Jenis dan variasi kesalahan berbahasa koran daerah
27
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia
terdapat kesalahan dalam bentuk tipe apapun. Dengan begitu, Koran Daerah
Cirebon dapat tampil lebih sempurna, komunikatif, dan lebih menunjukkan
perannya sebagai Pembina Bahasa Indonesia.
Daftar Pustaka
Anwar, Rosihan. 1991.Bahasa jurnalistik dan komposisi.
Jakarta: Pradnya Paramita Assegaff, Djafar H. 1985. Jurnalistik masa kini.
Pengantar ke praktek kewartawanan .
Jakarta: Ghalia Indonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
2011. Undang-Undang Republik Indone- sia Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Echols, Johan M.dkk. 2010. Kamus Inggris- Indonesia. Jakarta: Gramedia
Kosasih, Engkos. 2008. Mandiri bahasa Indonesia untuk SMPMTs. Kelas IX
. Jakarta: Erlangga
Maryati. 2008. Bahasa dan sastra Indonesia 3 untuk SMPMTs Kelas IX
. Jakarta: Pusat Moeliono, Anton M. 1999. Kamus besar bahasa
Indonesia edisi kedua cetakan kesepuluh. Jakarta: Balai Pustaka
Nurhadi. 2007. Bahasa Indonesia jilid 3 untuk SMP kelas IX
. Jakarta: Erlangga Sadikin, Asep Ganda. 2014. Bahasa Indonesia 2
untuk kelas VIII SMP . Bandung:
Grafindo Media Pratama Sekretariat Jenderal MPR RI. 2006. Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia .
Jakarta: MPR RI Suhaemi.2009. Bahasa jurnalistik. Jakarta:
Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Koran Radar Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober 2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, dan
LingkunganIptek Koran Kabar Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober
2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, dan LingkunganIptek
Koran Rakyat Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober 2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, dan
LingkunganIptek Koran Fajar Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober
2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, dan LingkunganIptek
Soedarso. 2005. Sistem membaca cepat dan efektif. Jakarta: Gramedia
http:nastitioktafifahw.blogspot.co.id2015 03macam-macam-menyunting.html
w w w . k e l a s i n d o n e s i a . c o m 2 0 1 5 0 5 peengertian-cara-menyunting-beserta-
contoh-suntingan.html?m=1 www.lucanosugiarso.blogspot.co.id201402
p e n g e r t i a n - d a n a - t u j u a n - penyuntingan.html?m=1
https:id.wikipedia.orgwikiWikipedia: Panduan_menulis_artikel_yang_lebih_baik
28
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Hilda Karli Email: temasaingmail.com
Universitas Terbuka UPBJJ Bandung
K
Abstrak
ajian ini merupakan kajian kebijakan, yang menggunakan dua SD di Bandung sebagai subjek penelitian. Penelitian kualitatif studi kasus ini mengumpulkan data menggunakan
teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kajian ini menggunakan metode Balance Score Card BSC
yaitu sebuah alat untuk mengimplementasikan manajemen pendidikan dengan menjabarkan visi dan misi sekolah pada empat perspektif yaitu anggaran keuangan, guru,
kurikulum dan siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar secara terukur. Hasil kajian dari empat perspektif ini menunjukkan adanya perbedaan implementasi dan pemecahan dari setiap
indikator perspektifnya untuk ke dua SD tersebut. Mutu pendidikan akan meningkatkan jika ada perbaikan secara terus menerus dan keseimbangan dari setiap perspektif.
Kata-kata kunci: mutu pendidikan, Metode Balance Score Card BSC, kepuasan pelanggan, kemampuan guru
Improving School Quality by Balance Score Card Method Abstract
This study is a policy assessment using two Elementary Schools in Bandung as research subject. As a qualitative case study, the data were collected by using interview, observation and document study techniques. This study
employed Balance Score Card BSC as a tool to implement educational management by outlining the vision and mission of the school in four perspectives: financial budget, teacher, curriculum and students to improve
the quality of basic education. Results from four perspectives show differences in implementation and breakdown of each indicator perspective for the two elementary school. The quality of education will improve if there is
continuous improvement and balance of each perspective.
Keywords: educationalquality, Balance Score Card method, custumer satisfaction, teacher skills
Penelitian
29
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Pendahuluan
Hasil studi Human Development Index HDI menunjukkan mutu sumber daya manusia
Indonesia rendah yang dibuktikan dengan angka partisipasi pendidikan masyarakat.
Tahun 2014 Indonesia menempati urutan ke-110 dari 188 negara di dunia. Indonesia berada jauh
dari posisi negara di Asia seperti Singapura yang menempati urutan ke-11, Malaysia menempati
urutan ke-62, Thailand menempati urutan ke- 93 dan Cina pada urutan ke-90 Human
Development Index, 2014.
Berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian pendidikan dasar
yang dilakukan oleh PISA Programme for International Student Assessment
untuk IPA, Matematika dan membaca pada tahun 2015,
Indonesia menempati urutan ke-69 dari 76 negara. Negara tetangga seperti Singapura
menempati urutan ke-1, Hongkong menempati urutan ke-2, Jepang menempati urutan ke-4 dan
Vietnam menempati urutan ke-12. Hal ini menunjukkan, kemampuan untuk memecahkan
masalah dalam soal matematika dan IPA masih kurang karena kemampuan membaca yang
kurang baik.
Fenomena di atas menunjukkan, sumber daya manusia Indonesia belum siap
menghadapi tantangan globalisasi. Salah satu masalah nasional yang dihadapi adalah mutu
sumber daya manusia yang masih rendah. Rendahnya mutu sumber daya manusia
Indonesia terkait lembaga pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia. Sumber
daya manusia akan bermutu jika didukung dengan pendidikan yang bermutu sebagaimana
diharapkan dalam UU No 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional akan meningkatkan mutu
manusia Indonesia menjadi manusia seutuhnya dan berdaya saing baik di tingkat domestik
maupun internasional. Lebih lanjut, peningkatan mutu manusia melalui pendidikan
dicantum kan pada misi rencana strategis Indonesia tahun 2010-2014 yaitu membentuk
insan cerdas dan kompetitif, cerdas spirituil, emosional, sosial, intelektual, dan kinestetik.
Sedangkan salah satu tujuan rencana kerja pembangunan pendidikan nasional jangka
panjang tahun 2005-2025 adalah pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dasar.
Berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, salah satu upaya yang dilakukan
sekolah ialah menciptakan lingkungan belajar yang dapat mengembangkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan melalui sistim dan proses yang direncanakan di kelas untuk
melayani kebutuhan siswa khususnya dan masyarakat umumnya. Lawton dan Barlosky
1994:12 menyebutkan, kebutuhan pelanggan siswa dan masyarakat dinyatakan dalam
kebijakan pendidikan yang dioperasionalkan melalui kurikulum dan selanjutnya diterapkan
dalam proses belajar mengajar di kelas. Pada kurun waktu tertentu hasil pendidkan
dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan kurikulum tercapai. Hasil evaluasi itu
dijadakan bahan refleksi untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan
secara terus menerus.
Pengelolaan pendidikan dapat terlaksana dengan baik jika ada alat ukur yang baik.
Balanced Score Card BSC merupakan sistem
manajemen strategis yang menerjemahkan visi dan strategi sekolah ke dalam tujuan dan
ukuran operasional dalam empat perspektif: 1 keuangan anggaran, 2 pelanggan siswa dan
orang tua, 3 proses bisnis internal kurikulum, serta 4 pembelajaran dan pertumbuhan guru
secara terpadu untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terukur.
Dalam penelitian Nomura Research Institute NRI, Papers No. 45, 1 April 2002 dikemukakan,
Jepang menerapkan pola kerja BSC terhadap lebih dari 20 perusahaan Morisawa, 2002: 3.
NRI menyimpulkan, perusahaan yang menerapkan pengukuran kinerja dengan BSC
memiliki keunggulan: 1 BSC dapat digunakan untuk melakukan perbaikan keseimbangan di
antara sasaran jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang; 2 dapat
menciptakan pemahaman strategi perubahan dengan menyusun atau menetapkan indikator
nonfinansial kuantitatif di samping indikator finansial; 3 mengurangi keragu-raguan atau
kekaburan dengan tetap menjaga indikator nonfinansial kuantitatif; 4 mempromosikan
30
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
proses pembelajaran organisasi melalui suatu pengulangan siklus hipotesis verifikasi, dan 5
memperbaiki platform strategi komunikasi secara umum dalam organisasi yang mencermin-
kan keterkaitan antara pimpinan dan bawahan.
Meskipun konsep BSC telah telah banyak diadopsi dan digunakan dalam sektor bisnis,
dan sektor pendidikan ternyata belum menggunakan BSC, terlihat dari langkanya
penelitian diterbitkan pada topik ini. Sebuah tinjauan literatur menghasilkan beberapa
publikasi misalnya, Cullen, Joyce, Hassall, dan Broadbent 2003 yang mengusulkan BSC
digunakan dalam institusi pendidikan sebagai penguatan pentingnya mengelola, bukan hanya
pemantauan kinerja. Sutherland 2000 melaporkan, Sekolah Pendidikan Rossier di
University of Southern California mengadopsi pendekatan BSC untuk menilai program
akademis dan proses perencanaan. Machasin 2012 melakukan penelitian di 3 tiga
Pendidikan Tinggi Agama Islam PTAI khususnya Sekolah Tinggi Agama Islam
Nusantara STAIN di Jawa Tengah. Penilitian itu bertujuan menghasilkan model peningkatan
mutu dan tata kelola PT. AI yang profesional, transparan dan akuntabel berdasarkan 5 lima
perspektif antara lain: perspektif pemangku kepentingan stakeholders, manajemen
administrasi dan keuangan, proses pendidikan dan pengembangan, etos kerja dan budaya,dan
good governance
. Ke-5 perspektif sebagai strategi nilai tambah organisasi PTAI secara
komprehensif dan holistik untuk meningkatkan mutu pendidikan PTAI berdasarkan prinsip
tatakola kelembagaan yang bersih. Menurut Machasin 2011:483 , terdapat perbedaan
implementasi dan pemecahan masalah dari perspektif keuangan, kurikulum, dosen, dan
mahasiswa dari ke 3 PTAI . Selain itu, secara rinci indikator apa saja dari setiap perspektif
tersebut yang harus dikembangkan atau yang sudah tercapai pada 3 PTAI tersebut dapat
terlihat dan terukur kinerjanya sehingga memudahkan merefleksikan dalam rangka
perbaikan mutu pendidikan.
Latar belakang seperti yang telah diuraikan membuat penulis tertarik melakukan
penelitian mengenai penggunaan BSC untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar secara
terpadu dan terukur di kota Bandung. Fokus masalah penelitian ialah 1 bagaimana
mengimplementasikan BSC di SD Kota Bandung dan 2 strategi apa yang digunakan untuk
meningkatkan mutu SD berdasarkan metode BSC. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan tentang peningkatan mutu pendidikan khususnya di SD dengan
menerapkan BSC sehingga dapat dijadikan salah satu acuan pengembangannya di sekolah
lain.
Metode Penelitian
Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan dasar secara terpadu dan terukur dipandang
dari perspektif keuangan, kurikulum, guru, dan siswa diujicobakan di 2 dua SD di kota
Bandung yang berakreditasi A dan berada pada gugus yang sama pada tanggal 11 Januari
hingga 6 Pebruari 2016. Penelitian kualitatif studi kasus ini menggunakan teknik wawan-
cara, observasi, dan studi dokumen pada orang tua, siswa, guru kelas 1-6 SD, kepala sekolah serta
stakeholder
yayasan dan pengawas dari dinas kota pendidikan.
Visi dan strategi diterjemahkan ke dalam 4 perspektif yang kemudian oleh setiap perspektif
visi dan strategi tersebut dinyatakan dalam bentuk tujuan yang ingin dicapai oleh Sekolah
seperti, ukuran tujuan, target yang diharapkan pada masa yang akan datang serta inisiatif atau
program yang harus dilaksanakan untuk memenuhi tujuan strategis sekolah. Proses
menerjemahkan visi dan strategi sekolah yang dikembangkan berdasarkan 4 empat perspektif:
perspektif keuangan, kurikulum, guru, dan siswa.
Perspektif keuangan mengidentifikasikan pelanggan dan segmen pasar tempat organisasi
akan bersaing. Tujuan yang bisa ditetapkan dalam perspektif ini adalah pemuasan
kebutuhan pelangganstakeholders. Ukuran perspektif ini ialah peningkatan jumlah siswa
yang diterima, kinerja keuangan yang transparan, serta peningkatan sarana prasana
untuk proses pembelajaran.
