Jenis dan variasi kesalahan berbahasa koran daerah

27 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia terdapat kesalahan dalam bentuk tipe apapun. Dengan begitu, Koran Daerah Cirebon dapat tampil lebih sempurna, komunikatif, dan lebih menunjukkan perannya sebagai Pembina Bahasa Indonesia. Daftar Pustaka Anwar, Rosihan. 1991.Bahasa jurnalistik dan komposisi. Jakarta: Pradnya Paramita Assegaff, Djafar H. 1985. Jurnalistik masa kini. Pengantar ke praktek kewartawanan . Jakarta: Ghalia Indonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Undang-Undang Republik Indone- sia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Echols, Johan M.dkk. 2010. Kamus Inggris- Indonesia. Jakarta: Gramedia Kosasih, Engkos. 2008. Mandiri bahasa Indonesia untuk SMPMTs. Kelas IX . Jakarta: Erlangga Maryati. 2008. Bahasa dan sastra Indonesia 3 untuk SMPMTs Kelas IX . Jakarta: Pusat Moeliono, Anton M. 1999. Kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua cetakan kesepuluh. Jakarta: Balai Pustaka Nurhadi. 2007. Bahasa Indonesia jilid 3 untuk SMP kelas IX . Jakarta: Erlangga Sadikin, Asep Ganda. 2014. Bahasa Indonesia 2 untuk kelas VIII SMP . Bandung: Grafindo Media Pratama Sekretariat Jenderal MPR RI. 2006. Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia . Jakarta: MPR RI Suhaemi.2009. Bahasa jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Koran Radar Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober 2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, dan LingkunganIptek Koran Kabar Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober 2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, dan LingkunganIptek Koran Rakyat Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober 2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, dan LingkunganIptek Koran Fajar Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober 2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, dan LingkunganIptek Soedarso. 2005. Sistem membaca cepat dan efektif. Jakarta: Gramedia http:nastitioktafifahw.blogspot.co.id2015 03macam-macam-menyunting.html w w w . k e l a s i n d o n e s i a . c o m 2 0 1 5 0 5 peengertian-cara-menyunting-beserta- contoh-suntingan.html?m=1 www.lucanosugiarso.blogspot.co.id201402 p e n g e r t i a n - d a n a - t u j u a n - penyuntingan.html?m=1 https:id.wikipedia.orgwikiWikipedia: Panduan_menulis_artikel_yang_lebih_baik 28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Hilda Karli Email: temasaingmail.com Universitas Terbuka UPBJJ Bandung K Abstrak ajian ini merupakan kajian kebijakan, yang menggunakan dua SD di Bandung sebagai subjek penelitian. Penelitian kualitatif studi kasus ini mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kajian ini menggunakan metode Balance Score Card BSC yaitu sebuah alat untuk mengimplementasikan manajemen pendidikan dengan menjabarkan visi dan misi sekolah pada empat perspektif yaitu anggaran keuangan, guru, kurikulum dan siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar secara terukur. Hasil kajian dari empat perspektif ini menunjukkan adanya perbedaan implementasi dan pemecahan dari setiap indikator perspektifnya untuk ke dua SD tersebut. Mutu pendidikan akan meningkatkan jika ada perbaikan secara terus menerus dan keseimbangan dari setiap perspektif. Kata-kata kunci: mutu pendidikan, Metode Balance Score Card BSC, kepuasan pelanggan, kemampuan guru Improving School Quality by Balance Score Card Method Abstract This study is a policy assessment using two Elementary Schools in Bandung as research subject. As a qualitative case study, the data were collected by using interview, observation and document study techniques. This study employed Balance Score Card BSC as a tool to implement educational management by outlining the vision and mission of the school in four perspectives: financial budget, teacher, curriculum and students to improve the quality of basic education. Results from four perspectives show differences in implementation and breakdown of each indicator perspective for the two elementary school. The quality of education will improve if there is continuous improvement and balance of each perspective. Keywords: educationalquality, Balance Score Card method, custumer satisfaction, teacher skills Penelitian 29 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Pendahuluan Hasil studi Human Development Index HDI menunjukkan mutu sumber daya manusia Indonesia rendah yang dibuktikan dengan angka partisipasi pendidikan masyarakat. Tahun 2014 Indonesia menempati urutan ke-110 dari 188 negara di dunia. Indonesia berada jauh dari posisi negara di Asia seperti Singapura yang menempati urutan ke-11, Malaysia menempati urutan ke-62, Thailand menempati urutan ke- 93 dan Cina pada urutan ke-90 Human Development Index, 2014. Berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian pendidikan dasar yang dilakukan oleh PISA Programme for International Student Assessment untuk IPA, Matematika dan membaca pada tahun 2015, Indonesia menempati urutan ke-69 dari 76 negara. Negara tetangga seperti Singapura menempati urutan ke-1, Hongkong menempati urutan ke-2, Jepang menempati urutan ke-4 dan Vietnam menempati urutan ke-12. Hal ini menunjukkan, kemampuan untuk memecahkan masalah dalam soal matematika dan IPA masih kurang karena kemampuan membaca yang kurang baik. Fenomena di atas menunjukkan, sumber daya manusia Indonesia belum siap menghadapi tantangan globalisasi. Salah satu masalah nasional yang dihadapi adalah mutu sumber daya manusia yang masih rendah. Rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia terkait lembaga pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia akan bermutu jika didukung dengan pendidikan yang bermutu sebagaimana diharapkan dalam UU No 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional akan meningkatkan mutu manusia Indonesia menjadi manusia seutuhnya dan berdaya saing baik di tingkat domestik maupun internasional. Lebih lanjut, peningkatan mutu manusia melalui pendidikan dicantum kan pada misi rencana strategis Indonesia tahun 2010-2014 yaitu membentuk insan cerdas dan kompetitif, cerdas spirituil, emosional, sosial, intelektual, dan kinestetik. Sedangkan salah satu tujuan rencana kerja pembangunan pendidikan nasional jangka panjang tahun 2005-2025 adalah pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dasar. Berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, salah satu upaya yang dilakukan sekolah ialah menciptakan lingkungan belajar yang dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui sistim dan proses yang direncanakan di kelas untuk melayani kebutuhan siswa khususnya dan masyarakat umumnya. Lawton dan Barlosky 1994:12 menyebutkan, kebutuhan pelanggan siswa dan masyarakat dinyatakan dalam kebijakan pendidikan yang dioperasionalkan melalui kurikulum dan selanjutnya diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas. Pada kurun waktu tertentu hasil pendidkan dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan kurikulum tercapai. Hasil evaluasi itu dijadakan bahan refleksi untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan secara terus menerus. Pengelolaan pendidikan dapat terlaksana dengan baik jika ada alat ukur yang baik. Balanced Score Card BSC merupakan sistem manajemen strategis yang menerjemahkan visi dan strategi sekolah ke dalam tujuan dan ukuran operasional dalam empat perspektif: 1 keuangan anggaran, 2 pelanggan siswa dan orang tua, 3 proses bisnis internal kurikulum, serta 4 pembelajaran dan pertumbuhan guru secara terpadu untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terukur. Dalam penelitian Nomura Research Institute NRI, Papers No. 45, 1 April 2002 dikemukakan, Jepang menerapkan pola kerja BSC terhadap lebih dari 20 perusahaan Morisawa, 2002: 3. NRI menyimpulkan, perusahaan yang menerapkan pengukuran kinerja dengan BSC memiliki keunggulan: 1 BSC dapat digunakan untuk melakukan perbaikan keseimbangan di antara sasaran jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang; 2 dapat menciptakan pemahaman strategi perubahan dengan menyusun atau menetapkan indikator nonfinansial kuantitatif di samping indikator finansial; 3 mengurangi keragu-raguan atau kekaburan dengan tetap menjaga indikator nonfinansial kuantitatif; 4 mempromosikan 30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card proses pembelajaran organisasi melalui suatu pengulangan siklus hipotesis verifikasi, dan 5 memperbaiki platform strategi komunikasi secara umum dalam organisasi yang mencermin- kan keterkaitan antara pimpinan dan bawahan. Meskipun konsep BSC telah telah banyak diadopsi dan digunakan dalam sektor bisnis, dan sektor pendidikan ternyata belum menggunakan BSC, terlihat dari langkanya penelitian diterbitkan pada topik ini. Sebuah tinjauan literatur menghasilkan beberapa publikasi misalnya, Cullen, Joyce, Hassall, dan Broadbent 2003 yang mengusulkan BSC digunakan dalam institusi pendidikan sebagai penguatan pentingnya mengelola, bukan hanya pemantauan kinerja. Sutherland 2000 melaporkan, Sekolah Pendidikan Rossier di University of Southern California mengadopsi pendekatan BSC untuk menilai program akademis dan proses perencanaan. Machasin 2012 melakukan penelitian di 3 tiga Pendidikan Tinggi Agama Islam PTAI khususnya Sekolah Tinggi Agama Islam Nusantara STAIN di Jawa Tengah. Penilitian itu bertujuan menghasilkan model peningkatan mutu dan tata kelola PT. AI yang profesional, transparan dan akuntabel berdasarkan 5 lima perspektif antara lain: perspektif pemangku kepentingan stakeholders, manajemen administrasi dan keuangan, proses pendidikan dan pengembangan, etos kerja dan budaya,dan good governance . Ke-5 perspektif sebagai strategi nilai tambah organisasi PTAI secara komprehensif dan holistik untuk meningkatkan mutu pendidikan PTAI berdasarkan prinsip tatakola kelembagaan yang bersih. Menurut Machasin 2011:483 , terdapat perbedaan implementasi dan pemecahan masalah dari perspektif keuangan, kurikulum, dosen, dan mahasiswa dari ke 3 PTAI . Selain itu, secara rinci indikator apa saja dari setiap perspektif tersebut yang harus dikembangkan atau yang sudah tercapai pada 3 PTAI tersebut dapat terlihat dan terukur kinerjanya sehingga memudahkan merefleksikan dalam rangka perbaikan mutu pendidikan. Latar belakang seperti yang telah diuraikan membuat penulis tertarik melakukan penelitian mengenai penggunaan BSC untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar secara terpadu dan terukur di kota Bandung. Fokus masalah penelitian ialah 1 bagaimana mengimplementasikan BSC di SD Kota Bandung dan 2 strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan mutu SD berdasarkan metode BSC. