PERANAN DINAS PENDAPATAN DALAM PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

(1)

ABSTRAK

PERANAN DINAS PENDAPATAN DALAM PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh

REDDYAH RENATA SUHARNO

Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Kota Bandar Lampung di bidang pendapatan daerah. Penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Dispenda Kota Bandar Lampung dalam Tahun Anggaran 2013 belum maksimal. Hal ini terbukti dari target penerimaan PAD dengan realisasinya tidak mencapai target.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013 dan faktor-faktor penghambatnya. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung pada hakikatnya sudah melaksanakan peranannya sesuai tugas pokok dan fungsinya dalam pengelolaan PAD Tahun 2013 meliputi perencanaan target PAD, pelaksanaan pemungutan, pengawasan atas penaatausahaan, evaluasi


(2)

Nomor 63 Tahun 2011 namun belum maksimal. Hal ini terbukti dari SDM aparatur Dispenda Kota Bandar Lampung masih sangat lemah dan kurang disiplin, regulasi tentang PAD yang belum tepat dan masih perlu dispesifikasikan yang berakibat tumpang tindih pemungutan pada objek retribusi yang sama dengan SKPD lain, pemetaan potensi PAD tidak dikaji ulang sesuai dengan kondisi objektif di lapangan sehingga target TA 2013 tidak tercapai. Faktor-faktor penghambat pengelolaan PAD di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 yaitu: SDM masih sangat lemah dan kurang disiplin, Regulasi tentang PAD yang belum tepat dan masih perlu dispesifikasikan, Penetapan Target PAD Tahun Anggaran 2013 tidak dikaji ulang pemetaan potensi PAD sehingga tidak mencapai target, serta sarana dan prasarana masih kurang memadai.


(3)

ABSTRACT

ROLE OF REVENUE GOVERNMENT TO MANAGEMENT REGIONAL ECONOMIC OF BANDAR LAMPUNG IN 2013

by

REDDYAH RENATA SUHARNO

Revenue regional government of Bandar Lampung has the main task to implement part of Dublin City Government affairs in the field of regional income. Implementation of the main duties and functions of Bandar Lampung in Revenue for Fiscal Year 2013 is not maximized. This is evident from the PAD revenue target realization did not hit the target.

The purpose of this thesis is to determine the role of revenue government to management regional economic of bandar lampung in 2013 and the inhibiting factors. This research method is qualitative research.

The results showed that the revenue regional government of Bandar Lampung ampung essentially already carrying out their role in accordance duties and functions in the management in 2013 revenue targets include planning, implementing collection, supervision, evaluation and reporting as set out in Decision Dublin Mayor No. 63 of 2011, but not maximized. It is evident from the


(4)

discipline, regulation have the right and the result still needs to be specified overlap levy collection on the same object with the other on education, mapping potential revenue not be reviewed in accordance with the objective conditions on the ground so that the management regional economic of bandar lampung 2013 targets are not achieved. Factors inhibiting the management regional economic of bandar lampung in 2013, namely: HR is still very weak and lack of discipline, regulation is not right and still need to be specified, Determination of target revenue in 2013 are not re-examined so that the mapping of potential revenue does not reach the target, and facilities are still inadequate.


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Reddyah Renata Suharno, dilahirkan di Metro pada tanggal 15 Februari 1992, anak dari pasangan Bapak Drs.Suharno,M.M dan Ibu Suparti S.kep. Penulis merupakan anak Kedua dari tiga bersaudara.

Jenjang akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak- kanak (TK) Pertiwi Bangunrejo pada tahun 1996-1998 kemudian Sekolah Dasar (SD) Negeri I Bangunrejo pada tahun 1998-2004, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri I Bangunrejo dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010. Selanjutnya tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung dengan mengikuti jalur PKAB (Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat).

Penulis sangat meyakini bahwa pengembangan diri sebagai manusia harus dicari dan dikembangkan sehingga menjadi sebuah pengalaman dalam hidup kita dimasa depan. Penulis, banyak mendapatkan hal-hal yang baru serta bermanfaat dalam menjalani proses sebagai seorang mahasiswa yang aktif dibeberapa lembaga organisasi kampus/non kampus.


(10)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan hasil karya yang sederhana Untuk orang-orang yang luar biasa dalam hidupku:

Bapak dan Ibu tercinta

yang telah mempersembahkan

arti kehidupan melalui jerih payah, peluh keringat, rintihan, petuah

dalam proses hidup yang cukup panjang..

serta selalu memberikan curatan kasih sayang, dukungan, dan

doa’anya serta restu yang tiada hentinya hingga sekarang dan sampai

nanti .

Saudara Kandungku

Ajeng Saraswati Suharno dan Dimas Probo Suharno

Terima kasih atas Semangat,curahan kasih sayang dan bantuan yang

telah kalian berikan..

Seluruh keluarga besarku dan teman terbaik yang selalu

memberi warna dan pelajaran padaku, dari yang

mengajarkan kepada Etha arti hidup sampai membantu

dalam proses penyusunan karya yang sederhana ini .

PARA GURUKU

Dari jenjang TK Sampai Perkuliahan, terimakasih atas bimbingan

serta ilmu yang bermanfaat

“ALMAMATER KU

UNIVERSITAS LAMPUNG

TERCINTA”


(11)

MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka

apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada

Allah-

lah hendaknya kamu berharap”

{QS. Al-Insyirah (Kelapangan):5-7}

”Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu,

Sesungguhnys Allah beserta orang-

orang yang sabar”

(Al-Baqorah, 154)

Hidup ini indah ketika dapat menjalani berdampingan dengan

orang lain


(12)

SANWACANA Bismillahirahmanirrahim.

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peranan Dinas Pendapatan Dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis sadar bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis.

Skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan


(13)

saran,masukan serta motivasi dalam proses bimbingan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Yana Ekana P.S, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen Pembahas skripsi terima kasih atas kesediannya memberikan bimbingan, saran, kritik serta motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. Seluruh Jajaran Dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung terimakasih atas wawasan ilmu dan warna-warni kehidupan, mohon maaf apabila banyak hal yang kurang berkenan.

7. Seluruh Staf Jurusan Ilmu Pemerintahan, terimakasih telah banyak membantu penulis.

8. Seluruh Staf Administrasi dan Karyawan TU Fisip Unila yang membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan, terimakasih atas bantuanya

9. Semua responden di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung yang telah memberikan informasi dan bantuan kepada Penulis.

10.Motivator besar dan yang teristimewa kepada kedua Orang Tuaku yang telah membesarkan serta memberikan curahan kasih sayang yang tak pernah kurang dengan sepenuh hati. Untuk Bapak, sosok seorang ayah yang luar biasa terimakasih untuk pengalaman, ajaran serta didikanya selama ini untuk kepercayaan yang telah diberikan. Untuk ibu, sosok seorang wanita yang sangat luar biasa terimakasih untuk semua nasehat dan kepercayaan yang telah diberikan. Maaf Etha untuk keterlambatan kelulusan ini, karena proses yang Etha jalanin tidak mudah dan Etha janji akan membahagiankan dan membuat kalian bangga memiliki Etha didunia ini.


(14)

12.Terima kasih untuk Chairunnisa Abi Mursid S.E dan Ahmad Ferhat S.E kalian saudaraku, walaupun kalian selangkah lebih awal tapi Etha akan mengejarnya. Ingat janji kita tak akan pernah pecah walau badai datang, sukses untuk kita.

13.Terima kasih untuk Okta Purnama S.IP, Bapak ketua Angkatan sekaligus teman terbaik dan istimewa disaat senang dan susah. Dukungan, motivasi dan suntikan semangat yang luar biasa. Terimakasih juga untuk kesediaanya mendengar keluh kesah dalam proses pembuatan skripsi ini. Tetap seperti ini ya kak, sukses untuk kita dan masa depan.

