38
c. Bertanggung jawab terhadap hasil penjualan barang gadai
Pasal 1159 KUHPerdata; d.
Kreditur wajib mengembalikan benda gadai setelah hutang pokok, bunga, biaya atau ongkos untuk penyelamatan
benda yang bersangkutan telah dibayar lunas
6. Terjadinya Perjanjian Gadai
Sebelum dapat dibuatkan suatu perjanjian gadai, terlebih dahulu harus dibuat suatu perjanjian kredit yang
merupakan perjanjian pokoknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gadai berkedudukan sebagai perjanjian
ikutanacessoir. Jadi konsekuensinya adalah jika perjanjian pokok berakhir, maka hak acessoir berakhir pula. Menurut
Pasal 1153
KUHPerdata gadai
dianggap lahir
dengan penyerahan kekuasaan bezit atas barang yang dijadikan
tanggungan kepada kreditur penerima gadai atau kepada pihak ketiga yang disetujui oleh kreditur dan debitur. Penyerahan
kekuasaan ini oleh Undnag-undang dianggap sebagai syarat mutlak untuk lahirnya gadai.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
39
7
.
Berakhirnya Perjanjian Gadai
Hak gadai hapus apabila: a.
Perikatan pokok yang menjadi dasar gadai hapus. Ini sesuai dengan sifat accessoir daripada gadai,
sehingga nasibnya
bergantung kepada
perikatan pokoknya. Perikatan pokok hapus antara lain dengan
pelunasan, kompensasi,
novasi dan
penghapusan utang.
b. Benda jaminan terlepas dari kekuasaan pemegang
gadai. Tetapi pemegang gadai masih mempunyai hak untuk menuntutnya kembali dan kalau berhasil, maka
undang-undang menganggap perjanjian gadai tersebut tidak pernah terputus.
c. Benda jaminan hapus musnah.
d. Benda gadai terlepas secara sukarela.
e. Terjadi percampuran, yaitu dalam hal pemegang gadai
menjadi pemilik barang gadai tersebut. Eksekusi terhadap barang gadai dapat dilaksanakan
apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya atau apa yang disebut wanprestasi. Dalam keadaan demikian,
dengan penjabaran yang telah diuraikan terdahulu,
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
40
maka kreditur berdasarkan undang-undang berhak untuk melakukan apa yang disebut “parate eksekusi”, yaitu
eksekusi serta merta yang bahkan dapat dilaksanakan tanpa perantaraan hakim.
41
C. EKSEKUSI PERJANJIAN GADAI
Dalam hal eksekusi perjanjian gadai ini maka tidak terlepas untuk melihat peraturan atau pasal-pasal yang
mengaturnya. Menurut Pasal 1155 KUHPerdata dijelaskan ketentuan
mengenai Parate Ekekusi, yaitu suatu eksekusi penjualan atas benda gadai tanpa perantaraan hakim dalam hal si
pemberi gadai cidera janji yang dilakukan dengan maksud untuk
melunasi perikatan
pokok dari
gadai yang
bersangkutan. Eksekusi macam ini dilakukan berdasarkan undang-undang dan hanya jika tidak diperjanjikan lain dalam
perjanjian gadai yang bersangkutan. Cidera janjinya si pemberi gadai berdasarkan Pasal 1155
ayat 1 diatas dapat disimpulkan terjadi karena:
41
J. Satrio c, Eksekusi Gadai Berdasarkan Pasal 1155 dan 1156 BW, Makalah disampaikan pada seminar Aspek Hukum Jaminan Dalam
Corporate Financin oleh Perbankan di Indonesia, Depok, 17 Juli 2006.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
41
1. Lewatnya waktu yang diperjanjikan, sipemberi gadai tidak juga membayar melunasi utangnya, atau
2. Jika mengenai lewatnya waktu sebelumnya tidak diperjanjikan, maka cidera janji terjadi jika si
pemberi gadai tidak juga melakukan pembayaran sekalipun telah diberikan sutu peringatan somasi
untuk membayar. Dalam suatu parate eksekusi ini sendiri terdapat dua
cara untuk melakukan eksekusi yaitu : 1
Untuk benda-benda yang umum selain benda-benda yang
diperjual belikan
di pasar
atau bursa.Eksekusi di muka umum ini harus dilakukan
menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku vide Pasal 1155