Perspektif guru bertujuan meningkatkan kemampuan guru, kapabilitas sistem informasi,
31
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
dan keselarasan serta motivasi guru. Ukuran yang digunakan dalam perspektif ini antara lain:
prosentase guru yang mengajar sesuai dengan keahlian atau latar belakang pendidikannya,
rasio komposisi guru per siswa, dan jumlah guru yang mengikuti studi lanjut.
Perspektif kurikulum adalah komponen utama dalam proses kegiatan belajar mengajar
di sekolah dan merupakan jembatan perspektif keuangan, guru dan siswa. Ukuran yang dipakai
ialah relevansi kurikulum dengan perkembang- an dan kebutuhan masyarakat, peningkatan
penambahan koleksi perpustakaan, serta pelaksanaan kegiatan mengajar sesuai tuntutan
zaman.
Perspektif siswa pelanggan utama adalah penerima pelayanan dari 3 tiga perspektif yaitu
guru, kurikulum dan keuangan. Ukuran yang bisa digunakan antara lain rata-rata indeks
kepuasan siswa terhadap pelayanan akademik, rata-rata indeks kepuasan siswa terhadap
pelayanan non akademik, rata-rata indeks kepuasan alumni danatau masyarakat
terhadap pelayanan, prosentase daya serap kurikulum yang sesuai dengan perkembangan
kebutuhan, prosentase kelulusan yang diterima di sekolah lanjutan.
Dari penjelasan di atas kerangka berpikir penelitian dituangkan dalam Gambar 1.
Visi dan Misi Lingk. Strategik
Kondisi SD yg diharapkan Kondisi SD
Formula Strategi Balance Score Card
Anggaran Kurikulum
Guru Siswa Ortu
Peningkatan Mutu
Gambar 1: Kerangka Berpikir
Hasil Penelitian
Implementasi BSC di sekolah swasta A dan sekolah negeri B yang berakreditasi A dan berada
pada gugus yang sama di kota Bandung disajikan dalam 4 empat tabel . Data perspektif
anggaran keuangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan, kedua sekolah tersebut belum transparan dalam anggaran
keuangan dan belum menggunakan TIK dalam menjalankan anggaran keuangan. Anggaran
keuangan masih didominasi oleh pihak stakeholder dan kepala sekolah. Sarana dan
prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar siswa sudah tersedia namun ada
beberapa sarana yang masih belum ada. Hasil kajian tersebut menunjukkan beberapa
kebijakan perlu direvisi dan dikembangkan agar pelayanan terhadap customer siswa dan orang
tua dapat terpenuhi.
Data perspektif guru ditampilkan dalam Tabel 2, kedua sekolah sudah memiliki guru
tetap lulusan S1 PGSD untuk guru kelas 1-6 SD dan menggunakan sistem mata pelajaran untuk
pelajaran tertentu.Pengembangan profesional guru belum ada dan masih fokus pada tugas
rutin seperti menyusun SilabusRPP, mengajar
32
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Tabel 1: BSC dalam Perspektif Anggaran Keuangan SD di Bandung Perspektif Anggaran Keuangan
SD di Bandung SD
Swasta A SD
Negeri B
Sarana dan alat media pembelajaran ada
ada Sarana dan buku perpustakaan
ada ada
Sarana dan alat olahraga ada
ada Sarana dan alat kesenian
ada ada
Sarana dan alat ekstrakurikuler ada
tidak Sarana dan alat bahasa
ada tidak
Sarana dan alat teknologi informatika ada
tidak Sarana dan alat pramuka
ada ada
Sarana dan alat keagamaan ada
ada Sarana dan alat bimbingan konseling
tidak tidak
Sarana dan alat kesehatan UKS ada
ada Pendapatan dari siswa bulanan iuran
ya tidak
Pendapatan di luar siswa ya
ya Pendapatan dari bantuan YayasanInstansi
ya ya
Pendapatan dari bantuan PemdaPemkot tidak
ya Anggaran untuk pengembangan SDM
ada tidak
Anggaran untuk beasiswa berprestasi ada
tidak Anggaran untuk beasiswa miskin
ada ada
Anggaran untuk studi banding ada
tidak Anggaran untuk field trip
ada tidak
Transparasi anggaran keuangan untuk semua staf tidak
tidak Kontrol anggaran keuangan dari stakeholder
ya tidak
Pemeriksaan audit keuangan dari kepala sekolah ya
tidak Pemeriksaan audit keuangan dari stakeholder
ya tidak
Pengembangan SDM bagian adm. keuangan tidak
tidak Arus keuangan menggunakan TIKon line
tidak tidak
33
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Tabel 2: BSC dalam Perspektif Guru SD di Bandung Perspektif Guru
SD Swasta A
SD Negeri B
Jumlah guru tetapdari 50 ya
ya Jumlah guru tidak tetap dari 50
tidak tidak
Pendidikan Guru S1 PGSDdari 50 ya
ya Pendidikan Guru S1 Non PGSD dari 50
tidak tidak
Pendidikan Guru S2 PGSD dari 20 tidak
tidak Pendidikan Guru S2 Non PGSD dari 20
tidak tidak
Melanjutkan ke Jenjang S2 PGSD dari 20 tidak
tidak Melanjutkan ke Jenjang S2 Non PGSD dari 20
tidak tidak
Rasio Guru : Siswa di kelas = 1: 35 ya
tidak Guru sesuai dengan keahliannya dari 50
ya ya
Guru terampil menggunakan TIK
sebahagian
tidak
Monitoring oleh supervisi koord. Kurikulum tiap minggu tidak
tidak Monitoring oleh kepala sekolah setiap 2 minggu
tidak tidak
Monitoring oleh pengawas dinas kota setiap 2 minggu tidak
tidak Kepuasan guru terhadap prestasinya dari 50
tidak tidak
Pembinaan guru oleh bagian kurikulum ya
tidak Pembinaan guru oleh pengawas dinas kota
ya ya
Pembinaan guru dari luar sekolahdinas ya
ya Hubungan guru dengan siswa
ya ya
Hubungan guru dengan orang tua siswa ya
ya Hubungan guru dengan kepala sekolah
ya ya
Hubungan guru dengan yayasandinas tidak
ya Hubungan guru dengan masyarakat sekitar
tidak ya
Hubungan guru dengan instasi terkait tidak
tidak
Guru membahas materi per minggu rapat jurulesson studi
ya ya
Guru memberi masukansaran keuangan kepada kepala sekolah tidak
tidak Guru memberi masukansaran kurikulum kepada kepala sekolah
tidak tidak
Guru memberi masukansaran sarana-prasarana kepada kepala sekolah tidak
tidak Guru memberi masukansaran kesiswaan kepada kepala sekolah
ya ya
34
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Tabel 3: BSC dalam Perspektif Kurikulum SD di Bandung Perspektif Kurikulum
SD Swasta A
SD Negeri B
Varian buku di perpustakaan dari 200 judul buku ya
tidak Pengunjung ke perpustakaan dari 20 jumlah anak per hari
ya ya
Jumlah buku memenuhi jumlah siswa di sekolah ya
tidak Kebutuhan buku pelajaran yang dipergunakan saat belajar di kelas
memenuhi ya
tidak TIK dipergunakan saat belajar di kelas
tidak tidak
Alat peraga dipergunakan saat belajar di kelas ya
tidak Mengundang nara sumber ke kelas
tidak tidak
Menggunakan metode belajar variasi ya
tidak Ceramah dan latihan soal masih dominan
ya ya
Penilaian kelas digunakan sebagai asesmen ya
ya
Kurikulum sesuai perkembangan siswa
tidak tidak
Jumlah beban belajar sesuai perkembangan siswa ya
ya Menyusun Silabus dan RPP dibuat sesuai kurikulum
ya ya
Guru menerapkan manajemen kelas tidak
tidak Penilaian kelas dengan bantuan TIK yang sudah diprogram
tidak tidak
Kepala sekolah menerapkan manajemen sekolah tidak
tidak Memberdayakan masyarakat sekitar untuk mutu sekolah
tidak tidak
Ekstra kurikuler sesuai kebutuhan masyarakat ya
ya Belajar menggunakan lingkungan sekitar
ya ya
Belajar secara kelompok ya
ya Belajar di luar kelas
tidak tidak
Guru mengujicobakan dulu praktikum sebelum dilakukan di kelas tidak
tidak Aturan kedispilinan diterapkan siswa dari 90
ya tidak
Kedispilinan didukung dari pihak orang tua ya
tidak
Kedispilinan didukung dari pihak staf dan kepala sekolah
ya tidak
35
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Tabel 4: BSC dalam Perspektif Siswa dan Orang Tua SD di Bandung Perspektif Siswa dan Orang tua
SD Swasta A
SD Negeri B
Jumlah siswa mendaftar dari 250 anak
ya ya
Jumlah siswa yang diterimadari 100 anak
tidak ya
Jumlah siswa di kelas dari 35 anak
ya tidak
Rasio siswa laki-laki : perempuan = 2:1
tidak ya
Tingkat kepuasan siswa terhadap layanan akademik dari 50
ya ya
Tingkat kepuasan siswa terhadap layanan non akademikdari 50
tidak tidak
Tingkat kepuasan orang tua terhadap layanan akademikdari 50
ya tidak
Tingkat kepuasan orang tua terhadap layanan non akademikdari 50
ya ya
Jumlah siswa yang lulus di atas rata-ratadari 50
tidak tidak
Jumlah siswa yang lulus rata-rata dari 50
ya ya
Jumlah siswa yang tidak lulus dari 10 ya
ya
Jumlah siswa yang melanjutkan ke SMPdari 80
ya ya
Jumlah siswa yang tidak mampu bantuan dari 10
tidak ya
Jumlah siswa yang berprestasi wakil SD dari 30 tidak
tidak Komunikasi guru dan siswa di kelas
ya ya
Komunikasi guru dan orang tua
ya ya
Komunikasi siswa dengan siswa tidak
tidak Siswa memberi masukansaran kepada gurukepala sekolah
tidak tidak
Orang tua memberi masukansaran kepada gurukepala sekolah tidak
ya Jumlah siswa yang ikut lomba akademik dari 20
tidak tidak
Jumlah siswa yang ikut lomba non akademik dari 20 tidak
tidak Aturan kedispilinan diterapkan siswa dari 90
ya tidak
Kedispilinan didukung dari pihak orang tua ya
tidak Kedispilinan didukung dari pihak staf dan kepala sekolah
ya tidak
dan memeriksa hasil ulangan anak yang dilakukan secara rutin tanpa ada evaluasi
refleksi untuk perbaikan. Dengan demikian, perlu menciptakan kondisi yang merangsang
guru untuk berkompetisi secara sehat untuk mengembang-kan diri secara profesional.
Data perspektif kurikulum pada Tabel 3 menunjukkan, kedua sekolah tersebut menekan-
kan produk kurikulum yaitu jumlah lulusan dengan nilai kognitif tinggi. Metode pembel-
ajaran yang digunakan di kelas masih dominan pada ceramah dan latihan soal. Dalam hal ini
36
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
siswa belum diajak untuk berlatih berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah. Perencanaan
dalam manajemen kelas seperti menyusun persiapan untuk mengajar hanya sekedar
administrasi saja, malah terkadang setelah pelaksanaan baru disusun.
Data perspektif siswa dan orang tua pada Tabel 4 menunjukkan, kedua sekolah tersebut
diminati oleh banyak orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya. Siswa dan orang tua
merasa puas ditinjau dari kelulusan hampir 100 dengan nilai di atas rata-rata serta
melanjutkan ke SMP favorit. Pihak sekolah perlu meningkatkan pelayanan agar tetap bertahan
menjadi favorit. Upaya ini berkaitan dengan peningkatan anggaran keuangan yang menjadi
roda dalam menjalankan organisasi.
Pembahasan
Suatu organisasi dikatakan baik dan maju apabila memiliki kinerja yang terukur untuk
mencapai tujuan Dally Dadang, 2010:31. Untuk mengetahui pencapaian kinerja, perlu dilakukan
penilaian kinerja melalui suatu pengukuran kinerja secara periodik. Proses pelaksanaan
tersebut merupakan bagian kegiatan manajemen yang terdiri atas merencanakan, mengorganisasi,
melaksanakan, dan monitoring indikator kinerja secara kualitatif dan kuantitif, sehingga penca-
paian tujuan organisasi tergambarkan secara jelas.