14.Terima kasih Yoan Yunita S.IP tetap semangat sayang kita masih harus berjuang, Siska Fitria S.IP tetap semangat sayang makin dewasa ya, Tano Gupala S.IP lekas selesaikan skripsinya semangat, Iin Tanjudin S.IP mulai berpikir mana yang harus diprioritaskan, Aditya Darmawan S.IP, Syintia Dwi Utami S.IP, Novandra Yudha S.IP, Robby Ruyudha S.IP, Novrico S.IP, Raditya Febrian S.IP, Ekky Julian S.IP, Gandi Afriandi S.IP, Ridho Jupanter S.IP, Novie Nurhana S.IP, Ade wardidin S.IP, Anugerah Robbiantori S.IP, Putra Ramadhan S.IP, Tiffani Anandini S.IP, Pebri Dwi S.IP, Kevin S.IP, Komang Jaka S.IP, Pranada Genta S.IP, Andrialius S.IP, Antariski S.IP, Aris gunawansyah S.IP, Maulana Rendra S.IP, Ali wirawn S.IP, Riyan Maulana S.IP, Diki rinaldi S.IP, Prasaputra S.IP, Dani Setiawan S.IP, Yosita Manara S.IP, Beti S.IP, Fitri Oki S.IP, Bella S.IP, Ferdita S.IP, Devi S.IP, Dinda S.IP, Riendi S.IP, Mirzan S.IP , Aditya Arif S.IP, Riky Ardian S.IP, Anggi dwi S.IP , Dwi Kusumayanti S.IP dan semua keluarga besar Ilmu Pemerintahan


(15)

15.Buat teman-teman lintas Jurusan Irfan Satria Nugraha S.Kes, Pandu Prabowo S.IKom, Cerlich Rilasa, Jani Sulistiana, Adhanti Liza dan lainya. Temen-teman lintas Fakultas Tika Oktaviana, Elisya Febriani, Ayu Pratama, Santi, Prima, Rudi, Andri . Teman – teman KKN Kalirejo M. Hakiem Sedoputra, M. Adityarahman, Rizella, Antoni, Dian Kencana, Gita, Vidia, Duta, Andi Yusuf. Teman- teman TK,SD,SMP dan SMA yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih kalian telah memberikan warna.

16.Untuk Seluruh Kanda Yunda yang sama–sama berproses di Jalan Tondano35, terimakasih atas pengalaman organisasi yang tidak penulis temui dibangku kuliah, HMI Komsospol UNILA Yakin Usaha Sampai.

17.Terimakasih untuk Adinda 2012 dan 2013 Arum, Dita, Nisa, Intan, Ayu, Nefia, Vico, Nico, Darji, Rosim, Juanda, Nugraha, M.Hezbi, Tias dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

18.Terima kasih untuk seluruh keluarga besar Ilmu Pemerintahan.

19.Berbagai pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung terwujudnya kelulusan ini, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian dan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Amin Amin

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis


(16)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Kegunaan Penelitian... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peranan ... 17

1. Pengertian Peranan ... 17

2. Teori-Teori Peranan... 18

3. Unsur Pokok Penilaian Peranan ... 20

B. Tinjauan Tentang Pengelolaan ... 23

1. Pengertian Pengelolaan ... 23

2. Fungsi Pengelolaan ... 26

a. Perencanaan (Planning) ... 27

b. Pelaksanaan (implementing) ... 28

c. Pengawasan (Controlling) ... 29

d. Laporan dan Evaluasi (evaluating) ... 29

C. Tinjauan tentang Pertumbuhan Ekonomi.. ... 31

1. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi.. ... 31

2. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 33

3. Konsep Desentralisasi Fiskal dalam Pendapatan Perekonomian Daerah... 35

D. Tinjauan Tentang Keuangan Daerah.. ... 37

1. Pajak Daerah ... 38


(17)

ii

F. Hasil Penelitian yang Relevan.. ... 48

G. Kerangka Pikir.. ... 50

III.METODE PENELITAN A. Tipe Penelitian ... 54

B. Fokus Penelitian ... 56

C. Lokasi Penelitian ... 59

D. Jenis Data ... 59

E. Teknik Pengumpulan Data ... 60

F. Teknik Pengelolaan Data ... 60

G. Informan ... 61

H. Teknik Analisis Data ... 62

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung.. ... 65

1. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung.. ... 65

2. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung ... 66

3. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung ... 67

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013... 71

1. Perencanaan Target PAD.. ... 72

2. Pelaksanaan Pemungutan PAD.. ... 82

3. Pengawasaan atas Penatausahaan PAD ... 85

4. Pelaporan dan Evaluasi Realisasi PAD ... 87

B. Analisis Hasil Pembahasan Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013... 96

1. Perencanaan Target (planning) Pendapatan Asli Daerah (PAD).. ... 101

a. Perencanaan Target PAD ... 101

b. Mengetahui Potensi PAD ... 103

c. Arah Kebijakan Pengelolaan PAD ... 105

2. Pelaksanaan Pemungutan (implementing) Pendapatan Asli Daerah (PAD).. ... 105

3. Pengawasaan (controlling) atas Penatausahaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 108

4. Pelaporan dan Evaluasi (evaluating) Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 111


(18)

iii

2. Rasio Efektifitas PAD Kota Bandar Lampung ... 122 3. Rasio Pertumbuhan PAD Kota Bandar Lampung ... 124 4. Rasio Efisiensi PAD Kota Bandar Lampung ... 129 b. Laporan dan Evaluasi Realisasi Penerimaan PAD Terbesar Per SKPD ... 130 c. Laporan dan Evaluasi Realisasi PAD Terbesar Per UPTD ... 131 d. Hubungan Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung dengan SKPD Lain Pengelola PAD ... 131 C. Faktor-Faktor Penghambat Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013.. ... 133

VI.SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 139 B. Saran.. ... 140 DAFTAR PUSTAKA


(19)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Pencapaian Target, Realisasi, dan Sisa PAD Tahun Anggaran 2013 ... 6 2. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 ... 7 3. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 ... 8 4. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 ... 11 5. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 ... 12 6. Realisasi Penerimaan PAD Kecamatan Tanjungkarang Pusat per 30 Desember 2013 ... 13 7. Analisis Hasil Pembahasan Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013 ... 98 8. Rasio kemandirian keuangan daerah Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2011-2013 ... 122 9. Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2011-2013 ... 123 10. Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD)Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2011-2013 ... 124 11. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2011-2013 ... 129 12. Faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung dalam pengelolaan PAD TA 2013 ... 137


(20)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Bagan Kerangka Pikir ... 53 2. Bagan Mekanisme Perencanaan Target PAD oleh Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung pada Tahun Anggaran 2013 ... 104 3. Bagan Pelaksanaan Teknis Pendaftaran Wajib Pajak oleh Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung pada Tahun Anggaran 2013 ... 109 4. Bagan Prosedur Pemungutan Pajak ... 110 5. Proses Pelaporan dan Evaluasi SKPD oleh Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung pada Tahun Anggaran 2013 ... 114 6. Sumber PAD Terbesar di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 ... 119 7. Grafik Sumber PAD Terbesar di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 .... 119 8. Grafik Realisasi PAD dan Pertumbuhan Ekonomi D aerah (PED) Tahun 2011-2013 ... 127


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara kesatuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945. Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Penyelenggaraan Otonomi Daerah perlu lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah yang seyogyanya pula disertai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik (good governance).

Penyelenggaraan otonomi daerah tidak terlepas dari pelaksanaan hubungan kekuasaan antara Pemerintah Pusat dan daerah melahirkan adanya 2 (dua) macam organ pemerintahan di daerah, yaitu Pemerintah Daerah dan Pemerintah Wilayah. Pemerintah Daerah adalah organ daerah otonom yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka desentralisasi, sedangkan Pemerintah Wilayah adalah organ Pemerintah Pusat di wilayah-wilayah administratif dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi yang terwujud dalam bentuk Provinsi dan Ibukota Negara, Kabupaten atau Kota, yang tentu


(22)

saja tidak terkait dengan kewenangan yang muncul dari otonomi daerah (Syaukani, 2005:21).

