Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016
c. Analisis Atas Efesiensi Penggunanaan Sumber Daya Tabel 5. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Pada Sasaran 1.
Efesiensi 3-4
1
Persentase pertumbuhan populasi
- Sapi potong
99
- Kerbau 100
- Kuda 100
- Kambing 97
- Ayam Buras 97
- Ayam Ras Pedaging 92
- Ayam Ras Petelur 100
- Itik 93
96.75 5.31
Rata-rata persentase capaian
No. Indikator Kinerja
Capaian Kinerja
Realisasi Anggaran
91.44
Rata-rata capaian kinerja pada sasaran ini adalah 96,75, jika disandingkan dengan persentase realisasi keuangannya yaitu 91,44 maka efisiensi penggunaan
sumber daya sasaran 1 adalah 5,31 .
d. Analisis Program dan Kegiatan yang Menunjang Pencapaian Kinerja
Program dari sasaran ini adalah Peningkatan produksi peternakan. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak untuk
memenuhi kebutuhan dalam daerah maupun luar daerah. Adapun Indikator Kinerjdar sasaran ini dapat dilihat pada tabel 1 di atas yaitu Persentase Pertumbuhan Populasi
seluruh komoditas ternak dengan capaian sebesar 91,43. Adapun alokasi anggaran untuk mendukung program ini adalah sebesar Rp.
2.276.580.500 realisasi sebesar Rp. 2.081.732.500,- atau 91,44 dengan kegiatan- kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran ini adalah terlaksananya
pendistribusian bibit ternak kepada masyarakat yang terdiri atas Bantuan Bibit Sapi Bali, Bantuan Bibit Kambing, Bantuan Bibit Ayam Ras Petelur dan Bantuan Ayam
Kampung Unggul. Bantuan Bibit Sapi Bali sebanyak 97 ekor tersebar di Kecamatan Gantarang, Kec. Rilau Ale, Kec. Bulukumpa, Kec. Kajang, Kec. Ujung Loe dan Kec.
Bonto Tiro. Bantuan Bibit Ayam Ras Petelur sebanyak 7000 ekor didistribusikan di Kec. Kajang. Sedangkan untuk Bantuan Ayam Kampung Unggul didistribusikan
kepada kelompok di Kec. Bonto bahari sebanyak 500 ekor dan dukung sarana prasarana pendukungnya.
Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016
Disamping itu juga ada beberapa kegiatan yang mendukung program peningkatan populasi ternak yaitu Kegiatan Perbibitan dan Perawatan ternak dimana
kegiatan ini mencakup intensifikasi kawin alam dan optimalisasi inseminasi buatan. Untuk Tahun 2016 Jumlah akseptor ib adalah 12.855 ekor, sedangkan untuk
pelayanan ib 8448 ekor dan realisasi kelahiran sudah mencapai 2838 ekor
e. Permasalahan dan Alternatif Solusi
Capaian pada sasaran 1 yang masih belum mencapai target yang diharapkan, tidak terlepas dari dari adanya permasalahan di lapangan. Permasalahan dan alternatif
solusinya tergambar dalam matriks berikut
No Permasalahan
Alternatif Solusi
1. Masih tingginya tingkat pengeluaran
ternak Kebijakan strategis terkait pelarangan
pengeluaran ternak betina indukan 2.
Maraknya kasus kerawanan sosial seperti tindakan pencurian yang
menurunkan tingkat
kesempatan berusaha dibidang peternakan
Program terobosan seperti asuransi ternak
perlu dilakukan
secara berkelanjutan
3. Skala usaha kepemilikan ternak
masih di angka 2 – 3 ekor
Keterbatasan permodalan
dalam rangka peningkatan skala usaha
4. Penegakan
aturan Pelarangan
Pemotongan Betina Produktif belum berjalan optimal
Perlu ada kebijakan strategis terkait dana konpensasidata talangan untuk
penyelamatan betina produktif
5. Alih fungsi lahan pengembangan
hijauan makanan ternak menjadi pengembangan
tanaman pangan,
perkebunan dan lain-lain Perlu ada regulasi yang mengatur
tentang sistem pertanian terintegrasi.