Manajemen pendidikan sejalan dengan tujuan dari Pendidikan Nasional UU Sisdiknas
20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara. Pendidikan dilakukan dalam kondisi sadar antara guru dan siswa dalam
sebuah perencanaan yang matang sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan belajar mengajar tersebut baik dari segi guru maupun siswa. Artinya,
pendidikan tidak terlepas dari manajemen pendidikan yang baik agar menghasilkan mutu
pendidikan yang dapat mengikuti perubahan zaman dengan cara memberdayakan sumber
pendidikan secara optimal melalui proses pembelajaran yang baik dan kondusif Bell dan
Rhodes, 1996:22-23.
Untuk mencapai sekolah bermutu secara efektif dan efiesien diperlukan sarana tools yaitu
men, money, materials, machines, methods, dan
markets. Salah satunya yang akan dibahas
adalah metode BSC yang tepat untuk membantu sekolah mengukur kinerja dan menerapkan
strategi untuk mencapai visi dan misinya. Awal mulanya BSC diterapkan dalam dunia bisnis di
USA sebagai implementasi strategi bisnis yang mendapatkan uanglaba sebanyak-banyaknya
Kaplan Norton, 2006:23. Namun, seiring waktu terjadi perubahan pada metode tersebut.
BSC tidak hanya menekankan pada aspek keuangan kuantitatif, tetapi juga aspek kualitatif
dan nonkeuangan. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang menempatkan laba bukan
sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan
nonkeuangan. Oleh karena itu, metode BSC dapat diterapkan dalam dunia pendidikan yang
notabene
bentuk organisasi sosial nonkeuangan yang mengutamakan pelayanan maksimal.
Cullen, Joyce, Hassal, dan Broadbent 2003: 45 mengusulkan bahwa metode BSC digunakan di
lembaga pendidikan untuk memperbaiki manajemen, bukan sekedar memantau kinerja.
Sanusi 2014:36-38 berpendapat BSC merupakan sistem manajemen strategis yang
menerjemahkan visi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan dan pengukuran
kinerja yang berfokus pada 4 empat perspektif yaitu perspektif keuangan dana dan srana
prasarana, pelanggan siswa dan orang tua, proses bisnis internal kegiatan kurikuler, serta
pembelajaran dan pertumbuhan guru dan staf. Hasil pengukuran dan penilaian kinerja tersebut
dapat dijadikan materi pemetaan dalam membuat perencanaan strategik dan
pengambilan keputusan pimpinan serta pengelola sekolah untuk mengembangkan
sekolah tersebut menjadi lebih baik, unggul, dan mampu bersaing.
37
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Perspektif anggaran keuangan menjelaskan apa yang diharapkan oleh penyedia sumber
daya terhadap kinerja keuangan sekolah. Seperti apa yang dikemukakan oleh Kaplan Norton
2006:21, “ What are our share holder expectations for financial performance?”
Apa harapan peme- gang saham untuk kinerja keuangan? Komponen
ini memfokuskan bagaimana sekolah menerje- mahkan hasil operasional ke dalam kesejah-
teraan dalam bidang keuangan. Meskipun sekolah sektor publik tidak mengejar laba,
sekolah perlu memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan dan mengurangi
biaya secara berkelanjutan. Perspektif keuangan dalam organisasi sektor publik terkait dengan
upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan dengan cara meningkatkan pendapatan dan
sekaligus mengurangi biaya. Upaya untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi
biaya dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian anggaran keuangan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pelayanan.
Kaplan menjelaskan, pada masa lalu organisasi mengonsentrasikan diri pada
kemampuan internal dan kurang memperhati- kan kebutuhan konsumen. Sekarang strategi
organisasi telah bergeser fokusnya dari internal ke eksternal. Suatu produk akan semakin bernilai
apabila kinerjanya semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan
persepsikan konsumen. Pendidikan bermutu jika sekolah sebagai penyelenggara pendidikan
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan khususnya orang tua dan siswa dan secara
umum masyarakat. Pelayanan yang maksimal seperti sarana prasarana yang memadai, dan
pengembangan SDM, pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan sebagai output
dari sekolah.
Hasil kajian keempat perspektif ke dua sekolah yang diteliti menunjukkan perlunya
perubahan guna memaksimalkan proses setiap perspektif. Setiap sekolah mengusulkan strategi
kebijakan untuk memperbaiki kondisi yang kurang maksimal. Strategi apa yang digunakan
untuk meningkatkan mutu SD berdasarkan BSC akan dibahas setiap perspektifnya di bawah ini.
Data penelitian Tabel 1 menunjukkan, kedua sekolah tersebut sudah menyediakan
sarana prasarana untuk kegiatan belajar mengajar di luar dan di dalam kelas namun
beberapa hal masih perlu diperhatikan agar aspek sarana prasarana dapat lebih
ditingkatkan lagi oleh kedua sekolah. Untuk itu perlu ada strategi kebijakan mengatasi kondisi
sekolah . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut untuk strategi kebijakan prespektif
keuangan sekolah A dan B.
Tabel 5 menunjukkan, kepala sekolah dan stakeholder kedua sekolah tersebut perlu fokus
pada pengembangan SDM memberikan pembekalan TIK dan paket pembelajaran yang
terkait dengan keuangan khususnya bagian keuangan dan menyusun sistim anggaran
keuangan secara on line membuat program flow chart
keuangan khusus untuk sekolah sehingga dapat lebih transparansi untuk semua staf di
sekolah. Pengauditan dapat dengan mudah dan cepat dilakukan.oleh berbagai pihak yang
berkepentingan pihak yayasan, kepala sekolah, pengawas pendidikan Di samping itu, perlu
pemberdayaan masyarakat sekitar, termasuk instansi yang dapat membantu penyediaan
sarana prasarana sekolah. Anggaran keuangan yang transparan dan up to date akan membuat
regulasi sistim manajemen sekolah lebih baik sehingga kebutuhan dan kepuasan pelanggan
siswa dan orang tua terpenuhi. Sekolah B belum mengganggarkan dana untuk kegiatan
siswa dan guru maka akan dilakukan banyak kerjasama dengan berbagai instansi yang terkait
untuk memberikan bantuan baik moril maupun materiil guna membantu kegiatan siswa dan
guru lebih maksimal. Memberdayakan peran masyarakat sekitar juga dilakukan untuk
memaksimalkan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Perspektif kedua, guru perlu melakukan perbaikan secara terus-menerus dan
menciptakan pertumbuhan secara berkelanjutan karena target dan ukuran kesuksesan akan terus
berubah seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, organisasi harus memfasilitasi guru
berinovasi, berkreasi, dan belajar Mahmudi, 2013:146. Aspek ini dimaksudkan untuk
menjawab pertanyaan “ How do we align our intangible assets people, systems, and culture to
improve the critical processes?”
Kaplan Norton,
38
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
2006:21. Komponen aspek ini mefokuskan pada keberlanjutan agar menjamin dan meningkatkan
kemampuannya memuaskan para pelanggan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan di
sekolah berkaitan dengan pengembangan professional dari guru sebagai ujung tombak
pemberian layanan kepada siswa yang merupakan pelanggan utama pendidikan.
Sekolah berfokus
pada perbaikan
pengembangan guru secara terus menerus Mohamad Mahsun, 2009:160.
Ujung tombak keberhasilan pendidikan ada di tangan guru. Hal ini sejalan dengan sistem
Tabel 5: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Keuangan No
SD Kondisi
Strategi Kebijakan
1 Swasta A
Sarana untuk kegiatan akademik dan nonakademik tersedia
kecuali BK dilakukan di ruang gurukelas
Meningkatkan sarana yang belum ada seperti ruang bimbingan konseling
siswa
Tidak menggunakan TIK secara on line untuk sistem keuangan
dan administrasi keuangan tidak pernah ada pengembangan untuk
keahlian Menggunakan TIK sebagai alat bantu
untuk mempermudah sistem keuang- an dan administrasi yang dilakukan
secara on line serta memberi pendidikan kelanjutan untuk staf
administrasi
Belum transparan keuangan untuk semua staf yang ada di
sekolah karena pihak stakeholder sangat dominan untuk anggaran
Menyusun strategi kebijakan yang transparan antara stakeholder, kepala
sekolah dan staf yang di sekolah bersama-sama
2 Negeri B
Sarana untuk kegiatan akademik dan nonakademik sudah ada,
yang belum tersedia seperti TIK, lab bahasa, BK, dan ekskul.
Meningkatkan sarana yang belum ada seperti ruang bimbingan konseling
siswa, TIK, lab bahasa dan ekskul misalnya dengan kerjasama dengan
instansi lain jika tidak memungkinkan untuk menyediakan ruangan lagi
Tidak menggunakan TIK secara on line untuk sistem keuangan
dan administrasi keuangan tidak pernah ada pengembangan untuk
keahlian Menggunakan TIK sebagai alat bantu
untuk mempermudah sistem keuang- an dan administrasi yang dilakukan
secara on line serta memberi pendidikan kelanjutan untuk staf
administrasi
Belum menganggarkan untuk kegiatan siswa dan guru baik
akademik dan nonakademik tetapi kerjasama dengan instansi
Melakukan kerjasama lebih banyak dengan instansi untuk kegiatan siswa
dan guru
Belum transparan keuangan untuk semua staf di sekolah
karena pihak kepala sekolah sangat dominan untuk anggaran
Menyusun strategi kebijakan yang transparan antara stakeholder, kepala
sekolah dan staf di sekolah bersama- sama
39
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
among Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarso sing tulodo
artinya guru memberikan teladan dengan sikap bukan dengan ceramah. Ing madya mangun
karso artinya guru membangun keinginan siswa
dan memberi kesempatan untuk mau mencoba berbuat sendiri. Tut wuri handayani artinya guru
memberikan dorongan dan memantau agar siswa mampu bekerja sendiri. Oleh karena itu,
guru perlu terus menerus mengembangkan keprofesionalannya sesuai tuntutan zaman.
Dari hasil kajian Tabel 2, kondisi guru di kedua sekolah belum maksimal baik pelayanan
maupun kompetensinya. Oleh karena itu perlu ada strategi kebijakan baru untuk perspektif guru
di kedua sekolah tersebut, sebagaimana terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6 menunjukkan, di sekolah swasta A semua kebijakan diatur oleh stakeholder
yayasan sehingga ada kesinambungan antara pemasukan anggaran dengan rasio guru dan
siswa di kelas. Guru sebagai ujung tombak yang memberi pelayanan kepada siswa dan orang
tua hanya pelaksana rutinitas dan kurang banyak dilibatkan dalam berbagai hal seperti
penyusunan kebijakan
kurikulum, pengembangan profesional, atau mengenal
masyarakat sekitar sekolah. Keterbatasan peranan guru disebabkan oleh banyaknya jam
mengajar serta tugas administrasi lainnya. Selain itu, jam kerja guru juga penuh fulltime
yaitu dari 06.45 pagi sampai pukul 16.00 sore. Sebagian besar guru sudah dapat mengopera-
sikan komputer guna mempermudah dan memperlancar pekerjaan guru seperti
administrasi dan media di kelas. Monitoring guru dalam bentuk supervisi kelas dilakukan
oleh yang membidangi kurikulum dan kepala sekolah tanpa terjadwal. Program Penelitian
Tindakan Kelas PTK hanya program tahunan insidentil saja sehingga tidak berdampak pada
pengembangan profesional guru. Lesson study belum optimal pada perbaikan guru mengajar.
Di sekolah negeri B semua kebijakan termasuk anggaran keuangan diatur oleh kepala
sekolah sehingga rasio guru dan siswa kurang ideal merupakan kebijakan kepala sekolah.
Tabel 6: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Guru No
SD Kondisi
Strategi Kebijakan
Guru kelas adalah guru tetap yayasan dan sudah lulus S1 PGSD 60 yang
terampil TIK Meningkatkan keterampilan
menggunakan TIK untuk menunjang administrasi dan mengajar di kelas
Pengembangan untuk keahlian pendidikan lanjutan untuk guru
belum ada Meningkatkan pengembangan SDM
misalnya membuka lowongan untuk melanjutkan pendidikan S2 PGSD
Pembinaan guru dilakukan oleh koord. kurikulum, kepala sekolah,
yayasan, dan dinas pendidikan dalam bentuk seminar, rapat atau supervis.