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang peningkatan mutu pendidikan khususnya di SD dengan menerapkan BSC sehingga dapat dijadikan salah satu acuan pengembangannya di sekolah lain. Metode Penelitian Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan dasar secara terpadu dan terukur dipandang dari perspektif keuangan, kurikulum, guru, dan siswa diujicobakan di 2 dua SD di kota Bandung yang berakreditasi A dan berada pada gugus yang sama pada tanggal 11 Januari hingga 6 Pebruari 2016. Penelitian kualitatif studi kasus ini menggunakan teknik wawan- cara, observasi, dan studi dokumen pada orang tua, siswa, guru kelas 1-6 SD, kepala sekolah serta stakeholder yayasan dan pengawas dari dinas kota pendidikan. Visi dan strategi diterjemahkan ke dalam 4 perspektif yang kemudian oleh setiap perspektif visi dan strategi tersebut dinyatakan dalam bentuk tujuan yang ingin dicapai oleh Sekolah seperti, ukuran tujuan, target yang diharapkan pada masa yang akan datang serta inisiatif atau program yang harus dilaksanakan untuk memenuhi tujuan strategis sekolah. Proses menerjemahkan visi dan strategi sekolah yang dikembangkan berdasarkan 4 empat perspektif: perspektif keuangan, kurikulum, guru, dan siswa. Perspektif keuangan mengidentifikasikan pelanggan dan segmen pasar tempat organisasi akan bersaing. Tujuan yang bisa ditetapkan dalam perspektif ini adalah pemuasan kebutuhan pelangganstakeholders. Ukuran perspektif ini ialah peningkatan jumlah siswa yang diterima, kinerja keuangan yang transparan, serta peningkatan sarana prasana untuk proses pembelajaran. Perspektif guru bertujuan meningkatkan kemampuan guru, kapabilitas sistem informasi, 31 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card dan keselarasan serta motivasi guru. Ukuran yang digunakan dalam perspektif ini antara lain: prosentase guru yang mengajar sesuai dengan keahlian atau latar belakang pendidikannya, rasio komposisi guru per siswa, dan jumlah guru yang mengikuti studi lanjut. Perspektif kurikulum adalah komponen utama dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dan merupakan jembatan perspektif keuangan, guru dan siswa. Ukuran yang dipakai ialah relevansi kurikulum dengan perkembang- an dan kebutuhan masyarakat, peningkatan penambahan koleksi perpustakaan, serta pelaksanaan kegiatan mengajar sesuai tuntutan zaman. Perspektif siswa pelanggan utama adalah penerima pelayanan dari 3 tiga perspektif yaitu guru, kurikulum dan keuangan. Ukuran yang bisa digunakan antara lain rata-rata indeks kepuasan siswa terhadap pelayanan akademik, rata-rata indeks kepuasan siswa terhadap pelayanan non akademik, rata-rata indeks kepuasan alumni danatau masyarakat terhadap pelayanan, prosentase daya serap kurikulum yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan, prosentase kelulusan yang diterima di sekolah lanjutan. Dari penjelasan di atas kerangka berpikir penelitian dituangkan dalam Gambar 1. Visi dan Misi Lingk. Strategik Kondisi SD yg diharapkan Kondisi SD Formula Strategi Balance Score Card Anggaran Kurikulum Guru Siswa Ortu Peningkatan Mutu Gambar 1: Kerangka Berpikir Hasil Penelitian Implementasi BSC di sekolah swasta A dan sekolah negeri B yang berakreditasi A dan berada pada gugus yang sama di kota Bandung disajikan dalam 4 empat tabel . Data perspektif anggaran keuangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan, kedua sekolah tersebut belum transparan dalam anggaran keuangan dan belum menggunakan TIK dalam menjalankan anggaran keuangan. Anggaran keuangan masih didominasi oleh pihak stakeholder dan kepala sekolah. Sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar siswa sudah tersedia namun ada beberapa sarana yang masih belum ada. Hasil kajian tersebut menunjukkan beberapa kebijakan perlu direvisi dan dikembangkan agar pelayanan terhadap customer siswa dan orang tua dapat terpenuhi. Data perspektif guru ditampilkan dalam Tabel 2, kedua sekolah sudah memiliki guru tetap lulusan S1 PGSD untuk guru kelas 1-6 SD dan menggunakan sistem mata pelajaran untuk pelajaran tertentu.Pengembangan profesional guru belum ada dan masih fokus pada tugas rutin seperti menyusun SilabusRPP, mengajar 32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Tabel 1: BSC dalam Perspektif Anggaran Keuangan SD di Bandung Perspektif Anggaran Keuangan SD di Bandung SD Swasta A SD Negeri B Sarana dan alat media pembelajaran ada ada Sarana dan buku perpustakaan ada ada Sarana dan alat olahraga ada ada Sarana dan alat kesenian ada ada Sarana dan alat ekstrakurikuler ada tidak Sarana dan alat bahasa ada tidak Sarana dan alat teknologi informatika ada tidak Sarana dan alat pramuka ada ada Sarana dan alat keagamaan ada ada Sarana dan alat bimbingan konseling tidak tidak Sarana dan alat kesehatan UKS ada ada Pendapatan dari siswa bulanan iuran ya tidak Pendapatan di luar siswa ya ya Pendapatan dari bantuan YayasanInstansi ya ya Pendapatan dari bantuan PemdaPemkot tidak ya Anggaran untuk pengembangan SDM ada tidak Anggaran untuk beasiswa berprestasi ada tidak Anggaran untuk beasiswa miskin ada ada Anggaran untuk studi banding ada tidak Anggaran untuk field trip ada tidak Transparasi anggaran keuangan untuk semua staf tidak tidak Kontrol anggaran keuangan dari stakeholder ya tidak Pemeriksaan audit keuangan dari kepala sekolah ya tidak Pemeriksaan audit keuangan dari stakeholder ya tidak Pengembangan SDM bagian adm. keuangan tidak tidak Arus keuangan menggunakan TIKon line tidak tidak 33 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Tabel 2: BSC dalam Perspektif Guru SD di Bandung Perspektif Guru SD Swasta A SD Negeri B Jumlah guru tetapdari 50 ya ya Jumlah guru tidak tetap dari 50 tidak tidak Pendidikan Guru S1 PGSDdari 50 ya ya Pendidikan Guru S1 Non PGSD dari 50 tidak tidak Pendidikan Guru S2 PGSD dari 20 tidak tidak Pendidikan Guru S2 Non PGSD dari 20 tidak tidak Melanjutkan ke Jenjang S2 PGSD dari 20 tidak tidak Melanjutkan ke Jenjang S2 Non PGSD dari 20 tidak tidak Rasio Guru : Siswa di kelas = 1: 35 ya tidak Guru sesuai dengan keahliannya dari 50 ya ya Guru terampil menggunakan TIK sebahagian tidak Monitoring oleh supervisi koord. Kurikulum tiap minggu tidak tidak Monitoring oleh kepala sekolah setiap 2 minggu tidak tidak Monitoring oleh pengawas dinas kota setiap 2 minggu tidak tidak Kepuasan guru terhadap prestasinya dari 50 tidak tidak Pembinaan guru oleh bagian kurikulum ya tidak Pembinaan guru oleh pengawas dinas kota ya ya Pembinaan guru dari luar sekolahdinas ya ya Hubungan guru dengan siswa ya ya Hubungan guru dengan orang tua siswa ya ya Hubungan guru dengan kepala sekolah ya ya Hubungan guru dengan yayasandinas tidak ya Hubungan guru dengan masyarakat sekitar tidak ya Hubungan guru dengan instasi terkait tidak tidak Guru membahas materi per minggu rapat jurulesson studi ya ya Guru memberi masukansaran keuangan kepada kepala sekolah tidak tidak Guru memberi masukansaran kurikulum kepada kepala sekolah tidak tidak Guru memberi masukansaran sarana-prasarana kepada kepala sekolah tidak tidak Guru memberi masukansaran kesiswaan kepada kepala sekolah ya ya 34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Tabel 3: BSC dalam Perspektif Kurikulum SD di Bandung Perspektif Kurikulum SD Swasta A SD Negeri B Varian buku di perpustakaan dari 200 judul buku ya tidak Pengunjung ke perpustakaan dari 20 jumlah anak per hari ya ya Jumlah buku memenuhi jumlah siswa di sekolah ya tidak Kebutuhan buku pelajaran yang dipergunakan saat belajar di kelas memenuhi ya tidak TIK dipergunakan saat belajar di kelas tidak tidak Alat peraga dipergunakan saat belajar di kelas ya tidak Mengundang nara sumber ke kelas tidak tidak Menggunakan metode belajar variasi ya tidak Ceramah dan latihan soal masih dominan ya ya Penilaian kelas digunakan sebagai asesmen ya ya Kurikulum sesuai perkembangan siswa tidak tidak Jumlah beban belajar sesuai perkembangan siswa ya ya Menyusun Silabus dan RPP dibuat sesuai kurikulum ya ya Guru menerapkan manajemen kelas tidak tidak Penilaian kelas dengan bantuan TIK yang sudah diprogram tidak tidak Kepala sekolah menerapkan manajemen sekolah tidak tidak Memberdayakan masyarakat sekitar untuk mutu sekolah tidak tidak Ekstra kurikuler sesuai kebutuhan masyarakat ya ya Belajar menggunakan lingkungan sekitar ya ya Belajar secara kelompok ya ya Belajar di luar kelas tidak tidak Guru mengujicobakan dulu praktikum sebelum dilakukan di kelas tidak tidak Aturan kedispilinan diterapkan siswa dari 90 ya tidak Kedispilinan didukung dari pihak orang tua ya tidak Kedispilinan didukung dari pihak staf dan kepala sekolah ya tidak 35 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Tabel 4: BSC dalam Perspektif Siswa dan Orang Tua SD di Bandung Perspektif Siswa dan Orang tua SD Swasta A SD Negeri B Jumlah siswa mendaftar dari 250 anak ya ya Jumlah siswa yang diterimadari 100 anak tidak ya Jumlah siswa di kelas dari 35 anak ya tidak Rasio siswa laki-laki : perempuan = 2:1 tidak ya Tingkat kepuasan siswa terhadap layanan akademik dari 50 ya ya Tingkat kepuasan siswa terhadap layanan non akademikdari 50 tidak tidak Tingkat kepuasan orang tua terhadap layanan akademikdari 50 ya tidak Tingkat kepuasan orang tua terhadap layanan non akademikdari 50 ya ya Jumlah siswa yang lulus di atas rata-ratadari 50 tidak tidak Jumlah siswa yang lulus rata-rata dari 50 ya ya Jumlah siswa yang tidak lulus dari 10 ya ya Jumlah siswa yang melanjutkan ke SMPdari 80 ya ya Jumlah siswa yang tidak mampu bantuan dari 10 tidak ya Jumlah siswa yang berprestasi wakil SD dari 30 tidak tidak Komunikasi guru dan siswa di kelas ya ya Komunikasi guru dan orang tua ya ya Komunikasi siswa dengan siswa tidak tidak Siswa memberi masukansaran kepada gurukepala sekolah tidak tidak Orang tua memberi masukansaran kepada gurukepala sekolah tidak ya Jumlah siswa yang ikut lomba akademik dari 20 tidak tidak Jumlah siswa yang ikut lomba non akademik dari 20 tidak tidak Aturan kedispilinan diterapkan siswa dari 90 ya tidak Kedispilinan didukung dari pihak orang tua ya tidak Kedispilinan didukung dari pihak staf dan kepala sekolah ya tidak dan memeriksa hasil ulangan anak yang dilakukan secara rutin tanpa ada evaluasi refleksi untuk perbaikan. Dengan demikian, perlu menciptakan kondisi yang merangsang guru untuk berkompetisi secara sehat untuk mengembang-kan diri secara profesional. Data perspektif kurikulum pada Tabel 3 menunjukkan, kedua sekolah tersebut menekan- kan produk kurikulum yaitu jumlah lulusan dengan nilai kognitif tinggi. Metode pembel- ajaran yang digunakan di kelas masih dominan pada ceramah dan latihan soal. Dalam hal ini 36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card siswa belum diajak untuk berlatih berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah. Perencanaan dalam manajemen kelas seperti menyusun persiapan untuk mengajar hanya sekedar administrasi saja, malah terkadang setelah pelaksanaan baru disusun. Data perspektif siswa dan orang tua pada Tabel 4 menunjukkan, kedua sekolah tersebut diminati oleh banyak orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya. Siswa dan orang tua merasa puas ditinjau dari kelulusan hampir 100 dengan nilai di atas rata-rata serta melanjutkan ke SMP favorit. Pihak sekolah perlu meningkatkan pelayanan agar tetap bertahan menjadi favorit. Upaya ini berkaitan dengan peningkatan anggaran keuangan yang menjadi roda dalam menjalankan organisasi. Pembahasan Suatu organisasi dikatakan baik dan maju apabila memiliki kinerja yang terukur untuk mencapai tujuan Dally Dadang, 2010:31. Untuk mengetahui pencapaian kinerja, perlu dilakukan penilaian kinerja melalui suatu pengukuran kinerja secara periodik. Proses pelaksanaan tersebut merupakan bagian kegiatan manajemen yang terdiri atas merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, dan monitoring indikator kinerja secara kualitatif dan kuantitif, sehingga penca- paian tujuan organisasi tergambarkan secara jelas. Manajemen pendidikan sejalan dengan tujuan dari Pendidikan Nasional UU Sisdiknas 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan dilakukan dalam kondisi sadar antara guru dan siswa dalam sebuah perencanaan yang matang sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar tersebut baik dari segi guru maupun siswa. Artinya, pendidikan tidak terlepas dari manajemen pendidikan yang baik agar menghasilkan mutu pendidikan yang dapat mengikuti perubahan zaman dengan cara memberdayakan sumber pendidikan secara optimal melalui proses pembelajaran yang baik dan kondusif Bell dan Rhodes, 1996:22-23. Untuk mencapai sekolah bermutu secara efektif dan efiesien diperlukan sarana tools yaitu men, money, materials, machines, methods, dan markets. Salah satunya yang akan dibahas adalah metode BSC yang tepat untuk membantu sekolah mengukur kinerja dan menerapkan strategi untuk mencapai visi dan misinya. Awal mulanya BSC diterapkan dalam dunia bisnis di USA sebagai implementasi strategi bisnis yang mendapatkan uanglaba sebanyak-banyaknya Kaplan Norton, 2006:23. Namun, seiring waktu terjadi perubahan pada metode tersebut. BSC tidak hanya menekankan pada aspek keuangan kuantitatif, tetapi juga aspek kualitatif dan nonkeuangan. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang menempatkan laba bukan sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan. Oleh karena itu, metode BSC dapat diterapkan dalam dunia pendidikan yang notabene bentuk organisasi sosial nonkeuangan yang mengutamakan pelayanan maksimal. Cullen, Joyce, Hassal, dan Broadbent 2003: 45 mengusulkan bahwa metode BSC digunakan di lembaga pendidikan untuk memperbaiki manajemen, bukan sekedar memantau kinerja. Sanusi 2014:36-38 berpendapat BSC merupakan sistem manajemen strategis yang menerjemahkan visi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan dan pengukuran kinerja yang berfokus pada 4 empat perspektif yaitu perspektif keuangan dana dan srana prasarana, pelanggan siswa dan orang tua, proses bisnis internal kegiatan kurikuler, serta pembelajaran dan pertumbuhan guru dan staf. Hasil pengukuran dan penilaian kinerja tersebut dapat dijadikan materi pemetaan dalam membuat perencanaan strategik dan pengambilan keputusan pimpinan serta pengelola sekolah untuk mengembangkan sekolah tersebut menjadi lebih baik, unggul, dan mampu bersaing. 