ayat 1 KUHPerdata. 2
Untuk benda-benda yang diperjual belikan di pasar atau bursa, seperti barang komoditi dan efek-efek,
maka penjualannya harus dilakukan di tempat-tempat tersebut, dengan syarat dilakukan dengan perantara
setidak-tidaknya dua makelar yang ahli dalam perdagangan benda-benda itu vide Pasal 1155 ayat
2 KUHPerdata.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
42
Eksekusi perjanjian gadai dapat pula dilaksanakan berdasarkan Pasal 1156 ayat 1 KUHPerdata yang mengatur
mengenai Riele Executie atau disebut juga eksekusi riil. Yang dimaksud dengan eksekusi riil dalam hal ini adalah
eksekusi penjualan atas benda gadai yang dapat dilakukan oleh si penerima gadai dengan meminta pertimbangan
hakimpengadilan. Dalam
eksekusi ini
penerima gadai
menuntut pada hakim melalui pengadilan agar barang gadai dijual menurut cara yang ditentukan oleh hakim untuk
melunasi utang beserta bunga dan biaya yang telah dikeluarkan, apabila debitur wanprestasi.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SAHAM
A. PERIHAL SAHAM
1. Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu jenis surat berharga jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan yang mempunyai
fungsi dapat diperdagangkan, dan dapat dipindahtangankan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain. Saham dalam
bahasa Belanda disebut aandeel yang berarti andil, sero atau penyertaan modal dalam suatu perusahaan. Dalam Black’s
Law Dictionary 6th edition, dijelaskan pemahaman mengenai saham share;
“Share means the unit into which the proprietary in a corporation are divided.”
42
42
Steven H.Giffis, Law Dictionary,
Woodbury : Baron’s Educational Series, Inc., 1984, hal.428.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
44
Dari definisi
diatas dapat
dilihat bahwa
saham berkaitan erat dengan pembentukan modal dan adanya badan
hukum perusahaan,sehingga dapat dikatakan bahwa saham adalah wujud konkrit dari modal perseroan.
43
Jadi yang dimaksud dengan saham adalah suatu kepentingan kepemilikan
ownership interest dalam suatu perusahaan, yang biasanya tercipta dengan memberikan kontribusi ke dalam modal dalam
perusahaan yang bersangkutan.
44
Lebih lanjut ada yang memberi arti kepada saham sebagai suatu bagian dalam kepemilikan suatu perusahaan, yaitu atas
suatu modal yang ditanam dalam suatu perusahaan seperti yang diwakili oleh bagian-bagian dari modal itu yang
dimiliki oleh individu-individu masing-masing dalam bentuk sertifikat
saham.
45
Tentang saham,
dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia dapat ditemukan dari Kitab Undang-undang
Hukum Dagang
KUHD dan
Undang-undang Perseroan Terbatas UUPT.
43
Ahmad Yani dan Gunawan widjaja. “Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas”. penerbit: Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000, hal. 55
44
Steven H. Giffis, op. cit.
45
A. Abdurahman, Ensikklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, Jakarta : PT. Pramadya Paramita, 1991, hal. 1029.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
45
Pasal 40 KUHD menentukan bahwa : “Modal perseroan harus dibagi dalam beberapa sero atau
saham, baik atas nama maupun dalam blanko.”
46
Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa saham adalah bagian dari modal perseroan. Dengan demikian hal
tersebut juga selaras dengan Pasa l1 ayat 1 UUPT yang menyatakan :
“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut dengan perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham.” Dari uraian diatas dapatlah dikatakan bahwa saham
adalah bukti kepemilikan serta atas modal suatu perseroan yang memberikan hak kepada pemegangnya atas harta kekayaan
perseroan.