Menjadwalkan pembinaan guru sebagai program utama untuk
pengembangan profesional guru dalam bentuk perkuliahan, kursus
singkat atau seminar
Guru tidak pernah dilibatkan dalam menyusun kebijakan keuangan,
kurikulum, sarpras kecuali kesiswaan saja oleh yayasan dan kepala sekolah
Melibatkan guru dalam menyusun kebijakan keuangan, kurikulum, sar-
pras, kesiswaan, pengembangan SDM sekaligus memberi masukan dari guru
Komunikasi guru dengan kepala sekolah, orang tua,dan siswa baik
namun komunikasi dengan yayasan dan masyakarat sekitar belum ada
Menciptakan suasana agar guru lebih komunikatif dan lebih berkomunikasi
dengan masyarakat sekitar dengan membuat berbagai program yang
melibatkan masyarakat sekitar
40
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Berbeda dengan sekolah swasta A, jam mengajar guru lebih sedikit yakni mulai dari pukul 07.00
sampai pukul 12.00 dan guru mendapat kesempatan komunikasi dengan masyarakat
sekitar. Hanya sedikit guru yang bisa mengoperasikan komputer sehingga pekerjaan
administrasi masih dikerjakan manual. Sama halnya dengan sekolah swasta A, monitoring
guru dalam bentuk supervisi tidak terjadwal sehingga guru kurang mendapatkan manfaat
untuk memperbaikinya. Lesson study dan PTK dikerjakan guru sekedar memenuhi administrasi
sehingga kurang optimal untuk pengembangan diri dan guru berfungsi sebagai pelaksana
rutinitas mengajar saja. Padahal, pengembangan guru harus dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan. Dengan kata lain, guru dapat memberikan pelayanan maksimal kepada siswa
dan orang tua jika memiliki tingkat profesional yang tinggi sehingga menghasilkan produk
No SD
Kondisi Strategi Kebijakan
Guru jarang dimonitoring sehingga lesson studi belum optimal
Monitoring guru terjadwalkan agar mendapatkan hasil optimal
Guru hanya menjalankan tugas saja secara rutin seperti menyusun
administrasi sekolah, mengajar di kelas, dan tugas lainnya yang
diberikan oleh kepala sekolah Menciptakan kondisi yang merangsang
guru untuk berkompetisi dalam bidang mengajar secara profesional
sehingga ada kepuasan dari guru dalam bentuk prestasi
Guru kelas adalah guru tetap PNS dan lulus S1 PGSD 10 yang terampil
TIK Meningkatkan keterampilan
menggunakan TIK untuk menunjang administrasi dan mengajar di kelas
Rasio guru dan siswa kurang ideal sesuai dengan aturan pemerintah
Menambah ruang kelas atau menambah guru bantu agar rasio siswa
dan guru menjadi lebih ideal
Pengembangan untuk keahlian pendidikan lanjutan untuk guru
belum ada Meningkatkan pengembangan SDM
misalnya membuka lowongan untuk melanjutkan pendidikan S2 PGSD
Pembinaan guru dilakukan oleh koord. kurikulum, kepala sekolah, dan
dinas pendidikan dalam bentuk seminar, rapat atau supervisi
Menjadwalkan pembinaan guru seba- gai program utama untuk pengem-
bangan profesional guru dalam bentuk perkuliahan, kursus singkat atau
seminar
Guru tidak pernah dilibatkan dalam menyusun kebijakan keuangan,
kurikulum, sarpras kecuali kesiswaan saja oleh kepala sekolah
Melibatkan guru dalam menyusun kebijakan keuangan, kurikulum, sar-
pras, kesiswaan, pengembangan SDM sekaligus memberi masukan dari guru
Guru jarang dimonitoring sehingga lesson studi
belum optimal Monitoring guru terjadwalkan agar
mendapatkan hasil optimal Guru hanya menjalankan tugas saja
secara rutin seperti menyusun administrasi sekolah, mengajar di
kelas, dan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala sekolah
Menciptakan kondisi yang merangsang guru untuk berkompetisi dalam
bidang mengajar secara profesional sehingga ada kepuasan dari guru
dalam bentuk prestasi
41
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
mutu lulusan yang bermutu sesuai dengan harapan dan kebutuhan pengguna.
Perspektif ketiga, kurikulum, sebagai motor penggerak proses internal terjadi untuk
menghasilkan produk sesuai kebutuhan dan kepuasan siswa dan orang tua, pada akhirnya
berdampak pada peningkatan anggaran keuangan. Perspektif ini dimaksudkan untuk
menjawab pertanyaan “ What processes must we excelat to satisf your customers and share holders?”
Kaplan Norton, 2006:21. Pada perspektif ini, organisasi pada dasarnya memiliki tujuan yang
sama, yaitu untuk membangun keunggulan organisasi melalui perbaikan proses internal
organisasi secara berkelanjutan Mahmudi, 2013:145
. Kurikulum mencakup tujuan
pendidikan, isi pendidikan, pengalaman belajar dan penilaian yang digunakan sebagi tolok ukur
penilaian kinerja oleh sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Miller and Seller 1985:175
“curriculum components consist of: 1 aims and objectives, 2 content, 3 teaching strategislearning
experiences, 4 organization of content and teaching strategies”.
Secara tertulis, kurikulum dapat berbentuk suatu dokumen yang berisikan berbagai
komponen seperti pikiran tentang pendidikan, tujuan yang akan dicapai oleh kurikulum
tersebut, konten isi yang dirancang dan harus dikuasai siswa untuk menguasai tujuan, proses
yang dirancang untuk menguasai konten isi, metode, serta evaluasi yang dirancang untuk
mengetahui penguasaan kemampuan yang dinyatakan dalam tujuan. Secara tidak tertulis,
kurikulum dapat juga berbentuk proses pengalaman belajar yang dilakukan siswa dan
guru di sekolah sehingga dapat diamati secara langsung seperti: proses berpikir, proses
penyimpanan informasi, proses pembentukan sikap, dan proses pembentukan karakter.
Terkait dengan kurikulum di sekolah, yang perlu difokuskan antara lain: proses inovasi,
yang diukur output sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan anak; proses
operasional, yang diukur dengan peningkatan mutu lulusan; dan proses pelayanan, yang
diukur dengan pelayanan saat mengajar, waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan
kepada siswa, penanganan keluhan siswa dan lainnya. Tabel 3 menunjukkan bahwa guru
mengajar masih cenderung teacher centered walau sudah mulai melangkah ke paradigma student
centered . Guru tidak pernah dilibatkan dalam
penyusunan kurikulum. Strategi kebijakan untuk perspektif kurikulum di kedua sekolah tersebut
ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7 menunjukkan, sekolah swasta A menerapkan kurikulum ‘gemuk’ dengan
harapan anak menjadi pandai dari segi kognitif sehingga anak bisa diterima di SMP favorit.
Sekolah negeri B menggunakan kurikulum sesuai dengan pemerintah yang menekankan
pada segi kognitif saja. Masih banyak orang tua dan masyarakat beranggapan, sekolah favorit
itu menghasilkan jumlah dan nilai lulusan yang tinggi. Padahal, sekolah yang bermutu menurut
UU Sisdiknas menghasilkan manusia yang unggul dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
Jika ditilik lebih dalam, alasan guru dan sekolah lebih menekankan pada segi kognitif saja ialah
ujian sekolah dan ujian nasional yang masih dilihat dari skor nilai setiap siswa dan sekolah
dari setiap mata pelajaran. Fakta ini secara tidak langsung membuat guru melakukan kegiatan
mengajar bersifat drill soal latihan untuk mempersiapkan siswanya siap menghadapi
ujian tertulis. Fakta kedua, perkembangan siswa dengan mudah dilihat dari segi kognitif
daripada kinerja dan afektif. Selain itu, teknik penilaian kedua aspek itu lebih rumit dan butuh
waktu lama serta juga bukan sasaran utama penilaian. Fakta ketiga, pandangan orang tua
masyarakat yang mendambakan anaknya meraih juara dengan skor nilai tertinggi dan
masuk ke sekolah favorit yang mengharuskan mengikuti tes potensi akademik untuk mata
pelajaran seperti Matematika, IPA, IPS dan Bahasa Indonesia dan melampirkan Nilai Ujian
Nasional NUN murni sebagai bahan pertimbangan diterima atau tidaknya. Oleh
karena pada umumnya jumlah yang mendaftar ke sekolah favorit banyak sekali lebih dari batas,
persaingan skor sangat berpengaruh.
Guru sebagai manajer di dalam kelas perlu menerapkan keterampilan mengatur pekerja-
annya agar maksimal. Namun kenyataannya, manajemen sekolah dan kelas belum maksimal
diterapkan di sekolah dan kelas oleh kedua
42
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Tabel 7: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Kurikulum No
SD Kondisi
Strategi Kebijakan
1 Swasta
A Di perpustakaan buku tersedia
mencukupi kebutuhan dan jumlah siswa di sekolahkelas
Meningkatkan pelayanan dengan sistim digital
Kurikulum yang digunakan gemuk kurang relevan dengan perkembang-
an anak SD dan masih menekankan produk tes tertulis saja
Mengaplikasikan PAIKEM agar siswa tidak merasa bosan dan stres dan
perbanyak kegiatan proses pembelajarannya
Guru belum menerapkan manajemen kelas merencanakan,
mengorganisasi, melaksanakan dan mengevaluasi namun tugas rutin
seperti menyusun RPP, silabus, mengajar, dan memeriksa hasil
ulangan anak dilaksanakan secara rutin.
Memperkenalkan manajemen kelas pada guru untuk dapat diterapkan di
kelas sehingga rutintas pekerjaan menjadi tidak membosankan karena
termotivasi dengan kegiatan manajemen kelas yang kreatif. Jadi
materi praktikum akan diujicobakan dulu oleh guru
Keterampilan guru mengajar di kelas belum maksimal seperti TIK dan
mengundang nara sumber belum digunakan sebagai media
pembelajaran metode variasi seperti study field
, bercerita, bermain peran, bermain, praktikum, diskusi, kerja
kelompok dan menggunakan alam sekitar untuk media pembelajaran
sudah dilaksanakan masih menekankan pada ceramah dan
latihan soal Meningkatkan kemampuan guru
mengajar dalam segi metode mengajar yang student centered
sehingga mutu lulusan dapat meningkat bukan dari segi kognitif
tapi afektif dan psikomotor. Jadi bukan sekedar pandai mengerjakan
soal ulangan saja tapi memecahkan permasalahan yang ditemui sehari-
hari dapat terpecahkan sesuai perkembangan anak.
Belum maksimal menggunakan TIK untuk administrasi guru seperti
penilaian kelas yang sudah dipro- gram namun menyusun silabusRPP
sudah dengan bantuan TIK Meningkatkan kemampuan
keterampilan menggunakan TIK dengan mengikutsertakan kursus
komputer
Guru tidak dilibatkan dalam menyusun kebijakan kurikulum
sehingga guru tidak pernah diminta masukansaran dalam revisiriviu
kebijakan kurikulum guru hanya sebagai pelaksana kebijakan
kurikulum yang sudah disusun kepala sekolahyayasan
Melibatkan guru dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
penilaian pada kebijakan terutama kurikulum
Kepala sekolah menerapkan manajemen sekolah sebatas
administrasi buku KTSP 1 dan KTSP 2 masih menekankan pada segi
produk nilai ulangan tertulis kognitif dan jumlah lulusan
Mengubah paradigma sekolah favorit karena jumlah dan nilai ujian
kognitif kelulusan yang tinggi. Mutu lulusan baik jika aspek
kognitif, afektif dan psikomotor baik.
43
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
No SD
Kondisi Strategi Kebijakan
2 Negeri
B Di perpustakaan buku yang belum
mencukupi kebutuhan dan jumlah siswa di sekolahkelas
Menambah jumlah buku di perpustakaan dengan
memberdayakan masyarakat sekitar
Kurikulum yang digunakan sesuai dengan aturan pemerintah
penekanan pada produknya dalam bentuk hasil ulangan tertulis walau
ada penilaian kelas hanya sekedar administrasi kelas saja
Kurikulum sesuai dengan pemerintah namun outputnya belum
sesuai harapan pemerintah melakukan penilaian kinerja produk
dan proses bukan sekedar adminitrasi kelas saja.
Guru belum menerapkan manajemen kelas merencanakan, mengorganis-
asi, melaksanakan dan mengevaluasi namun tugas rutin seperti menyusun
RPP, silabus, mengajar, dan memeriksa hasil ulangan anak
dilaksanakan secara rutin Memperkenalkan manajemen kelas
pada guru untuk dapat diterapkan di kelas sehingga rutintas pekerjaan
menjadi tidak membosankan karena termotivasi dengan kegiatan
manajemen kelas yang kreatif. Jadi materi praktikum akan diujicobakan
dulu oleh guru
Keterampilan guru mengajar di kelas belum maksimal seperti TIK, materi
praktikum diujicobakan dulu oleh guru, dan mengundang nara sumber
belum digunakan sebagai media pembelajaran dominan pada
ceramah dan latihan soal Meningkatkan kemampuan guru
mengajar dalam segi metode mengajar yang student centered
sehingga mutu lulusan dapat meningkat bukan dari segi kognitif
tapi afektif dan psikomotor. Jadi bukan sekedar pandai mengerjakan
soal ulangan saja tapi memecahkan permasalahan yang ditemui sehari-
hari dapat terpecahkan sesuai perkembangan anak.