37 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Perspektif anggaran keuangan menjelaskan apa yang diharapkan oleh penyedia sumber daya terhadap kinerja keuangan sekolah. Seperti apa yang dikemukakan oleh Kaplan Norton 2006:21, “ What are our share holder expectations for financial performance?” Apa harapan peme- gang saham untuk kinerja keuangan? Komponen ini memfokuskan bagaimana sekolah menerje- mahkan hasil operasional ke dalam kesejah- teraan dalam bidang keuangan. Meskipun sekolah sektor publik tidak mengejar laba, sekolah perlu memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya secara berkelanjutan. Perspektif keuangan dalam organisasi sektor publik terkait dengan upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan dengan cara meningkatkan pendapatan dan sekaligus mengurangi biaya. Upaya untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian anggaran keuangan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan. Kaplan menjelaskan, pada masa lalu organisasi mengonsentrasikan diri pada kemampuan internal dan kurang memperhati- kan kebutuhan konsumen. Sekarang strategi organisasi telah bergeser fokusnya dari internal ke eksternal. Suatu produk akan semakin bernilai apabila kinerjanya semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan persepsikan konsumen. Pendidikan bermutu jika sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan khususnya orang tua dan siswa dan secara umum masyarakat. Pelayanan yang maksimal seperti sarana prasarana yang memadai, dan pengembangan SDM, pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan sebagai output dari sekolah. Hasil kajian keempat perspektif ke dua sekolah yang diteliti menunjukkan perlunya perubahan guna memaksimalkan proses setiap perspektif. Setiap sekolah mengusulkan strategi kebijakan untuk memperbaiki kondisi yang kurang maksimal. Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan mutu SD berdasarkan BSC akan dibahas setiap perspektifnya di bawah ini. Data penelitian Tabel 1 menunjukkan, kedua sekolah tersebut sudah menyediakan sarana prasarana untuk kegiatan belajar mengajar di luar dan di dalam kelas namun beberapa hal masih perlu diperhatikan agar aspek sarana prasarana dapat lebih ditingkatkan lagi oleh kedua sekolah. Untuk itu perlu ada strategi kebijakan mengatasi kondisi sekolah . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut untuk strategi kebijakan prespektif keuangan sekolah A dan B. Tabel 5 menunjukkan, kepala sekolah dan stakeholder kedua sekolah tersebut perlu fokus pada pengembangan SDM memberikan pembekalan TIK dan paket pembelajaran yang terkait dengan keuangan khususnya bagian keuangan dan menyusun sistim anggaran keuangan secara on line membuat program flow chart keuangan khusus untuk sekolah sehingga dapat lebih transparansi untuk semua staf di sekolah. Pengauditan dapat dengan mudah dan cepat dilakukan.oleh berbagai pihak yang berkepentingan pihak yayasan, kepala sekolah, pengawas pendidikan Di samping itu, perlu pemberdayaan masyarakat sekitar, termasuk instansi yang dapat membantu penyediaan sarana prasarana sekolah. Anggaran keuangan yang transparan dan up to date akan membuat regulasi sistim manajemen sekolah lebih baik sehingga kebutuhan dan kepuasan pelanggan siswa dan orang tua terpenuhi. Sekolah B belum mengganggarkan dana untuk kegiatan siswa dan guru maka akan dilakukan banyak kerjasama dengan berbagai instansi yang terkait untuk memberikan bantuan baik moril maupun materiil guna membantu kegiatan siswa dan guru lebih maksimal. Memberdayakan peran masyarakat sekitar juga dilakukan untuk memaksimalkan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Perspektif kedua, guru perlu melakukan perbaikan secara terus-menerus dan menciptakan pertumbuhan secara berkelanjutan karena target dan ukuran kesuksesan akan terus berubah seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, organisasi harus memfasilitasi guru berinovasi, berkreasi, dan belajar Mahmudi, 2013:146. Aspek ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan “ How do we align our intangible assets people, systems, and culture to improve the critical processes?” Kaplan Norton, 38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card 2006:21. Komponen aspek ini mefokuskan pada keberlanjutan agar menjamin dan meningkatkan kemampuannya memuaskan para pelanggan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan di sekolah berkaitan dengan pengembangan professional dari guru sebagai ujung tombak pemberian layanan kepada siswa yang merupakan pelanggan utama pendidikan. Sekolah berfokus pada perbaikan pengembangan guru secara terus menerus Mohamad Mahsun, 2009:160. Ujung tombak keberhasilan pendidikan ada di tangan guru. Hal ini sejalan dengan sistem Tabel 5: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Keuangan No SD Kondisi Strategi Kebijakan 1 Swasta A Sarana untuk kegiatan akademik dan nonakademik tersedia kecuali BK dilakukan di ruang gurukelas Meningkatkan sarana yang belum ada seperti ruang bimbingan konseling siswa Tidak menggunakan TIK secara on line untuk sistem keuangan dan administrasi keuangan tidak pernah ada pengembangan untuk keahlian Menggunakan TIK sebagai alat bantu untuk mempermudah sistem keuang- an dan administrasi yang dilakukan secara on line serta memberi pendidikan kelanjutan untuk staf administrasi Belum transparan keuangan untuk semua staf yang ada di sekolah karena pihak stakeholder sangat dominan untuk anggaran Menyusun strategi kebijakan yang transparan antara stakeholder, kepala sekolah dan staf yang di sekolah bersama-sama 2 Negeri B Sarana untuk kegiatan akademik dan nonakademik sudah ada, yang belum tersedia seperti TIK, lab bahasa, BK, dan ekskul. Meningkatkan sarana yang belum ada seperti ruang bimbingan konseling siswa, TIK, lab bahasa dan ekskul misalnya dengan kerjasama dengan instansi lain jika tidak memungkinkan untuk menyediakan ruangan lagi Tidak menggunakan TIK secara on line untuk sistem keuangan dan administrasi keuangan tidak pernah ada pengembangan untuk keahlian Menggunakan TIK sebagai alat bantu untuk mempermudah sistem keuang- an dan administrasi yang dilakukan secara on line serta memberi pendidikan kelanjutan untuk staf administrasi Belum menganggarkan untuk kegiatan siswa dan guru baik akademik dan nonakademik tetapi kerjasama dengan instansi Melakukan kerjasama lebih banyak dengan instansi untuk kegiatan siswa dan guru Belum transparan keuangan untuk semua staf di sekolah karena pihak kepala sekolah sangat dominan untuk anggaran Menyusun strategi kebijakan yang transparan antara stakeholder, kepala sekolah dan staf di sekolah bersama- sama 39 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card among Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarso sing tulodo artinya guru memberikan teladan dengan sikap bukan dengan ceramah. Ing madya mangun karso artinya guru membangun keinginan siswa dan memberi kesempatan untuk mau mencoba berbuat sendiri. Tut wuri handayani artinya guru memberikan dorongan dan memantau agar siswa mampu bekerja sendiri. Oleh karena itu, guru perlu terus menerus mengembangkan keprofesionalannya sesuai tuntutan zaman. Dari hasil kajian Tabel 2, kondisi guru di kedua sekolah belum maksimal baik pelayanan maupun kompetensinya. Oleh karena itu perlu ada strategi kebijakan baru untuk perspektif guru di kedua sekolah tersebut, sebagaimana terlihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan, di sekolah swasta A semua kebijakan diatur oleh stakeholder yayasan sehingga ada kesinambungan antara pemasukan anggaran dengan rasio guru dan siswa di kelas. Guru sebagai ujung tombak yang memberi pelayanan kepada siswa dan orang tua hanya pelaksana rutinitas dan kurang banyak dilibatkan dalam berbagai hal seperti penyusunan kebijakan kurikulum, pengembangan profesional, atau mengenal masyarakat sekitar sekolah. Keterbatasan peranan guru disebabkan oleh banyaknya jam mengajar serta tugas administrasi lainnya. Selain itu, jam kerja guru juga penuh fulltime yaitu dari 06.45 pagi sampai pukul 16.00 sore. Sebagian besar guru sudah dapat mengopera- sikan komputer guna mempermudah dan memperlancar pekerjaan guru seperti administrasi dan media di kelas. Monitoring guru dalam bentuk supervisi kelas dilakukan oleh yang membidangi kurikulum dan kepala sekolah tanpa terjadwal. Program Penelitian Tindakan Kelas PTK hanya program tahunan insidentil saja sehingga tidak berdampak pada pengembangan profesional guru. Lesson study belum optimal pada perbaikan guru mengajar. Di sekolah negeri B semua kebijakan termasuk anggaran keuangan diatur oleh kepala sekolah sehingga rasio guru dan siswa kurang ideal merupakan kebijakan kepala sekolah. Tabel 6: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Guru No SD Kondisi Strategi Kebijakan Guru kelas adalah guru tetap yayasan dan sudah lulus S1 PGSD 60 yang terampil TIK Meningkatkan keterampilan menggunakan TIK untuk menunjang administrasi dan mengajar di kelas Pengembangan untuk keahlian pendidikan lanjutan untuk guru belum ada Meningkatkan pengembangan SDM misalnya membuka lowongan untuk melanjutkan pendidikan S2 PGSD Pembinaan guru dilakukan oleh koord. kurikulum, kepala sekolah, yayasan, dan dinas pendidikan dalam bentuk seminar, rapat atau supervis. Menjadwalkan pembinaan guru sebagai program utama untuk pengembangan profesional guru dalam bentuk perkuliahan, kursus singkat atau seminar Guru tidak pernah dilibatkan dalam menyusun kebijakan keuangan, kurikulum, sarpras kecuali kesiswaan saja oleh yayasan dan kepala sekolah Melibatkan guru dalam menyusun kebijakan keuangan, kurikulum, sar- pras, kesiswaan, pengembangan SDM sekaligus memberi masukan dari guru Komunikasi guru dengan kepala sekolah, orang tua,dan siswa baik namun komunikasi dengan yayasan dan masyakarat sekitar belum ada Menciptakan suasana agar guru lebih komunikatif dan lebih berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dengan membuat berbagai program yang melibatkan masyarakat sekitar 40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Berbeda dengan sekolah swasta A, jam mengajar guru lebih sedikit yakni mulai dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 dan guru mendapat kesempatan komunikasi dengan masyarakat sekitar. Hanya sedikit guru yang bisa mengoperasikan komputer sehingga pekerjaan administrasi masih dikerjakan manual. Sama halnya dengan sekolah swasta A, monitoring guru dalam bentuk supervisi tidak terjadwal sehingga guru kurang mendapatkan manfaat untuk memperbaikinya. Lesson study dan PTK dikerjakan guru sekedar memenuhi administrasi sehingga kurang optimal untuk pengembangan diri dan guru berfungsi sebagai pelaksana rutinitas mengajar saja. Padahal, pengembangan guru harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Dengan kata lain, guru dapat memberikan pelayanan maksimal kepada siswa dan orang tua jika memiliki tingkat profesional yang tinggi sehingga menghasilkan produk No SD Kondisi Strategi Kebijakan Guru jarang dimonitoring sehingga lesson studi belum optimal Monitoring guru terjadwalkan agar mendapatkan hasil optimal Guru hanya menjalankan tugas saja secara rutin seperti menyusun administrasi sekolah, mengajar di kelas, dan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala sekolah Menciptakan kondisi yang merangsang guru untuk berkompetisi dalam bidang mengajar secara profesional sehingga ada kepuasan dari guru dalam bentuk prestasi Guru kelas adalah guru tetap PNS dan lulus S1 PGSD 10 yang terampil TIK Meningkatkan keterampilan menggunakan TIK untuk menunjang administrasi dan mengajar di kelas Rasio guru dan siswa kurang ideal sesuai dengan aturan pemerintah Menambah ruang kelas atau menambah guru bantu agar rasio siswa dan guru menjadi lebih ideal Pengembangan untuk keahlian pendidikan lanjutan untuk guru belum ada Meningkatkan pengembangan SDM misalnya membuka lowongan untuk melanjutkan pendidikan S2 PGSD Pembinaan guru dilakukan oleh koord. kurikulum, kepala sekolah, dan dinas pendidikan dalam bentuk seminar, rapat atau supervisi Menjadwalkan pembinaan guru seba- gai program utama untuk pengem- bangan profesional guru dalam bentuk perkuliahan, kursus singkat atau seminar Guru tidak pernah dilibatkan dalam menyusun kebijakan keuangan, kurikulum, sarpras kecuali kesiswaan saja oleh kepala sekolah Melibatkan guru dalam menyusun kebijakan keuangan, kurikulum, sar- pras, kesiswaan, pengembangan SDM sekaligus memberi masukan dari guru Guru jarang dimonitoring sehingga lesson