Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Lampung di bidang pendapatan daerah. Pendapatan daerah merupakan unsur pokok dalam keuangan daerah. Peranan Dinas Pendapatan Daerah Dispenda Kota Bandar Lampung dalam Tahun Anggaran 2013 pada dasarnya sudah dilaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsinya namun belum maksimal. Hal ini terbukti dari target penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD dengan realisasinya tidak mencapai target sebagaimana dikutip dari sumber media masa Lampung Post Online sebagai berikut: Bandar Lampung Lampost.Co: Realisasi Pendapatan Asli Daerah PAD Pemerintah Kota Pemkot Bandar Lampung pada Tahun 2013 tidak mencapai target. PAD secara keseluruhan Tahun 2013 mencapai Rp 374,096 miliar. Kemudian pada APBD Perubahan Tahun Anggaran 2013, PAD ditingkatkan dan ditargetkan mencapai Rp 418,1 miliar lebih. Pada akhir Desember 2013 atau sampai pada triwulan keempat, PAD Kota Bandar Lampung mencapai sekitar Rp 356,6 miliar lebih atau sekitar baru 86,01 persen dari target yang ditentukan sebesar Rp 418,1 miliar. “PAD kita baru mencapai sekitar Rp 356,6 miliar atau sekitar 86,01 persen , memang tidak mencapai target”, kata Wali Kota Bandar Lampung Herman HN, usai peresmian fly over Gajah Mada – Ir. Djuanda. Menurut Herman, tak tercapainya target PAD Tahun Anggaran 2013 dikarenakan PAD di beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah tak tercapai. Selain itu, lonjakan atau peningkatan target PAD di beberapa sektor memang tinggi. Karena ada beberapa Satker yang PAD-nya memang stagnan berhenti, kalau sudah seperti itu, mau di apain lagi, serta ada beberapa kendala lainnya. Dan kedepan akan kita evaluasi, ungkapnya. Namun menurut Herman, kedepan atau pada Tahun Anggaran 2014 mendatang, pihaknya optimis dan tetap akan berupaya maksimal dalam merealisasikan PAD ini agar mencapai target atau over target. Ya ke depan, pada tahun 2014 akan kita maksimalkan kinerja satker-satker agar PAD kita mencapai target di semua sektor. Karena target PAD kita Tahun 2014 sekitar Rp 438 miliar, kata wali kota kesepuluh di Bandar Lampung ini http:lampost.coberitapad-bandar- lampung-tak-capai-target, diakses tanggal 28 Maret 2014, pukul 19:45 WIB. Merujuk pada sumber media masa tersebut bahwa dalam pencapaian target PAD pada Tahun Anggaran 2013 Kota Bandar Lampung tidak tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa upaya Dinas Pendapatan Daerah Dispenda Kota Bandar Lampung dalam pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya belum berjalan maksimal. Pengelolaan PAD oleh Dinas Pendapatan Daerah Dispenda Kota Bandar Lampung Tahun 2013 masih mengalami berbagai permasalahan dalam pencapaian target penerimaan Pendapatan Asli Daerah sehingga tidak mampu mencapai target yang ditetapkan dalam APBD-P. Hal ini berarti bahwa selain defisit, realisasi penerimaan PAD pada Tahun Anggaran 2013 menurun dibandingkan dengan Tahun Anggaran sebelumnya. Dinas Pendapatan Daerah Dispenda Kota Bandar Lampung memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan PAD. Berdasarkan data dari Dinas Pendapatan Daerah Dispenda Kota Bandar Lampung berikut ini dapat dilihat bahwa Realisasi Pendapatan tidak mencapai dari target yang sudah ditentukan sehingga terjadi defisit realisasi penerimaan dalam pengelolaan PAD dalam Tahun Anggaran 2013 dalam tabel berikut: Tabel 1. Pencapaian Target, Realisasi, dan Sisa PAD Tahun Anggaran 2013 No Tahun Anggaran Target dalam APBD-P Realisasi Pendapatan Keterangan 1. 2013 Rp.418.111.740.815 Rp.359.628.303.287 Defisit Rp.58.483.437.527 Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan Pendapatan SIAPPAD Daerah Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 2013 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa pada Tahun Anggaran 2013, target PAD Kota Bandar Lampung tidak tercapai dan mengalami defisit. Jumlah Satuan Kerja Perangkat Daearah SKPD yang ada di Kota Bandar Lampung adalah 22 SKPD. Masing-masing SKPD itu dalam melaksanakan fungsi pengelolaannya dibantu dengan UPTD SKPD yang bersangkutan, sehingga dalam hal terjadi defisit maka perlu dilakukan peningkatan dari sektor yang masih sangat rendah dalam memenuhi pencapaian target PAD. Dinas Pendapatan dalam menjalankan peranannya memiliki UPTD di setiap kecamatan yang diberikan kewenangan dalam pengelolaan PAD khususnya dalam pemungutan PAD dari beberapa jenis PAD seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Retribusi Pasar serta PBB sektor Pedesaan atau Perkotaan. Sumber-sumber penerimaan PAD berasal dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-Lain PAD yang Sah. Adapun Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut: Tabel 2. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 NO SKPD Target Dalam APBD-P Realisasi Pendapatan Persentase Realisasi Pendapatan Jumlah Sisa LebihKurang Ket 1 Dinas Pendapatan Daerah Rp.264.651.003.114 Rp.238.118.796.465 89,97 Rp.26.532.206.648 Defisit 2 Dinas Perhubungan Rp.5.364.247.192 Rp.2.527.275.700 47,11 Rp.2.836.971.492 Defisit 3 BPPLH Rp.1.500.840.000 Rp.2.008.965.167 133,86 Rp.508.125.167 Surplus Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan Pendapatan SIAPPAD Daerah Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 2013 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni Dinas Pendapatan Daerah yang bersumber dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Retribusi Pasar serta PBB sektor Pedesaan atau Perkotaan sedangkan Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah SKPD tingkat ke dua yakni Dinas Perhubungan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya dan sebagainya. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak SKPD terkecil yakni BPPLH namun SKPD dengan ketercapaian target dan realisasi Penerimaan PAD hanya dicapai oleh BPPLH dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 133,86 selain itu SKPD lain juga masih belum tercapai sebagaimana diuraikan dalam lampiran data Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Tahun Anggaran 2013. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut: Tabel 3. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 NO SKPD Target Dalam APBD-P Realisasi Pendapatan Persentase Realisasi Pendapatan Jumlah Sisa LebihKurang Ket 1 Dinas Perhubungan Rp.10.411.983.912 Rp.7.810.133.930 75,01 Rp.2.601.849.982 Defisit 2 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Rp.8.501.000.000 Rp.4.183.421.000 49,21 Rp.4.317.579.000 Defisit 3 Dinas Pengelolaan Pasar Rp.4.600.000.000 Rp.3.640.386.025 79,14 Rp.959.613.975 Defisit 4 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Rp.50.000.000 Rp.55.355.000 110,71 Rp.5.355.000 Surplus 5 Dinas Pekerjaan Umum Rp.259.728.000 Rp.252.637.050 97,25 Rp.7.142.950 Defisit 6 BPKAD Rp.74.500.000 Rp.121.039.000 162,47 Rp.46.539.000 Surplus 7 Dinas Kelautan dan Perikanan Rp.126.000.000 Rp.23.080.000 18,32 Rp.102.920.000 Defisit 8 Dinas Pendidikan Rp.30.024.000 Rp.42.563.200 141,76 Rp.12.539.200 Surplus 9 Dinas Pertanian Rp.260.000.000 Rp.250.382.000 100,15 Rp.382.000 Defisit 10 Badan Penanaman Modal dan Perizinan Rp.49.564.250.000 Rp.34.122.201.192 68,84 Rp.15.442.048.807 Defisit 11 Dinas Koperindag Rp.26.250.000 Rp.48.100.000 183,24 Rp.21.850.000 Surplus Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan Pendapatan SIAPPAD Daerah Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 2013 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni Badan Penanaman Modal dan Perizinan yang bersumber dari retribusi kepengurusan perizinan umum, retribusi penanaman modal asing dan sebagainya. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Perhubungan yang bersumber dari retribusi angkutan umum dan jalan raya, retribusi parkir sebagainya. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang bersumber dari retribusi kebersihan dan sampah, retribusi tata kota dan sebagainya. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Pengelolaan Pasar yang bersumber dari retribusi pasar. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang bersumber dari retribusi pencatatan dan akta kelahiran. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Pekerjaan Umum yang bersumber dari retribusi pembangunan. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi BPKAD yang bersumber dari retribusi asset daerah. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Kelautan dan Perikanan yang bersumber dari retribusi pengolahan kekayaan laut. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Dinas Pertanian yang bersumber dari retribusi hasil pengolahan pertanian. Realisasi Penerimaan PAD terkecil SKPD yakni Dinas Kelautan dan Perikanan. SKPD dengan ketercapaian target dan realisasi Penerimaan PAD dicapai oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 110,71 dan Dinas Pendidikan dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 141,76 serta Dinas Koperindag dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 183,24 sedangkan SKPD lain masih belum tercapai sebagaimana diuraikan dalam lampiran data Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2013. Selanjutnya Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut: Tabel 4. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 NO SKPD Target Dalam APBD-P Realisasi Pendapatan Persentase Realisasi Pendapatan Jumlah Sisa LebihKurang Ket 1 PD Bank Pasar Rp.5.550.000.000 Rp.5.568.508.701 100,33 Rp.18.508.701 Surplus 2 PT. Bank Lampung Rp.2.400.000.000 Rp.2.418.737.568 100,78 Rp.18.737.568 Surplus 3 PDAM Rp.250.000.000 Rp.250.000.000 100,00 Rp.0 Balance Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan Pendapatan SIAPPAD Daerah Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 2013 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni PD Bank Pasar yang bersumber dari pengelolaan asset PD Bank Pasar. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan SKPD PT. Bank Lampung yang bersumber dari pengelolaan asset PT. Bank Lampung sedangkan dan terkecil SKPD yakni PDAM. Dalam hal ini seluruh SKPD mengalami ketercapaian target sebagaimana diuraikan dalam lampiran data Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Tahun Anggaran 2013. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut: Tabel 5. Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 NO SKPD Target Dalam APBD-P Realisasi Pendapatan Persentase Realisasi Pendapatan Jumlah Sisa LebihKurang Ket 1 Sekretariat Kota Rp.136.762.500 Rp.892.177.390 652,36 Rp.18.508.701 Surplus 2 BPKAD Rp.12.934.300.000 Rp.11.411.472.286 88,23 Rp.1.522.827.713 Defisit 3 Dinas Pengelolaan Pasar Rp.26.674.192.000 Rp.16.723.061.000 62,69 Rp.9.951.131.000 Defisit 4 BLUD Rp.24.596.608.097 Rp.25.849.692.680 105,09 Rp.1.253.084.583 Surplus Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan Pendapatan SIAPPAD Daerah Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 2013 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa Realisasi Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni BLUD sedangkan dan terkecil SKPD yakni BPKAD. SKPD dengan ketercapaian target dan realisasi Penerimaan PAD dicapai oleh Sekretariat Kota Bandar Lampung dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 652,36 dan BLUD dengan Persentase Realisasi Pendapatan sebesar 105,09 sedangkan SKPD lain masih belum tercapai. Capaian target dan realisasi penerimaan PAD untuk tingkat Kecamatan dari berbagai sektor PAD hingga 30 Desember 2013 dengan ketercapaian terbesar terdapat di Kecamatan Tanjung Karang Pusat sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 6. Realisasi Penerimaan PAD Kecamatan Tanjungkarang Pusat per 30 Desember 2013 NO Kelurahan Target Dalam APBD-P Realisasi Pendapatan Persentase Realisasi Pendapatan 1 Durian Payung Rp.1.068.152.672 Rp.708.913.195 75 2 Gotong Royong Rp.729.831.423 Rp.464.224.976 60 3 Palapa Rp.387.732.732 Rp.204.008.213 54 4 Kaliawi Rp.279.290.985 Rp.100.625.034 40 5 Kelapa Tiga Rp.838.529.739 Rp.550.548.110 68 6 Pasir Gintung Rp.330.126.957 Rp.211.054.680 72 7 Kaliawi Persada Rp.408.627.776 Rp.225.013.456 60 JUMLAH Rp.4.042.292.284 Rp.2.464.387.664 66 Sumber: Laporan Target dan Realisasi PAD Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bulan Januari smapai Desember 2013 Merujuk pada data-data Dinas Pendapatan Daerah Dispenda Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa peran Dispenda Kota Bandar Lampung masih belum maksimal dalam melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi PAD. Intensifikasi merupakan suatu kegiatan peningkatan intensitas terhadap suatu subyek dan obyek PAD yang potensial namun belum tergarap atau terjaring serta memperbaiki kinerja peningkatan PAD. Ekstensifikasi yaitu upaya memperluas subyek dan obyek PAD potensial serta penyesuaian tarif pajak dan retribusi daerah. Sumber-sumber PAD yang bisa dioptimalkan seperti pariwisata, hiburan, peningkatan jumlah wajib pajak, pajak barang mewah, home industry perdagangan, retribusi daerah dan sebagainya, jika dikelola secara maksimal akan membantu mempercepat pertumbuhan perekonomian yang akan menambah jumlah objek PAD. Sektor hiburan yang terus meningkat di Kota Bandar Lampung dapat menambah jumlah objek PAD seperti tempat-tempat hiburan dan rekreasi, para pengusaha hiburan untuk melaksanakan usahanya pasti mengurus Surat Izin Usaha dan dokumen-dokumen lain yang dikenakan pajak maupun retribusi. Kota Bandar Lampung yang memiliki banyak kekayaan sumber daya alam, pengelolaan kekayaan alam itu berbanding lurus dengan peningkatan jumlah wajib pajak dan retribusi daerah. Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung sebagai salah satu SKPD memiliki peran penting untuk memaksimalkan pengelolaan keuangan daerah hasil penerimaan dari sumber-sumber PAD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti memandang perlu mengkaji lebih lanjut berbagai masalah pengelolaan PAD, sehingga peneliti menganggap perlu diadakan penelitian mengenai “Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah PAD di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013? 2. Apakah faktor-faktor penghambat Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui Peranan Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013 dan faktor-faktor penghambatnya.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, menjadi bahan referensi dalam ilmu pemerintahan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu tentang manajemen pemerintahan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah PAD di Kota Bandar Lampung.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintahan Kota Bandar Lampung khususnya Dinas Pendapatan dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah PAD.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Peranan

1. Pengertian Peranan

Definisi peranan role merupakan proses dinamis kedudukan, yakni apabila organisasi melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Pengertian peranan menurut Soekanto berarti suatu fungsi yang dibawakan organisasi ketika menduduki jabatan tertentu, organisasi dapat menjalankan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut Soekanto, 2009:73. Pengertian peranan menurut R. Linton adalah “the dynamic aspect of status” yakni, organisasi menjalankan perannya sesuai hak dan kewajibannya. Menurut Biddle dan Thomas, menjelaskan bahwa peran adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan organisasi yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat organisasi dalam masyarakat Soekanto, 2009:82. Menurut Levinson mengemukakan bahwa peranan dapat mencakup tiga hal yaitu: a Norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat organisasi dalam masyarakat. Peranan arti ini merupakan rangkaian peraturan- peraturan dalam kehidupan kemasyarakatan. b Suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. c Sebagai perilaku organisasi yang penting bagi struktur sosial masyarakat Soekanto, 2009:87. Menurut Merton mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari organisasi yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran role-set. Perangkat peran merupakan kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh organisasi karena menduduki status- status sosial khusus Soekanto, 2009:91. Berdasarkan beberapa definisi peranan menurut para ahli tersebut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan adalah tindakan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan merupakan tindakan organisasi untuk menjalankan tugas dan kewajibannya dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Teori-Teori Peranan

a. Teori Peranan dalam Ilmu Sosial Teori peranan dalam ilmu sosial, menekankan pada fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut. Dalam konsep sederhana, seorang pemimpin adalah orang yang menjalankan amanat dan memberikan kesejahteraan sosial terhadap masyarakat. Peranan tersebut dalam pandangan masyarakat adalah suatu bentuk kebijakan seorang pemimpin yang melaksanakan tugasnya Soekanto, 2009:93. b. Teori Peranan dalam Hubungan dengan Kinerja Teori peranan dalam hubungan dengan kinerja menurut pendapat David Berry menjelaskan bahwa organisasi diharapkan menjalankan kewajiban- kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Konsep dalam teori ini seperti lembaga pemerintah yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan tujuan dan harapan sebagaimana peranan yang dipegang oleh lembaga pemerintah tersebut Soekanto, 2009: 94. Menurut Soekanto 2009:95 Peranan dalam hubungan dengan kinerja terdapat dua macam harapan, yaitu: 1 harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. 2 harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat. c. Teori Peranan dalam Perspektif Sosiologi Peranan dalam Perspektif Sosiologi menurut Robert M. Z. Lwang bahwa peranan dipandang sebagai suatu pola perilaku yang diharapkan dari sesorang yang memiliki status atau posisi tertentu dalam organisasi. Dalam perspektif Sosiologi, Antropologi dan Psikologi Sosial, peran role merupakan sebuah bangunan teori tersendiri yang disebut dengan Role