Belum maksimal menggunakan TIK untuk administrasi guru seperti
penilaian kelas yang sudah diprogram dan menyusun silabus
RPP yang masih ditulis tangan. Meningkatkan kemampuan
keterampilan menggunakan TIK dengan mengikutsertakan kursus
komputer
Guru tidak dilibatkan dalam menyusun kebijakan kurikulum
sehingga guru tidak pernah diminta masukansaran dalam revisiriviu
kebijakan kurikulum guru hanya sebagai pelaksana kebijakan
kurikulum yang sudah disusun kepala sekolah.
Melibatkan guru dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
penilaian pada kebijakan terutama kurikulum
Kepala sekolah menerapkan manajemen sekolah sebatas
administrasi buku KTSP 1 dan KTSP 2 masih menekankan pada segi
produk nilai ulangan tertuliskognitif dan jumlah lulusan
Mengubah paradigma sekolah favorit karena jumlah dan nilai ujian
kognitif kelulusan yang tinggi. Mutu lulusan baik jika aspek
kognitif, afektif dan psikomotor baik.
44
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
sekolah tersebut sehingga ukuran kinerja masih dominan pada administrasi. Menurut Bell dan
Rhodes 1996: 90-92, perencanaan, pelaksana- an, dan penilaian kurikulum tidak hanya
menjadi tanggung jawab guru dan kepala sekolah, tetapi semua instansi yang terlibat
seperti pengawas dan pemerintah pusat. Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya
guru serta kepala sekolah menjadi ujung tombak keberhasilannya. Kegiatan manajemen kuriku-
lum dan pengajaran meliputi pernyataan kurikulum, kebijakan kurikulum, skema kerja,
rencana mingguan, rencana semester, penilaian, evaluasi, dan revisi. Pihak yang terlibat adalah
pemerintah pusat, kepala sekolah, staf senior, koordinator kurikulum, dan guru dengan
tanggung jawab yang berbeda untuk setiap pihak dalam kegiatan tersebut.
Tanggungjawab pemerintah pusat dalam pernyataan kurikulum adalah memberikan
mandat kepada kepala sekolah. Pemerintah pusat memberikan dukungan kebijakan teknis
pelaksanaan dan memantau penilaian, evaluasi, dan revisi kurikulum. Jadi, pemerintah pusat
bertanggung jawab mengatur kurikulum secara efektif terutama pada biaya. Sedangkan kepala
sekolah sebagai manajer sekolah bertanggung jawab pada penulisan visi dan misi sekolah serta
menjadi komisaris pemantau saja pada kebijakan dan teknis pelaksanaan. Untuk
penilaian, evaluasi, dan revisi kepala sekolah memantau. Kepala sekolah dibantu oleh staf
senior dan koordinator kurikulum dalam perencanaan dan pelaksanaan teknisnya, seperti
memberi masukan ketika kepala sekolah menyusun visi dan misi. Namun, kebijakan
teknis operasionalnya disusun oleh koordinator kurikulum dibantu oleh staf senior dapat
dilaksanakan di sekolah dengan baik. Dalam penyusunan rencana semester dan mingguan
serta kegiatan penilaian dan evaluasi, koordinator kurikulum memberi dukungan
kepada guru yang menjadi pelaksana.
Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan harus memiliki keterampilan dalam mentransfer
kebijakan kepala sekolah agar dapat terlaksana dengan baik di kelas. Dalam kegiatan, pernya-
taan kurikulum harus mendukung visi dan misi yang disusun oleh kepala sekolah sesuai mandat
dari pemerintah pusat. Dalam kegiatan evaluasi dan revisi, peranan guru yang paling penting
karena mereka memiliki banyak informasi tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Oleh
karena itu, guru perlu dilibatkan dalam perenca- naan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum.
Pembagian tanggung jawab dalam manajemen kurikulum terlihat pada Tabel 8.
Selain itu, guru dan kepala sekolah menerapkan manajemen sekolah dan kelas yang baik sehing-
ga ukuran kinerja setiap langkah dapat terukur dan dapat diperbaiki guna peningkatan mutu
kinerja. Pengembangan profesionalme guru sangat diperlukan guna memenuhi aspek
kurikulum. Sebagai pelaksana kurikulum, guru perlu dibekali berbagai metode mengajar yang
sesuai dengan visi dan misi kurikulum. Baik KTSP maupun K-13 menggunakan metode
‘student centered’ artinya melibatkan siswa dalam berpikir serta bertindak menggunakan
sikap dan emosi yang menjadikan manusia unggul dan mampu bersaing. Bermain sambil
belajar untuk kelas 1 dan 2 SD, sedangkan bekerja sambil belajar untuk kelas 3-6 SD.
Pembekalan guru dalam menggunakan TIK sebagai sarana media atau administrasi perlu
dikembangkan guna meningkatkan mutu pendidikan. Guru dapat memberikan saran dan
masukan untuk kebijakan kurikulum dari pelaksananya selama mengajar 1 semester yang
dipantau oleh koordinator kurikulum dan kepala sekolah.
Siswa sebagai subyek, bukan obyek artinya, siswa terlibat baik jamani dan rohani dalam
pembelajaran sementara guru sebagai fasilitator dan motivator. Kedudukan dan peran siswa dan
guru ini selaras dengan ungkapan Ki Hajar Dewantara yang menempatkan siswa sebagai
subyek dan pada usia tersebut guru memberikan anjurannasihatdorongan bukan memaksakan
kehendaknya 1962:156. Memberikan pengala- man langsung pada siswa akan memberikan
penjelasan konsep abstrak dari benda kongkrit yang disodorkan. Hal ini diungkapkan oleh
Mulyasa bahwa proses belajar terjadi jika siswa menambah terus pengalamannya yang akan
tumbuh lebih banyak sehingga akan terbentuk gagasanide baru. Pengetahuan diperoleh
melalui pengalamannya, bukan dijejali oleh guru
45
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
2013:98. Dave Meier dalam Suderajat 2011:60 mengungkapkan, bila individu dirangsang
dengan belajar yang menyenangkan maka lymbic system
sebagai social emotional brain akan men- trigger
neocortex untuk berpikir cerdas dan reptilian brain
untuk mengatur detak jantung sehingga daya tahan endurance individu yang
belajar meningkat hingga 6 sampai 8 jam dalam sehari. Dampaknya, individu belajar dengan
cepat karena motivasi tinggi. Selanjutnya, Herr dan Larson 2000: 22 mengungkapkan, dalam
proses pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa adalah belajar untuk berpikir, belajar
untuk memberikan alasan, belajar untuk mengambil keputusan melalui bermain sambil
belajar dan bekerja.
Dalam proses belajar terjadi interaksi antara guru dan siswa. Menurut prinsip konstrukti-
visme, seorang guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses
belajar siswa berjalan dengan baik. Contoh, guru menyediakan atau memberikan kegiatan yang
merangsang keingintahuan siswa, membantu mereka mengekspresikan gagasan dan
mengkomunikasikan ide ilmiahnya, menyedia- kan sarana yang merangsang berpikir siswa
secara produktif dan mendukung pengalaman belajar siswa. Selain itu guru juga memonitor,
mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa itu jalan atau tidak. Kedua
sekolah tersebut belum memaksimalkan potensi guru untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam 3 tiga aspek: kognitif, afektif dan psikomotornya. Guru masih mendominasi
dengan ceramah dan latihan soal. Bahkan orang tua memasukkan anaknya dalam bimbingan
belajar agar siswa dapat berlatih banyak soal lagi. Siswa hafal soal latihan tanpa memaknai
arti dalam soal. Soal yang diberikan pada anak dalam bentuk C1, C2 dan C3 saja dan kurang
melatihkan C4, C5 dan C6
Buku sebagai salah satu media pembel- ajaran yang terbuka sifatnya, artinya ketika siswa
ingin mencari sesuatu dari keinginantahuannya, melalui buku dapat terjawab dengan sendirinya.
Oleh karena itu, jumlah dan varian buku di perpustakaan perlu diperhatikan. Sekolah negeri
B masih perlu menambah jenis dan jumlah buku dengan cara antara lain melibatkan masyarakat
sekitar untuk menambah jumlah buku seperti sponsor dari instansi, komite sekolah, sumbang-
an sukarela dari siswa atau mengalokasi
Tabel 8: Tanggung Jawab Dalam Manajemen Kurikulum Curriculum
Plan Head Teachers
Senior Staff
Subject Coordinator
Class Teacher Governors
Curriculum statement
Originator Advisers
Advisers Supporter
Mandate giver Reporter
Curriculum policies
Commissioner Monitor
Supporter Writer
Implementer Supporter
Schemes of work Commissioner
Monitor Supporter
Writer Implementer
Supporter Termly plans
Monitor Monitor
Supporter Implementer
Supporter Weekly plans
Monitor Monitor
Supporter Implementer
Supporter Assessment
Commissioner Monitor
Monitor Writer
Supporter Implementer
Supporter Evaluation
Monitor Monitor
Supporter Information
giver Monitor
ReviewRevision Monitor
Supporter Writer
Information giver
Monitor
46
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
keuangan untuk pembelian buku. Sekolah swasta A, yang sudah memiliki jumlah dan
varian buku yang cukup, sebaiknya mengem- bangkan koleksi bukunya menjadi sistim digital
yang mempermudah siswa untuk membaca.
Perspektif keempat, siswa dan orang tua sebagai pihak pelanggan sekolah. Organisasi
sektor nonpublik sekolah dalam perspektif pelanggan orang tua dan siswa berfokus untuk
memenuhi kepuasan pelanggan melalui penyediaan jasa dan pelayanan yang bermutu
dengan harga yang terjangkau. Perspektif ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan
Kaplan Norton 2006:21 “To reach our financial objectives, how do we create value for our customers?”
Untuk memuaskan pelanggan, guru, kurikulum, dan anggaran keuangan akan saling terkait dan
memberikan kontribusi.
Harapan pelanggan orang tua dan siswa SD adalah untuk mendapatkan pelayanan
maksimal dan produk bermutu. Pelayanan termasuk bagaimana guru mengajar di kelas,
fasilitas apa saja yang diterima oleh siswa dan orang tua, dan infrastruktur apa saja yang
disiapkan sekolah guna menunjang proses belajar mengajar. Sedangkan produk yang
dihasilkan siswa dapat mengembangkan potensi seperti penanaman nilai dan norma
kehidupan, pembentukan dan pembiasaan perilaku yang diharapkan, pengembangan
pengetahuan dan keterampilan dasar, serta pengembangan motivasi dan sikap belajar yang
positif. Fungsi pendidikan dasar mengembang- kan sikap kreatif, antusias untuk bereksplorasi,
bereksperimen, berimajinasi, berani mencoba, dan mengambil resiko seperti yang tercantum
dalam UU No. 20 Thn 2003 tentang Sisdiknas. Jadi, pendidikan dasar khususnya SD merupa-
kan pondasi pendidikan sebagai sarana utama untuk menggali potensi diri dan membentuk
Tabel 9: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Siswa dan Orang Tua No
SD Kondisi
Strategi Kebijakan
1 Swasta
A
Sekolah favorit akibatnya banyak berlomba mendaftar tetapi yang diterima
sesuai bangku tersedia 3 kelas
Meningkatkan pelayanan agar tetap bertahan jadi sekolah favorit yang
bukan saja menekankan segi kognitif
Siswa dan orang tua puas dengan layanan akademik tetapi untuk non
akademik masih belum optimal Meningkatkan pelayanan non
akademik kerjasama dengan instansi lainnya
Siswa sangat disiplin didukung orang tuanya budaya sekolah
Mempertahankan budaya sekolah disiplin
Pengembangan potensi diri anak baik akademik maupun non akademik
hanya terbatas pada beberapa anak saja untuk ikut perlombaan antar
kelassekolah atau gugus Memperbanyak program
pengembangan akademik dan non akademik sehingga setiap siswa bisa
ikut terlibat dengan kerjasama dengan instansi atau sekolah lain
Tidak ada anak yang kurang mampu dalam segi ekonomi tidak ada
beasiswa untuk anak miskin Membuka beasiswa bagi siswa yang
berprestasi namun kurang mampu
Komunikasi antar siswa belum optimal tetapi dengan guru sudah
baik Mengoptimalkan komunikasi siswa
dengan siswa melalui program yang diadakan di sekolah
Siswa dan orang tua tidak pernah dilibatkan dalam menyusun berbagai
kebijakan di sekolah Melibatkan perwakilan siswa daa
orang tua untuk menyusun kebijakan sekolah
47
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
karakter agar menjadi manusia seutuhnya. Untuk memenuhi harapan pelanggan, aspek ini
menunjukkan bagaimana baiknya sekolah menjalankan kegiatan dan mencapai hasil sesuai
harapan pelanggan. Perspektif keempat dalam BSC mengembangkan pengukuran dan tujuan
untuk mendorong sekolah agar berjalan dan tumbuh.