studi belum optimal Monitoring guru terjadwalkan agar mendapatkan hasil optimal Guru hanya menjalankan tugas saja secara rutin seperti menyusun administrasi sekolah, mengajar di kelas, dan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala sekolah Menciptakan kondisi yang merangsang guru untuk berkompetisi dalam bidang mengajar secara profesional sehingga ada kepuasan dari guru dalam bentuk prestasi 41 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card mutu lulusan yang bermutu sesuai dengan harapan dan kebutuhan pengguna. Perspektif ketiga, kurikulum, sebagai motor penggerak proses internal terjadi untuk menghasilkan produk sesuai kebutuhan dan kepuasan siswa dan orang tua, pada akhirnya berdampak pada peningkatan anggaran keuangan. Perspektif ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan “ What processes must we excelat to satisf your customers and share holders?” Kaplan Norton, 2006:21. Pada perspektif ini, organisasi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membangun keunggulan organisasi melalui perbaikan proses internal organisasi secara berkelanjutan Mahmudi, 2013:145 . Kurikulum mencakup tujuan pendidikan, isi pendidikan, pengalaman belajar dan penilaian yang digunakan sebagi tolok ukur penilaian kinerja oleh sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Miller and Seller 1985:175 “curriculum components consist of: 1 aims and objectives, 2 content, 3 teaching strategislearning experiences, 4 organization of content and teaching strategies”. Secara tertulis, kurikulum dapat berbentuk suatu dokumen yang berisikan berbagai komponen seperti pikiran tentang pendidikan, tujuan yang akan dicapai oleh kurikulum tersebut, konten isi yang dirancang dan harus dikuasai siswa untuk menguasai tujuan, proses yang dirancang untuk menguasai konten isi, metode, serta evaluasi yang dirancang untuk mengetahui penguasaan kemampuan yang dinyatakan dalam tujuan. Secara tidak tertulis, kurikulum dapat juga berbentuk proses pengalaman belajar yang dilakukan siswa dan guru di sekolah sehingga dapat diamati secara langsung seperti: proses berpikir, proses penyimpanan informasi, proses pembentukan sikap, dan proses pembentukan karakter. Terkait dengan kurikulum di sekolah, yang perlu difokuskan antara lain: proses inovasi, yang diukur output sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan anak; proses operasional, yang diukur dengan peningkatan mutu lulusan; dan proses pelayanan, yang diukur dengan pelayanan saat mengajar, waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada siswa, penanganan keluhan siswa dan lainnya. Tabel 3 menunjukkan bahwa guru mengajar masih cenderung teacher centered walau sudah mulai melangkah ke paradigma student centered . Guru tidak pernah dilibatkan dalam penyusunan kurikulum. Strategi kebijakan untuk perspektif kurikulum di kedua sekolah tersebut ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan, sekolah swasta A menerapkan kurikulum ‘gemuk’ dengan harapan anak menjadi pandai dari segi kognitif sehingga anak bisa diterima di SMP favorit. Sekolah negeri B menggunakan kurikulum sesuai dengan pemerintah yang menekankan pada segi kognitif saja. Masih banyak orang tua dan masyarakat beranggapan, sekolah favorit itu menghasilkan jumlah dan nilai lulusan yang tinggi. Padahal, sekolah yang bermutu menurut UU Sisdiknas menghasilkan manusia yang unggul dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Jika ditilik lebih dalam, alasan guru dan sekolah lebih menekankan pada segi kognitif saja ialah ujian sekolah dan ujian nasional yang masih dilihat dari skor nilai setiap siswa dan sekolah dari setiap mata pelajaran. Fakta ini secara tidak langsung membuat guru melakukan kegiatan mengajar bersifat drill soal latihan untuk mempersiapkan siswanya siap menghadapi ujian tertulis. Fakta kedua, perkembangan siswa dengan mudah dilihat dari segi kognitif daripada kinerja dan afektif. Selain itu, teknik penilaian kedua aspek itu lebih rumit dan butuh waktu lama serta juga bukan sasaran utama penilaian. Fakta ketiga, pandangan orang tua masyarakat yang mendambakan anaknya meraih juara dengan skor nilai tertinggi dan masuk ke sekolah favorit yang mengharuskan mengikuti tes potensi akademik untuk mata pelajaran seperti Matematika, IPA, IPS dan Bahasa Indonesia dan melampirkan Nilai Ujian Nasional NUN murni sebagai bahan pertimbangan diterima atau tidaknya. Oleh karena pada umumnya jumlah yang mendaftar ke sekolah favorit banyak sekali lebih dari batas, persaingan skor sangat berpengaruh. Guru sebagai manajer di dalam kelas perlu menerapkan keterampilan mengatur pekerja- annya agar maksimal. Namun kenyataannya, manajemen sekolah dan kelas belum maksimal diterapkan di sekolah dan kelas oleh kedua 42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Tabel 7: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Kurikulum No SD Kondisi Strategi Kebijakan 1 Swasta A Di perpustakaan buku tersedia mencukupi kebutuhan dan jumlah siswa di sekolahkelas Meningkatkan pelayanan dengan sistim digital Kurikulum yang digunakan gemuk kurang relevan dengan perkembang- an anak SD dan masih menekankan produk tes tertulis saja Mengaplikasikan PAIKEM agar siswa tidak merasa bosan dan stres dan perbanyak kegiatan proses pembelajarannya Guru belum menerapkan manajemen kelas merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan dan mengevaluasi namun tugas rutin seperti menyusun RPP, silabus, mengajar, dan memeriksa hasil ulangan anak dilaksanakan secara rutin. Memperkenalkan manajemen kelas pada guru untuk dapat diterapkan di kelas sehingga rutintas pekerjaan menjadi tidak membosankan karena termotivasi dengan kegiatan manajemen kelas yang kreatif. Jadi materi praktikum akan diujicobakan dulu oleh guru Keterampilan guru mengajar di kelas belum maksimal seperti TIK dan mengundang nara sumber belum digunakan sebagai media pembelajaran metode variasi seperti study field , bercerita, bermain peran, bermain, praktikum, diskusi, kerja kelompok dan menggunakan alam sekitar untuk media pembelajaran sudah dilaksanakan masih menekankan pada ceramah dan latihan soal Meningkatkan kemampuan guru mengajar dalam segi metode mengajar yang student centered sehingga mutu lulusan dapat meningkat bukan dari segi kognitif tapi afektif dan psikomotor. Jadi bukan sekedar pandai mengerjakan soal ulangan saja tapi memecahkan permasalahan yang ditemui sehari- hari dapat terpecahkan sesuai perkembangan anak. Belum maksimal menggunakan TIK untuk administrasi guru seperti penilaian kelas yang sudah dipro- gram namun menyusun silabusRPP sudah dengan bantuan TIK Meningkatkan kemampuan keterampilan menggunakan TIK dengan mengikutsertakan kursus komputer Guru tidak dilibatkan dalam menyusun kebijakan kurikulum sehingga guru tidak pernah diminta masukansaran dalam revisiriviu kebijakan kurikulum guru hanya sebagai pelaksana kebijakan kurikulum yang sudah disusun kepala sekolahyayasan Melibatkan guru dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian pada kebijakan terutama kurikulum Kepala sekolah menerapkan manajemen sekolah sebatas administrasi buku KTSP 1 dan KTSP 2 masih menekankan pada segi produk nilai ulangan tertulis kognitif dan jumlah lulusan Mengubah paradigma sekolah favorit karena jumlah dan nilai ujian kognitif kelulusan yang tinggi. Mutu lulusan baik jika aspek kognitif, afektif dan psikomotor baik. 43 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card No SD Kondisi Strategi Kebijakan 2 Negeri B Di perpustakaan buku yang belum mencukupi kebutuhan dan jumlah siswa di sekolahkelas Menambah jumlah buku di perpustakaan dengan memberdayakan masyarakat sekitar Kurikulum yang digunakan sesuai dengan aturan pemerintah penekanan pada produknya dalam bentuk hasil ulangan tertulis walau ada penilaian kelas hanya sekedar administrasi kelas saja Kurikulum sesuai dengan pemerintah namun outputnya belum sesuai harapan pemerintah melakukan penilaian kinerja produk dan proses bukan sekedar adminitrasi kelas saja. Guru belum menerapkan manajemen kelas merencanakan, mengorganis- asi, melaksanakan dan mengevaluasi namun tugas rutin seperti menyusun RPP, silabus, mengajar, dan memeriksa hasil ulangan anak dilaksanakan secara rutin Memperkenalkan manajemen kelas pada guru untuk dapat diterapkan di kelas sehingga rutintas pekerjaan menjadi tidak membosankan karena termotivasi dengan kegiatan manajemen kelas yang kreatif. Jadi materi praktikum akan diujicobakan dulu oleh guru Keterampilan guru mengajar di kelas belum maksimal seperti TIK, materi praktikum diujicobakan dulu oleh guru, dan mengundang nara sumber belum digunakan sebagai media pembelajaran dominan pada ceramah dan latihan soal Meningkatkan kemampuan guru mengajar dalam segi metode mengajar yang student centered sehingga mutu lulusan dapat meningkat bukan dari segi kognitif tapi afektif dan psikomotor. Jadi bukan sekedar pandai mengerjakan soal ulangan saja tapi memecahkan permasalahan yang ditemui sehari- hari dapat terpecahkan sesuai perkembangan anak. Belum maksimal menggunakan TIK untuk administrasi guru seperti penilaian kelas yang sudah diprogram dan menyusun silabus RPP yang masih ditulis tangan. Meningkatkan kemampuan keterampilan menggunakan TIK dengan mengikutsertakan kursus komputer Guru tidak dilibatkan dalam menyusun kebijakan kurikulum sehingga guru tidak pernah diminta masukansaran dalam revisiriviu kebijakan kurikulum guru hanya sebagai pelaksana kebijakan kurikulum yang sudah disusun kepala sekolah. Melibatkan guru dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian pada kebijakan terutama kurikulum Kepala sekolah menerapkan manajemen sekolah sebatas administrasi buku KTSP 1 dan KTSP 2 masih menekankan pada segi produk nilai ulangan tertuliskognitif dan jumlah lulusan Mengubah paradigma sekolah favorit karena jumlah dan nilai ujian kognitif kelulusan yang tinggi. Mutu lulusan baik jika aspek kognitif, afektif dan psikomotor baik. 44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card sekolah tersebut sehingga ukuran kinerja masih dominan pada administrasi. Menurut Bell dan Rhodes 1996: 90-92, perencanaan, pelaksana- an, dan penilaian kurikulum tidak hanya menjadi tanggung jawab guru dan kepala sekolah, tetapi semua instansi yang terlibat seperti pengawas dan pemerintah pusat. Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya guru serta kepala sekolah menjadi ujung tombak keberhasilannya. Kegiatan manajemen kuriku- lum dan pengajaran meliputi pernyataan kurikulum, kebijakan kurikulum, skema kerja, rencana mingguan, rencana semester, penilaian, evaluasi, dan revisi. Pihak yang terlibat adalah pemerintah pusat, kepala sekolah, staf senior, koordinator kurikulum, dan guru dengan tanggung jawab yang berbeda untuk setiap pihak dalam kegiatan tersebut. Tanggungjawab pemerintah pusat dalam pernyataan kurikulum adalah memberikan mandat kepada kepala sekolah. Pemerintah pusat memberikan dukungan kebijakan teknis pelaksanaan dan memantau penilaian, evaluasi, dan revisi kurikulum. Jadi, pemerintah pusat bertanggung jawab mengatur kurikulum secara efektif terutama pada biaya. Sedangkan kepala sekolah sebagai manajer sekolah bertanggung jawab pada penulisan visi dan misi sekolah serta menjadi komisaris pemantau saja pada kebijakan dan teknis pelaksanaan. Untuk penilaian, evaluasi, dan revisi kepala sekolah memantau. Kepala sekolah dibantu oleh staf senior dan koordinator kurikulum dalam perencanaan dan pelaksanaan teknisnya, seperti memberi masukan ketika kepala sekolah menyusun visi dan misi. Namun, kebijakan teknis operasionalnya disusun oleh koordinator kurikulum dibantu oleh staf senior dapat dilaksanakan di sekolah dengan baik. Dalam penyusunan rencana semester dan mingguan serta kegiatan penilaian dan evaluasi, koordinator kurikulum memberi dukungan kepada guru yang menjadi pelaksana. Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan harus memiliki keterampilan dalam mentransfer kebijakan kepala sekolah agar dapat terlaksana dengan baik di kelas. Dalam kegiatan, pernya- taan kurikulum harus mendukung visi dan misi yang disusun oleh kepala sekolah sesuai mandat dari pemerintah pusat. Dalam kegiatan evaluasi dan revisi, peranan guru yang paling penting karena mereka memiliki banyak informasi tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Oleh karena itu, guru perlu dilibatkan dalam perenca- naan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Pembagian tanggung jawab dalam manajemen kurikulum terlihat pada Tabel 8. Selain itu, guru dan kepala sekolah menerapkan manajemen sekolah dan kelas yang baik sehing- ga ukuran kinerja setiap langkah dapat terukur dan dapat diperbaiki guna peningkatan mutu kinerja. Pengembangan profesionalme guru sangat diperlukan guna memenuhi aspek kurikulum. Sebagai pelaksana kurikulum, guru perlu dibekali berbagai metode mengajar yang sesuai dengan visi dan misi kurikulum. Baik KTSP maupun K-13 menggunakan metode ‘student centered’ artinya melibatkan siswa dalam berpikir serta bertindak menggunakan sikap dan emosi yang menjadikan manusia unggul dan mampu bersaing. Bermain sambil belajar untuk kelas 1 dan 2 SD, sedangkan bekerja sambil belajar untuk kelas 3-6 SD. Pembekalan guru dalam menggunakan TIK sebagai sarana media atau administrasi perlu dikembangkan guna meningkatkan mutu pendidikan. Guru dapat memberikan saran dan masukan untuk kebijakan kurikulum dari pelaksananya selama mengajar 1 semester yang dipantau oleh koordinator kurikulum dan kepala sekolah. Siswa sebagai subyek, bukan obyek artinya, siswa terlibat baik jamani dan rohani dalam pembelajaran sementara guru sebagai fasilitator dan motivator. Kedudukan dan peran siswa dan guru ini selaras dengan ungkapan Ki Hajar Dewantara yang menempatkan siswa sebagai subyek dan pada usia tersebut guru memberikan anjurannasihatdorongan bukan memaksakan kehendaknya 1962:156. Memberikan pengala- man langsung pada siswa akan memberikan penjelasan konsep abstrak dari benda kongkrit yang disodorkan. Hal ini diungkapkan oleh Mulyasa bahwa proses belajar terjadi jika siswa menambah terus pengalamannya yang akan tumbuh lebih banyak sehingga akan terbentuk gagasanide baru. Pengetahuan diperoleh melalui pengalamannya, bukan dijejali oleh guru 45 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card 2013:98. Dave Meier dalam Suderajat 2011:60 mengungkapkan, bila individu dirangsang dengan belajar yang menyenangkan maka lymbic system sebagai social emotional brain akan men- trigger neocortex untuk berpikir cerdas dan reptilian brain untuk mengatur detak jantung sehingga daya tahan endurance individu yang belajar meningkat hingga 6 sampai 8 jam dalam sehari. Dampaknya, individu belajar dengan cepat karena motivasi tinggi. Selanjutnya, Herr dan Larson 2000: 22 mengungkapkan, dalam proses pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa adalah belajar untuk berpikir, belajar untuk memberikan alasan, belajar untuk mengambil keputusan melalui bermain sambil belajar dan bekerja. Dalam proses belajar terjadi interaksi antara guru dan siswa. Menurut prinsip konstrukti- visme, seorang guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Contoh, guru menyediakan atau memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa, membantu mereka mengekspresikan gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiahnya, menyedia- kan sarana yang merangsang berpikir siswa secara produktif dan mendukung pengalaman belajar siswa. Selain itu guru juga memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa itu jalan atau tidak. Kedua sekolah tersebut belum memaksimalkan potensi guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam 3 tiga aspek: kognitif, afektif dan psikomotornya. Guru masih mendominasi dengan ceramah dan latihan soal. Bahkan orang tua memasukkan anaknya dalam bimbingan belajar agar siswa dapat berlatih banyak soal lagi. Siswa hafal soal latihan tanpa memaknai arti dalam soal. Soal yang diberikan pada anak dalam bentuk C1, C2 dan C3 saja dan kurang melatihkan C4, C5 dan C6 Buku sebagai salah satu media pembel- ajaran yang terbuka sifatnya, artinya ketika siswa ingin mencari sesuatu dari keinginantahuannya, melalui buku dapat terjawab dengan sendirinya. Oleh karena itu, jumlah dan varian buku di perpustakaan perlu diperhatikan. Sekolah negeri B masih perlu menambah jenis dan jumlah buku dengan cara antara lain melibatkan masyarakat sekitar untuk menambah jumlah buku seperti sponsor dari instansi, komite sekolah, sumbang- an sukarela dari siswa atau mengalokasi Tabel 8: Tanggung Jawab Dalam Manajemen Kurikulum Curriculum Plan Head Teachers Senior Staff Subject Coordinator Class Teacher Governors Curriculum statement Originator Advisers Advisers Supporter Mandate giver Reporter Curriculum policies Commissioner Monitor Supporter Writer Implementer Supporter Schemes of work Commissioner Monitor Supporter Writer Implementer Supporter Termly plans Monitor Monitor Supporter Implementer Supporter Weekly plans Monitor Monitor Supporter Implementer Supporter Assessment Commissioner Monitor Monitor Writer Supporter Implementer Supporter Evaluation Monitor Monitor Supporter Information giver Monitor ReviewRevision Monitor Supporter Writer Information giver Monitor 46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card keuangan untuk pembelian buku. Sekolah swasta A, yang sudah memiliki jumlah dan varian buku yang cukup, sebaiknya mengem- bangkan koleksi bukunya menjadi sistim digital yang mempermudah siswa untuk membaca. Perspektif keempat, siswa dan orang tua sebagai pihak pelanggan sekolah. Organisasi sektor nonpublik sekolah dalam perspektif pelanggan orang tua dan siswa berfokus untuk memenuhi kepuasan pelanggan melalui penyediaan jasa dan pelayanan yang bermutu dengan harga yang terjangkau. Perspektif ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan Kaplan Norton 2006:21 “To reach our financial objectives, how do we create value for our customers?” Untuk memuaskan pelanggan, guru, kurikulum, dan anggaran keuangan akan saling terkait dan memberikan kontribusi. Harapan pelanggan orang tua dan siswa SD adalah untuk mendapatkan pelayanan maksimal dan produk bermutu. Pelayanan termasuk bagaimana guru mengajar di kelas, fasilitas apa saja yang diterima oleh siswa dan orang tua, dan infrastruktur apa saja yang disiapkan sekolah guna menunjang proses belajar mengajar. Sedangkan produk yang dihasilkan siswa dapat mengembangkan potensi seperti penanaman nilai dan norma kehidupan, pembentukan dan pembiasaan perilaku yang diharapkan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar, serta pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif. Fungsi pendidikan dasar mengembang- kan sikap kreatif, antusias untuk bereksplorasi, bereksperimen, berimajinasi, berani mencoba, dan mengambil resiko seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Thn 2003 tentang Sisdiknas. Jadi, pendidikan dasar khususnya SD merupa- kan pondasi pendidikan sebagai sarana utama untuk menggali potensi diri dan membentuk Tabel 9: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Siswa dan Orang Tua No SD Kondisi Strategi Kebijakan 1 Swasta A Sekolah favorit akibatnya banyak berlomba mendaftar tetapi yang diterima sesuai bangku tersedia 3 kelas Meningkatkan pelayanan agar tetap bertahan jadi sekolah favorit yang bukan saja menekankan segi kognitif Siswa dan orang tua puas dengan layanan akademik tetapi untuk non akademik masih belum optimal Meningkatkan pelayanan non akademik kerjasama dengan instansi lainnya Siswa sangat disiplin didukung orang tuanya budaya sekolah Mempertahankan budaya sekolah disiplin Pengembangan potensi diri anak baik akademik maupun non akademik hanya terbatas pada beberapa anak saja untuk ikut perlombaan antar kelassekolah atau gugus Memperbanyak program pengembangan akademik dan non akademik sehingga setiap siswa bisa ikut terlibat dengan kerjasama dengan instansi atau sekolah lain Tidak ada anak yang kurang mampu dalam segi ekonomi tidak ada beasiswa untuk anak miskin Membuka beasiswa bagi siswa yang berprestasi namun kurang mampu Komunikasi antar siswa belum optimal tetapi dengan guru sudah baik Mengoptimalkan komunikasi siswa dengan siswa melalui program yang diadakan di sekolah Siswa dan orang tua tidak pernah dilibatkan dalam menyusun berbagai kebijakan di sekolah Melibatkan perwakilan siswa daa orang tua untuk menyusun kebijakan sekolah 47 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card karakter agar menjadi manusia seutuhnya. Untuk memenuhi harapan pelanggan, aspek ini menunjukkan bagaimana baiknya sekolah menjalankan kegiatan dan mencapai hasil sesuai harapan pelanggan. Perspektif keempat dalam BSC mengembangkan pengukuran dan tujuan untuk mendorong sekolah agar berjalan dan tumbuh. Tabel 4 menunjukkan orang tua dan siswa SD sebagai pelanggan utama belum mencapai tingkat kepuasaan yang tinggi. Perpektif orang tua dan siswa sangat erat terkait dengan perspektif kurikulum, guru, dan keuangan. Hal ini terlihat pada Tabel 9 yang menunjukkan, kedua sekolah tersebut sebagai sekolah favorit bagi siswa SD karena mampu meluluskan siswa dengan skor nilai tertinggi serta masuk ke Sekolah Menengah Pertama SMP favorit. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mengupaya- kan semaksimal harapan dan keinginan masyarakat khususnya orang tua siswa yang anaknya bersaing masuk SMP favorit dengan skor nilai tinggi. Oleh karena itu, guru akan melakukan kegiatan belajar mengajar yang bukan menekankan PAIKEM tapi lebih ceramah dan drill soal. Keterkaitan kebutuhan orang tua dan siswa dan pelayanan guru dan sekolah menjadi sangat erat. Hal lain, kedua sekolah tersebut belum memaksimalkan semua potensi siswa baik dari segi akademik maupun nonakademik. Hanya beberapa siswa saja sebagai perwakilan sekolah yang ikut perlombaan sehingga membuat siswa yang tidak terpilih menjadi perwakilan menjadi minder dan tidak termotivasi. Guru dan sekolah lebih fokus pada siswa yang sudah terlihat bakat atau prestasi akademiknya dan guru hanya memberi bimbingan sekedarnya untuk mempersiapkan ajang perlombaan. Padahal, setiap siswa punya potensi yang perlu digali dan No SD Kondisi Strategi Kebijakan 2 Negeri B Sekolah favorit akibatnya banyak ber- lomba mendaftar tetapi yang diterima sesuai bangku tersedia 5 kelas Meningkatkan pelayanan agar tetap bertahan jadi sekolah favorit yang bukan saja menekankan segi kognitif Siswa dan orang tua puas dengan layanan akademik tetapi untuk non akademik masih belum optimal kadang guru tidak ada Meningkatkan pelayanan non akademik kerjasama dengan instansi lainnya Siswa kurang disiplin belum didu- kung orang tuanya budaya sekolah Menyusun program disiplin aturan agar jadi budaya sekolah Pengembangan potensi diri anak baik akademik maupun non akademik hanya terbatas pada beberapa anak saja untuk ikut perlombaan antar kelassekolah atau gugus Memperbanyak program pengembangan akademik dan non akademik sehingga setiap siswa bisa ikut terlibat dengan kerjasama dengan instansi atau sekolah lain Komunikasi antar siswa belum optimal tetapi dengan guru sudah baik Mengoptimalkan komunikasi siswa dengan siswa melalui program yang diadakan di sekolah Siswa tidak pernah dilibatkan dalam menyusun berbagai kebijakan di sekolah Melibatkan perwakilan siswa untuk menyusun kebijakan sekolah Orang tua kadang dilibatkan dalam menyusun berbagai kebijakan di sekolah komite orang tua Meningkatkan kerjasama dengan komite orang tua untuk menyusun kebijakan sekolah 48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card diasah agar potensi diri dapat muncul pada diri siswa. Guru kurang menggali optensi yang tersembunyi dari setiap siswanya, padahal kesempatan setiap siswa untuk ikut ajang perlombaan merupakan hak setiap siswa. Strategi kebijakan untuk perspektif ini, sebaiknya melakukan kerjasama dengan berbagai sekolah atau instansi lain sehingga setiap siswa dapat mengikuti ajang perlombaan, bukan sekedar piala yang dicari siswa tetapi rasa bangga bisa ikut lomba dan memotivasi potensi dirinya menjadi lebih berkembang. Sebaiknya, sekolah memilih siswa secara bergantian untuk ikut perlombaan. Adakan lomba antarkelas paralel atau lomba antarkelas di sekolah untuk mencari bakat setiap siswa dan memberikan kesempatan setiap siswa untuk menunjukkan prestasi baik akademik maupun non akademik. Kerinduan siswa mengasah potensi non- akademik terlihat pada Tabel 9. Kedua sekolah tersebut lebih menekankan pengembangan aspek kognitif semata yang mengacu pada nilai rapor dan ijazah serta diterimanya di SMP favorit, padahal siswa merindukan pengem- bangan aspek nonakademik. Kegiatan nonakademik di sekolah dalam bentuk ekstra kurikuler 2 jam pelajaran, olahraga 2 jam pelajaran, dan SBDP keterampil-an dan seni 2 jam pelajaran serta pramuka 2 jam pelajaran. Jika dilihat dari jumlah jam pelajaran di SD sekitar 40 jam pelajaran Permendiknas 572017, hanya 20 pengem-bangan potensi untuk nonakademik. Strategi kebijakannya adalah membuat program yang dapat