Penerapan dan Penggunaan Media

63 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri

b. Kegiatan Inti 60 menit

Sintak Kegiatan Stimulasi Mengamati - Siswa melihat dan mengamati gambar berseri Cara memasak ikan asam pedas - Siswa membaca dua teks yang berbeda dengan cermat mengenai struktur teks prosedur dan teks eksplanasi berjudul Cara Menanam Buah Naga yang Baik dan Benar di buku siswa halaman 96 dan teks dan teks berjudul Gempa Bumi - Siswa membaca informasi mengenai struktur teks prosedur dan teks eksplanasi Pengolahan Data Mengolah Informasi - Siswa menanyakan sebanyak mungkin struktur teks prosedur dan struktur teks eksplanasi - Siswa menanyakan sebanyak mungkin ciri-ciri kebahasaan teks prosedur dan teks eksplanasi Pengumpulan Data Mengumpulkan Informasi - Siswa secara berkelompok melakukan wawancara pada narasumber mengenai perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi dari segi struktur dan ciri-ciri kebahasaan - Siswa membaca literatur dari perpustakaan atau internet sekolah Pengolahan Data Mengolah Informasi - Siswa mendiskusikan perbedaan struktur teks prosedur dengan teks eksplanasi - Siswa mendiskusikan perbedaan teks prosedur dengan teks eksplanasi dari segi kebahasaan - Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memverifikasi sehingga dapat menemukan konsep tentang struktur dan segi kebahasaan teks prosedur dan teks eksplanasi Pembuktian Mengkomunikasikan Masing-masing kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai perbedaan struktur teks dan ciri-ciri kebahasaan teks prosedur dan eksplanasi dengan jujur, percaya diri dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar kemudian ditanggapi oleh kelompok lain 64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri

c. Kegiatan Penutup 10 menit

1 Dengan bimbingan guru. Peserta didik menyimpulkan materi pelajaran tentang perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi dari segi struktur dan kebahasaan 2 Siswa melakukan refleksi dengan mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahai perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi 3 Siswa mengerjakan tes tulis 4 Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru mengenai perbe- daan teks prosedur dan teks eksplanasi dari segi struktur dan kebahasaan 5 Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran Pertemuan Kedua a. Kegiatan Pendahuluan 10 menit 1 Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru yang berhubungan dengan kondisi siswa dan kelas 2 Siswa merespon pertanyaan dari guru tentang keterkaitan pengetahuan yang akan dipelajari, yaitu menyusun teks prosedur dengan materi yang pernah dipelajari pada pembelajaran sebelumnya yaitu perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi dari segi struktur dan ciri bahasa 3 Siswa menerima informasi kompetensi yang harus dicapai, tujuan pembelaja- ran dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan 4 Siswa membentuk kelompok diskusi menjadi 5 kelompok diskusi

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan sebelumnya, penulis melihat siswa kesulitan memahami dan membuat teks prosedur dengan memperhatikan struktur teks dan ciri kebahasaannya. Hal ini disebabkan guru hanya memberi tugas membaca buku teks dan menyusun teks prosedur berdasarkan contoh yang sudah ada di buku teks. Jika hanya diberi tugas tanpa disertai praktik langsung, tentu siswa akan cepat bosan. Adapun gambar berseri yang digunakan pada pertemuan ini adalah urutan gambar cara membuat jelli. Jelli adalah makanan sehat keluarga yang berasal dari rumput laut dan tidak asing bagi siswa. Rasanya yang enak disantap ketika pulang sekolah dan menjadi kegemaran siswa menjadi inspirasi buat penulis menjadikannya sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya tentang menulis teks prosedur. Dengan menggunakan media ini diharapkan dapat mempermudah pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis membuat desain pembelajaran menulis teks prosedur yang berbeda dari sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk membangun pemahaman dan keterampilan siswa membuat teks prosedur membuat jell melalui gambar berseri yang telah disiapkan. Siswa ditantang untuk membuat teks prosedur tentang cara membuat jell sebagai kompetensi yang akan mereka capai dalam pembelajaran ini. Lembar kerja diberikan kepada siswa yang menuntun mereka menentukan alat, bahan, dan langkah pembuatan jelli. Guru mengarahkan siswa menyelesaikan lembar kerja itu secara berkelompok. Adapun hasil kerja siswa dapat dilihat pada Lembar Kerja Siswa. Siswa dalam kelompoknya mulai mendiskusikan langkah-langkah dengan mengamati gambar berseri yang disediakan oleh guru. Hasilnya mereka tulis pada lembar kerja. Mereka juga menetapkan prosedur atau cara membuat jell dengan menyusun langkah- langkah kerja yang diberikan oleh guru secara acak. Langkah yang mereka tempuh sejak awal, mulai dari gambar seri 1 sampai gambar seri 4 , mereka tuangkan pada lembar kerja. Hasil kelompok ini kemudian dipresentasikan secara pleno. Berdasarkan temuan kelompok yang telah disempurnakan, setiap siswa menyusun teks prosedur tentang cara membuat jelli dengan memperhatikan struktur dan ciri keba- hasaannya. Hasil kerja setiap siswa dipertukarkan dalam kelompoknya untuk dikoreksi atau diberi masukan mengenai ketepatan struktur beserta penggunaan tanda baca, ejaan, pemilihan dan penggunaan kata termasuk kata bilangan, dan pengembangan kalimat perintah. 65 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri Berdasarkan masukan dari teman, siswa menyempurnakan teks prosedur yang mereka susun. Hasilnya, teks prosedur yang dibuat oleh siswa tampak lebih baik dan terarah sesuai dengan struktur teks dan memenuhi ciri-ciri kebahasaan teks prosedur. Selain itu, siswa juga dapat mengembangkan kreativitasnya dalam menyusun teks prosedur dan dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya.