Salah satu asas dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah asas desentralisasi, yakni memberikan keleluasaan organ daerah otonom untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Konsep asas desentralisasi terjadi penyerahan wewenang sepenuhnya dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah tentang urusan tertentu, sehingga Pemerintah Daerah dapat mengambil prakarsa sepenuhnya, baik yang menyangkut policy, perencanaan, pelaksanaan, maupun pembiayaannya. Pemerintah Daerah melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan agar menjadi urusan rumah tangganya sendiri (Syaukani, 2005:27).

Desentralisasi merupakan sebuah proses di mana Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk menjalankan segala urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang berkaitan dengan urusan Politik Luar Negeri, Pertahanan, Keamanan, Yustisi, Moneter dan Fiskal Nasional, dan Agama karena merupakan urusan pemerintahan yang hanya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat (Fakrulloh, 2004:27).

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan


(23)

Pemerintah Kabupaten atau Kota merupakan urusan yang berskala Kabupaten atau Kota meliputi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan; g. penanggulangan masalah social; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; j. pengendalian lingkungan hidup;

k. pelayanan pertanahan;

l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. pelayanan administrasi penanaman modal; o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Penyelenggaran urusan wajib Pemerintah Daerah telah dijelaskan dalam Undang Nomor 12 Tahun 2008 perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Khusus mengenai urusan keuangan diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintah Daerah didasarkan atas penyerahan tugas kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal.

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu Daerah Otonom di Indonesia. Kota Bandar Lampung melaksanakan tugas otonomi daerahnya melalui


(24)

perangkat daerah Kota Bandar Lampung diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota. Kota Bandar Lampung dalam melaksanakan tugas Otonomi Daerah khususnya mengenai pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilaksanaan oleh salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yakni Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan ketentuan Pasal 32 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung dijelaskan bahwa tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung yakni:

(1) Dinas Pendapatan Daerah merupakan unsur pelaksana tugas Walikota, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Kota di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Dinas Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah;

b. penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan daerah;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan daerah; d. pelayanan administratif; dan

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota di bidang pendapatan daerah.

Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Kota Bandar


(25)

Lampung di bidang pendapatan daerah. Pendapatan daerah merupakan unsur pokok dalam keuangan daerah. Peranan Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung dalam Tahun Anggaran 2013 pada dasarnya sudah dilaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsinya namun belum maksimal. Hal ini terbukti dari target penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan realisasinya tidak mencapai target sebagaimana dikutip dari sumber media masa Lampung Post Online sebagai berikut:

Bandar Lampung (Lampost.Co): Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung pada Tahun 2013 tidak mencapai target. PAD secara keseluruhan Tahun 2013 mencapai Rp 374,096 miliar. Kemudian pada APBD Perubahan Tahun Anggaran 2013, PAD ditingkatkan dan ditargetkan mencapai Rp 418,1 miliar lebih. Pada akhir Desember 2013 atau sampai pada triwulan keempat, PAD Kota Bandar Lampung mencapai sekitar Rp 356,6 miliar lebih atau sekitar baru 86,01 persen dari target yang ditentukan sebesar Rp 418,1

miliar. “PAD kita baru mencapai sekitar Rp 356,6 miliar atau sekitar 86,01 persen, memang tidak mencapai target”, kata Wali Kota Bandar Lampung Herman HN, usai peresmian fly over Gajah Mada – Ir. Djuanda. Menurut Herman, tak tercapainya target PAD Tahun Anggaran 2013 dikarenakan PAD di beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah tak tercapai. Selain itu, lonjakan atau peningkatan target PAD di beberapa sektor memang tinggi. "Karena ada beberapa Satker yang PAD-nya memang stagnan (berhenti), kalau sudah seperti itu, mau di apain lagi, serta ada beberapa kendala lainnya. Dan kedepan akan kita evaluasi," ungkapnya. Namun menurut Herman, kedepan atau pada Tahun Anggaran 2014 mendatang, pihaknya optimis dan tetap akan berupaya maksimal dalam merealisasikan PAD ini agar mencapai target atau over target. "Ya ke depan, pada tahun 2014 akan kita maksimalkan kinerja satker-satker agar PAD kita mencapai target di semua sektor. Karena target PAD kita Tahun 2014 sekitar Rp 438 miliar," kata wali kota kesepuluh di Bandar Lampung ini (http://lampost.co/berita/pad-bandar-lampung-tak-capai-target, diakses tanggal 28 Maret 2014, pukul 19:45 WIB).

Merujuk pada sumber media masa tersebut bahwa dalam pencapaian target PAD pada Tahun Anggaran 2013 Kota Bandar Lampung tidak tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa upaya Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota


(26)

Bandar Lampung dalam pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya belum berjalan maksimal. Pengelolaan PAD oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung Tahun 2013 masih mengalami berbagai permasalahan dalam pencapaian target penerimaan Pendapatan Asli Daerah sehingga tidak mampu mencapai target yang ditetapkan dalam APBD-P. Hal ini berarti bahwa selain defisit, realisasi penerimaan PAD pada Tahun Anggaran 2013 menurun dibandingkan dengan Tahun Anggaran sebelumnya.

Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan PAD. Berdasarkan data dari Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung berikut ini dapat dilihat bahwa Realisasi Pendapatan tidak mencapai dari target yang sudah ditentukan sehingga terjadi defisit realisasi penerimaan dalam pengelolaan PAD dalam Tahun Anggaran 2013 dalam tabel berikut:

Tabel 1. Pencapaian Target, Realisasi, dan Sisa PAD Tahun Anggaran 2013

No Tahun Anggaran

Target dalam APBD-P

Realisasi

Pendapatan Keterangan

1. 2013 Rp.418.111.740.815 Rp.359.628.303.287 Defisit Rp.58.483.437.527

Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan Pendapatan (SIAPPAD) Daerah Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 2013

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa pada Tahun Anggaran 2013, target PAD Kota Bandar Lampung tidak tercapai dan mengalami defisit. Jumlah Satuan Kerja Perangkat Daearah (SKPD) yang ada di Kota Bandar Lampung adalah 22 SKPD. Masing-masing SKPD itu dalam melaksanakan


(27)

fungsi pengelolaannya dibantu dengan UPTD SKPD yang bersangkutan, sehingga dalam hal terjadi defisit maka perlu dilakukan peningkatan dari sektor yang masih sangat rendah dalam memenuhi pencapaian target PAD.

Dinas Pendapatan dalam menjalankan peranannya memiliki UPTD di setiap kecamatan yang diberikan kewenangan dalam pengelolaan PAD khususnya dalam pemungutan PAD dari beberapa jenis PAD seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Retribusi Pasar serta PBB sektor Pedesaan atau Perkotaan. Sumber-sumber penerimaan PAD berasal dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-Lain PAD yang Sah. Adapun Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut:

Tabel 2. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013

NO SKPD Target Dalam

APBD-P Realisasi Pendapatan Persentase Realisasi Pendapatan Jumlah Sisa

Lebih/Kurang Ket

1

Dinas Pendapatan Daerah

Rp.264.651.003.114 Rp.238.118.796.465 89,97% Rp.26.532.206.648 Defisit

2 Dinas

Perhubungan Rp.5.364.247.192 Rp.2.527.275.700 47,11% Rp.2.836.971.492 Defisit

3 BPPLH Rp.1.500.840.000 Rp.2.008.965.167 133,86% Rp.508.125.167 Surplus

Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan Pendapatan (SIAPPAD) Daerah Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 2013

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni Dinas Pendapatan Daerah yang bersumber dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Retribusi Pasar serta PBB


(28)

sektor Pedesaan atau Perkotaan sedangkan Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah SKPD tingkat ke dua yakni Dinas Perhubungan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya dan sebagainya. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak SKPD terkecil yakni BPPLH namun SKPD dengan ketercapaian target dan realisasi Penerimaan PAD hanya dicapai oleh BPPLH dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 133,86% selain itu SKPD lain juga masih belum tercapai sebagaimana diuraikan dalam lampiran data Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Tahun Anggaran 2013.

Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut:

Tabel 3. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013

NO SKPD Target Dalam

APBD-P Realisasi Pendapatan Persentase Realisasi Pendapatan Jumlah Sisa

Lebih/Kurang Ket

1 Dinas

Perhubungan Rp.10.411.983.912 Rp.7.810.133.930 75,01% Rp.2.601.849.982 Defisit

2

Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Rp.8.501.000.000 Rp.4.183.421.000 49,21% Rp.4.317.579.000 Defisit

3

Dinas Pengelolaan Pasar

Rp.4.600.000.000 Rp.3.640.386.025 79,14% Rp.959.613.975 Defisit

4

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Rp.50.000.000 Rp.55.355.000 110,71% Rp.5.355.000 Surplus

5

Dinas Pekerjaan Umum

Rp.259.728.000 Rp.252.637.050 97,25% Rp.7.142.950 Defisit


(29)

7

Dinas Kelautan dan Perikanan

Rp.126.000.000 Rp.23.080.000 18,32% Rp.102.920.000 Defisit

8 Dinas

Pendidikan Rp.30.024.000 Rp.42.563.200 141,76% Rp.12.539.200 Surplus

9 Dinas

Pertanian Rp.260.000.000 Rp.250.382.000 100,15% Rp.382.000 Defisit

10

Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Rp.49.564.250.000 Rp.34.122.201.192 68,84% Rp.15.442.048.807 Defisit

11 Dinas

Koperindag Rp.26.250.000 Rp.48.100.000 183,24% Rp.21.850.000 Surplus

Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan Pendapatan (SIAPPAD) Daerah Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 2013

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni Badan Penanaman Modal dan Perizinan yang bersumber dari retribusi kepengurusan perizinan umum, retribusi penanaman modal asing dan sebagainya. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Perhubungan yang bersumber dari retribusi angkutan umum dan jalan raya, retribusi parkir sebagainya.

Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang bersumber dari retribusi kebersihan dan sampah, retribusi tata kota dan sebagainya. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Pengelolaan Pasar yang bersumber dari retribusi pasar. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang bersumber dari retribusi pencatatan dan akta kelahiran.


(30)

Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Pekerjaan Umum yang bersumber dari retribusi pembangunan. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi BPKAD yang bersumber dari retribusi asset daerah. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Kelautan dan Perikanan yang bersumber dari retribusi pengolahan kekayaan laut. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Pertanian yang bersumber dari retribusi hasil pengolahan pertanian.

Realisasi Penerimaan PAD terkecil SKPD yakni Dinas Kelautan dan Perikanan. SKPD dengan ketercapaian target dan realisasi Penerimaan PAD dicapai oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 110,71% dan Dinas Pendidikan dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 141,76% serta Dinas Koperindag dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 183,24% sedangkan SKPD lain masih belum tercapai sebagaimana diuraikan dalam lampiran data Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2013.

Selanjutnya Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut:


(31)

Tabel 4. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013

NO SKPD Target Dalam

APBD-P

Realisasi Pendapatan

Persentase Realisasi Pendapatan

Jumlah Sisa

Lebih/Kurang Ket

1 PD Bank Pasar Rp.5.550.000.000 Rp.5.568.508.701 100,33% Rp.18.508.701 Surplus

2 PT. Bank

Lampung Rp.2.400.000.000 Rp.2.418.737.568 100,78% Rp.18.737.568 Surplus

3 PDAM Rp.250.000.000 Rp.250.000.000 100,00% Rp.0 Balance

Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan Pendapatan (SIAPPAD) Daerah Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 2013

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni PD Bank Pasar yang bersumber dari pengelolaan asset PD Bank Pasar. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan SKPD PT. Bank Lampung yang bersumber dari pengelolaan asset PT. Bank Lampung sedangkan dan terkecil SKPD yakni PDAM. Dalam hal ini seluruh SKPD mengalami ketercapaian target sebagaimana diuraikan dalam lampiran data Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Tahun Anggaran 2013. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut:


(32)

Tabel 5. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013

NO SKPD Target Dalam

APBD-P

Realisasi Pendapatan

Persentase Realisasi Pendapatan

Jumlah Sisa

Lebih/Kurang Ket

1 Sekretariat

Kota Rp.136.762.500 Rp.892.177.390 652,36% Rp.18.508.701 Surplus

2 BPKAD Rp.12.934.300.000 Rp.11.411.472.286 88,23% Rp.1.522.827.713 Defisit

3

Dinas Pengelolaan Pasar

Rp.26.674.192.000 Rp.16.723.061.000 62,69% Rp.9.951.131.000 Defisit

4 BLUD Rp.24.596.608.097 Rp.25.849.692.680 105,09% Rp.1.253.084.583 Surplus

Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan Pendapatan (SIAPPAD) Daerah Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 2013

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni BLUD sedangkan dan terkecil SKPD yakni BPKAD. SKPD dengan ketercapaian target dan realisasi Penerimaan PAD dicapai oleh Sekretariat Kota Bandar Lampung dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 652,36% dan BLUD dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 105,09% sedangkan SKPD lain masih belum tercapai.

Capaian target dan realisasi penerimaan PAD untuk tingkat Kecamatan dari berbagai sektor PAD hingga 30 Desember 2013 dengan ketercapaian terbesar terdapat di Kecamatan Tanjung Karang Pusat sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut:


(33)

Tabel 6. Realisasi Penerimaan PAD Kecamatan Tanjungkarang Pusat per 30 Desember 2013

NO Kelurahan Target Dalam APBD-P

Realisasi Pendapatan

Persentase Realisasi Pendapatan

1 Durian Payung Rp.1.068.152.672 Rp.708.913.195 75%

2 Gotong Royong Rp.729.831.423 Rp.464.224.976 60%

3 Palapa Rp.387.732.732 Rp.204.008.213 54%

4 Kaliawi Rp.279.290.985 Rp.100.625.034 40%

5 Kelapa Tiga Rp.838.529.739 Rp.550.548.110 68%

6 Pasir Gintung Rp.330.126.957 Rp.211.054.680 72%

7 Kaliawi Persada Rp.408.627.776 Rp.225.013.456 60%

JUMLAH Rp.4.042.292.284 Rp.2.464.387.664 66%

Sumber: Laporan Target dan Realisasi PAD Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bulan Januari smapai Desember 2013

Merujuk pada data-data Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa peran Dispenda Kota Bandar Lampung masih belum maksimal dalam melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi PAD. Intensifikasi merupakan suatu kegiatan peningkatan intensitas terhadap suatu subyek dan obyek PAD yang potensial namun belum tergarap atau terjaring serta memperbaiki kinerja peningkatan PAD.

Ekstensifikasi yaitu upaya memperluas subyek dan obyek PAD potensial serta penyesuaian tarif pajak dan retribusi daerah. Sumber-sumber PAD yang bisa dioptimalkan seperti pariwisata, hiburan, peningkatan jumlah wajib pajak, pajak barang mewah, home industry perdagangan, retribusi daerah dan sebagainya, jika dikelola secara maksimal akan membantu mempercepat pertumbuhan perekonomian yang akan menambah jumlah objek PAD.


(34)

Sektor hiburan yang terus meningkat di Kota Bandar Lampung dapat menambah jumlah objek PAD seperti tempat-tempat hiburan dan rekreasi, para pengusaha hiburan untuk melaksanakan usahanya pasti mengurus Surat Izin Usaha dan dokumen-dokumen lain yang dikenakan pajak maupun retribusi. Kota Bandar Lampung yang memiliki banyak kekayaan sumber daya alam, pengelolaan kekayaan alam itu berbanding lurus dengan peningkatan jumlah wajib pajak dan retribusi daerah.

Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung sebagai salah satu SKPD memiliki peran penting untuk memaksimalkan pengelolaan keuangan daerah hasil penerimaan dari sumber-sumber PAD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti memandang perlu mengkaji lebih lanjut berbagai masalah pengelolaan PAD, sehingga peneliti menganggap perlu diadakan penelitian mengenai “Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandar Lampung Tahun 2013”.