Berdasarkan matriks tersebut diatas maka ada banyak fator penghambat pertumbuhan populasi sehingga perlu adanya kebijakan strategis mulai dari tingkat
daerah sampai ke tingkat pusat. Selain itu anggaran yang dialokasikan selama ini belum sepenuhnya memihak pada sektor peternakan sehingga hasil yang dicapai juga
belum maksimal. Solusi yang dapat ditempuh untuk menghindari permasalahan tersebut adalah dengan mensinergikan program-program yang telah berjalan baik pada
masalah produksi, kesehatan hewan maupun pembinaan bagi para peternak dan usaha peternakan. Sebagai motivasi bagi semua pelaku peternakan pada Bulan Desember
Tahun 2016, secara simbolis telah dicanangkan melalui Gerakan Triple one Satu Induk Satu Anak Satu Kelahiran, dan diharapkan melalui gerapan ini kita lebih
termotivasi untuk menggalakkannya sehinga tingkat pertumbuhan populasi ternak kian meningkat
Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016
Sasaran 2. Meningkatnya Kualitas Pencegahan Penyakit Pada Ternak
a. Perbandingan antara target dan realisasi sasaran
Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tahun 2016
18000 ekor
15175 84,30
250 ekor
100 40
200 ekor
279 140
Satuan Realisasi Persentase
meningkatnya Status Kesehatan Hewan
Tertanganinya Penanganan,
Pencegahan, Pengendalian dan
pemberantasan penyakit Hewan
Tertanganinya Penyakit gangguan reproduksi
Terlaksananya pengawasan dan
pengamanan ternak masukkeluar daerah
Sasaran Indikator Kinerja
Target
Berdasarkan tabel diatas Memperlihatkan persentase capaian yang cukup singnifikan khususnya capaian indikator ke 3 dan indikator ke 1, sedangkan untuk
indikator ke 2 capaiannya hanya mencapai 28 . Berdasarkan tabel tersebut lebih terinci lagi dijelaskan pada tabel pencapaian Indikator Kinerja Utama. Hal ini dimaksudkan untu
meng ukur keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Pemilihan dan Penetapan Indikator Kinerja Utama harus memenuhi karakteristik yaitu spesifik, dapat
dicapai, relevan, menggambarkan keberhasilan sesuatu yang diukur dan dapat dikuantifikasi dan diukur.
Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja Utama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tahun 2016
No. Indikator Kinerja Utama
Target Realisasi
Capaian
1. Persentase penurunan angka Kesakitan
ternak 414.998
15175 3,65
2. Persentase Ganguan Reproduksi dan
Penyakit Ternak Yang di Tangani 12.433
105 0,46
3. Persentase pengawasan ternak
masukkeluar daerah 958
279
Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016
Tabel 8. Perbandingan Antara Realisasi Kinerja Tahun Ini Dengan Tahun Sebelumnya
No Indikator Kinerja
2014 2015
2016 Kondisi
Akhir Dari
RPJMD
a. Persentase penurunan
angka Kesakitan ternak
11,3 8,98
3,65 7,97
75,87
b. Persentase
Ganguan Reproduksi
dan Penyakit Ternak Yang
di Tangani 8
7 0,56
5,18 4,66
3. Persentase
pengawasan ternak
masukkeluar daerah 10
15 14,33
18 22,32
Tabel 7 memperlihatkan persentase penurunan angka kesakitan ternak pada tahun 2016 sebesar 3,65 dari total populasi ternak sapi, kerbau dan kuda dan ayam
petelur. Target ini disesuaikan dengan jumlah anggaran APBD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bulukumba. Sedangkan realisasi pelayanan kesehatan
ternak pada tahun 2016 mencapai angka 15.175 ekor kasus yang tersebar di 10 kecamatan di kawasan Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan data dinas peternakan dan kesehatan
hewan Kabupaten Bulukumba tahun 2016 jumlah populasi ternak sapi mencapai 70.662 ekor, kerbau 1588 , kuda 27.644, dan ayam petelur 282.426 ekor. Total data ternak yang
masuk dalam jangkauan pelayanan mencapai 414.998 ekor. Capaian kinerja diperoleh dengan membandingkan realisasi pelayanan kesehatan hewan dengan target jangkauan
populasi ternak yang akan dilayani, sehingga diperoleh capaian kinerja 3,65 dari target tahun 2016.
