Tidak Terlaksananya Perjanjian Sistimatika Penulisan

25 menjelaskan, dalam perjanjian harus jelas apa yang menjadi objeknya, supaya perjanjian dapat dilaksanakan dengan baik. Kalau A meminjamkan uang kepada B harus jelas berapa jumlah uang yang dipinjamkan dan harus jelas pula kapan waktunya si B untuk mengembalikan uang tersebut. d. Sebab yang halal Dalam membicarakan sebab yang halal, yang dimaksud adalah mengenai isi perjanjian itu sendiri dengan melihat tujuannya, untuk apa suatu perjanjian itu diadakan, tujuan merupakan sebab adanya perjanjian, dan sebab yang di syaratkan undang-undang harus yang halal. Dalam Pasal 1337 KUHPerdata mengatur mengenai suatu sebab yang terlarang yaitu apabila bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum.

2. Tidak Terlaksananya Perjanjian

Hal-hal yang menyebabkan tidak terlaksananya perjanjian adalah meliputi: a. Wanprestasi b. Overmacht c. Risiko Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007 26 ad. a. Wanprestasi Subekti dalam bukunya Pokok-Pokok Hukum Perdata mengatakan bahwa seorang debitur yang lalai, yang melakukan wanprestasi, dapat digugat di depan hakim dan hakim akan menjatuhkan putusan yang merugikan pada tergugat itu. 28 Seorang debitur dikatakan lalai apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya atau memenuhinya tetapi tidak seperti yang diperjanjikan. 29 Bahwa harus dilakukan peringatan secara resmi kepada debitur bilamana kelalaian atau wanprestasi terjadi. Peringatan secara resmi ini memperingatkan si kreditur itu agar melakukan pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek atau dengan kata lain hutang itu harus ditagih terlebih dahulu. 30 Undang-undang juga mengaturnya bahwa peringatan atau sommatie tersebut harus dilakukan secara tertulis sesuai dengan Pasal 1238 : bevel of soorgelijke akte, karena hakim tidak akan menganggap sah suatu peringatan lisan. 28 Ibid, hal,146. 29 Ibid, hal,147. 30 Ibid. Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007 27 ad. b. Overmacht Overmacht adalah suatu keadaan yang menyebabkan tidak terlaksananya suatu perjanjian karena alasan-alasan diluar kesalahan debitur. 31 Peristiwa mana tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan. Untuk dapat dikatakan suatu keadaan memaksa, selain keadaan itu, diluar kekuasaannya si berhutang dan memaksa, keadaan yang telah timbul itu juga harus berupa suatu keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian itu dibuat. 32 Jika si kreditur dapat membuktikan adanya keadaan yang demikian itu tuntutan si debitur akan ditolak oleh hakim dan si kreditur terluput dari penghukuman, baik yang berupa penghukuman untuk memenuhi perjanjian, maupun penghukuman untuk membayar penggantian kerugian. Dalam KUHPerdata dibebaskannya debitur dari kewajiban mengganti kerugian diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata. Pada dasarnya overmacht membebaskan debitur dari kewajiban menanggung risiko, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akibat overmacht adalah: 31 Ibid. 32 Ibid, hal, 150. Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007 28 a. Kreditur tidak dapat menuntut pelaksanaan perikatan. b. Kreditur tidak dapat menuntut ganti rugi. c. Kreditur tidak dapat menuntut pembatalan pada perjanjian timbal balik. d. Risiko tidak beralih kepada debitur. Keadaan memaksa ada yang bersifat mutlak absolut, yaitu dalam halnya sama sekali tidak mungkin lagi melaksanakan perjanjiannya misalnya baranganya sudah hapus karena bencana alam, tetapi ada juga yang bersifat tak mutlak relatief, yaitu berupa suatu keadaan di mana perjanjian masih dapat juga dilaksanakan, tetapi dengan pengorbanan-pengorbanan yang sangat besar dari hak si kreditur. Misalnya pemerintah mengeluarkan suatu peraturan yang melarang dikirimnya barang sehingga si kreditur tidak dapat mengirimkan barangnya kepada si debitur. Hal-hal tentang keadaan memaksa itu terdapat di dalam ketentuan-ketentuan yan mengatur ganti rugi Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUHPerdata, karena menurut pembentuk undang- undang, keadaan memaksa ini adalah suatu alasan pembenar rechtvaardigingsgrond untuk membebaskan seseorang dari kewajiban membayar ganti rugi. Apabila ketentuan-ketentuan Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007 29 di atas diteliti, maka unsur-unsur dari keadaan memaksa itu adanya hal yang tidak terduga dan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada seseorang. Sedangkan yang bersangkutan dengan segala daya berusaha secara patut memenuhi kewajibannya. 33 Oleh karenanya hanya debiturlah yang dapat mengemukakan adanya keadaan memaksa, apabila setelah dibuat suatu perjanjian timbul suatu keadaan yang tidak terduga-duga akan terjadi, dan keadaan itu tidak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya. ad. c. Risiko Risiko menurut Prof. Subekti, berarti kewajiban untuk memikul kerugian jikalau ada suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam perjanjian. 34 Diaturnya risiko dalam KUHPerdata, Pasal 1237 menetapkan bahwa suatu perjanjian yang meletakan kewajiban hanya pada satu pihak saja, namun Pasal 1237 ini hanyalah berlaku pada perjanjian sepihak, misalnya hibah. Dalam bagian khusus ditemukan beberapa pasal yang mengatur soal risiko, yaitu Pasal 1460 risiko dalam jual beli, Pasal 1545 risiko 33 Mariam Darus Badrulzaman, op. cit., hal. 35-36. 34 R. Subekti b, op.cit., hal. 144. Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007 30 dalam tukar menukar. Jika dibandingkan kedua pasal itu, sangat berbeda satu sama lain, bahkan saling berlawanan. Menurut Pasal 1460 sejak perjanjian dibuat risiko ditanggung oleh kreditur pembeli dan kreditur ini wajib membayar walaupun barang belum diserahkan. Pasal 1460 mengutip Code Civil Perancis yang menganggap hak milik berpindah pada saat perjanjian ditutup. Pasal 1460 ini dianggap kurang tidak mencerminkan keadilan. Sedangkan Pasal 1545 mengatur jika barang musnah, perjanjian gugur, tetapi pihak yang sudah menyerahkan berhak minta kembali barangnya. Subekti menyarankan untuk perjanjian timbal balik, berpedoman pada pasal ini. 35 Kemudian disusul dengan dekeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung No. 31963 yang menganjurkan untuk tidak memakai Pasal 1460. 35 Ibid, hal.146. Analisis perjanjian..., S. Supasti Wulandari, FH UI, 2007 31 B. PERJANJIAN GADAI

1. Pengertian Gadai