(35)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013?

2. Apakah faktor-faktor penghambat Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013 dan faktor-faktor penghambatnya.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, menjadi bahan referensi dalam ilmu pemerintahan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu tentang manajemen pemerintahan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandar Lampung.


(36)

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintahan Kota Bandar Lampung khususnya Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).


(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Peranan

1. Pengertian Peranan

Definisi peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan, yakni apabila organisasi melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Pengertian peranan menurut Soekanto berarti suatu fungsi yang dibawakan organisasi ketika menduduki jabatan tertentu, organisasi dapat menjalankan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut (Soekanto, 2009:73).

Pengertian peranan menurut R. Linton adalah “the dynamic aspect of status” yakni, organisasi menjalankan perannya sesuai hak dan kewajibannya. Menurut Biddle dan Thomas, menjelaskan bahwa peran adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan organisasi yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat organisasi dalam masyarakat (Soekanto, 2009:82).

Menurut Levinson mengemukakan bahwa peranan dapat mencakup tiga hal yaitu:

a) Norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat organisasi dalam masyarakat. Peranan arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan dalam kehidupan kemasyarakatan.


(38)

b) Suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c) Sebagai perilaku organisasi yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2009:87).

Menurut Merton mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari organisasi yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set). Perangkat peran merupakan kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh organisasi karena menduduki status-status sosial khusus (Soekanto, 2009:91).

Berdasarkan beberapa definisi peranan menurut para ahli tersebut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan adalah tindakan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan merupakan tindakan organisasi untuk menjalankan tugas dan kewajibannya dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Teori-Teori Peranan

a. Teori Peranan dalam Ilmu Sosial

Teori peranan dalam ilmu sosial, menekankan pada fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut. Dalam konsep sederhana, seorang pemimpin adalah orang yang menjalankan amanat dan memberikan kesejahteraan sosial terhadap masyarakat. Peranan tersebut dalam pandangan masyarakat adalah suatu bentuk


(39)

kebijakan seorang pemimpin yang melaksanakan tugasnya (Soekanto, 2009:93).

b. Teori Peranan dalam Hubungan dengan Kinerja

Teori peranan dalam hubungan dengan kinerja menurut pendapat David Berry menjelaskan bahwa organisasi diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Konsep dalam teori ini seperti lembaga pemerintah yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan tujuan dan harapan sebagaimana peranan yang dipegang oleh lembaga pemerintah tersebut (Soekanto, 2009: 94).

Menurut Soekanto (2009:95) Peranan dalam hubungan dengan kinerja terdapat dua macam harapan, yaitu:

1) harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran.

2) harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat.

c. Teori Peranan dalam Perspektif Sosiologi

Peranan dalam Perspektif Sosiologi menurut Robert M. Z. Lwang bahwa peranan dipandang sebagai suatu pola perilaku yang diharapkan dari sesorang yang memiliki status atau posisi tertentu dalam organisasi. Dalam perspektif Sosiologi, Antropologi dan Psikologi Sosial, peran (role) merupakan sebuah bangunan teori tersendiri yang disebut dengan Role


(40)

Theory. Konsep perspektif sosiologi, kegiatan yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peranan ini dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Soekanto, 2009:97).

Teori-teori peranan tersebut jika diaplikasikan dengan peranan Dinas Pendapatan dalam pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka menurut peniliti dalam konsep pengelolaan PAD mendasari teori peranan dalam hubungan dengan kinerja, secara konsepnya bahwa Dinas Pendapatan merupakan suatu organisasi pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung, oleh sebab itu Dinas Pendapatan dalam peranannya menjalankan kewajiban-kewajibannya. Teori peranan ini di dalam pengelolaan PAD meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, laporan dan evaluasi.

3. Unsur Pokok Penilaian Peranan

Menurut pendapat David Berry dijelaskan bahwa dalam unsur pokok penilaian peranan antara lain:

a. Menetapkan perencanaan, tujuan, sasaran, dan arah kebijakan organisasi. b. Melaksanakan indikator dan ukuran kinerja.

c. Melakukan pengawasaan tingkat ketercapaian tujuan dan pentausahaan sasaran-sasaran organisasi.

d. Laporan dan evaluasi kinerja (feedback, penilaian kinerja organisasi, meningkatkan kualitas dan akuntabilitas) (Soekanto, 2009: 98).


(41)

Unsur pokok penilaian peranan menurut pendapat David Berry dalam Soekanto (2009:99) dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Menetapkan perencanaan, tujuan, sasaran, dan arah kebijakan organisasi. Perencanaan merupakan keseluruhan proses perkiraan dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Arah kebijakan organisasi adalah arahan yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Perencanaan, tujuan, sasaran, dan arah kebijakan organisasi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi. Berdasarkan perencanaan, tujuan, sasaran, dan arah kebijakan organisasi tersebut selanjutnya dapat ditentukan indikator dan ukuran kinerja secara tepat.

2) Melaksanakan indikator dan ukuran kinerja. Pelaksanaan indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Pelaksanaan indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan sasaran dan arah kebijakan. Pelaksanaan indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator). Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Sedangkan pelaksanaan indikator kinerja kunci merupakan serangkaian kegiatan pelaksanaan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja. Indikator ini dapat digunakan oleh organisasi untuk mendeteksi dan memonitor capain kinerja.

3) Melakukan pengawasaan tingkat ketercapaian tujuan dan pentausahaan sasaran-sasaran organisasi. Pengawasan merupakan kegiatan untuk memastikan bahwa apa telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, sudah tepat dan waktunya sudah sesuai. Pengawasan tingkat ketercapaian tujuan, dan pentausahaan sasaran yakni membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan positif, penyimpangan negatif atau penyimpangan nol. Penyimpangan positif berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampaui indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negatif berarti pelaksanaan kegiatan belum berhasil mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.


(42)

4) Laporan dan evaluasi kinerja (feedback, penilaian kinerja organisasi, meningkatkan kualitas dan akuntabilitas). Laporan dan evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-punishment, penilaian kemajuan organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa penilaian peranan juga merupakan salah satu faktor penting dalam pengimplementasian strategi pengelolaan organisasi. Hal ini penting karena standar penilaian peranan merupakan salah satu tahapan dalam siklus strategi pengelolaan organisasi. Dengan memahami siklus strategi pengelolaan organisasi tersebut dapat diketahui bahwa penilaian peranan merupakan tahapan yang sangat vital bagi keberhasilan implementasi strategi pengelolaan organisasi.

Rencana strategis yang telah ditetapkan oleh organisasi membutuhkan wahana untuk mewujudkannya dalam bentuk aktivitas keseharian organisasi. Implementasi rencana strategi pengelolaan organisasi akan dapat mencapai kualitas yang diinginkan jika ditunjang oleh pola penilaian peranan yang berada dalam koridor strategi pengelolaan organisasi. Jadi, diperlukan adanya suatu penilaian peranan terhadap pelaku organisasi sektor publik, sebagai orang yang diberi amanah oleh masyarakat. Penilaian tersebut akan melihat seberapa jauh peranan yang telah dihasilkan dalam suatu periode tertentu dibandingkan dengan yang telah direncanakan.

Penilaian peranan terhadap kinerja suatu organisasi dalam melaksanakan peranannya sangat penting, baik bagi pihak yang memberikan amanah maupun pihak yang diberi amanah. Bagi pemberi amanah, penilaian peranan


(43)

dapat digunakan untuk menilai peran dan kinerja para manajer sektor publik, apakah mereka telah menjalankan peranannya sesuai dengan yang diamanahkan atau tidak. Sedangkan bagi yang diberi amanah, penilaian peranan dapat digunakan sebagai media untuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan amanah yang telah dipercayakan. Selain itu penilaian peranan juga dapat digunakan sebagai umpan balik untuk mengetahui seberapa jauh prestasi strategi pengelolaan organisasi. Mengingat dalam strategi pengelolaan organisasi juga tidak terlepas dari konsep dasar strategi pengelolaan yang pada hakikatnya mencakup perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing), pengawasan (controlling), laporan dan evaluasi (evaluating).