2. Klasifikasi Saham
Suatu Perseroan Terbatas selanjutnya disebut PT dapat memiliki satu jenis saham atau beberapa jenis saham
sekaligus. Pembagian saham dalam berbagai jenis tersebut disebut klasifikasi saham. Menurut Penjelasan Pasal 46 ayat
46
Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Pasal 40.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
46
1 UUPT, yang dimaksud dengan klasifikasi saham adalah kelompok saham yang satu sama lain mempunyai karakteristik
yang sama, dan karakteristik mana membedakannya dengan saham yang merupakan kelompok saham dari klasifikasi yang
berbeda. Tetapi bila terdapat lebih dari satu klasifikasi
saham, Pasal 46 ayat 3 UUPT menentukan bahwa Anggaran Dasar perseroan harus menetapkan satu klasifikasi sebagai
saham biasa. Menurut I.G. Rai Widjaya arti saham biasa adalah saham yang memberikan hak suara untuk mengambil
keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS mengenai segala hal yang berkaitan dengan berlangsungnya perseroan.
47
Selain saham biasa menurut I.G. Rai Widjaya Anggaran Dasar perseroan, sesuai dengan Pasal 46 ayat 4 UUPT dapat
menetapkan satu
atau lebih
klasifikasi saham
yang memberikan kepada pemiliknya hak-hak sebagai berikut:
a. Hak suara khusus, bersyarat, terbatas atau tanpa hak
suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS; b.
Yang setelah jangka waktu tertentu dapat ditarik kembali atau dapat ditukar dengan klasifikasi lain;
47
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, cet. Ke-enam, Bekasi: Megapoin, 2006, hal. 196.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
47
c. Hak Menerima pembagian deviden;
d. Hak menerima sisa kekayaan dalam proses likuidasi.
Dengan dianutnya sistem klasifikasi oleh UUPT, maka dimungkinkan munculnya bermacam variasi pemegang saham
yaitu pemegang saham: a.
Dengan hak suara misalnya dengan saham biasa; b.
Tanpa hak suara, misalnya pada saham yang dimiliki sendiri oleh perseroan yang bersangkutan;
c. Dengan hak suara khusus, misalnya pada saham
prioritas; d.
dengan hak suara terbatasbersyarat misalnya saham yang dimiliki oleh anggota bursa efek baru mempunyai
hak suara apabila dipenuhi syarat tertentu.
48
3. Jenis Saham
Ditinjau dari cara mengeluarkannya, menurut Pasal 40 Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD juncto Pasal 24
ayat 2 UUPT, ada dua jenis saham, yaitu :
48
Abdul Kadir Muhamad, Hukum Perseroan Indonesia, cet. ke-1, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1996, hal.44.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
48
a. Saham atas nama Saham atas nama adalah saham yang nama pemiliknya sudah
tertera didalamnya. Nama pemiliknya yang tertera merupakan
bukti pemegangnya.
Saham ini
biasanya dipergunakan agar tidak jatuh ke tangan orang yang
tidak berkepentingan atau tidak di inginkan. b.
Saham atas tunjuk Dalam
saham atas
tunjuk tidak
disebutkan nama
pemiliknya. saham ini sering disebut saham blanko. Dengan tidak disebutkan nama pemiliknya, maka rasionya
adalah bahwa
pemegangnya adalah
pemilik yang
terlegitimasi atas saham aan toonder, kecuali ada bukti sebaliknya. Rasionya berasal dari Pasal 534 KUHPerdata
yang menentukan bahwa: “Tiap-tiap pemegang kedudukan selama tidak terbukti
bahwa untuk
orang lainlah
kedudukan itu
mulai dipegangnya, harus dianggap memegangnya untuk diri
sendiri.”
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
49
Selain saham-saham yang dimaksudkan dalam KUHD dan UUPT tersebut diatas, dalam praktek dan perkembangannya,selain
saham biasa yaitu saham atas nama dan saham atas tunjuk dikenal pula beberapa jenis saham yang lain, yaitu
49
: a.