Tabel 4 menunjukkan orang tua dan siswa SD sebagai pelanggan utama belum mencapai
tingkat kepuasaan yang tinggi. Perpektif orang tua dan siswa sangat erat terkait dengan
perspektif kurikulum, guru, dan keuangan. Hal ini terlihat pada Tabel 9 yang menunjukkan,
kedua sekolah tersebut sebagai sekolah favorit bagi siswa SD karena mampu meluluskan siswa
dengan skor nilai tertinggi serta masuk ke Sekolah Menengah Pertama SMP favorit. Sekolah
sebagai penyelenggara pendidikan mengupaya- kan semaksimal harapan dan keinginan
masyarakat khususnya orang tua siswa yang anaknya bersaing masuk SMP favorit dengan
skor nilai tinggi. Oleh karena itu, guru akan melakukan kegiatan belajar mengajar yang
bukan menekankan PAIKEM tapi lebih ceramah dan drill soal. Keterkaitan kebutuhan orang tua
dan siswa dan pelayanan guru dan sekolah menjadi sangat erat.
Hal lain, kedua sekolah tersebut belum memaksimalkan semua potensi siswa baik dari
segi akademik maupun nonakademik. Hanya beberapa siswa saja sebagai perwakilan sekolah
yang ikut perlombaan sehingga membuat siswa yang tidak terpilih menjadi perwakilan menjadi
minder dan tidak termotivasi. Guru dan sekolah lebih fokus pada siswa yang sudah terlihat bakat
atau prestasi akademiknya dan guru hanya memberi bimbingan sekedarnya untuk
mempersiapkan ajang perlombaan. Padahal, setiap siswa punya potensi yang perlu digali dan
No SD
Kondisi Strategi Kebijakan
2 Negeri
B
Sekolah favorit akibatnya banyak ber- lomba mendaftar
tetapi yang diterima sesuai bangku tersedia 5 kelas
Meningkatkan pelayanan agar tetap bertahan jadi sekolah favorit yang
bukan saja menekankan segi kognitif
Siswa dan orang tua puas dengan layanan akademik tetapi untuk non
akademik masih belum optimal kadang guru tidak ada
Meningkatkan pelayanan non akademik kerjasama dengan instansi
lainnya
Siswa kurang disiplin belum didu- kung orang tuanya budaya sekolah
Menyusun program disiplin aturan agar jadi budaya sekolah
Pengembangan potensi diri anak baik akademik maupun non akademik
hanya terbatas pada beberapa anak saja untuk ikut perlombaan antar
kelassekolah atau gugus Memperbanyak program
pengembangan akademik dan non akademik sehingga setiap siswa bisa
ikut terlibat dengan kerjasama dengan instansi atau sekolah lain
Komunikasi antar siswa belum optimal tetapi dengan guru sudah
baik Mengoptimalkan komunikasi siswa
dengan siswa melalui program yang diadakan di sekolah
Siswa tidak pernah dilibatkan dalam
menyusun berbagai kebijakan di sekolah
Melibatkan perwakilan siswa untuk menyusun kebijakan sekolah
Orang tua kadang dilibatkan dalam menyusun berbagai kebijakan di
sekolah komite orang tua Meningkatkan kerjasama dengan
komite orang tua untuk menyusun kebijakan sekolah
48
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
diasah agar potensi diri dapat muncul pada diri siswa. Guru kurang menggali optensi yang
tersembunyi dari setiap siswanya, padahal kesempatan setiap siswa untuk ikut ajang
perlombaan merupakan hak setiap siswa. Strategi kebijakan untuk perspektif ini, sebaiknya
melakukan kerjasama dengan berbagai sekolah atau instansi lain sehingga setiap siswa dapat
mengikuti ajang perlombaan, bukan sekedar piala yang dicari siswa tetapi rasa bangga bisa
ikut lomba dan memotivasi potensi dirinya menjadi lebih berkembang. Sebaiknya, sekolah
memilih siswa secara bergantian untuk ikut perlombaan. Adakan lomba antarkelas paralel
atau lomba antarkelas di sekolah untuk mencari bakat setiap siswa dan memberikan kesempatan
setiap siswa untuk menunjukkan prestasi baik akademik maupun non akademik.
Kerinduan siswa mengasah potensi non- akademik terlihat pada Tabel 9. Kedua sekolah
tersebut lebih menekankan pengembangan aspek kognitif semata yang mengacu pada nilai
rapor dan ijazah serta diterimanya di SMP favorit, padahal siswa merindukan pengem-
bangan aspek nonakademik. Kegiatan nonakademik di sekolah dalam bentuk ekstra
kurikuler 2 jam pelajaran, olahraga 2 jam pelajaran, dan SBDP keterampil-an dan seni 2
jam pelajaran serta pramuka 2 jam pelajaran. Jika dilihat dari jumlah jam pelajaran di SD sekitar
40 jam pelajaran Permendiknas 572017, hanya 20 pengem-bangan potensi untuk
nonakademik. Strategi kebijakannya adalah membuat program yang dapat mengembangkan
aspek nonakademik sesuai dengan kondisi dan visi sekolah seperti paguyuban angklung, pencak
silat, gamelan Sunda, dan seterusnya dalam bentuk kegiatan kemasyarakatan dimulai dari
kegiatan di kelas lalu diundang semua orangtuanya untuk melihat pentas anaknya.
Kegiatan ini dapat dijadikan ujian akhir sekolah sebagai proyek dengan penilaian kognitif,
psikomotor, dan afektif. Selain bangga dengan proyeknya yang dapat dilihat oleh orang tua dan
temannya, siswa juga secara tidak langsung sudah melakukan ujian akhir.
Pandangan orang tua sebagai pelanggan masih memiliki paradigma, nilai tinggi dalam
aspek akademik menunjukkan anak pandai dan hebat. Mengedukasi orang tua melalui komite
sekolah dengan melibatkan psikolog, pakar pendidikan dan kepala sekolah untuk
mengubah paradigma yang salah tersebut dengan berbagai kegiatan, bukan hanya seminar
saja tetapi kegiatan yang bisa membuka pikiran para orang tua. Di lain pihak, sekolah
membutuhkan pelanggan orang tua dan siswa sehingga interaksi antara produsen dan
pelanggan harus harmonis dan selaras. Mengajak komite orang tua dalam menyusun
kebijakan sekolah merupakan salah satu strategi meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan.
Siswa sebagai pelanggan utama dalam dunia pendidikan belum pernah diajak
komunikasi antarsiswa itu sendiri untuk meningkatkan tingkat kepuasaannya. Umum-
nya, siswa menjadi objek pelaku kebijakan yang disusun. Kedua sekolah tersebut baru melibat-
kan perwakilan siswa dan belum mengikut- sertakan banyak siswa dalam forum komunikasi
untuk menyusun kebijakan sekolah. Siswa diwakili satu orang dari kelasnya untuk menge-
mukakan pendapatnya. Diskusi antar-siwa kelas 1-3 dipimpin guru dan untuk kelas 4-6 di-
pimpin ketua kelas. Setiap perwakilan kelas da- pat mengemukakan pendapatnya dalam forum
komunikasi antarsiswa di sekolah dari kelas 1- 6 SD. Dipilih dari perwakilan kelas 1-6 beberapa
siswa untuk ikut dalam rapat kebijakan sekolah.
Sekolah swasta A yang notabene sekolah favorit sehingga banyak siswa yang orangtua-
nya dikatagorikan mampu yang menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Alangkah baiknya
jika memberikan kesempatan untuk anak yang kurang mampu namun berprestasi secara
akademik atau nonakademik untuk bersekolah di sekolah tersebut melalui program beasiswa,
sehingga kondisi heterogen siswa dapat lebih banyak membelajarkan siswa untuk hidup
dalam dunia nyata.
Sekolah negeri B, yang belum membudaya- kan aturan disiplin baik dari siswa maupun
orang tua, sebaiknya membuat program untuk membudayakan disiplin dalam kehidupan
sehari-hari melalui tindakan nyata. Pembentu- kan karakter dimulai dari pola pembiasaan anak
sehari-hari. Oleh karena itu, bukan siswa dan orang tua saja yang melakukan budaya disiplin
tetapi pihak staf sekolah dan kepala sekolah harus menjadi model untuk siswa dan orang tua.
49
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
Setelah menyusun BSC dari aspek anggaran keuangan, guru, siswa, dan kurikulum maka
langkah selanjutnya adalah menyusun dan mengimplementasikan strategi kebijakan.
Langkah pertama dalam menyusun BSC adalah memprioritaskan kebijakan mana yang akan
dilakukan secara bertahap dan terukur kinerja- nya dengan mengacu pada data yang sudah
diperoleh. Menggunakan teknologi informatika untuk membantu mengimplementasikan BSC.
Selanjutnya, stakeholder dan kepala sekolah menyelaraskan dengan visi dan misi sekolah.
Implementasi BSC tidak bisa langsung dilaku- kan pada setiap unit organisasi secara bersama-
an, tetapi harus dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, disusun secara tingkatan birokrasi
seperti dibuat pada tingkat Yayasanstakeholder, yang kemudian diterjemah-kan ke dalam BSC
tingkat kepala sekolah dan selanjutnya diterje- mahkan lagi ke tingkat guru. Pada tahapan ini
tim yang dibentuk mengomunikasikan inisiatif strategis dan ukuran yang dibutuhkan untuk
setiap perspektif kepada ketuamanajer masing unit organisasi. Terakhir, pemantauan dilaku-
kan oleh tim audit internal secara terus menerus untuk memberi masukan. Jika memungkinkan,
tim audit eksternal seperti konsultan pendidikan memberi masukan dari kinerja yang sudah
dilakukan. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus dan bersinam-bungan.
Simpulan
Kesimpulan
Output manajemen pendidikan dikatakan bermutu jika hasil akademik dan nonakademik
yang diperoleh siswa sesuai dengan kebutuhan dan berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu,
perlu ada proses pengendalian dan pengawas- an mutu yang baik oleh penyelenggara pendidik-
an melalui metode BSC. Empat kajian BSC meliputi perspektif anggaran keuangan, guru,
kurikulum, dan siswa pada SD Negeri B dan Swasta A di Kota Bandung. Untuk mengimple-
mentasikan BSC ada 6 langkah yaitu: 1 menyusun BSC dari aspek anggaran keuangan,
guru, siswa, dan kurikulum; 2 mengidentifikasi data dan prioritas bertahap; 3 menyesuaikan
dengan visi, misi sekolah; 4 mengordinasikan setiap bagian jadi kegiatan terintegrasi; 5
menyusun strategi sesuai data tersebut oleh kepala sekolah, guru dan staf masing-masing;
6 melakukan pemantauan oleh tim audit.
Hasil kajian implementasi kedua SD untuk setiap perpektif sebagai berikut: perspektif
anggaran keuangan, belum transparan dalam anggaran keuangan dan belum menggunakan
TIK dalam menjalankan anggaran keuangan. Anggaran keuangan masih didominasi dari
pihak stakeholder dan kepala sekolah. Hasil kajian implementasi perspektif guru yaitu
menggunakan sistim guru kelas, status tetap, lulusan S1 PGSD untuk guru kelas 1-6 SD,
namun untuk kelas 4-6 menggunakan sistem mata pelajaran untuk pelajaran tertentu.
Pengembangan profesional untuk guru belum ada dan masih fokus pada tugas rutin seperti,
menyusun SilabusRPP, mengajar dan memerik- sa hasil ulangan siswa dilakukan secara rutin
tanpa ada evaluasirefleksi untuk perbaikan. Hasil kajian implementasi Perspektif kurikulum
antara lain: produk lulusan menekankan pada banyaknya lulusan diterima di sekolah favorit
dengan nilai kognitif yang tinggi. Metode pembelajaran yang digunakan di kelas masih
dominan pada ceramah dan latihan soal bentuk hafalan. Manajemen sekolah dan kelas diterap-
kan di sekolah dan kelas sekedar adminitrasi saja. Hasil kajian implementasi perspektif siswa
dan orang tua adalah tergolong sekolah favorit deng banyak peminat. Belum memaksimalkan
potensi diri setiap siswa baik dari segi akademik maupun nonakademik dan pandangan orang
tua bahwa nilai yang tinggi dalam aspek akademik menunjukan siswa pandai.