mengembangkan aspek nonakademik sesuai dengan kondisi dan visi sekolah seperti paguyuban angklung, pencak silat, gamelan Sunda, dan seterusnya dalam bentuk kegiatan kemasyarakatan dimulai dari kegiatan di kelas lalu diundang semua orangtuanya untuk melihat pentas anaknya. Kegiatan ini dapat dijadikan ujian akhir sekolah sebagai proyek dengan penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif. Selain bangga dengan proyeknya yang dapat dilihat oleh orang tua dan temannya, siswa juga secara tidak langsung sudah melakukan ujian akhir. Pandangan orang tua sebagai pelanggan masih memiliki paradigma, nilai tinggi dalam aspek akademik menunjukkan anak pandai dan hebat. Mengedukasi orang tua melalui komite sekolah dengan melibatkan psikolog, pakar pendidikan dan kepala sekolah untuk mengubah paradigma yang salah tersebut dengan berbagai kegiatan, bukan hanya seminar saja tetapi kegiatan yang bisa membuka pikiran para orang tua. Di lain pihak, sekolah membutuhkan pelanggan orang tua dan siswa sehingga interaksi antara produsen dan pelanggan harus harmonis dan selaras. Mengajak komite orang tua dalam menyusun kebijakan sekolah merupakan salah satu strategi meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan. Siswa sebagai pelanggan utama dalam dunia pendidikan belum pernah diajak komunikasi antarsiswa itu sendiri untuk meningkatkan tingkat kepuasaannya. Umum- nya, siswa menjadi objek pelaku kebijakan yang disusun. Kedua sekolah tersebut baru melibat- kan perwakilan siswa dan belum mengikut- sertakan banyak siswa dalam forum komunikasi untuk menyusun kebijakan sekolah. Siswa diwakili satu orang dari kelasnya untuk menge- mukakan pendapatnya. Diskusi antar-siwa kelas 1-3 dipimpin guru dan untuk kelas 4-6 di- pimpin ketua kelas. Setiap perwakilan kelas da- pat mengemukakan pendapatnya dalam forum komunikasi antarsiswa di sekolah dari kelas 1- 6 SD. Dipilih dari perwakilan kelas 1-6 beberapa siswa untuk ikut dalam rapat kebijakan sekolah. Sekolah swasta A yang notabene sekolah favorit sehingga banyak siswa yang orangtua- nya dikatagorikan mampu yang menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Alangkah baiknya jika memberikan kesempatan untuk anak yang kurang mampu namun berprestasi secara akademik atau nonakademik untuk bersekolah di sekolah tersebut melalui program beasiswa, sehingga kondisi heterogen siswa dapat lebih banyak membelajarkan siswa untuk hidup dalam dunia nyata. Sekolah negeri B, yang belum membudaya- kan aturan disiplin baik dari siswa maupun orang tua, sebaiknya membuat program untuk membudayakan disiplin dalam kehidupan sehari-hari melalui tindakan nyata. Pembentu- kan karakter dimulai dari pola pembiasaan anak sehari-hari. Oleh karena itu, bukan siswa dan orang tua saja yang melakukan budaya disiplin tetapi pihak staf sekolah dan kepala sekolah harus menjadi model untuk siswa dan orang tua. 49 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card Setelah menyusun BSC dari aspek anggaran keuangan, guru, siswa, dan kurikulum maka langkah selanjutnya adalah menyusun dan mengimplementasikan strategi kebijakan. Langkah pertama dalam menyusun BSC adalah memprioritaskan kebijakan mana yang akan dilakukan secara bertahap dan terukur kinerja- nya dengan mengacu pada data yang sudah diperoleh. Menggunakan teknologi informatika untuk membantu mengimplementasikan BSC. Selanjutnya, stakeholder dan kepala sekolah menyelaraskan dengan visi dan misi sekolah. Implementasi BSC tidak bisa langsung dilaku- kan pada setiap unit organisasi secara bersama- an, tetapi harus dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, disusun secara tingkatan birokrasi seperti dibuat pada tingkat Yayasanstakeholder, yang kemudian diterjemah-kan ke dalam BSC tingkat kepala sekolah dan selanjutnya diterje- mahkan lagi ke tingkat guru. Pada tahapan ini tim yang dibentuk mengomunikasikan inisiatif strategis dan ukuran yang dibutuhkan untuk setiap perspektif kepada ketuamanajer masing unit organisasi. Terakhir, pemantauan dilaku- kan oleh tim audit internal secara terus menerus untuk memberi masukan. Jika memungkinkan, tim audit eksternal seperti konsultan pendidikan memberi masukan dari kinerja yang sudah dilakukan. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus dan bersinam-bungan. Simpulan Kesimpulan Output manajemen pendidikan dikatakan bermutu jika hasil akademik dan nonakademik yang diperoleh siswa sesuai dengan kebutuhan dan berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada proses pengendalian dan pengawas- an mutu yang baik oleh penyelenggara pendidik- an melalui metode BSC. Empat kajian BSC meliputi perspektif anggaran keuangan, guru, kurikulum, dan siswa pada SD Negeri B dan Swasta A di Kota Bandung. Untuk mengimple- mentasikan BSC ada 6 langkah yaitu: 1 menyusun BSC dari aspek anggaran keuangan, guru, siswa, dan kurikulum; 2 mengidentifikasi data dan prioritas bertahap; 3 menyesuaikan dengan visi, misi sekolah; 4 mengordinasikan setiap bagian jadi kegiatan terintegrasi; 5 menyusun strategi sesuai data tersebut oleh kepala sekolah, guru dan staf masing-masing; 6 melakukan pemantauan oleh tim audit. Hasil kajian implementasi kedua SD untuk setiap perpektif sebagai berikut: perspektif anggaran keuangan, belum transparan dalam anggaran keuangan dan belum menggunakan TIK dalam menjalankan anggaran keuangan. Anggaran keuangan masih didominasi dari pihak stakeholder dan kepala sekolah. Hasil kajian implementasi perspektif guru yaitu menggunakan sistim guru kelas, status tetap, lulusan S1 PGSD untuk guru kelas 1-6 SD, namun untuk kelas 4-6 menggunakan sistem mata pelajaran untuk pelajaran tertentu. Pengembangan profesional untuk guru belum ada dan masih fokus pada tugas rutin seperti, menyusun SilabusRPP, mengajar dan memerik- sa hasil ulangan siswa dilakukan secara rutin tanpa ada evaluasirefleksi untuk perbaikan. Hasil kajian implementasi Perspektif kurikulum antara lain: produk lulusan menekankan pada banyaknya lulusan diterima di sekolah favorit dengan nilai kognitif yang tinggi. Metode pembelajaran yang digunakan di kelas masih dominan pada ceramah dan latihan soal bentuk hafalan. Manajemen sekolah dan kelas diterap- kan di sekolah dan kelas sekedar adminitrasi saja. Hasil kajian implementasi perspektif siswa dan orang tua adalah tergolong sekolah favorit deng banyak peminat. Belum memaksimalkan potensi diri setiap siswa baik dari segi akademik maupun nonakademik dan pandangan orang tua bahwa nilai yang tinggi dalam aspek akademik menunjukan siswa pandai. Adapun strategi kebijakan yang disusun untuk memperbaiki kondisi yang ada, hasil kajian implementasi BSC adalah: perpektif keuangan, fokus pada pengembangan SDM khususnya bagian keuangan, dan menyusun sistem anggaran keuangan secara on line sehingga dapat lebih transparansi untuk semua staf di sekolah. Dengan demikian pengauditan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dapat dengan mudah dan cepat dilakukan. Meningkat- kan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar siswa dengan kerjasama dengan instansi lain. Strategi 50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card kebijakan perspektif guru, menciptakan kondisi yang merangsang guru untuk berkompetisi secara sehat untuk mengembangkan diri secara profesional pengembangan TIK, lesson study serta melibatkan guru dalam penyusunan kebijakan kurikulum. Strategi kebijakan perspektif kurikulum, meningkatkan skill guru dalam manajemen kelas dan kepala sekolah dalam manajemen sekolah. Guru sebagai ujung tombak perlu dilibatkan dalam perencaaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Strategi kebijakan perspektif siswa dan orang tua, setiap siswa berhak mengikuti perlombaan sehingga membuat siswa menggali potensi diri yang masih tersembunyi. Mengedu- kasi orang tua untuk mengubah paradigma nilai tinggi akademik menunjukan siswa pandai. Melibatkan siswa untuk memberi saran seputar pelayanan dari pihak guru, staf, dan sekolah. Memberdayakan masyarakat sekitar untuk memaksimalkan kegiatan non akademik. Saran Dari kajian dua SD di Kota Bandung saran diberikan kepada stakeholder, kepala sekolah, dan guru sebagai berikut. Pertama, stakeholder hendaknya mendukung dan menyusun kebijakan sekolah bersama dengan kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua dalam forum diskusi kecil. Kedua, memberi reward bagi kepala sekolah dan guru yang berhasil meningkatkan kinerjanya yang mengacu pada metode BSC. Ketiga, kepala sekolah perlu menyusun strategi kebijakan yang jadi prioritas secara bertahap dengan ukuran nilai kinerja terukur untuk dilakukan oleh kepala sekolah dengan menerapkan manajemen sekolah. Bagi guru perlu menyusun strategi kebijakan yang jadi prioritas secara bertahap dengan ukuran nilai kinerja detail dan terukur untuk dilakukan oleh guru dengan menerapkan manajemen kelas. Keterbatasan penelitian ini untuk mengungkapkan secara detail informasi secara kuantitatif dari setiap perspektif, hal ini dikarenakan pihak sekolah merasa tidak nyaman dan takut data sekolah diketahui oleh sekolah lain. Akan lebih baik jika sekolah melakukan pengukuran secara kuantitatif untuk dipergunakan secara internal di sekolahnya Daftar Pustaka Bell, Les. Dan Rhode, Chris. 1996. The skill of primary school management. London: Routledge Depdiknas. 2007. Kajian kebijakan kurikulum SD. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Dally, Dadang 2010. Balance score card suatu pendekatan dalam implementasi pendidikan . Bandung: Rosda Karya Dedi Supriadi. 2000. Reformasi pendidkan dalam konteks otonomi daerah . Yogyakarta: Adicita Kaplan, Robert S dan David P. Norton. 1996. Balanced scorecard: Translating strategy into action . Boston: Havard Business School Press Kitson, Neil dan Merry, Roger. 1997. Teaching in the primary school. London: Routledge Lawton, Stephen dan Barlosky, Martin. 1994. A handbook developing quality school. Toronto: Institutions Ontario Machasin, dkk. 2011. Strategi peningkatan mutu perguruan tinggi agama Islam berbasis balanced score card . IAIN Walisongo Semarang Walisongo, Volume 19, Nomor 2, November 2011 Peraturan Pemerintah 192006 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah 322013 tentang Standar Nasional Pendidikan Sallis, E. 2002. Total quality management in education . London:Kogan Page Ltd Sanusi, Achmad. 2014. Pembaharuan strategi pendidikan . Bandung: Nuansa Cendekia Suderajat, Hari. 2011. Manajemen pembelajaran tematik . Bandung: Sekar Gambir Asri Tilaar, H.A.R. 2009. Kekuasaan dan pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Undang-UndangRepublik Indonesia No. 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas. Jakarta ______. 2011. Human development report. United Nations Development Program, New York ______. Balanced scorecard as a control system for monitoring and revising corporate strategy,” http:www.ssrn.com, diakses pada tanggal 12 Februari 2011. Gazperz 51 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri Penggunaan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Prosedur Sakila E-mail: sakilaspdyahoo.co.id SMP Negeri 2 Singkawang Opini G Abstrak uru sering menemukan kesulitan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teksprosedur. Tulisan ini memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan serta mendeskripsikan proses pembelajaran menulis teks prosedur dengan menggunakan media gambar berseri pada siswa kelas 8 jenjang SMP. Guru menggunakan media pembelajaran yang murah dan sederhana tetapi dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa. Dengan menggunakan media gambar berseri 1 proses pembelajaran berjalan dengan baik dan siswa aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, 2 tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis teks prosedur bagi siswa kelas 8 jenjang SMP, dan 3 siswa sangat senang terhadap penggunaan gambar berseri dalam pembelajaran menulis teks prosedur. Berdasarkan hasil kajian ini, guru disarankan untuk menerapkan penggunaan gambar berseri pada materi pelajaran bahasa Indonesia yang lain. Kata-kata kunci: media, gambar berseri, kemampuan menulis, teks prosedur Use of Serial Picture Media to Improve the Ability of Writing Text Procedure Abstract The teachers often find diffculties in improving the students’ ability of writing text procedures. This article shared opinions and experiences in teaching writing text procedures using serial pictures for the grade 8 students of Junior Secondary School. The teacher uses cheap and simple instructional media but can strengthen the motivation and learning antusiasm of the students. The results are 1 the learning process goes well and students are active in implementing the learning activities, 2 the achievement of mastery learning outcomes in writing text procedure, and 3 the students are very happy with the use of images beamed in learning writing text procedure. Based on the results of this study, teachers are advised to apply the use of images beamed on the other materials of Bahasa Indonesia subject. Keywords: media, radiant image, the ability to write, text procedure 52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selanjutnya menurut Yusufhadimiarso dalam Nurlaela 2012 : 47, pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu. Hal ini sejalan sebagaimana yang dikemukakan Wiratmajaya 2015 pembelajaran, pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar sehingga memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan keterampilan, serta pembentukan sikap dan perubahan sikap. Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual yang mengubah stimulus dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam jangka panjang. Berkaitan dalam proses pembelajaran, setiap sekolah atau satuan pendidikan mempunyai kewenangan penuh dalam mengatur pendidikan dan pembelajaran, merencanakan, mengorganisasikan, menyesuai- kan materi ajar dengan lingkungan setempat dan pengalaman anak, serta mengawasi jalannya proses pembelajaran, seperti yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berimplikasi terhadap perubahan paradigma pengelolaan pendidikan dari sentralistik menjadi desentralistik Dantes, 2014: 93. Sesuai implementasi Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Pembelajaran seperti ini sangat berbeda dengan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Bila dalam kurikulum 2006, mata pelajaran bahasa Indonesia lebih mengedepankan keterampilan berbahasa dan bersastra, dalam kurikulum 2013 ini bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar. Begitu pula dalam pembelajaran menulis, kegiatan atau aktifitas dalam melaksanakan kegiatan menulis dan hasil produk menulis pada kurikulum sebelumnya hanya terikat pada lima jenis tulisan, yaitu teks deskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi. Akan tetapi, pada Kurikulum 2013 ini, kegiatan dan hasil pembelajaran menulis lebih banyak dijumpai karena pembelajaran bahasa Indonesia saat ini menggunakan pendekatan berbasis teks Wiratmajaya, 2015. Selanjutnya, dalam pendekatan berbasis teks ini, teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis. Teks adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya Mahsun, 2013: 121. Teks dibentuk oleh konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada ragam bahasa yang melatarbelakangi lahirnya teks tersebut. Teks dalam Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan, multimodal, seperti gambar. Dalam pembelajaran berbasis teks, Bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial budaya akademis Sucipto, 2014. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan adalah melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Adapun empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu: keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan menyimak dan keterampilan menulis Aimha, 2013. Penguasaan keterampilan menulis teks prosedur tidak diperoleh secara spontan atau alamiah akan tetapi membutuhkan latihan yang intensif dan memerlukan tahap pembelajaran yang membutuhkan waktu yang tidak sedikit serta proses yang cukup lama. Proses berlatih menulis tersebut dapat dilakukan oleh siswa secara formal melalui pembelajaran bahasa Indonesia yang dimulai sejak di Sekolah Dasar. Menurut Aimha 2013 keterampilan menulis berbeda dengan jenis keterampilan berbahasa lainnya karena keterampilan menulis merupakan kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Sejalan dengan itu, Abidin 2012: 181 menyatakan, menulis pada dasarnya adalah proses mengemukakan ide dan gagasan dalam 53 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri bahasa tulis. Oleh sebab itu, Akhadiah dalam Abidin 2012: 181 memandang bahwa “menulis adalah sebuah proses, yaitu proses penuangan gagasan atau ide ke dalam bahasa tulis, yang dalam praktiknya proses menulis diwujudkan dalam beberapa tahapan yang merupakan satu sistem yang utuh”. Dengan memiliki kemam- puan menulis, siswa dapat mengomunikasikan ide, dan pengalamannya ke berbagai pihak. Lebih lanjut Gie dalam Abidin 2012: 181 menyatakan, “menulis memiliki kesamaan makna dengan mengarang, yaitu segenap kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami”. Sejalan dengan pendapat di atas, maka menulis adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang guna menuangkan gagasan ataupun pengalamannya dalam bentuk tulisan untuk disampaikan kepada pembaca, atau dengan kata lain menulis adalah alat komunikasi non verbal. Keterampilan menulis salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa, mempunyai peran yang penting di dalam kehidupan manusia. Menulis karangan pada prinsipnya adalah bercerita tentang sesuatu yang ada dalam imajinasi seseorang. Penceritaan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Setiap manusia, diciptakan sebagai pengarang. Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru di salah satu kelas 8 di Sekolah Menengah Pertama penulis bertugas, ditemukan sebuah fakta mengenai kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menulis pada umumnya, terutama teks prosedur. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran. Pertama, kurangnya pengetahuan siswa terhadap teks prosedur. Kedua, siswa kesulitan dalam menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan topik yang diangkat. Ketiga, masih rendahnya keterampilan siswa dalam menulis teks prosedur, seperti mengurutkan peristiwa atau kejadian secara kronologis dan mengembangkan kalimat-kalimat yang mereka buat menjadi sebuah paragraf. Keempat, terbatasnya media atau alat peraga yang digunakan oleh guru sebagai media pembel- ajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis teks siswa dan diduga media menjadi salah satu faktor penyebabnya. Oleh sebab itu, penulis tertarik memfasilitasi siswa melalui media pembelajaran dengan asumsi bahwa pembelajaran akan lebih efektif dan menarik, siswa juga termotivasi untuk menyelesaikan masalah dengan lebih cepat, dan hasil belajar akan lebih baik. Sehubungan dengan kesulitan yang dialami oleh siswa, penulis mencoba membantu siswa dalam belajar menulis teks prosedur sesuai dengan memberikan gagasan cara menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media yang sederhana. Untuk mencapai tujuan tersebut, dipilihlah salah satu upaya yang mampu menggugah minat dan perhatian siswa dalam menulis teks prosedur, yaitu dengan penggu- naan gambar berseri. Agar pembelajaran menulis teks prosedur dapat terlaksana dengan baik pada jenjang pendidikan SMP, diperlukan guru yang terampil merancang dan mengelola pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam meningkatkan keterampilan menulis teks prosedur yaitu dengan menggunakan media gambar berseri. Gambar berseri mempunyai peranan yang cukup penting dalam membantu siswa meningkatkan keterampilan menulis teks prosedur, karena dengan menggunakan media gambar berseri, siswa dapat melihat hubungan antara konsep, peristiwa, dan tokoh yang ada dalam pelajaran serta siswa dapat melihat hubungan antara komponen-komponen materi atau isi pelajaran yang diajarkan. Dengan bantuan media gambar berseri, guru akan lebih mudah mengatasi gangguan yang akan meng- hambat proses pembelajaran dan mengambil alih perhatian siswa di kelas Aimha, 2013. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, masalah dalam pembahasan tulisan ini adalah bagaimana langkah-langkah penerapan media gambar berseri dalam pembelajaran menyusun teks prosedur pada siswa kelas 8 SMP? 54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri Tujuan dan Kemanfaatan Tujuan penulisan ini adalah untuk menyam- paikan gagasan langkah-langkah penerapan media gambar berseri dalam pembelajaran menyusun teks prosedur pada siswa kelas 8 SMP. Adapun manfaat penulisan tinjauan ilmiah ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru Guru dapat mempunyai kemampuan menerapkan media gambar berseri. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajar- annya yang sangat berpusat pada siswa. 2. Bagi siswa Siswa dapat meningkatkan kemampuannya menulis teks prosedur, bukan suatu hal yang membosankan, melainkan merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. 3. Bagi sekolah Sekolah dapat memperoleh sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan pembelajaran pada khususnya dan sekolah pada umumnya. Kajian Teori Pembelajaran di setiap jenjang menuntut seorang guru menguasai materi pembelajaran dan menyampaikannya melalui media yang dapat memotivasi siswa aktif, kreatif dan menyenang- kan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Taher 2014, seorang guru profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pembel- ajaran yang akan disampaikan kepada anak didiknya, akan tetapi juga harus mampu mengembangkan dan memanfaatkan media dan sumber pembelajaran agar proses pembelajaran pada tataran mengamati tidak monoton pada pengamatan buku dan bacaan saja, tetapi dapat bervariasi pada pengamatan berbagai video pembelajaran dan gambar yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai. Hakikat Menulis Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang komplek karena menulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya Suparno, 2010 : 29. Kata menulis sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya Suparno, 2010 : 3. Selanjutnya menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia bahwa kata ‘menulis’ berasal dari kata ‘tulis’. Tulis adalah ada huruf angka dan sebagainya yang dibuat digurat dan sebagainya dengan pena pensil, cat, dan sebagainya. Selanjutnya, menurut Effendy 2012, menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri, antara lain bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah gramatikal. Menulis adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat di pahami pembaca Tarigan,1986:21. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, Rusyana, 1998:191. Selanjutnya, menulis juga dapat diartikan menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkan- nya” kepada orang lain Syafi’ie,1988:45. Hal ini senada sebagaimana yang dikemukakan Akhadiah dkk 1989:1.3, menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Sebagai salah satu bentuk komuni- kasi verbal bahasa, menulis juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampai- an pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkan- dung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepa- kati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah 1 penulis sebagai penyampai pesan, 2 pesan atu isi tulisan, 3 saluran atau 55 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri medium tulisan, dan 4 pembaca sebagai penerima pesan. Tujuan Menulis Hugo Hartig dalam Tarigan 1986: 24-25 meru- muskan tujuan menulis sebagai berikut. 1. Tujuan penugasan, sebenarnya tidak memiliki tujuan karena orang yang menulis melakukannya karena tugas yang diberikan kepadanya. 2. Tujuan altruistik, penulis bertujuan menyenangkan pembaca, menghindarkan kedudukan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalaranya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menye- nangkan dengan karyanya itu. 3. Tujuan persuasif, penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. 4. Tujuan informasional, penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca. 5. Tujuan pernyataan diri, penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada pembaca. 6. Tujuan kreatif, penulis bertujuan melibat- kan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, nilai-nilai kesenian. 7. Tujuan pemecahan masalah, penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Cara Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Untuk mengajarkan menulis kepada siswa seorang guru dapat menggunakan pendekatan dalam pembelajaran menulis. Menurut Proett dan Gill dalam Suparno 2010 : 14 pendekatan yang kerap muncul dalam pembelajaran menulis sebagai berikut. 1. Pendekatan frekuensi menyatakan, banyak- nya latihan mengarang, sekalipun tidak dikoreksi seperti buku harian atau surat, akan membantu meningkatkan keteram- pilan menulis seseorang. 