutnya MPRS menggariskan tiga macam program yang wajib diselesaikan oleh pemerintah secara bertahap, yaitu:
a. Program penyelamatan ekonomi b. Program stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi
c. Program pembangunan ekonomi Adapun skala prioritas dari program stabilisasi dan rehabilitasi
adalah dengan melakukan:
a. Upaya pengendalian inlasi b. Pencukupan kebutuhan pangan
c. Rehabilitasi prasarana ekonomi d. Pencukupan kebutuhan sandang
Untuk melaksanakan program yang digariskan oleh MPRS, maka pemerintahan Soeharto mengambil kebijakan-kebijakan
ekonomi sebagai berikut.
a. Anggaran Berimbang Balanced Budget Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
menekan laju inlasi dan mendongkrak nilai rupiah yang terpuruk. Sampai tahun 1970, upaya pemerintah dalam
menekan laju inlasi cukup berhasil. Keberhasilan ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
Laju Inlasi Tahun 1966-1970 Tahun
Laju inflasi 1966
1967 1968
1969 1970
639 113
85 10
9 b. Meningkatkan Produksi dan Distribusi
Kebijakan pemerintah dalam bidang produksi adalah dengan menetapkan upaya peningkatan produksi sandang
pangan, terutama yang berkaitan dengan sembilan bahan pokok. Pemerintah juga meningkatkan produksi ekspor serta
memperbaiki sarana dan prasarana produksi. Sedangkan dalam bidang distribusi ditetapkan program untuk memperlancar
distribusi dengan cara melakukan penertiban, pengawasan, dan
penguasaan 9 bahan kebutuhan pokok; peningkatan kemampuan Angkatan Darat, Laut, dan Udara; serta memperlancar
komunikasi, baik nasional maupun internasional.
c. Rekapitulasi Utang Luar Negeri Utang luar negeri Indonesia sebagai warisan Orde Soekarno
cukup besar. Utang RI berjumlah lebih dari US 2.000.000.000 yang digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan yang tidak
produktif. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Soeharto berhasil melakukan perjanjian penundaan pembayaran utang-
utang tersebut. Hal ini didasarkan pada
Perjanjian Paris
di mana utang RI yang seyogianya dibayar pada tahun 1962, ditunda sampai tahun 1978.
Di samping itu, pemerintah juga berhasil dalam menarik pinjaman-pinjaman asing dengan persyaratan yang lunak atau
berupa pinjaman lunak. Negara-negara kreditor yang bersedia memberikan pinjaman kepada RI di antaranya adalah negara-
negara yang tergabung dalam IGGI Inter Goverment Grauf of Indonesia. Organisasi ini bertugas memperhitungkan berapa
bantuan yang dapat diberikan kepada Indonesia dan berhak mengawasi penggunaannya. Dengan bantuan IGGI, pemerintah
dapat melakukan penataan masalah ekonomi.
d. Pemberantasan Korupsi dan Penyelundupan Sejak masa pemerintahan Soekarno, penyelundupan dan
korupsi adalah permasalahan yang sulit untuk diatasi. Pada masa awal Orde Baru, korupsi telah menjalar ke berbagai
lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah. Penyakit sosial masyarakat ini telah merusak berbagai bidang kehidupan.
Tidak heran apabila rakyat kita tetap miskin di tengah melimpah ruahnya kekayaan alam negeri ini karena habis dikorupsi.
Seyogianya bagi negara Indonesia yang kaya, maka pejabatnya
juga kaya, dan rakyatnya juga kaya. Ini adalah tugas pemimpin rakyat yang berpihak pada rakyat.
Begitu pula dalam hal penyelendupan yang semakin meluas sejak tampilnya Orde Baru. Sampai tahun 1975, pemerintah
belum serius dalam menangani masalah penyelundupan. Baru pada tahun 1976 pemerintah berupaya memberantas
penyelundupan yang dampak negatifnya sangat luas. Namun, sampai
berakhirnya pemerintahan
Soeharto masalah
penyelundupan tersebut tidak dapat teratasi