Adapun strategi kebijakan yang disusun untuk memperbaiki kondisi yang ada, hasil
kajian implementasi BSC adalah: perpektif keuangan, fokus pada pengembangan SDM
khususnya bagian keuangan, dan menyusun sistem anggaran keuangan secara on line
sehingga dapat lebih transparansi untuk semua staf di sekolah. Dengan demikian pengauditan
oleh berbagai pihak yang berkepentingan dapat dengan mudah dan cepat dilakukan. Meningkat-
kan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar siswa dengan
kerjasama dengan instansi lain. Strategi
50
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card
kebijakan perspektif guru, menciptakan kondisi yang merangsang guru untuk berkompetisi
secara sehat untuk mengembangkan diri secara profesional pengembangan TIK, lesson study
serta melibatkan guru dalam penyusunan kebijakan kurikulum. Strategi kebijakan
perspektif kurikulum, meningkatkan skill guru dalam manajemen kelas dan kepala sekolah
dalam manajemen sekolah. Guru sebagai ujung tombak perlu dilibatkan dalam perencaaan,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum.
Strategi kebijakan perspektif siswa dan orang tua, setiap siswa berhak mengikuti
perlombaan sehingga membuat siswa menggali potensi diri yang masih tersembunyi. Mengedu-
kasi orang tua untuk mengubah paradigma nilai tinggi akademik menunjukan siswa pandai.
Melibatkan siswa untuk memberi saran seputar pelayanan dari pihak guru, staf, dan sekolah.
Memberdayakan masyarakat sekitar untuk memaksimalkan kegiatan non akademik.
Saran
Dari kajian dua SD di Kota Bandung saran diberikan kepada stakeholder, kepala sekolah,
dan guru sebagai berikut. Pertama, stakeholder hendaknya mendukung dan menyusun
kebijakan sekolah bersama dengan kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua dalam forum
diskusi kecil. Kedua, memberi reward bagi kepala sekolah dan guru yang berhasil meningkatkan
kinerjanya yang mengacu pada metode BSC. Ketiga, kepala sekolah perlu menyusun strategi
kebijakan yang jadi prioritas secara bertahap dengan ukuran nilai kinerja terukur untuk
dilakukan oleh kepala sekolah dengan menerapkan manajemen sekolah. Bagi guru
perlu menyusun strategi kebijakan yang jadi prioritas secara bertahap dengan ukuran nilai
kinerja detail dan terukur untuk dilakukan oleh guru dengan menerapkan manajemen kelas.
Keterbatasan penelitian ini untuk mengungkapkan secara detail informasi secara
kuantitatif dari setiap perspektif, hal ini dikarenakan pihak sekolah merasa tidak
nyaman dan takut data sekolah diketahui oleh sekolah lain. Akan lebih baik jika sekolah
melakukan pengukuran secara kuantitatif untuk dipergunakan secara internal di sekolahnya
Daftar Pustaka
Bell, Les. Dan Rhode, Chris. 1996. The skill of primary school management.
London: Routledge
Depdiknas. 2007. Kajian kebijakan kurikulum SD. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum Dally, Dadang 2010. Balance score card suatu
pendekatan dalam implementasi pendidikan .
Bandung: Rosda Karya Dedi Supriadi. 2000. Reformasi pendidkan dalam
konteks otonomi daerah . Yogyakarta: Adicita
Kaplan, Robert S dan David P. Norton. 1996. Balanced scorecard: Translating strategy into
action . Boston: Havard Business School
Press Kitson, Neil dan Merry, Roger. 1997. Teaching
in the primary school. London: Routledge
Lawton, Stephen dan Barlosky, Martin. 1994. A handbook developing quality school.
Toronto: Institutions Ontario Machasin, dkk. 2011. Strategi peningkatan mutu
perguruan tinggi agama Islam berbasis balanced score card
. IAIN Walisongo Semarang Walisongo, Volume 19, Nomor
2, November 2011 Peraturan Pemerintah 192006 tentang Standar
Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah 322013 tentang Standar
Nasional Pendidikan Sallis, E. 2002. Total quality management in
education . London:Kogan Page Ltd
Sanusi, Achmad. 2014. Pembaharuan strategi pendidikan
. Bandung: Nuansa Cendekia Suderajat, Hari. 2011. Manajemen pembelajaran
tematik . Bandung: Sekar Gambir Asri
Tilaar, H.A.R. 2009. Kekuasaan dan pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Undang-UndangRepublik Indonesia No. 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Sisdiknas. Jakarta
______. 2011. Human development report. United
Nations Development Program, New York ______. Balanced scorecard as a control system for
monitoring and revising corporate strategy,” http:www.ssrn.com, diakses pada tanggal 12
Februari 2011. Gazperz
51
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
Penggunaan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Prosedur
Sakila E-mail: sakilaspdyahoo.co.id
SMP Negeri 2 Singkawang
Opini
G
Abstrak
uru sering menemukan kesulitan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teksprosedur. Tulisan ini memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan serta
mendeskripsikan proses pembelajaran menulis teks prosedur dengan menggunakan media gambar berseri pada siswa kelas 8 jenjang SMP. Guru menggunakan media pembelajaran
yang murah dan sederhana tetapi dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa. Dengan menggunakan media gambar berseri 1 proses pembelajaran berjalan dengan baik dan siswa aktif
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, 2 tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis teks prosedur bagi siswa kelas 8 jenjang SMP, dan 3 siswa sangat senang terhadap penggunaan
gambar berseri dalam pembelajaran menulis teks prosedur. Berdasarkan hasil kajian ini, guru disarankan untuk menerapkan penggunaan gambar berseri pada materi pelajaran bahasa Indonesia
yang lain.
Kata-kata kunci: media, gambar berseri, kemampuan menulis, teks prosedur
Use of Serial Picture Media to Improve the Ability of Writing Text Procedure Abstract
The teachers often find diffculties in improving the students’ ability of writing text procedures. This article shared opinions and experiences in teaching writing text procedures using serial pictures for the grade 8
students of Junior Secondary School. The teacher uses cheap and simple instructional media but can strengthen the motivation and learning antusiasm of the students. The results are 1 the learning process goes
well and students are active in implementing the learning activities, 2 the achievement of mastery learning outcomes in writing text procedure, and 3 the students are very happy with the use of images beamed in
learning writing text procedure. Based on the results of this study, teachers are advised to apply the use of images beamed on the other materials of Bahasa Indonesia subject.
Keywords: media, radiant image, the ability to write, text procedure
52
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
Pendahuluan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selanjutnya menurut Yusufhadimiarso dalam
Nurlaela 2012 : 47, pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar
seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu. Hal ini sejalan
sebagaimana yang dikemukakan Wiratmajaya 2015 pembelajaran, pada hakikatnya
merupakan suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar sehingga memperoleh ilmu dan
pengetahuan, penguasaan keterampilan, serta pembentukan sikap dan perubahan sikap.
Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual yang mengubah
stimulus dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat
menyebabkan adanya hasil belajar dalam jangka panjang.
Berkaitan dalam proses pembelajaran, setiap sekolah atau satuan pendidikan
mempunyai kewenangan penuh dalam mengatur pendidikan dan pembelajaran,
merencanakan, mengorganisasikan, menyesuai- kan materi ajar dengan lingkungan setempat dan
pengalaman anak, serta mengawasi jalannya proses pembelajaran, seperti yang tertuang
dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berimplikasi
terhadap perubahan paradigma pengelolaan pendidikan dari sentralistik menjadi
desentralistik Dantes, 2014: 93.
Sesuai implementasi Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks.
Pembelajaran seperti ini sangat berbeda dengan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Bila
dalam kurikulum 2006, mata pelajaran bahasa Indonesia lebih mengedepankan keterampilan
berbahasa dan bersastra, dalam kurikulum 2013 ini bahasa Indonesia digunakan sebagai
sarana untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar. Begitu pula dalam
pembelajaran menulis, kegiatan atau aktifitas dalam melaksanakan kegiatan menulis dan hasil
produk menulis pada kurikulum sebelumnya hanya terikat pada lima jenis tulisan, yaitu teks
deskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi. Akan tetapi, pada Kurikulum 2013 ini,
kegiatan dan hasil pembelajaran menulis lebih banyak dijumpai karena pembelajaran bahasa
Indonesia saat ini menggunakan pendekatan berbasis teks Wiratmajaya, 2015.
Selanjutnya, dalam pendekatan berbasis teks ini, teks tidak diartikan sebagai bentuk
bahasa tulis. Teks adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada
situasi dan konteksnya Mahsun, 2013: 121. Teks dibentuk oleh konteks situasi penggunaan
bahasa yang di dalamnya ada ragam bahasa yang melatarbelakangi lahirnya teks tersebut.
Teks dalam Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan, multimodal, seperti gambar.
Dalam pembelajaran berbasis teks, Bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai
pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber
aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial budaya akademis Sucipto, 2014.
Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan adalah melalui Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMP. Adapun empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa
dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu: keterampilan membaca, keterampilan menulis,
keterampilan menyimak dan keterampilan menulis Aimha, 2013.
Penguasaan keterampilan menulis teks prosedur tidak diperoleh secara spontan atau
alamiah akan tetapi membutuhkan latihan yang intensif dan memerlukan tahap pembelajaran
yang membutuhkan waktu yang tidak sedikit serta proses yang cukup lama. Proses berlatih
menulis tersebut dapat dilakukan oleh siswa secara formal melalui pembelajaran bahasa
Indonesia yang dimulai sejak di Sekolah Dasar.
Menurut Aimha 2013 keterampilan menulis berbeda dengan jenis keterampilan
berbahasa lainnya karena keterampilan menulis merupakan kegiatan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Sejalan dengan itu, Abidin 2012: 181
menyatakan, menulis pada dasarnya adalah proses mengemukakan ide dan gagasan dalam
53
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
bahasa tulis. Oleh sebab itu, Akhadiah dalam Abidin 2012: 181 memandang bahwa “menulis
adalah sebuah proses, yaitu proses penuangan gagasan atau ide ke dalam bahasa tulis, yang
dalam praktiknya proses menulis diwujudkan dalam beberapa tahapan yang merupakan satu
sistem yang utuh”. Dengan memiliki kemam- puan menulis, siswa dapat mengomunikasikan
ide, dan pengalamannya ke berbagai pihak. Lebih lanjut Gie dalam Abidin 2012: 181
menyatakan, “menulis memiliki kesamaan makna dengan mengarang, yaitu segenap
kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dipahami”.
Sejalan dengan pendapat di atas, maka menulis adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang guna menuangkan gagasan ataupun pengalamannya dalam bentuk tulisan untuk
disampaikan kepada pembaca, atau dengan kata lain menulis adalah alat komunikasi non verbal.
Keterampilan menulis salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa, mempunyai peran
yang penting di dalam kehidupan manusia. Menulis karangan pada prinsipnya adalah
bercerita tentang sesuatu yang ada dalam imajinasi seseorang. Penceritaan tersebut dapat
dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Setiap manusia, diciptakan sebagai pengarang.
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru di salah satu kelas 8 di Sekolah
Menengah Pertama penulis bertugas, ditemukan sebuah fakta mengenai kesulitan yang dialami
oleh siswa dalam menulis pada umumnya, terutama teks prosedur. Terdapat beberapa
kendala yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran. Pertama, kurangnya pengetahuan
siswa terhadap teks prosedur. Kedua, siswa kesulitan dalam menentukan langkah-langkah
yang sesuai dengan topik yang diangkat. Ketiga, masih rendahnya keterampilan siswa dalam
menulis teks prosedur, seperti mengurutkan peristiwa atau kejadian secara kronologis dan
mengembangkan kalimat-kalimat yang mereka buat menjadi sebuah paragraf. Keempat,
terbatasnya media atau alat peraga yang digunakan oleh guru sebagai media pembel-
ajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis teks siswa dan diduga
media menjadi salah satu faktor penyebabnya. Oleh sebab itu, penulis tertarik memfasilitasi
siswa melalui media pembelajaran dengan asumsi bahwa pembelajaran akan lebih efektif
dan menarik, siswa juga termotivasi untuk menyelesaikan masalah dengan lebih cepat, dan
hasil belajar akan lebih baik.
Sehubungan dengan kesulitan yang dialami oleh siswa, penulis mencoba membantu siswa
dalam belajar menulis teks prosedur sesuai dengan memberikan gagasan cara menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan media yang sederhana. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dipilihlah salah satu upaya yang mampu menggugah minat dan perhatian siswa dalam
menulis teks prosedur, yaitu dengan penggu- naan gambar berseri.
Agar pembelajaran menulis teks prosedur dapat terlaksana dengan baik pada jenjang
pendidikan SMP, diperlukan guru yang terampil merancang dan mengelola pembelajaran. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran agar siswa lebih
aktif dan kreatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam meningkatkan
keterampilan menulis teks prosedur yaitu dengan menggunakan media gambar berseri.