Saham preferen atau saham prioritas saham ini memiliki hak lebih dari saham biasa dalam hal
keuntungan dan atau saldo. Pemegang saham prioritas ini mempunyai hak-hak istimewa dalam pembagian keuntungan
atau hak-hak lain. Biasanya saham prioritas diterbitkan atas nama dan diberikan kepada para pendiri atau orang-
orang yang dianggap berjasa dalam Perusahaan. b.
Saham preferen kumulatif saham ini mempunyai hak lebih daripada saham utama,
yaitu selain
memberi hak
atas keuntungan
atas keuntungan saldo, saham preferen kumulatif memberi hak
kepada pemegangnya untuk mendapat bagian dividen pada tahun berikutnya, jika pada suatu tahun tertentu
perseroan tidak membagikan dividen karena mengalami kerugian.
49
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Buku ke-2, Jakarta: Penerbitan Djambatan, 1999, hal. 118.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
50
c. Saham bonus
yaitu jenis saham yang diberikan kepada pemegang saham lama tanpa penyetoran ke kas perseroan. Penerbitan
saham bonus dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara modal perseroan dengan kekayaan perseroan. Saham bonus
ini seperti halnya saham biasa dan mengandung hak-hak seperti halnya saham biasa. Pemegang saham jenis ini
tidak diharuskan membayar harga nominalnya kedalam kas perseroan.
d. Saham pendiri
yaitu saham yang diberikan kepada orang yang berjasa ikut mendirikan perseroan sebagai wujud penghargaan.
Saham jenis ini tidak ada bedanya dengan saham biasa, terutama mengenai bagian keuntungan dan suara dalam
rapat umum pemegang saham.
4. Nilai Nominal Saham
Dalam setiap pengeluaran saham, nilai nominal saham harus dicantumkan dalam mata uang Republik Indonesia. Nilai
nominal saham adalah nilai yang tertulis dengan angka dan huruf pada saham, dan merupakan nilai perlembar saham yang
didapat dari jumlah dasar perusahaan dibagi dengan jumlah
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
51
lembar saham yang mewakilinya. Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan. Ini berlaku mutlak karena dalam
ketentuan, UUPT melarang suatu perseroan untuk menerbitkan saham tanpa nilai nominal. Hal tersebut sesuai dengan
ketentuan Pasal 42 UUPT yang menjelaskan bahwa: 1
nilai nominal saham harus dicantumkan dalam mata uang Republik Indonesia
2 saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan
3 saham atas tunjuk hanya dapat dikeluarkan apabila
nilai nominal saham atau nilai yang diperjanjikan disetor penuh.
Selain itu Pasal 40 KUHD menjelaskan bahwa modal perusahaan harus dibagi dalam beberapa saham, baik atas
nama, maupun atas tunjuk. Karena saham-saham itu merupakan modal maka tiap-tiap saham merupakan bagian dari modal,
yang menjelma dalam harga saham. Dalam tiap-tiap saham harga saham ini dinyatakan dalam tulisan yang jelas,
misalnya: ”Rp 10.000 sepuluh ribu rupiah.” Harga Rp 10.000.- inilah merupakan harga nominal atau harga a pari.
Dalam anggaran dasar sering ada ketentuan bahwa saham tidak
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
52
boleh dijual dengan harga dibawah a pari artinya dibawah harga nominal.
50
Nilai nominal saham bisa saja tidak sama dengan nilai pasar harga pasar dari saham yang bersangkutan, khususnya
saham pada perusahaan yang sahamnya dijual dipasar modal; yaitu harga pasar ditetapkan melalui penilaian terhadap
perusahaan dan dengan memperhatikan permintaan pembeli, karena itu bisa saja saham dijual dengan harga diatas nilai
nominalnya. Ini sangat bergantung pada nilai perusahaan itu sendiri pada saat saham dijual. Jika harga pasar saham
melebihi dari nilai nominal maka selisih harga tersebut disebut “Agio”.
51
5. Bukti Hak Kepemilikan Saham
Kepada pemegang saham diberi bukti pemilikan saham yang dimilikinya. Bukti kepemilikan saham atas unjuk berupa
surat saham, sedangkan bukti kepemilikan saham atas nama diserahkan kepada pihak-pihak dan ditetapkan dalam anggaran
dasar sesuai dengan kebutuhan. Kepemilikan atas saham
50
Purwosutjipto, op.cit., hal. 111.