B. Tinjauan tentang Pengelolaan

1. Pengertian Pengelolaan

Pengertian pengelolaan dapat diartikan sebagai pengaturan atau pengurusan. Menurut pendapat beberapa ahli mengartikan pengelolaan sebagai pengaturan, pentausahaan, dan pengadministrasian. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu (Arif, 2009:17). Menurut Griffin dalam Arif (2009:23) mendefinisikan pengelolaan sebagai berikut:

“Superintendence is the process of planning and decision making, organizing, leading and controlling and organization human, financial, physical and information recources to archieve organizational goals in an efficient and effective manner”. (Pengelolaan adalah suatu proses perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan pengendalian organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efisiensi dan efektif).


(44)

Proses pengelolaan melibatkan fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh pengelola, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing), pengawasan (controlling), laporan dan evaluasi (evaluating). Oleh karena itu, pengelolaan diartikan sebagai proses merencanakan, melaksanakan, mengawasi, menyusun laporan dan mengevaluasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Pengertian pengelolaan telah banyak dibahas para ahli yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi. Pengelolaan merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Hal ini menekanan bahwa pengelolaan tersebut dititik beratkan pada proses dan sistem. Oleh karena itu, apabila dalam sistem dan proses perencanaan, pelaksanaan, sistem pengawasan, laporan dan evaluasi tidak baik, proses pengelolaan secara keseluruhan tidak lancar sehingga proses pencapaian tujuan tidak berjalan maksima (Darise, 2009:35).

Berdasarkan definisi pengelolaan secara garis besar tahap-tahap dalam melakukan penegelolaan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, laporan dan evaluasi. Perencanaan merupakan proses dasar dari suatu kegiatan dan merupakan syarat mutlak dalam suatu kegiatan pengelolaan. Kemudian pelaksanaan berkaitan dengan pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan. Sementara itu pengawasan diperlukan untuk monitoring kegiatan agar menghasilkan sesuatu yang diharapkan dan pengawasan yang dekat. Laporan dan evaluasi, dapat menjadi proses penilaian aktivitas untuk


(45)

menentukan apakah individu atau kelompok memperoleh dan mempergunakan sumber-sumbernya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan (Darise, 2009:37).

Setiap kegiatan pengelolaan sangatlah diperlukan untuk seluruh sumber daya organisasi demi terwujudnya cita-cita atau misi organisasi yang bersangkutaan, demikian halnya dalam pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pengelolaan sangat penting untuk memaksimalkan pengelolaan PAD. Kegiatan manajerial yang baik adalah pra syarat dalam pengelolaan PAD yang baik. Pengelolaan dapat dipahami sebagai suatu proses pengaturan seluruh sumber daya dalam sebuah organisasi yang di dalamnya terdapat kerja sama demi tercapaiannya tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa pengertian pengelolaan yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

a. George R. Terry dalam Ishak Arif (2009:37) menyatakan bahwa pengelolaan adalah kegiatan yang merencanakan, melaksanakan, mengontrol dan mengawasi, serta melakukan evaluasi unsur-unsur dasar manusia, benda-benda, mesin-mesin, metode-metode, uang dan pasar, memberikan kepemimpinan pada usaha-usaha manusia untuk mencapai tujuan dari badan usaha.

b. Sarwoto (1998:22) bahwa pengelolaan sebagai proses menghimpun dan meluncurkan pekerjaan dari orang-orang yang dikoordinasi secara kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan.

c. Sondang P. Siagian (2004:18) berpendapat bahwa pengelolaan adalah kemampuan dan ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.

d. M. Manulang (2007:54) memberikan pengertian bahwa: pengelolaan adalah sebuah proses yang khas, yang terdiri dari atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan baik ilmu seni agar dapat menyelesaiakan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. e. S. Kimball dan D.S Kimball Jr (1994:35) mengemukakan bahwa

pengelolaan terdiri dari semua tugas dan fungsi yang meliputi penyusunan sebuah perusahaan, pembiayaan, penetapan garis-garis besar kebijaksanaan, penyediaan semua peralatan yang diperlukan dan penyusunan kerangka organisasi serta pemilihan pejabat terasnya.


(46)

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pada dasarnya para ahli dalam memberikan pengertian tidak terlepas dari beberapa hal yang sangat penting dalam pengelolaan yaitu:

1) adanya wadah dan alat pencapaian tujuan

2) adanya proses atau fungsi tertentu termasuk kerjasama dalam mencapai tujuan

3) adanya tujuan bersama yang ingin dicapai.

2. Fungsi Pengelolaan

Pembahasan tentang pengelolaan adalah pembahasan tentang beberapa fungsi fundamental yang harus dilaksanakan untuk memperoleh gambaran utuh tentang apa yang mesti dilakukan demi tercapapianya tujuan bersama. Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai fungsi pengelolaan. Menurut Luther Gulk dalam Sutopo (2001:24) fungsi pengelolaan meliputi:

a) Perencanan (planning)

b) Pengorganisasian (organizing) c) Penyusunan pegawai (staffing) d) Pemberian bimbingan (directing) e) Pengkoordinasian (coordinating) f) Pelaporan (reporting)

g) Penganggaran (budgeting)

Menurut Harol Kont dalam Sutopo (2001:25) merumuskan fungsi pengelolaan sebagai berikut :

a) Perencanaan (planning) b) Pengorganisasian (organizing) c) Penyusunan Pegawai (staffing) d) Pengawasan (controlling)


(47)

Selanjutnya menurut George R. Terry dalam Sutopo (2001:27) memberikan gambaran yang lebih jelas tentang fungsi pengelolaan antara lain:

1) Perencanaan (planning) 2) Pelaksanaan (implementing) 3) Pengawasan (controlling)

4) Laporan dan Evaluasi (evaluating)

Berdasarkan beberapa rumusan fungsi pengelolaan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pada dasarnnya rumusan tersebut hanya berkisar pada empat fungsi sebagaimana yang dirumuskan oleh George R. Terry. Fungsi pengelolan dalam teori George R. Terry dapat diuraikan sebagai berikut:

a). Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah fungsi yang sangat vital yang bukan hanya tugas seorang pemimpin tetapi juga harus melibatkan setiap orang dalam sebuah organisasi guna menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mencapainya. Batasan atau pengertian perencanaan bermacam-macam sesuai dengan pendapat para ahli sebagai berikut:

1) Menurut Siagian (2004:33), menjelaskan bahwa perencanaan (planning) adalah keseluruhan proses perkiraan dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, perencanaan juga diartikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dimana menyangkut tempat, oleh siapa pelaku itu atau pelaksana dan bagaimana tata cara mencapai tujuan itu. Perencanaan merupakan suatu proses mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk dilakukanya tindakan dalam mencapai tujuan organisasi, dengan dan tanpa menggunakan sumber-sumber yang ada. Adapun aspek perencanaan meliputi:

a). Apa yang dilakukan? b). Siapa yang melakukan? c). Di mana akan melakukan?

d). Apa saja yang diperlikan agar tercapainya tujuan dapat dilakukan? e). Bagaimana melakukannya?


(48)

2) Menurut Manulang (2007: 51) mendefinisikan bahwa perencanaan adalah apa yang harus dicapai (penentuan waktu secara kuantitatif) dan bila hak itu harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggung jawab, dan mengapa harus dicapai. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses perumusan tentang apa yang akan dilakukan dan dan bagaimana pelaksanaannya.

