Berorientasi pada tugas Jurnal No26 Thn15 Juni2016
74
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task
akan efektif jika mereka mendapatkan pengalaman belajar melalui tugas belajar yang
mereka dapatkan. Pembelajaran harus didesain menarik, ada urgensinya, dan bermakna bagi
peserta didik, sehingga mereka mendapatkan manfaat.
Jane Vella 2009 mempertegas, bahwa tugas belajar sebagai sebuah pendekatan pembelajaran
yang masih ‘segar’ untuk peserta didik dalam belajar. Menurutnya, belajar hanya terjadi
dengan segera jika peserta didik terlibat dalam tugas tugas belajar. Peserta didik tidak hanya
menerima pengetahuan, namun mereka melakukan transfer pengetahuan baru, keteram-
pilan. dan sikap kepada peserta didik lainnya.
Sedangkan Hurlock 2006 berpendapat, karena orang dewasa sebagai peserta didik yang
unik dan berbeda dengan anak usia dini dan anak remaja, maka
proses pembela- jaran
orang dewasa
akan berlangsung jika
mereka terlibat langsung dalam
tugas belajarnya. Beberapa konse-
psi mengenai tugas
belajar seperti tersebut di
atas, diper-kuat bahwa, taking
learning to task didasarkan atas beberapa asumsi logis yaitu, 1 peserta didik datang dengan
kapasitas untuk melakukan pekerjaan yang melibatkan dirinya dalam belajar; 2 peserta
didik belajar, ketika mereka secara aktif terlibat dengan konten, kognitif, emosional, dan fisik; 3
konten baru bisa hadir melalui tugas belajar; dan 4 tugas belajar mengarah pada akuntabilitas
pertanggung-jawaban, karena peserta didik dituntut untuk mempertanggungjawabkannya.
1. Peserta didik datang dengan kapasitas
untuk melakukan pekerjaan yang melibatkan dirinya dalam belajar.
Asumsi ini menurut penulis didasarkan pada salah satu teori belajar kognitivisme
dengan tokohnya Piaget, Bruner, dan Ausubel. Intinya adalah, setiap orang telah
mempunyai pengetahuanpengalaman dalam dirinya, yang tertata dalam bentuk
struktur kognitif. Inilah yang dinamakan kapasitas. Peserta didik memiliki kapasitas
atau modalitas yang tidak diragukan lagi untuk terlibat dalam tugas-tugas belajar.
Tanpa keterlibatan peserta didik, sejatinya tidak ada pembelajaran.
Teori belajar menyatakan secara tegas mengenai ‘apa yang seharusnya’ dilakukan
oleh seorang peserta didik manakala ia berada di kelas, dalam laboratorium,
perpustakaan, atau berbagai lokasi tempat terjadi proses pembelajaran. Kapasitas
itulah yang dalam kondisi normal, peserta didik seharusnya memiliki motivasi dan
passion
untuk belajar melalui berbagai peng- alaman belajar yang diciptakan oleh guru.
2. Peserta didik belajar, ketika me-
reka secara aktif terlibat dengan
konten, kognitif, emosional, dan
fisik. Asumsi ini dida-
sarkan pada sebu- ah prinsip belajar
yaitu, belajar akan berhasil jika pe-
serta didik aktif. Tugas belajar akan
berhasil manakala ada inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya,
baik perasaan, intelektual, dan fisik yang dapat memberi-kan hasil yang mendalam
dan lestari.
3. Konten baru bisa hadir melalui tugas
belajar. Asumsi ini didasarkan pada salah satu teori
belajar konstruktivisme. Teori ini berpenda- pat, peserta didik telah memiliki apa yang
dinamakan dengan entering behaviour berupa pengalaman, pengetahuan, kete-
rampilan, dan sikap. Jika apa yang dimiliki peserta didik tersebut bermanfaat dalam
membantu menyelesaikan tugas belajar, maka konten belajar baru muncul dan
peserta didik diperkaya dengannya.
Keberhasilan pembelajaran karena kontribusi yang signifikan antara
guru sebagai designer pembelajaran dan peserta didik sebagai pihak
yang harus mengerjakan, mengalami, berbuat, berproses
terhadap apa yang sudah didesain oleh guru.