Tabel 8 memperlihatkan perbandingan antara jumlah pelayanan kesehatan dari tahun 2013, 2014 dan tahun 2015 dengan target capaian. Setelah membandingkan
persentase penurunan angka kesakitan, maka dari tiga tahun yang terakhir didapatkan bahwa untuk tahun 2016 merupakan persentase yang cukup tinggi, dilanjutkan dengan
tahun 2014 dan yang terakhir di tahun 2015.
b. Analisis Penyebab Keberhasilan Kegagalan atau Peningkatan Penurunan Kinerja serta Solusi yang Telah Dilakukan.
Kualitas pencegahan penyakit pada ternak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bulukumba mempunyai 2 indikator utama yang dijadikan sebagai
acuan utama dalam hal pelayanan kesehatan hewan. Indikator utama yang dimaksud
Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016
adalah persentase penurunan angka kesakitan ternak dan persentase penurunan jumlah kasus gangguan reproduksi. Penurunan angka kesakitan menjadi penting diperhatikan
karena akan mempengaruhi jumlah populasi ternak yang ada dan mengurangi tingkat penyakit baik yang bersifat infeksius, non infeksius dan yang bersifat zoonosis. Indikator
yang lain yang menjadi prioritas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bulukumba adalah penurunan jumlah kasus gangguan reproduksi. Organ reproduksi yang
normal menentukan tingkat kesuburan dari suatu individu terna. Berdasarkan persentase penurunan angka kesakitan ternak hanya bisa
menurunkan angka 3,65 dari populasi ternak besar dan populasi ayam petelur, Hal ini disebabkan karena alokasi anggaran yang disiapkan sangat terbatas khusunya untuk
Pelayanan Kesehatan Hewan sehingga lebih banyak masyarakat melakukan pelayanan keswan secara mandiri.
Dalam hal penanganan kasus penyakit yang bersifat zoonosis khususnya untuk penyakit hewan strategis dilakukan upaya vaksinasi, kontrol populasi dan eliminasi.
Dalam selang waktu tahun 2016 ada beberapa jenis penyakit yang bersifat infeksius di Kabupaten Bulukumba. Penyakit yang di maksud adalah scabies, fasciolosis,
helmintiasis, orf, Bovine Ephimeral Fever, suspect Surra, Coccidiosis, Colibacillosis, Pink Eye, Ring Worm, Suspect Rabies, Chronic Respiratory Disease, Theleriosis,
Babesiosis, Anaplamosis, dan tetanus. Penyakit zoonosis yang menjadi prioritas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah rabies dan antraks. Mengingat kasus antraks
pernah terjadi di Bulukumba pada tahun 1982. Sedangkan kasus gigitan anjing pada manusia dilaporkan sebanyak 123 kasus gigitan pada tahun 2016 Dinas Kesehatan
Kabupaten Bulukumba, 2016.
Pengendalian Penyakit Rabies
Anjing liar masih menjadi salah satu kendala penanganan rabies Anjing yang tak berpemilik ini sering lari apabila hendak diberi vaksin. Sedang jika dilakukan langkah
yang lebih tegas berupa pemusnahan, tidak jarang tindakan itu justru mengenai anjing-
anjing yang ada pemiliknya dan menimbulkan protes warga
Kegiatan kewaspadaan merebaknya rabies dilakukan dalam beberapa metode untuk mencapai tujuan dan keluaran yang telah ditetapkan, antara lain media cetak berupa
penyebaran brosur, poster, penyampaian melalui mesjid-mesjid, penyiaran melalui radio,
pengawasan, koordinasi Antar-Instansi terkait, dan komunikasi.
