Agama dan Jender Jender dalam Perspektif Teori dan Pustaka 1. Seks dan Jender

17 dibandingkan dengan laki-laki. 27 Dari hasil pengamatan, proses pembelajaran cenderung masih belum berwawasan jender dan cenderung memihak laki-laki bias toward male. Laki-laki cenderung ditempatkan pada posisi yang lebih menguntungkan dalam keseluruhan proses pendidikan misalnya dalam memimpin kelas, memimpin organisasi siswa, memimpin kelompok belajar, atau mengemukakan pendapat dan sebagainya. Walaupun angka partisipasinya berbeda, perempuan lebih mampu bertahan dibandingkan dengan laki-laki, angka putus sekolah siswa perempuan selalu lebih kecil khususnya pada SMUSMK dan Perguruan Tinggi, siswa perempuan juga lebih banyak yang dapat menyelesaikan sekolah sampai lulus dibandingkan dengan laki-laki. Dari gejala tersebut mununjukkan bahwa peserta didik perempuan lebih optimal dalam memanfaatkan kesempatan belajar. Di dalam pemilihan jurusan juga sangat kelihatan laki-laki lebih dominan dalam memilih program studi yang mempelajari bidang-bidang pertanian, kehutanan, teknologi dan industri, mesin atau elektro sementara itu perempuan lebih banyak mempelajari jurusan ketatausahaan, tata boga, pekerjaan sosial, seni dan kerajinan, tat arias, serta tekhnologi kerumahtanggaan. 28 Ini terjadi karena stereotip yang telah tertanam di kebudayaan kita mengenai keahlian yang dianggap sesuai dengan peran jenisnya.