51
Abdul Kadir Muhamad, op.cit., hal.36.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
53
sebagai benda bergerak memberikan hak kebendaan kepada pemegangnya. Hak tersebut dapat dipertahankan pada setiap
orang. Selain bukti hak berupa saham masih ada bukti lain
berupa segala catatan yang berkenaan dengan saham yaitu Daftar Pemegang Saham. Bukti ini diperlukan oleh pemegang
selaku pemilik saham dalam mewujudkan kepentinganya, misalnya memperoleh pembayaran deviden, menggadaikan saham,
atau memindahkan sahamnya kepada pihak lain. Jadi setiap saham mempunyai bukti siapa pemiliknya. Dalam ketentuan
Pasal 44 UUPT dijelaskan bahwa: “Kepada pemegang saham diberikan bukti kepemilikan saham
untuk saham yang dimilikinya.”
6. Pemindahan Hak Atas Saham
Dalam Pasal 48 UUPT dijelaskan bahwa: “Dalam Anggaran Dasar perseroan ditentukan cara
pemindahan hak atas saham sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku”.
Selain itu dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 52 UUPT juga mengatur mengenai pemindahan hak atas saham, sehingga
dapat dikatakan bahwa pada UUPT khususnya Pasal48 sampai dengan Pasal 52 mengatur bahwa hak yang melekat pada saham
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
54
tersebut dapat dialihkan kepada setiap orang atau pihak, selama dan sepanjang dilakukan menurut ketentuan dan tata
cara yang ditetapkan dalam UUPT dan Anggaran Dasar perseroan tersebut.
7. Pembatasan Pemindahan Hak Atas Saham
Prinsip pemindahan hak atas saham pada dasarnya diserahkan pengaturanya kepada anggaran dasar. Dalam
anggaran dasar dapat diatur ketentuan pembatasan pemindahan hak atas saham yaitu :
a. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada kelompok
pemegang saham tertentu atau pemegang saham lainya; dan atau
b. Keharusan mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari
organ perseroan Pasal 50 UUPT. Pembatasan pemindahan hak atas saham yang diatur dalam
Pasal 50 UUPT yang berbunyi:
“Dalam Anggaran Dasar dapat diatur ketentuan pembatasan pemindahan hak atas saham yaitu:
1. keharusan menawarkan
terlebih dahulu
kepada kelompok pemegang saham tertentu atau pemegang
saham lainnya; dan atau 2. Keharusan mendapatkan persetujuan dari organ
perusahaan.”
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
55
Menurut Pasal 51 ayat 1 UUPT dijelaskan juga bahwa dalam hal anggaran dasar mengharuskan pemegang saham
menawarkan lebih dahulu sahamnya kepada kelompok pemegang saham tertentu atau pemegang saham lain yang tidak
dipilihnya sendiri, perseroan wajib menjamin bahwa semua saham yang ditawarkan dibeli dengan harga yang wajar dan
dibayar tunai dalam waktu 30 tigapuluh hari terhitung sejak penawaran dilakukan; yang dimaksud dengan harga yang
wajar adalah dapat berupa harga pasar atau harga yang ditetapkan oleh ahli penilai harga saham yang tidak terikat
pada perseroan. Penetapan waktu 30 tiga puluh hari dimaksudkan agar terdapat kepatian bahwa setelah jangka
waktu tersebut pemegang saham mempunyai kebebasan untuk menawarkan saham tersebut kepada pihak lain.
52
B. PERIHAL GADAI SAHAM
1. Pengertian Gadai Saham
Saham dari suatu Perseroan Terbatas digolongkan sebagai benda bergerak yang tidak berwujud Pasal 511 KUHPerdata
saham dapat dialihkan oleh pemiliknya kepada orang lain,
52
Abdul Kadir Muhamad, op.cit., hal. 51.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
56
diantaranya yaitu
diperjualbelikan, dihibahkan
atau dijadikan sebagai jaminan hutang.