3) Menurut Martoyo (1998:47) menjelaskan bahwa kunci keberhasilan dalam suatu pengelolaan atau manajemen tergantung atau terletak pada perencanaanya. Perencanaan merupakan suatu proses dan kegiatan pimpinan (manager) yang terus menerus, artinya setiap kali timbul sesuatu yang baru. Perencanaan merupakan langkah awal setiap pengelolaan. Perencanaan merupakan kegiatan yang akan dilakukan di masa depan dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Sebuah perencanaan yang baik adalah yang rasional, dapat dilaksanakan dan menjadi panduan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan tersebut sudah mencapai permulaan pekerjaan yang baik dari proses pencapaian tujuan organisasi. Berdasarkan uraian tersebut, perencanaan pada hakekatnya merupakan proses pemikiran yang sistematis, analisis, dan rasional untuk menentukan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukanya, siapa pelaksananya, dan kapan kegitan tersebut harus dilakukan.

b). Pelaksanaan (implementing)

Menurut George R. Terry dalam Sarwoto (2008:14) yang dimaksud dengan pelaksanaan adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha organisasi. Pelaksanaan dilakukan setelah fungsi perencanaan, agar pelaksanaan berjalan sesuai dengan perencanaan maka sangat ditekankan pada bagaimana cara atau strategi seorang pemimpin pegawainya. Hal ini sangat penting untuk menghindari agar bawahan tidak melaksanakan tugasnya di bawah tekanan atau paksaan tetapi atas dasar pilihan sadar dengan penuh tanggungjawab.


(49)

c). Pengawasan (Controlling)

Pengawasan merupakan suatu bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak yang dibawahnya. Istilah pengawasan dalam bahasa indonesia asal katanya adalah “awas” sehingga pengawasan merupakan kegiatan mengawasi, dalam arti melihat sesuatu dengan seksama. Pengertian pengawasan menurut George R. Terry dalam Sarwoto (2008:22) yaitu:

Pengawasan merupakan suatu upaya agar apa yang telah direncanakan sebelumnya diwujudkan dalam waktu yang telah ditentukan serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kesulitan dalam pelaksanaannya, sehingga berdasarkan pengamatan-pengamatan tersebut dapat diambil suatu tindakan tertentu guna memperbaikinya, demi tercapainya tujuan.

Menurut Sarwoto (2008:26) Pengawasan atau kontrol yang merupakan bagian terakhir dari fungsi pengelolaan dilaksanakan untuk mengetahui:

1). Apakah semua kegiatan telah dapat berjalan sesuai dengan rencana sebelumnya.

2). Apakah didalam pelaksanaan terjadi hambatan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang, penyimpangan dan pemborosan.

3). Untuk mencegah terjadinya kegagalan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang penyimpangan, dan pemborosan.

4). Untuk meningkatkan efisien dan efektifitas organisasi. Tujuan pengawasan menurut Sarwoto (2008:31) adalah:

1). Menentukan dan menghilangkan sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan sebelum kesulitan itu terjadi.

2). Mengadakan pencegahan dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi.

3). Mendapatkan efisiensi dan efektifitas.

d) Laporan dan Evaluasi (evaluating)

Laporan dan evaluasi merupakan kegiatan membandingkan, mengukur yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma standar atau


(50)

rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya. Menurut Lester dan Stewart dalam Agustino (2008:185) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu dari proses untuk menilai apakah tujuan kegiatan yang dilaksanakan telah tercapai atau tidak. Tetapi evaluasi tidak hanya sekedar mengahasilkan sebuah kesimpulan mengenai tercapai atau tidaknya suatu kegiatan atau masalah telah terselesaikan, tetapi evaluasi juga berfungsi sebagai klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang membantu dalam penyesuaian dan perumusan masalah pada proses kegiatan selanjutnya.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per / 15 / M.Pan / 7 / 2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi menyebutkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan menilai hasil suatu kegiatan yang sedang atau sudah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini berbeda dengan monitoring dimana monitoring dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan.

Menurut Agustino (2008:186) mengatakan bahwa evaluasi merupakan aktivitas fungsional, kegiatan pemberian nilai atas suatu fenomena, yang di dalamnya terkandung pertimbangan nilai (value judgement tertentu). Fenomena yang dinilai adalah berbagai fenomena mengenai tujuan dan sasaran, kelompok sasaran yang ingin dipengaruhi, instrumen yang dipergunakan, respons dari lingkungan, kinerja yang dicapai.


(51)

Selanjutnya, menurut Martoyo (1998:68), menjelaskan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan apa yang harus dikerjakan, apa yang sedang dikerjakan, nilai proses dan hasil pelaksanaan pekerjaan atau tugas, melakukan koreksi-koreksi atas kesalahan-kesalahan atau sesuai rencana sebagainya.

C. Tinjauan tentang Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, yang mencerminkan aspek dinamis dari suatu perekonomian yang mengambarkan bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Teori pertumbuhan menurut Nurlina (2004:20) para ekonom mempunyai pandangan yang berbeda tentang proses pertumbuhan suatu perekonomian sebagai berikut:

a) Teori Pertumbuhan Klasik

Menurut Adam Smith dalam Nurlina (2004:25) adalah ahli ekonomi klasik yang pertama kali mengemukakan pentingnya kebijaksanaan laisezfaire (kebijaksanaan pajak dan zakat) atas sistem dan mekanisme untuk memaksimalkan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Adam Smith mengemukakan bahwa faktor manusia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi adalah dengan melakukan spesialisasi dalam meningkatkan produktivitas. Pertumbuhan ekonomi dapat tercapai akibat adanya pembentukan akumulasi modal yang bersumber dari adanya surplus dalam ekonomi.


(52)

b) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Menurut Joseph Schumpeter dalam Nurlina (2004:29) perkembangan ekonomi dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

1). Adanya akumulasi kapital yang merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi;

2). Perkembangan merupakan proses gradual

3). Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif; 4). Adanya pemikiran yang optimis terhadap perkembangan; 5). Aspek internasional merupakan faktor bagi perkembangan.

Menurut paham neo-klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan. Pada tingkat teknologi tertentu, tingkat bunga akan menentukan tingkat investasi. Apabila permintaan terhadap investasi berkurang maka tingkat bunga akan turun dan hasrat menabung turun. Dalam hal ini perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan pendapatan nasional (Nurlina, 2004:31).

c) Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

Menurut Rostow dalam Nurlina (2004:37) pembangunan ekonomi adalah suatu transformasi dari suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern melalui tahapan sebagai berikut:

1). Masyarakat tradisional (the traditional society); 2). Prasyarat lepas landas (the precondition for take-off); 3). Lepas landas (the take-off);

4). Tahap kematangan (the drive to maturity);


(53)

Pertumbuhan ekonomi sebagai kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh atas dasar kemajuan teknologi, institusional dan ideologi yang diperlukannya.

2. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu (Nurlina, 2004:39).

Dalam konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah, yang menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan perekonomian daerah. Dengan menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai keberhasilan pembangunan di suatu daerah, yang memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang mewakili peningkatan produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada (Nurlina, 2004:41).

Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep regional, pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh besarnya tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah yang diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah Provinsi, Kabupaten atau Kota


(54)

gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi yang meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya.

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor. Sedangkan pertumbuhan ekonomi daerah dirumuskan sebagai berikut:

PDRBt - PDRBt-1

PED = x 100

PDRBt-1 Keterangan;

PED = Pertumbuhan Ekonomi Daerah

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto Periode Tertentu PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto Periode Sebelumnya

Analog dengan keseimbangan pendapatan nasional, keseimbangan pendapatan regional daerah atau PDRB dipengaruhi oleh pendapatan pemerintah daerah dan belanja pemerintah daerah. Pendapatan daerah dibedakan menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer (PT), Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (LPYS). Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa kinerja keuangan daerah digambarkan oleh realisasi pendapatan daerah dan realisasi belanja daerah.


(55)

3. Konsep Desentralisasi Fiskal dalam Pendapatan Perekonomian Daerah Secara garis besar pengelolaan keuangan daerah meliputi 2 (dua) bidang pokok, yaitu pengelolaan pendapatan daerah dan pengelolaan belanja daerah. Sumber-sumber pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Sedangkan belanja daerah menurut sasaran alokasinya terdiri dari belanja operasi, belanja modal dan belanja tak terduga. Komponen-komponen Pendapatan Daerah adalah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah (Nurlina, 2004:52).

