pemerintahan  di    Hindia  Belanda    bersifat  sentralistis.  Hal  ini mengandung pengertian bahwa sistem pemerintahan sepenuhnya di
bawah  kendali  pemerintah  pusat.  Hal  ini  dilakukan  karena  Belanda khawatir    kehilangan  daerah  jajahan  karena  Belanda  menganggap
Indonesia  sebagai  “Wingwes”  dalam  bahasa  Indonesia  dikenal dengan daerah yang menguntungkan,ladang golden. Bangsa Belanda
mempunyai semboyan “Indie Verloren, rampspeod geboren“ yang berarti bahwa kehilangan Indonesia berarti malapetaka bagi negara Belanda.
Pada tahun 1854, ketika parlemen negeri Belanda memperoleh hak  pengawasan  terhadap  pelaksanaan  pemerintahan,  baik
pemerintahan di negeri Belanda maupun di Hindia Belanda, tuntutan desentralisasi terus nyaring disuarakan, tapi tidak membuahkan hasil.
Tuntutan parlemen Belanda baru berhasil pada tahun 1903, di mana daerah  Hindia  Belanda  berdasarkan  UU  bestururhervormingwet
tahun  1922  dibagi  dalam  wilayah  provinsi  dan  wilayah  gewest. Provinsi memiliki otonomi, sedangkan daerah gewesten tidak memiliki
otonomi. Tiap-tiap provinsi dikepalai oleh seorang Gubernur. Daerah Hindia  Belanda  yang  diberi  otomi  meliputi:  1  Jawa  Barat  1926,
2  Jawa  Timur  1929,  3  Jawa  Tengah  1930,  dan  dua  daerah residen  kerajaan,  yakni  kerajaan  Surakarta  dan  Yogyakarta  menjadi
gubernemen, demikian pula sejak tahun 1926, Maluku juga  menjadi daerah gubernemen. A. Daliman, 2001:87
B. Pejabat dan Perangkat Pemerintahan
Pemerintahan Pusat 1.
a.  Gubernur Jenderal Gubernur  Jenderal  diangkat  dengan  keputusan  raja
berdasarkan usul menteri tanah jajahan. Biasanya setelah lima tahun Gubernur Jenderal akan meletakkan jabatan. Gubernur
Jenderal  harus  seorang  warga  negara  Belanda  asli,  berumur minimal  30  tahun.  Tugas  Gubernur  Jenderal  di  antaranya,
menyelenggarakan  pemerintahan  umum  sesuai  dengan Undang–undang dan petunjuk Raja. Setiap kebijakan Gubernur
Jenderal  dipertanggungjawabkan  dalam  bentuk  laporan tahunan  mengenai  perkembangan  tanah  jajahan  kepada  raja
Belanda.
Gubernur  Jenderal  mempunyai  kekuasaan  yang  sangat besar  dalam  pemerintahannya.  Kekuasaan  itu  di  antaranya
sebagai berikut. 1  Gubernur  Jenderal  adalah  Panglima  tertinggi  Hindia
Belanda. 2  Gubernur  Jenderal  mengadakan  perjanjian  dengan  raja–
raja pribumi. 3  Gubernur  Jenderal  mempunyai  wewenang  kekayaan  dan
keuangan menurut Anggaran Belanja Hindia. 4  Gubernur  Jenderal  mempunyai  hak  untuk  mengangkat
sepertiga  dari  jumlah  anggota  Dewan  Rakyat,  dan  lain sebagainya.
b.  Dewan Hindia Belanda Dewan  Hindia  Belanda  berkedudukan  di  Batavia  yang
diketuai  oleh  Gubernur  Jenderal  sendiri.  Wakil  ketua  dan anggota-anggotanya  diangkat  dan  diberhentikan  oleh  Raja
yang  terdiri  dari  minimal  4  atau  maksimal  sebanyak  6  orang. Anggotanya  harus  berasal  dari  orang  Belanda,  meskipun
kemudian  diusahakan  satu  atau  beberapa  orang  anggotanya selain warga negara Belanda. Kewajiban Dewan Hindia Belanda
adalah  memberi  nasihat  advies  kepada  Gubernur  Jenderal. Dalam hal-hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak,
Gubernur Jenderal wajib meminta nasihat pada Dewan Hindia Belanda.  Kalau  tidak  dilakukan,  maka  risiko  akan  diberikan
teguran  oleh  Raja  Belanda  akan  sangat  besar  karena  teguran lisan  maupun  tulisan  dari  kerajaan  Belanda  secara  moral
merupakan tamparan yang akan berdampak bagi kelangsungan karir  Gubernur  Jenderal.  Walaupun  nasihat  tersebut