Apabila saham digadaikan, maka gadai saham tersebut haruslah sesuai dengan ketentuan-ketentuan mengenai gadai
yang diatur dalam Pasal 1150-1160 buku II bab XX. Perjanjian gadai merupakan ketentuan yang mengikat, oleh
karena itu para pihak tidak boleh melakukan perjanjian gadai menyimpang dari hal-hal yang telah ditentukan.
Pengertian gadai menurut Pasal 1150 KUHPerdata adalah sebagi berikut:
“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan
kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut
secara didahulukan
daripada orang-orang
berpiutang lainnya;dengan
dan biaya
yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkannya”.
Gadai merupakan perjanjian yang bersifat acessoir, sehingga perjanjian gadai muncul bila telah ada perjanjian
yang obligatoir yaitu perjanjian hutang piutang. Hak gadai merupakan hak kebendaan yang memberikan
jaminan, mempunyai sifat dapat dipertahankan terhadap siapapun, dan selalu mengikuti benda yang dijaminkan droit
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
57
de suite. Kreditur pemegang gadai kedudukannya preferen dibandingkan kreditur-kreditur yang lain. Obyek gadai
adalah benda-benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
2. Syarat Sahnya Perjanjian Gadai Saham
Syarat-syarat perjanjian gadai saham antara lain adalah:
a. Harus dipenuhi persyaratan umum sahnya suatu
perjanjian sebagaimana diatur dalam KUHPerdata, buku III bab II, tentang syarat-syarat yang
diperlukan untuk sahnya persetujuan dimulai dengan Pasal 1320 dan seterusnya;
b. Hak gadai bersifat accesoir sehingga untuk sahnya
hak gadai atas saham, harus terlebih dahulu ada perjanjian pokok tentang piutang yang sah.
c. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1152 KUHPerdata
yaitu bahwa barang yang digadaikan tidak dalam kekuasaan pemberi gadai atau debitur dan diserahkan
kedalam kekuasaan kreditur atau orang ketiga yang disetujui kreditur.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
58
d. Dalam perjanjian gadai tidak boleh dibuat klausula
bahwa apabila siberhutang atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-kewajibanya maka kreditur dengan
sendirinya dapat memiliki barang yang digadaikan. Segala janji yang bertentangan dengan ini adalah
batal. Syarat sahnya perjanjian gadai saham juga diatur dalam
ketentuan penjelasan Pasal 53 ayat 3 UUPT, yang menyatakan:
“ Gadai saham harus dicatat dalam daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus sebagaimana di maksud dalam Pasal 43”.
Ketentuan ini dimaksudkan agar perseroan atau pihak lain
yang berkepentingan dapat mengetahui mengenai status saham tersebut.
3. Saham Yang Menjadi Objek Gadai
Dalam Pasal 40 KUHD dapat disimpulkan bahwa saham merupakan bagian dari modal perseroanperusahaan atau
menurut SK. Direktur Bank Indonesia No. 2668KepDir tanggal 7 Desember 1993, saham merupakan pemilikan suatu
perusahaan yang berbadan hukum Indonesia. Menurut Keppres
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
59
No.52 Tahun 1976 tentang pasar modal, saham dirumuskan sebagai tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas
sebagaimana diatur dalam Pasal 40 KUHD. Pemilikan atas saham dapat dibuktikan dengan surat
saham kolektif atau berupa daftar saham yang disimpan oleh pengurus perseroan. Pemilik dapat meminta turunan
resmi dari daftar tersebut. Seperti dijelaskan diatas, dalam hal gadai saham, jenis saham yang dapat di jadikan
objek dalam perjanjian gadai saham adalah : 1. Saham atas nama op naam
Pada jenis saham ini dituliskan nama pemiliknya atau si pembeli saham, yang merupakan alat pembuktian
bagi perseroan sebagai pemegangnya. Di dalam saham tersebut
juga termuat
nomor urut
saham yang
ditandatangani oleh direksi. Cara penyerahan dari saham atas nama ini dilakukan dengan berpedoman pada
Pasal 42 KUHD, yang merupakan kekhususan dari Pasal 613 ayat 1 dan 2 KUHPer. Isi pokok dari Pasal 42
KUHD adalah bahwa dalam akta pendirian anggaran dasar harus ditentukan bagaimana cara penyerahan
saham atas nama kepada orang lain yang mana dalam Pasal 42 tersebut memberi dua contoh yaitu:
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
60
- Pemilik dan calon pembeli membuat pernyataan
tentang pengalihan saham tersebut secara resmi dan memberitahukan kepada direksi.
