BAB VIII KETATANEGARAAN MASA
REFORMASI
A. Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru 1998
Tampilnya Orde Baru dalam panggung politik nasional adalah sejarah bangsa yang tidak dapat dihindarkan. Ketika pemerintahan
Presiden Soekarno dianggap gagal dalam membangun sektor ekonomi, maka pemerintahan Soeharto juga yang berlangsung selama 32 tahun
mengalami hal yang serupa. Berikut rentetan-rentetan peristiwa sampai berakhirnya pemerintahan Soeharto yang atas gerakan moral
mahasiswa maka Soeharto mengembalikan mandat kepada MPR.
Krisis Ekonomi 1.
Pada masa pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun, rakyat tidak menyadari bahwa negara sedang menuju kepada kebangkrutan.
Rakyat terpesona dengan angka-angka statistik yang menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi, tanpa menyadari
apa yang sebenarnya sedang terjadi. Pemerintahan yang bergaya militer telah membungkam aspirasi nasional dan protes-protes sosial
yang selama itu muncul. Demokrasi Pancasila dengan konsep P4-nya adalah bemper pemerintahan untuk melegitimasi kekuasaannya.
Padahal dalam sudut pandang demokrasi saja pemerintah telah melanggar Undang-Undang Dasar. Hal ini dibuktikan salah satunya
dengan pembungkaman demokrasi yang membatasi jumlah partai politik yang dilegitimasi dengan tiga paket Undang-Undang politik.
Begitu pula dalam bidang ekonomi yang ditopang oleh utang luar negeri yang jumlahnya triliunan dolar USA, telah berdampak pada
rapuhnya fondasi perekonomian nasional.
Ekonomi nasional semakin ambruk manakala pemerintah tidak punya iktikad baik untuk menyejahterakan rakyat. Berbagai
krisis muncul yang menambah beratnya beban republik. Krisis moral, pendidikan, politik, keagamaan, dan ekonomi semakin memperburuk
citra RI di mata internasional. Bahkan Indonesia mendapat predikat sebagai negara paling korup di dunia. Namun, betapa tidak, korupsi,
kolusi, nepotisme KKN terjadi hampir di seluruh instansi, ekonomi kerakyatan terabaikan, utang luar negeri semakin menggunung,
dukungan rakyat semakin berkurang, sehingga melemahkan legitimasi pemerintah di mata rakyat. Dampaknya ketika terjadi krisis moneter
internasional pada akhir tahun 1997, ekonomi nasional tidak mampu menahan jatuhnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika. Nilai tukar
rupiah terus merosot drastis, dan bahkan menyentuh angka di atas Rp 15.000 per dollar AS. Situasi krisis yang memuncak inilah yang
menyebabkan hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Gelombang Reformasi 2.
Sebenarnya ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintahan Soeharto telah berlangsung cukup lama. Namun, karena sikap
pemerintah yang otoriter, maka rakyat lebih memilih diam, meskipun terdapat beberapa kelompok rakyat yang secara terang-terangan
menentang kepemimpinan Soeharto. Bahkan sikapnya yang menentang itu harus dibayar mahal dengan dipenjara seperti yang
menimpa Ketua PUDI Sri Bintang Pamungkas dan Ketua PRD Budiman Sujatmiko. Namun, ketika gerakan reformasi berhasil menggulingkan
pemerintahan Soeharto, kiprah mereka dalam menentang Orde Baru
tidak pula menjadi perhatian. Ini mengindikasikan bahwa reformasi berjalan belum sepenuhnya benar.
Dalam mengatasi deisit APBN dan membengkaknya utang luar negeri yang diakibatkan oleh adanya krisis moneter, maka pemerintah
menerapkan berbagai kebijakan ekonomi, seperti melakukan likuidasi terhadap 16 bank, dan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak BBM.
Kabijakan melikuidasi bank-bank nakal disambut baik oleh rakyat. Namun, kebijakan menaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM
memunculkan aksi protes di mana-mana. Harga barang-barang dan sembilan bahan pokok melambung tinggi, inlasi tidak terkendali,
sehingga menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Dampak kenaikan BBM sangat dirasakan oleh masyarakat kecil, baik petani
maupun buruh. PHK terjadi di mana-mana karena banyak perusahaan yang merugi dan gulung tikar. Dalam kondisi yang serba buruk ini,
aksi protes mahasiswa dan masyarakat dalam wujud demonstrasi terjadi di mana-mana, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Demonstrasi
ini menuntut beberapa hal sebagai berikut.
a. Turunnya pemerintahan Soeharto b. Dibubarkannya Partai Golkar
c. Diselenggarakannya pemilu d. Reformasi total
e. Turunkan harga BBM Sebagai kekuatan moral dari gerakan reformasi adalah
kalangan mahasiswa. Namun, dalam aksinya secara spontan bersama masyarakat, didukung pula oleh kalangan intelektual. Tampil di
barisan paling depan misalnya Prof. Dr. H.M. Amien Rais sebagai pemimpin gerakan reformasi, di samping golongan-golongan lain
yang juga menentang kepemimpinan Soeharto. Gerakan reformasi ini ternyata harus dibayar mahal oleh putra-putra bangsa. Dalam Peristiwa
Semanggi, di mana terjadi bentrokan antara aparat keamanan dengan mahasiswa, gugurlah empat mahasiswa Universitas Tri Sakti pada
tanggal 12 Mei 1998. Peristiwa tragis ini disusul dengan “Peristiwa
Gejayan Kelabu” di Yogyakarta yang juga mengakibatkan gugurnya seorang mahasiswa Universitas Sanata Dharma asal Kalimantan
bernama Moses Gatotkaca.
Gugurnya mahasiswa dalam memperjuangkan reformasi, tidak menyurutkan mahasiswa dan masyarakat untuk terus melanjutkan
aksi demonstrasi menuntut perubahan. Gelombang demonstrasi semakin meluas, baik di Jawa maupun Luar Jawa, huru-hara di mana-
mana, aksi boikot, pembakaran gedung-gedung, dan kerusuhan lain terus berlanjut. Target pertama dari para demonstran adalah turunnya
presiden Soeharto.
Pengunduran diri Presiden Soeharto 3.
Sejak awal bulan Mei 1998, suasana republik tidak terkendali. Ribuan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi berusaha menduduki
gedung DPRMPR dan berusaha menyegelnya. Mereka menuntut agar Presiden Soeharto segera mundur dari jabatannya. Menanggapi
tuntutan tersebut, pada tanggal 18 Mei 1998 Presiden Soeharto bermaksud untuk membentuk Komite Reformasi dan merombak
Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Presiden memanggil beberapa tokoh untuk membicarakan pembentuka Komite
Reformasi. Namun, Komite Reformasi tidak terbentuk karena ditolak oleh tokoh-tokoh masyarakat yang kemudian tergabung dalam aliansi
atau Dewan Reformasi. Mereka mengajukan Petisi Lima Puluh yang berisi 50 tuntutan Reformasi.
Karena situasi yang sudah serba sulit, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengembalikan mandat kepada MPR
dan menyatakan diri berhenti dari jabatan presiden. MPR kemudian menetapkan B.J. Habibie sebagai presiden RI menggantikan
Soeharto. Presiden Habibie kemudian dilantik di Istana Merdeka pada tanggal itu juga di bawah sumpah jabatan. Pengunduran diri Presiden
Soeharto dari jabatannya ini menandai berakhirnya pemerintahan Orde Baru yang berkuasa selama hampir 32 tahun. Pemerintahan
kemudian digantikan oleh B.J. Habibie yang memerintah tanpa