Desentralisasi fiskal adalah salah satu jenis desentralisasi selain desentralisasi politik, desentralisasi politik dan desentralisasi ekonomi. Tanggungjawab keuangan adalah komponen inti dari desentralisasi fiskal, dimana fungsi desentralisasi akan berjalan efektif jika ada anggaran yang cukup untuk mendukungnya. Adirinekso dalam Nurlina (2004:59) menyebutkan ada beberapa bentuk desentralisasi fiskal yaitu :

a. Pembiayaan sendiri atau pengembalian biaya melalui pajak.

b. Pengaturan pembiayaan atau produksi antar pengguna dalam menyediakan infrastruktur melalui kontribusi tenaga kerja dan uang.

c. Perluasan penerimaan lokal melalui pajak kepemilikan dan penjualan serta pungutan tidak langsung.

d. Adanya dana transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. e. Kewenangan daerah untuk mengelola pinjaman daerah.

Menurut Jones sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Oleh karena itu, anggaran daerah harus mampu secara optimal difungsikan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan


(56)

pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktifitas dari berbagai unit kerja (Nurlina, 2004:63).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.

Melihat sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Oleh karena itu ada 3 (tiga) bentuk kebijakan anggaran atau politik anggaran yang dapat dilakukan sesuai kondisi perekonomian daerah, sebagai:

1). Anggaran defisit (defisit budget) atau disebut juga kebijakan fiskal ekspansif yaitu suatu bentuk kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.

2). Anggaran surplus (surplus budget) atau disebut juga kebijakan fiskal kontraktif yaitu suatu bentuk kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Sebaiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang


(57)

ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.

3). Anggaran berimbang (balanced budget), yaitu suatu bentuk kebijakan anggaran di mana pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa kebijakan fiskal adalah kebijakan yang tidak terlepas dari kebijakan anggaran dengan titik berat pada kebijakan penerimaan dan pengeluaran. Dari sisi kebijakan penerimaan misalnya, selain upaya meningkatkan PAD, pemerintah daerah juga diharapkan mampu mengelola seluruh pendapatan dan pengeluaran atau belanja daerahnya. Hal ini dapat dinyatakan sebagai suatu prestasi dan merupakan salah satu ukuran kinerja pemerintah daerah tersebut. Ukuran kinerja dari sisi ini dilihat dengan membandingkan antara rencana atau target pendapatan maupun realisasinya.

D. Tinjauan tentang Keuangan Daerah

Keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dikuasai oleh Negara atau Daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku (Halim, 2004:32).

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak


(1)

139

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap temuan peneliti di lapangan tentang Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandar Lampung Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa :

1). Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung pada hakikatnya sudah melaksanakan peranannya sesuai tugas pokok dan fungsinya dalam pengelolaan PAD Tahun 2013 meliputi perencanaan target PAD, pelaksanaan pemungutan, pengawasan atas penaatausahaan, evaluasi dan pelaporan sebagaimana diatur dalam Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 63 Tahun 2011 namun belum maksimal, hal ini terbukti dari SDM aparatur Dispenda Kota Bandar Lampung masih sangat lemah dan kurang disiplin, Regulasi tentang PAD yang belum tepat dan masih perlu dispesifikasikan yang berakibat tumpang tindih pemungutan pada objek retribusi yang sama dengan SKPD lain, pemetaan potensi PAD tidak dikaji ulang sesuai dengan kondisi objektif di lapangan sehingga target TA 2013 tidak tercapai. Selain itu, sarana dan prasarana serta tingkat kesadaran masyarakat yang kurang juga berpengaruh pada tingkat ketercapaian target PAD.


(2)

140

2). Faktor-faktor penghambat peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 antara lain:

a) SDM aparatur Dispenda Kota Bandar Lampung masih sangat lemah dan kurang disiplin sehingga berimbas pada rendahnya kedisiplinan waktu dan kedisiplinan kerja.

b) Regulasi tentang PAD yang belum tepat dan masih perlu dispesifikasikan.

c) Pemerintah Kota Bandar Lampung menetapkan Target PAD Tahun Anggaran 2013 terlalu tinggi yakni sebesar Rp. 418.111.740.815 dan tidak dikaji ulang pemetaan potensi PAD sesuai dengan kondisi objektif di lapangan.

d) Sarana dan Prasarana seperti fasilitas perangkat lunak, fasilitas Ruang kerja yang terlalu sempit, kendaraan operasional pengawasan dan sebagainya.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang peneliti kemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan di instansi Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung saran-saran tersebut antara lain:

1. SDM aparatur Dispenda Kota Bandar Lampung dan tingkat kedisiplinan kerja perlu ditingkatkan. Kualitas SDM aparatur Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung penting untuk diperhatikan karena berbanding lurus dengan hasil kerja, selain itu pengawasan terhadap petugas UPTD yang tersebar di 20 Kecamatan se-Kota Bandar Lampung perlu dilakukan secara rutin dengan survei data langsung ke lapangan.

2. Pemerintah Kota Bandar Lampung perlu melakukan diregulasi tentang PAD dan perlu dispesifikasikan sehingga tidak terjadi tumpang tindih


(3)

141

kegiatan pemungutan pada objek retribusi yang sama dengan SKPD lain yang memiliki ruang kerja berbeda.

3. Dispenda perlu lebih menggali sumber-sumber PAD dengan merumuskan langkah-langkah strategis untuk mengekstensifikasi sumber-sumber PAD baru yang belum ditetapakan dalam Peraturan Daerah dengan melihat akurasi data lapangan (pengkajian ulang pemetaan potensi PAD).

4. Dispenda Kota Bandar Lampung sebaiknya menambah sarana dan prasarana seperti fasilitas perangkat lunak, memperluas fasilitas Ruang kerja agar kondusif, kendaraan operasional pengawasan dan sebagainya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku/Literatur :

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta.

Arif, Ishak. 2009. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

Nurlina. 2004. Ekonomi Pembangunan (Dana Perimbangan dan Keuangan Daerah), Jakarta. Bentang Pustaka.

Darise, N. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah: Pedoman Untuk Eksekutif dan Legislatif, Rangkuman 7 UU, 30 PP dan 15 Permendagri. Jakarta. Indeks Jakarta. Fakrulloh, Z.A., Eko, S., dan Saragi, T. P. 2004. Kebijakan Desentralisasi di

Persimpangan Jalan. Jakarta. CV. Cipruy.

Halim, A. 2004. Akuntansi Pendapatan Daerah, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta. Salemba Empat.

Kimball, S., dan Kimball Jr, D.S. 1994. Manajemen Pelayanan Masyarakat. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Manulang, M. 2007. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Martoyo, S. 1998. Pengetahuan Dasar Manajemen Dan Kepemimpinan. Yogyakarta: BPFE.

Muluk, K. 2007. Model Peran Pemerintah Daerah, Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Malang. Bayumedia Publishing.

Sarwoto. 2008. Dasar-Dasar Organisasi Dan Manajemen. Jakarta. Ghalia Indonesia. Siagian, S.P., 2004, Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung Agung.

Siahaan, M. P. 2005. Pajak daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.


(5)

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian. Jakarta. Pustaka Media.

Soekanto, S. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Press. Sunarto, 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: Pustaka.

Sutopo. 2001. Administrasi Manajemen Dan Organisasi. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara RI.

Syaukani, dkk. 2005. Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Cetakan ke-6. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Undang-Undang:

Undang-Undang dasar 1945 dan Amandemen dilengkapi Profile Kabinet Indonesia Bersatu 2009-2014.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah.

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah derta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


(6)

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per / 15 / M.Pan / 7 / 2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi.

Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007 Tanggal 6 Desember 2007 tentang Rincian Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota Tahun 2008.

Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tanggal 24 Desember 2008 tentang Rincian Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2009.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dokumen Lain

http://www. 017-implementasi-peraturan-daerah-kota.html http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.html.

http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/konsep-diri-peran.html. http:// www.lampungpost.co.id

http://www.kompas.com/kompas cetak/0307/01/daerah/401669.htm http://www.ochansangadji.co.nr