2. Pendekatan gramatikal berpendapat, pengetahuan orang mengenai struktur bahasa akan mempercepat kemahiran orang dalam menulis. 3. Pendekatan koreksi berkata, seseorang menjadi penulis karena dia menerima banyak koreksi atau masukan yang diperoleh atas tulisannya. 4. Pendekatan formal mengungkapkan, keterampilan menulis akan diperoleh bila pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan, serta konvensi atau aturan penulisan dikuasai dengan baik. Pengertian Teks Prosedur Menurut Kemendikbud 2014: 84 teks prosedur merupakan teks yang berisi tujuan dan langkah yang harus diikuti agar suatu pekerjaan dapat dilakukan. Di dalam teks prosedur diuraikan bagaimana sesuatu dikerjakan melalui serangkaian langkah atau tindakan. Teks prosedur adalah jenis teks yang sering kita jumpai sehari-hari. Dalam berbagai konteks jenis teks ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita menonton acara televisi, ada tayangan memasak atau cara mencuci pakaian dengan mesin cuci. Pengertian Media Gambar Seri Menurut Djamarah dan Zain dalam Hasnindah, 2011: 8, secara umum media dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu: media auditif mengandalkan kemampuan suara, media visual mempunyai unsur gambar, dan media audio-visual mempunyai unsur suara dan gambar. Media yang dimaksud dalam kajian ini adalah media gambar seri dalam pembelajaran yang hanya mempunyai unsur gambar, berupa gambar seri sebagai media visual. Sapari dalam Hasnindah, 2011: 8 menge- mukakan, media gambar seri merupakan serang- kaian gambar yang terdiri dari dua hingga enam gambar yang menceritakan suatu kesatuan cerita yang dapat dijadikan alur pemikiran siswa dalam mengarang, setiap gambar dapat dijadikan paragraf. Pendapat di atas menegaskan media gambar seri adalah media yang berisi gambar berseri, dan setiap gambar memiliki kaitan antara satu dengan yang lainnya. Setiap gambar dalam media gambar seri mengandung makna adanya alur dalam suatu cerita secara bergambar yang harus disusun dengan baik. Jadi, penyusunan 56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri gambar harus sesuai dengan alur cerita yang seharusnya sehingga mengandung makna tertentu, dan gambar tersebut dapat dibuat dalam bentuk cerita atau karangan yang menarik. Fungsi dan Manfaat Media Gambar Seri Sebagai Media Visual Menurut Azhar Arsyad dalam Iskandar 2011: 45, salah satu fung si utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Keberadaan media pembelajaran seperi media gambar seri memiliki fungsi dan manfaat tertentu sehingga dapat mendukung proses pembel- ajaran yang berkualitas. Fungsi dan maanfaat media pembelajaran akan sangat terkait dengan bentuk dan jenis media pembelajaran yang digunakan, seperti media gambar yang sifatnya berseri atau terdiri beberapa gambar yang memiliki keterkaitan antara gambar yang satu dengan yang lainnya. Media gambar seri merupakan jenis media visual atau hanya mempunyai unsur gambar. Adapun fungsi media visual dalam pembel- ajaran menurut Levie Lentz dalam Arsyad, 2011: 16, yaitu: “fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris”. Keempat fungsi media visual tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 1. Fungsi atensi media visual, seperti media gambar seri yang dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi terhadap isi pelajaran yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Contohnya, ketika siswa bosan mendengarkan ceramah guru, maka guru memperlihatkan gambar beberapa yang berkaitan dengan materi pelajaran. Ini dapat menarik perhatian dan konsentrasi siswa terhadap materi pelajaran karena adanya media yang dapat dilihat langsung. 2. Fungsi afektif media visual, seperti media gambar seri yang diperagakan oleh guru akan menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan belajar siswa akan lebih meningkat melalui penggunaan gambar seri. Penggunaan gambar seri diupayakan menggugah perasaan siswa tentang berbagai peristiwa melalui gambar yang disajikan secara berseri. 3. Fungsi kognitif media visual, seperti gambar seri akan dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Jadi, penggunaan media gambar seri sebagai media visual akan meningkatkan daya pikir siswa terhadap materi pelajaran. 4. Fungsi kompensatoris media visual, seperti media gambar seri akan memberikan konteks untuk memahami teks dan membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan dapat mengingat kembali. Hal ini sangat penting dalam mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal, karena murid dapat melihat secara langsung dan mengaitkan dengan materi pelajaran. Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa media memiliki fungsi yang sangat luas dan penting, terlebih dalam dunia pendidikan, sebagaimana digunakan guru dalam proses pembelajaran. Sungguhpun demikian, dalam pengadaan dan pemanfaatannya senantiasa masih menghadapi berbagai kendala, baik karena tidak disiapkan oleh pihak sekolah maupun keterbatasan kemampuan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran, seperti gambar seri. Sudjana dan Rivai dalam Arsyad 2011: 24, mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikut. 1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami siswa dan memungkinkan siswa mengua- sai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan 57 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiat- an belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain, seperti mengamati, melakukan, mendemonstra- sikan, dan memerankan. Pendapat tersebut di atas, menjelaskan, begitu besar manfaat media pembelajaran seperti media gambar seri, karena dapat membantu tercapainya proses pembelajaran yang optimal, baik dalam memudahkan bagi guru saat mengajar maupun bagi siswa dalam memahami materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar Seri Menurut Shaoran 2014 berdasarkan model pembelajaran examples non examples contoh dari kasusgambar yang relevan dengan KD, langkah-langkah penggunaan media gambar seri dapat disusun sebagai berikut. 1. Guru mempersiapkan gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memerhati- kan atau menganalisis gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 7. Membuat kerangka karangan. 8. Membuat karangan. Pembahasan Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis teks siswa dan diduga media menjadi salah satu faktor penyebabnya. Paradigma baru pembelajaran menurut Mi’raj 2014 : 95 mengharuskan pendidik mampu melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan Paikem. Oleh karena itu, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alatmedia meskipun sederhana dan bersahaja, tetapi sedikit banyaknya apa yang dilakukan oleh guru tersebut merupakan upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk memfasilitasi siswa melalui media pembelajaran dengan asumsi bahwa pembelajar- an akan lebih efektif dan menarik, siswa juga termotivasi untuk menyelesaikan masalah dengan lebih cepat, dan hasil belajar akan lebih baik. Adapun alasan penulis menggunakan media gambar berseri adalah agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Penggunaan media pembelajaran akan menarik minat belajar siswa serta memudahkan siswa memahami materi. Pemakaian media yang tepat dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, serta membang- kitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Berikut ini disajikan bahasan tentang gagasanide penulis dalam upaya memecahkan masalah yang berkaitan pembelajaran dengan topik menulis teks prosedur dan menggunakan media gambar berseri.

1. Media Pembelajaran yang Murah Meriah

Penggunaan media pembelajaran yang sesuai akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi keberhasilan proses pembelajaran. Penca- paian hasil belajar bahasa Indonesia di sekolah pada umumnya masih sangat rendah, disebab- kan beberapa faktor di antaranya guru dan siswa. Guru sangat berperan dalam keberhasilan belajar siswa antara lain faktor pemilihan strategi, metode dan model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar di kelas. Menurut Ginting 2011 : 14, pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator, baik dalam aspek kognitif, efektif, psikomotor, maupun konatif. Oleh sebab itu, seorang guru harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif. Namun, pada umumnya guru masih menggunakan teknik dan strategi yang masih 58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri konvensional serta kurang kreatif dan menarik dalam penggunaan media pembelajaran, bahkan masih banyak guru yang kurang mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik. Media pembelajaran adalah salah satu faktor yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran karena media pembelajaran berfungsi sebagai perantara atau pengantar pesan dari guru tenaga pendidik kepada penerima pesan peserta didik. Dengan penggunaan media yang sesuai dengan karakter materi pelajaran, pembelajaran akan terasa menarik dan membuat siswa senang serta mudah memahami bahan pelajaran Ngarso, 2012. Salah satu manfaat penggunaan media pembelajaran ialah memungkinkan adanya interaksi langsung perserta didik dengan lingkungannya sesuai dengan nilai falsafah CTLContextual Teaching Learning. Dengan demikian, dapat disampaikan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dimanfaatkan untuk menghubungkan pesan dari guru kepada siswa dengan tujuan untuk meningkatkan proses belajar mengajar Iskandar, 2011 : 43 Selain faktor guru yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah siswa itu sendiri. Pengaruh siswa antara lain adalah bagaimana ketertarikan, motivasi, rasa senang, respon, dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ginting 2011:14 mendidik tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, melatih keteram- pilan verbal kepada peserta didik, namun merupakan bantuan agar peserta didik dapat menumbuh-kembangkan dirinya secara optimal. Untuk mengatasi masalah kurangnya kreatifitas guru membuat media pembelajaran maka penulis mencoba menyampaikan sebuah bentuk media pembelajaran yang sangat sederhana dan murah bahkan tanpa mengeluar- kan dana sebagai biaya pembuatan media yaitu media pembelajaran yang berbahan baku kemasan makan cepat saji atau kardus bekas refill tinta printer. Menggunakan media pembelajaran kemasan makanan cepat saji dapat meningkatkan partisipasi serta keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sebab siswalah yang harus menyediakan. Banyak tenaga pendidik atau guru yang merasa kesulitan membuat dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Alasannya terbentur masalah dana dan bahan. Padahal media pembelajaran tidak harus sesuatu yang mahal dan dapat menggunakan bahan yang sangat sederhana. Media dapat dibuat dengan biaya rendah atau bahkan tanpa penggunaan dana. Untuk mengatasi hal ini penulis mencoba memberi solusi yakni pemanfaatan barang bekas sebagai sumber belajar sekaligus media pembel- ajaran bahasa Indonesia. Salah satu materi yang dituntut dalam Standar Isi Bahasa Indonesia siswa kelas 8 adalah Teks Prosedur. Informasi teks prosedur ini terdapat pada kemasan makanan yang menampilkan informasi sesuai dengan langkah yang dituntut dalam sebuah teks prosedur. Langkah tersebut tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa Inggris, bahkan ada juga yang dilengkapi bahasa Arab 3 bahasa. Adapun barang bekas yang dapat dipergu- nakan antara lain kemasan makanan cepat saji dan kardus bekas refill tinta printer. Di samping dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang murah meriah serta memperoleh materi yang bervariasi dan menarik, penggunaan kemasan makanan atau kardus bekas ini untuk mengaplikasikan pendidikan karakter cinta lingkungan hidup kepada siswa. Untuk memperoleh media ini, mencari di sekitar tempat tinggalnya. Langkah ini juga sebagai pembelajaran bagi sisiwa untuk peduli dengan lingkungannya dan menanamkan nilai- nilai ‘penemuan’ dan ‘penelitian’ sesuai falsa- fah pendekatan inquiri. Siswa akan berlatih mengidentifikasi kemasan makanan yang memenuhi kriteria yang diharapkan, karena tidak semua kemasan makanan layak pakai untuk digunakan sebagai media pembelajaran pada genre procedure. Beberapa kemasan yang dapat digunakan adalah kemasan mie instan, agar-agar powder, cereal, soft drink, dll. Kemasan makanan ini sesuai untuk kelas 8, dan kita dapat menggunakan petunjuk manual dari beberapa alat elektronik dapat dipergunakan sebagai penyesuaian tingkat kesulitan kosa kata Ngarso, 2012.