2.2.4. Agama dan Jender

Agama merupakan salah satu kebutuhan penting spiritual manusia yang merupakan kehidupan mereka lahir dan batin. Dalam beraktivitas sering kali manusia mencari landasan untuk berpijak agar kuat dan tenang batinnya. 27 Ibid: 31 28 Ibid:33-34 18 Selama ini, masyarakat menjadikan agama sebagai landasan dan pegangan hidup mereka. Jika ajaran agama yang berkembang masih bias jender, maka dapat dipastikan bahwa kehidupan masyarakat akan penuh dengan ketidakadialan jender. Sebaliknya jika yang dipegangi masyarakat adalah ajaran agama yang sensitif jender maka warna kehidupan masyarakat tentu penuh dengan keadilan jender. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana jender dilihat dari agama Kristen. Sebenarnya ajaran resmi gereja kristen yang berbicara tentang kesetaraan dan keadilan jender belum ada, namun demikian cukup banyak pernyataan resmi gereja yang memperlihatkan bahwa laki-laki dan perempuan menempati kedudukan yang setara. 29 Hal ini tampak dalam kitab suci Perjanjian Lama maupun dalam ajaran gereja secara khusus dan dalam ajaran sosial gereja mengenai kesamaan harkat dan martabat laki-laki dan perempuan. Dalam Kitab Perjanjian Lama: Melalui ajaran penciptaan di dalam kejadian 1:27 menyatakan Allah menciptakan manusia menurut gambarNya sendiri, menurut gambar Allah diciptakan dia laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan bukan saja memiliki kesetaraan yang menyangkut kesamaan martabatnya namun juga mengemban tugas yang sama dalam mengelola bumi dan dalam karya bersama-sama, sebagaimana tertuang dalam kejadian 1:28 “Allah memberkati mereka lalu berfirman: Beranak cuculah dan bertambah banyak penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut, dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Dengan begitu maka keduanya haruslah saling melengkapi, saling menolong, menjadi partner dan sama-sama pula menjadi bagian dari yang lain, dan tak 29 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Penyadaran Gender Bagi Pendidik. Jawa Tengah, 2004: 87 19 terpisahkan antara yang satu dengan yang lain sebagaimana kehendak Allah sendiri yang tertuang di dalam kejadian 2:24 “sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya sehingga keduanya menjadi satu daging”. 30 Dalam kisah perceraian Markus 10:1-12 perempuan bisa direndahkan kedudukannya sebagai obyek perceraian tersisih dan terhina, tetapi sekaligus juga mendapatkan kedudukan baru yang diteguhkan. Dalam kisah ini tercermin bahwa dunia yang dikuasai laki-laki dan perlakuan semena-mena terhadap perempuan, namun di dalam Kejadian 1, Yesus berdiri dalam tradisi Iman dan tidak menampilkan gagasan ketergantungan perempuan kepada laki-laki. Adanya keseimbangan peranan laki-laki dan perempuan , Markus 10:11 yang melihat sebagai zinah bila menceraikan istri dan menikahi perempuan lain. Pandangan ini menunjukkan bahwa ada persamaan hak dan tanggung jawab bagi laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga. 31 Dalam Kitab Perjanjian Baru: Maria ibu Yesus merupakan tokoh panutan sebab ia mampu memperlihatkan diri sebagai perempuan otonom yang berani menentukan keputusan secara mandiri, serta memperlihatkan ketaatannya pada kehendak Allah secara konsekuen dan penuh rasa tanggung jawab. Lukas 1:26-31Malaikat Gabriel memberi kabar kepada bunda Maria bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang hendaknya dinamai Yesus, dengan berani ia bertanya untuk menentukan langkah berikutnya Lukas 1:34 Bagaimana mungkin hal itu terjadi karena saya belum bersuami. 32 Namun ketika malaikat Gabriel mengatakan kepadanya: Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Maha tinggi akan menaungi Engkau, sebab itu anak yang akan kau 30 Ibid: 91 31 Ibid:92 32 Ibid:92-93 20 lahirkan akan disebut Kudus, anak Allah. Mariapun secara tegas dan dengan penuh rasa tanggung jawab serta menyadari konsekwensinya tanpa harus meminta pendapat kepada siapapun, baik kepada ayahnya maupun kepada Yusuf yang adalah tunangannya, padahal pada saat itu budaya patriarkhi sangatlah kuat. Namun Maria menjawab, sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu Lukas 1:38. Dari jawaban itu maka kelihatan bahwa Maria bukan saja pasrah dan taat kepada Allah tetapi juga ia berani menghadapi segala resiko yang ada, seperti hamil di luar nikah, dicemooh orang banyak dan seterusnya. Sikap otonom seperti ini dengan dijiwai oleh kesadaran atas suatu karya besar yang melibatkan keselamatan manusia dengan menyingkirkan kepentingan pribadi adalah suatu sikap yang selayaknya menjadi panutan bagi perempuan dan laki-laki. 33 Beberapa kali Yesus Kristus membuka wawasan tentang martabat dan peranan perempuan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat sama seperti laki-laki. Matius 12:48 “Siapakah ibuku? Dan siapa saudara-saudaraku?” Dan kemudian dilanjutkan: “Siapa yang melakukan kehendak Bapa Ku di Surga, Dialah saudaraku laki-laki, Dialah saudaraKu perempuan, Dialah IbuKu.” Matius 12:50. Pada saat Tuhan Yesus dihadapkan pada perempuan yang tertangkap basah berbuat zina Dia dimintai pendapat tentang hukuman apa yang harus diberikan kepada perempuan itu, Yesus menjawab demikian: “Barangsiapa diantara kamu tidak pernah berbuat dosa, hendaklah ia pertama kali melemparkan batu kepada perempuan itu” Yohanes 8:4-5, 7b, jawaban ini bermakna ganda bahwa dosa zina tidak hanya dilakukan oleh perempuan saja tetapi laki-laki juga bisa melakukannya artinya laki-laki dan perempuan sama rentannya untuk terjatuh kedalam dosa yang sama. Demikian juga cerita tentang Yesus dijamu oleh satu keluarga, dimana Marta sibuk didapur ketika Yesus dan murid-muridnya dating sedangkan Maria saudaranya duduk 33 Ibid:94 21 bersama para murid mendengarkan firman Allah, Martapun marah dan meminta Yesus menegur Maria, namun Yesus menjawab: “Marta Marta engkau kuatir dan menyusahkan dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu, Maria telah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil darinya.” Lukas10:38-42 Jawaban ini menunjukkan bahwa perempuan tidak harus melayani tetapi boleh belajar apa saja, sebab yang penting dalam hal ini adalah masalah pilihan. Semua pekerjaan sama baiknya sejauh itu merupakan secara otonom, bukan karena paksaan masyarakat maupun karena tuntutan tradisi dan adat istiadat. 34 Dan masih banyak lagi cerita di alkitab mengenai kesetaraan jender. Melihat apa yang ditemukan dalam kitab suci maupun dalam gereja seharusnya perempuan dan laki-laki mempunyai peran dalam tataran yang sama dalam segala hal kecuali jika berkaitan dengan kodratnya sebagai perempuan yang bisa hamil, melahirkan, dan menyusui. Namun pelaksanaannya dalam realitas kehidupan ini masih banyak diwarnai oleh budaya patriarkhi, tafsir-tafsir yang bias jender sehingga menempatkan perempuan dalam subordinat.

2.3. Jati Diri Remaja

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru SMK Negeri se-Kota Salatiga T1 162009041 BAB II

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepedulian Guru-Guru PAK terhadap Keadilan dan Kesetaraan Jender di Aras SMU dan SMK di Salatiga T1 712008045 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepedulian Guru-Guru PAK terhadap Keadilan dan Kesetaraan Jender di Aras SMU dan SMK di Salatiga T1 712008045 BAB IV

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepedulian Guru-Guru PAK terhadap Keadilan dan Kesetaraan Jender di Aras SMU dan SMK di Salatiga T1 712008045 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepedulian Guru-Guru PAK terhadap Keadilan dan Kesetaraan Jender di Aras SMU dan SMK di Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB IV

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga T1 162009034 BAB II

0 0 27