c. Kegiatan Penutup 10 menit

1 Dengan bimbingan guru. Siswa menyim- pulkan materi pelajaran tentang menyusun kerangka teks prosedur dan mengembangkannya menjadi teks prosedur yang utuh 2 Siswa melakukan refleksi dengan mengidentifikasi hambatan-hambatan 2. Isilah tabel di bawah ini dengan contoh di atas. Struktur Teks Kalimat Tujuan Jell adalah makanan sehat keluarga dari rumput laut yang mengundang serat tinggi vitamin, kalsium dan probiotik, baik untuk kesehatan jika di konsumsi secara benar Langkah-langkah 1. Campurkan jelly powder dengan gula satu gelas 200 g atau sesuai selera 2. Tambahkan air sebanyak 312 gelas 700ml panaskan lalu aduk hingga merata. 3. 4. Matikan api, diamkan 3 menit. Campurkan fruity acid ke dalamnya dan aduk merata Jelli siap dicetak Lembar Kerja Siswa Nama siswakelompok : Kelompok 1 Kelas, No. Absen : VIII 1. Bacalah dengan seksama teks prosedur berikut 66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri yang dialami saat memahai perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi 3 Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru mengenai perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi dari segi struktur dan kebahasaan 4 Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran Windiarto, 2014 Demikian langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran menulis teks prosedur dengan benar, dengan menggunakan media gambar berseri. Simpulan Kesimpulan Dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan berbagai kegiatan mulai dari kegiatan sederhana hingga kegiatan komplek. Sintak Kegiatan Mengamati - Peserta didik membaca contoh teks prosedur, dari gambar berseri yang telah disiapkan tentang memasak jelli - Peserta didik memperhatikan kerangka teks prosedur Menanya - Peserta didik menanyakan sebanyak mungkin tentang kerangka menyusun teks prosedur - Peserta didik menanyakan sebanyak mungkin tentang menyusun teks prosedur Mengumpulkan Informasi - Peserta didik secara berkelompok melakukan wawancara pada narasumber mengenai menyusun kerangka menyusun teks prosedur - Peserta didik membaca literatur dari perpustakaan atau internet sekolah Mengolah Informasi - Guru memberi kesempatan kepada siswa secara berkelompok untuk menyusun kerangka teks prosedur dan mengembangkannya menjadi teks prosedur utuh - Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memverifikasi sehingga dapat menemukan susunan teks prosedur yang benar Mengomunikasi- kan Peserta didik mempresentasikan hasil kelompok berupa susunan teks prosedur Agar tujuan pelaksanaannya terpenuhi, kegiatan tersebut harus dilakukan berdasarkan prosedur tepat. Prosedur tersebut berisi perlengkapan dan langkah untuk mencapai tujuan. Langkah tersebut dilakukan secara urut, bukan acak. Pembelajaran menulis teks prosedur di kelas 8 menggunakan media gambar berseri disadari sangat membantu aktifitas pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Pembelajaran dengan menggunakan media yang mudah didapat, barang bekas, dan lebih menarik bagi pembelajar dan pencapaian hasil belajar siswa juga akan maksimal dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya dilakukan dengan menggunakan pesan yang dituangkan dengan kata. Penggunaan media pembelajaran menarik minat belajar siswa serta memudahkan siswa memahami materi. Pemakaian media yang tepat dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, 67 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri serta membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Satu hal yang terpenting adalah terlaksananya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan antara pendidik dan peserta didik. Saran Beberapa hal yang disarankan agar tidak terjadi kesalahan besar dalam proses penulisan teks prosedur, maka hal-hal yang dapat dilakukan guru, siswa, maupun sekolah antara lain : 1 siswa hendaknya memperluas pengetahuan tentang kaidah bahasanya, 2 Siswa hendaknya aktif bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan,3 siswa sering berlatih menulis; 4 guru disarankan memberikan pengetahuan tentang kaidah bahasa kepada siswa di setiap proses pembelajaran