- Pernyataan itu kemudian dibukukan ke dalam buku
perseroan yang khusus dibuat untuk hal tersebut, kemudian ditandatangani oleh kedua belah pihak atau
atas namanya. Selain
itu cara
penyerahan lain
juga dapat
ditetapkan dalam Anggaran Dasar perseroan. Mengenai saham atas nama ini boleh saja diserahkan atau
dikeluarkan kepada pemegangnya walaupun harga saham- saham tersebut belum dilunasi, karena di dalam saham
atas nama tersebut tercantum nama dari pemegangnya sehingga kemana saja saham atas nama itu akan
diserahkan, pengurus selalu masih dapat menuntut sisa harga dari saham yang belum dilunasi tersebut.
2. Saham atas tunjuk aan toonder
Pada jenis saham ini, nama pemilik atau si pembeli saham tidak dituliskan di dalam saham tersebut. Saham
atas tunjuk ini hanya membuktikan bahwa pemegang saham merupakan pemilik yang sah, kecuali apabila ada
pembuktian sebaliknya Pasal 534 KUHPer. Dalam Pasal
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
61
534 KUHPer ini menentukan bahwa seorang dianggap menguasai sesuatu bagi dirinya selama belum terbukti
bahwa dia hanya memegang bagi kepentingan orang lain. Cara penyerahan dari saham atas tunjuk ini cukup
dilakukan dari tangan ke tangan atau secara fisik saja. Ketentuan ini berlaku sesuai dengan Pasal 613 ayat 3
KUHPer. Hal inilah yang menyebabkan Pasal 41 KUHD ini melarang pengeluaran saham atas tunjuk sebelum seluruh
jumlah nilai saham disetorkan ke kas perseroan. Tujuan dari Pasal 41 KUHD ini ialah untuk melindungi para kreditur
perseroan dari hal-hal yang merugikan, misalnya saham yang belum disetor penuh tersebut dijual kepada pihak lain, maka
pembeli baru tersebut tidak tahu bahwa jumlah nilai saham belum seluruhnya ke kas perseroan dan juga perseroan tidak
mengerti kalau saham tersebut sudah dijual. Dengan demikian maka kas perseroan menderita kerugian dan kepentingan
kreditur terkena.
4. Cara Meletakkan Hak Gadai Atas Saham
Ketentuan yang mengatur gadai atas saham adalah KUHPerdata dan UUPT juga telah dijelaskan bahwa pada
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
62
dasarnya hanya terdapat dua macam saham yang dapat digadaikan, yaitu saham atas nama dan saham atas tunjuk.
Pada dasarnya dalam hal gadai atas saham sebagaimana juga dengan gadai atas benda bergerak lainnya, peletakannya
terbagi menjadi dua tahap, tahap pertama yaitu tahap pembuatan perjanjian obligatoir misalnya perjanjian hutang
piutang dan tahap kedua yaitu tahap pembuatan perjanjian kebendaan zakelijke overeenkomst perjanjian gadai.