Dalam pemberantasan Penyakit Rabies tahun 2014 dan 2015, 2016. di Kab. Bulukumba dititikberatkan pada eliminasi terhadap anjing-anjing liar, dan telah dilakukan
di 10 kecamatan dan tetap melayani permintaan racun anjing yang sifatnya insidentil. Kendala berikutnya adalah keterbatasan sarana dan prasarana dan biaya operasional yang
Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016
tidak disiapkan, diharapkan sharing pembiayan antara Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten.
Tabel 9 Alokasi Persediaan Racun Anjing Vaksin Rabies Di
Kabupaten Bulukumba Tahun 2014, 2015, 2016
No Tahun Anggaran
Racun anjingKG Jumlah HPR yang
dieliminasi
Target Realisasi
Target Realisasi
1. 2014
5 5
1665 987
2. 2015
3 3
999 653
3. 2016
2 2
666 460
Sumber anggaran APBD Provinsi sebanyak 3000 dosis Berdasarkan data diatas dari Jumlah hewan pembawa rabies yang dieliminasi hanya
68 dari persediaan racun di tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa perlu ada penambahan volume racun anjing setiap tahunnya mengingat populasi Hewan Pembawa
Rabies HPR khususnya anjing mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan estimasi populasi anjing liar di Kabupaten Bulukumba untuk tahun 2016 sebanyak
8.800 ekor, sehingga untuk tahun ini hanya sekitar 5 yang dapat di eliminasi dengan persediaan racun yang dianggarkan.
Pengendalian Penyakit Antraks
Kebijakan Pengendalian Penyakit anthrax didasarkan pada wilayah bebas dan wilayah endemik. Bagi daerah bebas anthrax dilaksanakan pengawasan ketat terhadap
lalu lintas ternak dan pada daerah endemis dilaksanakan vaksinasi ternak dan surveylance secara rutin.
Metode Pengendalian dan pencegahan Penyakit antraks sebagai berikut : 1. Pengawasan yang ketat terhadap pergerakan lalu lintas ternak melalui pemeriksaan
kesehatan hewan yang akan masuk ataupun keluar dari wilayah Kab. Bulukumba 2. Pemeriksaan antemortem dan postmortem pada hewan yang akan dipotong di
Rumah Potong HewanRPH 3. Pelarangan keras pemotongan hewan yang terserang atau diduga terserang
ANTHRAX 4. Pangawasan rutin produk-produk asal hewan terutama daging yang beredar di pasar-
pasar
Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016
5. Pemusnahan produk-produk asal hewan yang tidak memenuhi unsur kesehatan masyarakat veteriner
6. Pembakaran dan penguburan ternak yang diduga terserang ANTHRAX 7. Vaksinasi yang teratur setiap tahun pada daerah yang pernah terjadi wabahendemis
8. Public AwarenessKesadaran Masyarakat dan Edukasi Masyarakat melalui penyuluhan kesehatan masyarakat pada pertemuan-pertemuan kelompok tentang
penyakit ANTHRAX dan kepada masyarakat atau peternak yang menemukan ternak yang menunjukkan gejala ANTHRAX agar segera melaporkan pada pemerintah
setempat, petugas peternakan setempat atau ke Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Tabel. 10 Alokasi
Persediaan Vaksin
Anthraks di
Kabupaten Bulukumba Tahun 2014, 2015, 2016
No Tahun Anggaran
Alokasi Vaksin dosis Target
Realisasi
1. 2.
3 2014
2015 2016
7200 2500
2000 7200
2500 2000
Ket : sumber penganggaran dari APBD Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan alokasi vaksin di tahun 2016, semuanya merupakan pengadaan
propinsi, demikian halnya dengan biaya operasionalnya, Sehingga dukungan ini sangat terbatas dan perlu kedepannya dialokasikan dana pendamping dari APBD
Kabupaten untuk memperluas jangkauan pelayanan Pengendalian secara terpadu yang lebih mengutamakan pencegahan dan
antisipasi dini perlu menjadi perhatian seluruh sektor, dimulai dari masyarakat, pemerintah setempat, pemerintah kecamatan, puskesmas, dinas kesehatan, bpp, lsm,
serta dinas peternakan dan kesehatan hewan sebagai leading secto
c. Analisis Program dan Kegiatan yang Menunjang Pencapaian Kinerja