Gambar berseri mempunyai peranan yang cukup penting dalam membantu siswa
meningkatkan keterampilan menulis teks prosedur, karena dengan menggunakan media
gambar berseri, siswa dapat melihat hubungan antara konsep, peristiwa, dan tokoh yang ada
dalam pelajaran serta siswa dapat melihat hubungan antara komponen-komponen materi
atau isi pelajaran yang diajarkan. Dengan bantuan media gambar berseri, guru akan lebih
mudah mengatasi gangguan yang akan meng- hambat proses pembelajaran dan mengambil alih
perhatian siswa di kelas Aimha, 2013.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
disebutkan, masalah dalam pembahasan tulisan ini adalah bagaimana langkah-langkah
penerapan media gambar berseri dalam pembelajaran menyusun teks prosedur pada
siswa kelas 8 SMP?
54
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
Tujuan dan Kemanfaatan Tujuan penulisan ini adalah untuk menyam-
paikan gagasan langkah-langkah penerapan media gambar berseri dalam pembelajaran
menyusun teks prosedur pada siswa kelas 8 SMP. Adapun manfaat penulisan tinjauan
ilmiah ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagi guru Guru dapat mempunyai kemampuan
menerapkan media gambar berseri. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajar-
annya yang sangat berpusat pada siswa.
2. Bagi siswa
Siswa dapat meningkatkan kemampuannya menulis teks prosedur, bukan suatu hal
yang membosankan, melainkan merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan.
3. Bagi sekolah
Sekolah dapat memperoleh sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan
pembelajaran pada khususnya dan sekolah pada umumnya.
Kajian Teori
Pembelajaran di setiap jenjang menuntut seorang guru menguasai materi pembelajaran dan
menyampaikannya melalui media yang dapat memotivasi siswa aktif, kreatif dan menyenang-
kan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Taher 2014, seorang guru profesional tidak
hanya dituntut untuk menguasai materi pembel- ajaran yang akan disampaikan kepada anak
didiknya, akan tetapi juga harus mampu mengembangkan dan memanfaatkan media dan
sumber pembelajaran agar proses pembelajaran pada tataran mengamati tidak monoton pada
pengamatan buku dan bacaan saja, tetapi dapat bervariasi pada pengamatan berbagai video
pembelajaran dan gambar yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang harus
dicapai.
Hakikat Menulis
Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang komplek karena
menulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta
menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya Suparno,
2010 : 29. Kata menulis sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Menulis dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan komunikasi dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya Suparno, 2010 : 3. Selanjutnya
menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia bahwa kata ‘menulis’ berasal dari kata ‘tulis’.
Tulis adalah ada huruf angka dan sebagainya yang dibuat digurat dan sebagainya dengan
pena pensil, cat, dan sebagainya. Selanjutnya, menurut Effendy 2012, menulis pada
hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah
dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri, antara lain bermakna,
jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah gramatikal. Menulis adalah proses
menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat di pahami
pembaca Tarigan,1986:21. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa
secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, Rusyana, 1998:191.
Selanjutnya, menulis juga dapat diartikan menuangkan gagasan, pendapat, perasaan,
keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkan-
nya” kepada orang lain Syafi’ie,1988:45. Hal ini senada sebagaimana yang dikemukakan
Akhadiah dkk 1989:1.3, menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan
sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala
kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Sebagai salah satu bentuk komuni-
kasi verbal bahasa, menulis juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampai-
an pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.
Pesan adalah isi atau muatan yang terkan- dung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan
merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol atau
lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepa- kati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis
terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah 1 penulis sebagai penyampai
pesan, 2 pesan atu isi tulisan, 3 saluran atau
55
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
medium tulisan, dan 4 pembaca sebagai penerima pesan.
Tujuan Menulis Hugo Hartig dalam Tarigan 1986: 24-25 meru-
muskan tujuan menulis sebagai berikut. 1.
Tujuan penugasan, sebenarnya tidak memiliki tujuan karena orang yang menulis
melakukannya karena tugas yang diberikan kepadanya.
2. Tujuan altruistik, penulis bertujuan
menyenangkan pembaca, menghindarkan kedudukan pembaca, ingin menolong
pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalaranya, ingin membuat hidup
para pembaca lebih mudah dan lebih menye- nangkan dengan karyanya itu.
3. Tujuan persuasif, penulis bertujuan
meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4. Tujuan informasional, penulis bertujuan
memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca.
5. Tujuan pernyataan diri, penulis bertujuan
memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada pembaca.
6. Tujuan kreatif, penulis bertujuan melibat-
kan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, nilai-nilai kesenian.
7. Tujuan pemecahan masalah, penulis
bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Cara Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa
Untuk mengajarkan menulis kepada siswa seorang guru dapat menggunakan pendekatan
dalam pembelajaran menulis. Menurut Proett dan Gill dalam Suparno 2010 : 14 pendekatan
yang kerap muncul dalam pembelajaran menulis sebagai berikut.
1.
Pendekatan frekuensi menyatakan, banyak- nya latihan mengarang, sekalipun tidak
dikoreksi seperti buku harian atau surat, akan membantu meningkatkan keteram-
pilan menulis seseorang.
2. Pendekatan gramatikal berpendapat,
pengetahuan orang mengenai struktur bahasa akan mempercepat kemahiran orang
dalam menulis. 3.
Pendekatan koreksi berkata, seseorang menjadi penulis karena dia menerima
banyak koreksi atau masukan yang diperoleh atas tulisannya.
4. Pendekatan formal mengungkapkan,
keterampilan menulis akan diperoleh bila pengetahuan bahasa, pengalineaan,
pewacanaan, serta konvensi atau aturan penulisan dikuasai dengan baik.
Pengertian Teks Prosedur Menurut Kemendikbud 2014: 84 teks prosedur
merupakan teks yang berisi tujuan dan langkah yang harus diikuti agar suatu pekerjaan dapat
dilakukan. Di dalam teks prosedur diuraikan bagaimana sesuatu dikerjakan melalui
serangkaian langkah atau tindakan. Teks prosedur adalah jenis teks yang sering kita
jumpai sehari-hari. Dalam berbagai konteks jenis teks ini dapat kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, ketika kita menonton acara televisi, ada tayangan memasak atau cara
mencuci pakaian dengan mesin cuci.
Pengertian Media Gambar Seri Menurut Djamarah dan Zain dalam Hasnindah,
2011: 8, secara umum media dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu: media auditif
mengandalkan kemampuan suara, media visual mempunyai unsur gambar, dan media
audio-visual mempunyai unsur suara dan gambar. Media yang dimaksud dalam kajian ini
adalah media gambar seri dalam pembelajaran yang hanya mempunyai unsur gambar, berupa
gambar seri sebagai media visual.
Sapari dalam Hasnindah, 2011: 8 menge- mukakan, media gambar seri merupakan serang-
kaian gambar yang terdiri dari dua hingga enam gambar yang menceritakan suatu kesatuan cerita
yang dapat dijadikan alur pemikiran siswa dalam mengarang, setiap gambar dapat
dijadikan paragraf.
Pendapat di atas menegaskan media gambar seri adalah media yang berisi gambar berseri, dan
setiap gambar memiliki kaitan antara satu dengan yang lainnya. Setiap gambar dalam
media gambar seri mengandung makna adanya alur dalam suatu cerita secara bergambar yang
harus disusun dengan baik. Jadi, penyusunan
56
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
gambar harus sesuai dengan alur cerita yang seharusnya sehingga mengandung makna
tertentu, dan gambar tersebut dapat dibuat dalam bentuk cerita atau karangan yang menarik.
Fungsi dan Manfaat Media Gambar Seri Sebagai Media Visual
Menurut Azhar Arsyad dalam Iskandar 2011: 45, salah satu fung si utama media pembelajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan
belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Keberadaan media pembelajaran seperi media
gambar seri memiliki fungsi dan manfaat tertentu sehingga dapat mendukung proses pembel-
ajaran yang berkualitas. Fungsi dan maanfaat media pembelajaran akan sangat terkait dengan
bentuk dan jenis media pembelajaran yang digunakan, seperti media gambar yang sifatnya
berseri atau terdiri beberapa gambar yang memiliki keterkaitan antara gambar yang satu
dengan yang lainnya.
Media gambar seri merupakan jenis media visual atau hanya mempunyai unsur gambar.
Adapun fungsi media visual dalam pembel- ajaran menurut Levie Lentz dalam Arsyad,
2011: 16, yaitu: “fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris”.
Keempat fungsi media visual tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
1. Fungsi atensi media visual, seperti media
gambar seri yang dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi terhadap isi pelajaran yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran. Contohnya, ketika siswa bosan mendengarkan ceramah guru, maka guru
memperlihatkan gambar beberapa yang berkaitan dengan materi pelajaran. Ini
dapat menarik perhatian dan konsentrasi siswa terhadap materi pelajaran karena
adanya media yang dapat dilihat langsung.
2. Fungsi afektif media visual, seperti media
gambar seri yang diperagakan oleh guru akan menggugah emosi dan sikap siswa,
misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras dalam kehidupan
sehari-hari. Kemampuan belajar siswa akan lebih meningkat melalui penggunaan
gambar seri. Penggunaan gambar seri diupayakan menggugah perasaan siswa
tentang berbagai peristiwa melalui gambar yang disajikan secara berseri.
3. Fungsi kognitif media visual, seperti gambar
seri akan dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Jadi, penggunaan media
gambar seri sebagai media visual akan meningkatkan daya pikir siswa terhadap
materi pelajaran.
4. Fungsi kompensatoris media visual, seperti
media gambar seri akan memberikan konteks untuk memahami teks dan
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan dapat mengingat kembali. Hal ini sangat penting dalam
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal, karena murid dapat
melihat secara langsung dan mengaitkan dengan materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa media memiliki fungsi yang sangat luas dan
penting, terlebih dalam dunia pendidikan, sebagaimana digunakan guru dalam proses
pembelajaran. Sungguhpun demikian, dalam pengadaan dan pemanfaatannya senantiasa
masih menghadapi berbagai kendala, baik karena tidak disiapkan oleh pihak sekolah
maupun keterbatasan kemampuan guru dalam membuat
dan menggunakan
media pembelajaran, seperti gambar seri.
Sudjana dan Rivai dalam Arsyad 2011: 24, mengemukakan manfaat media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar sebagai berikut. 1.
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar. 2.
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
siswa dan memungkinkan siswa mengua- sai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
57
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiat-
an belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain, seperti
mengamati, melakukan, mendemonstra- sikan, dan memerankan.
Pendapat tersebut di atas, menjelaskan, begitu besar manfaat media pembelajaran seperti
media gambar seri, karena dapat membantu tercapainya proses pembelajaran yang optimal,
baik dalam memudahkan bagi guru saat mengajar maupun bagi siswa dalam memahami
materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator yang
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar Seri
Menurut Shaoran 2014 berdasarkan model pembelajaran examples non examples contoh dari
kasusgambar yang relevan dengan KD, langkah-langkah penggunaan media gambar
seri dapat disusun sebagai berikut. 1.
Guru mempersiapkan gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau
ditayangkan melalui OHP. 3.
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memerhati-
kan atau menganalisis gambar. 4.
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi analisis gambar tersebut
dicatat pada kertas. 5.
Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar atau hasil diskusi
siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
7. Membuat kerangka karangan.
8. Membuat karangan.
Pembahasan
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis teks siswa dan diduga media menjadi
salah satu faktor penyebabnya. Paradigma baru pembelajaran menurut Mi’raj 2014 : 95
mengharuskan pendidik mampu melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan Paikem. Oleh karena itu, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan
alatmedia meskipun sederhana dan bersahaja, tetapi sedikit banyaknya apa yang dilakukan
oleh guru tersebut merupakan upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk memfasilitasi siswa melalui media
pembelajaran dengan asumsi bahwa pembelajar- an akan lebih efektif dan menarik, siswa juga
termotivasi untuk menyelesaikan masalah dengan lebih cepat, dan hasil belajar akan lebih
baik. Adapun alasan penulis menggunakan media gambar berseri adalah agar dapat
mendapatkan hasil yang maksimal. Penggunaan media pembelajaran akan menarik minat belajar
siswa serta memudahkan siswa memahami materi. Pemakaian media yang tepat dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, serta membang- kitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar.
Berikut ini disajikan bahasan tentang gagasanide penulis dalam upaya memecahkan
masalah yang berkaitan pembelajaran dengan topik menulis teks prosedur dan menggunakan
media gambar berseri.