Perjanjian gadai, berdasarkan sifatnya yang khusus yaitu sebagai suatu perikatan riil, baru dianggap sempurna
diletakkanlahir jika telah dilakukan tindakan-tindakan tertentu untuk menyempurnakan peletakan perjanjian gadai
yang bersangkutan. Penyempurnaan atas perjanjian-perjanjian gadai itu sendiri, caranya tergantung dari benda bergerak
macam apa yang menjadi objek dari perjanjian gadai yang bersangkutan. Khusus untuk objek dari perjanjian gadai
saham akan dijelaskan sebagi berikut : a.
peletakan gadai saham atas tunjuk seperti halnya gadai atas benda bergerak tak berwujud,
maka gadai saham atas tunjuk, berdasarkan Pasal 1152 KUHPerdata baru sempurna diletakanlahir, yaitu sejak
adanya penyerahan atas saham yang bersangkutan kepada
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
63
penerima gadai, yaitu pihak kreditur dari perjanjian pinjam-meminjam yang mendasari lahirnya perjanjian gadai
yang bersangkutan. b.
peletakan gadai saham atas nama untuk saham atas nama, seperti halnya dengan gadai atas
benda bergerak tak berwujud , berdasarkan Pasal 1153 KUHPerdata yaitu sejak adanya penyerahan atas saham yang
bersangkutan yang diikuti dengan suatu pemberitahuan notification perihal peletakan gadai yang bersangkutan
kepada pihak terhadap siapa hak saham yang akan digadaikan tersebut dilaksanakan, yaitu Perseroan yang
menerbitkan saham yang bersangkutan, yang diikuti dengan suatu persetujuan tertulis written consent dari Perseroan
terhadap gadai yang bersangkutan. Dalam
praktek bisnis,
bukti dari
adanya suatu
persetujuan tertulis written consent dari perseroan yang menerbitkan saham yang bersangkutan adalah berupa suatu
buktikonfirmasi tertulis perihal telah dilaksanakannya pencatatan atas gadai notation of pledge dalam daftar
pemegang saham daftar khusus pemegang saham dari perseroan yang bersangkutan.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
64
5. Perihal Gadai Saham Sebagai Hak Kebendaan
Saham selain sebagai penyertaan modal dalam suatu perseroan juga dapat dijadikan objek jaminan karena
sifatnya sebagai benda bergerak yang memiliki nilai ekonomis dan memberikan hak kepemilikan atas suatu
perseroan bagi pemegangnya. Sebagai benda bergerak lembaga jaminan yang tepat untuk saham adalah gadai, yang biasanya
dituangkan dalam perjanjian gadai dan memberikan hak kebendaan bagi kreditur sebagai pihak pemegang gadai atas
adanya perjanjian utang piutang dengan debitur sebagai pihak pemberi gadai.
Pengakuan akan hak kebendaan atas saham dapat juga dilihat dari rumusan Pasal 54 ayat 1 UUPT, yang
menyatakan sebagai berikut: “Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak
kepemilikan kepada pemegangnya.”
Dengan rumusan tersebut, UUPT jelas menyatakan bahwa setiap pemegang saham memiliki hak kebendaan dalam bentuk
hak milik, yaitu hak kebendaan yang paling tinggi yang memberikan hak dan kewenangan yang penuh bagi pemiliknya,
baik untuk menikmati hak-hak kebendaan dari saham tersebut,
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
65
sebagaimana diberikan dalam KUHPerdata secara umum, UUPT dan Undang-undang Pasar modal secara khusus dalam bentuk
efek bersifat ekuitas, hak untuk mengalihkan, menjual, maupun membebani saham tersebut dengan hak-hak kebendaan
lainnya yang lebih rendah tingkatannya atau dengan kata lain hak milik tersebut memberikan kepada pemiliknya hak
untuk menjaminkan benda tersebut dalam bentuk gadai. Dalam hal gadai saham ini pihak kreditur tidak dapat memiliki
objek gadai secara otomatis dan hak milik tetap ada pada pihak debitur hanya penguasaan atas objek gadai yang
berpindah. Dengan dibebankannya saham dengan gadai, sesuai ketentuan dalam KUHPerdata, objek gadai harus dilepaskan
dari kekuasaan debitur pemberi gadai dan berada dalam kekuasaan keditur pemegang gadai.
Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007
BAB IV ANALISIS PERJANJIAN GADAI SAHAM ANTARA DEUTSCHE BANK DENGAN
PT. ASMINCO BARA UTAMA
A. Hak