menulis, menggunakan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis, dan senantiasa memperluas kosa kata dan memberi contoh terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar baik secara lisan maupun tertulis; dan 5 pihak sekolah hendaknya berkenan melengkapi sumber pustaka terkait yang memadai seperti buku-buku seputar karang-mengarang, EYD, media massa, media pembelajaran dan sebagainya. Hal itu menunjukkan kepada kita bahwa pihak sekolah pun juga bertanggung jawab terhadap pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kebanggaan kita. Daftar Pustaka Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter . Bandung: Refika Aditama Aimha, 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis. http:aimhalelet.blogspot. co.id 201312peningkatan-keterampilan- menulis.html Diakses tgl 7 mei 2016 pukul 10.39 Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan kemampuan menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arsyad, Azhar. 2011. Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Dantes, I Nyoman. 2014. Landasan pendidikan. Singaraja: Undiksha Effendy, Akip 2012. Keterampilan menulis, http: akipeffendy.blogspot.co.id201203 hak-i-kat-keterampilan-menulis.html diakses tanggal 25 Juni 2016 Ginting, Edison 2011. Diklat Regional fokus integrasi pendidikan budaya, karakter bangsa dan kewirausahaan dalam pembelajaran, dalam Majalah Swara Edisi IX Nopember 2011, Cimahi: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri Hasnindah, Abbas. 2011. “Meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia keterampilan menulis materi membuat karangan melalui media gambar seri pada murid kelas V SDN Sudirman III Makassar” . Skripsi. Makassar: FIP UNM Iskandar, Alex. 2011. Manfaat Media Pembelajaran, dalam Majalah Swara Edisi IX, Nopember 2011.Cimahi: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan. 2014, Bahasa Indonesia wahana pengetahuan . Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mahsun, MS. 2013. Teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia Kurikulum 2013 . Jakarta: Rajawali Press Mi’raj, Hamidi. 2014. Meningkatkan Perolehan Kemampuan Membaca Al-Quran dengan Menggunakan Media CD Pembelajaran, dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam Maju Bersama Volume 2 Edisi Juni 2014, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Syarif Abdurrahman, Singkawang Nurlaela 2012. Strategi Pembelajaran Kooperatif, dalam Jurnal PTK Dikmen Volume 2, No.1 Oktober 2012, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, 68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri Kementerian Pendidikan dan Kebuda- yaan,Jakarta Ngarso, Den Baguse, 2012.Pendahuluan Pencapaian Hasil Belajar. http: mgmpingbara.blogspot.co.id201205 p en d ah ul u an - pe n c a p ai an - ha s il - belajar.html diakses 07 Mei 2016 Rusyana, Yus. 1988. Bahasa dan sastra dalam gamitan pendidikan , Bandung : Diponegoro Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa Shaoran, 2014, “Media gambar seri,” http: shaoran1401.blogspot.co.id201401 media-gambar-seri.html diakses tgl 07 mei 2016 10.37 Sucipto, Maya Gustina., Uti Darmawati, Y.Budi Artati. 2014. Pegangan guru bahasa Indonesia, Klaten : PT Intan Pariwara Suparno, Mohamad Yunus. 2010. Materi pokok keterampilan dasar menulis . Jakarta : Universitas Terbuka Syafi’ie, I. 1988, Retorika dalam menulis. Jakarta: Depdikbud Taher. M. 2014. Media yang relevan dalam pembelajaran kurikulum 2013. http: sumut.kemenag.go.id diakses 27 Oktober 2014 Windiarto, Prito, 2014, “Rencana pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 Kelas 8 Teks Prosedur Dan Teks Eksplanasi ” http: Pritowindiarto.Blogspot.Co.Id2014 1 0 R e n c a n a - P e l a k s a n a a n - Pembelajaran.HtmlDiakses 18 Mei 2016 Pukul 21.06 Wiratmajaya, I Gst. Ngurah Adi, I Wayan Artika, Ida Ayu Made Darmayanti. 2015. Penggunaan gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan menulis teks prosedur kompleks pada siswa kelas X Akuntansi A Smk Negeri 1 Singaraja,” dalam e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 69 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task Taking Learning to Task, Strategi Pembelajaran Orang Dewasa Yuli Kwartolo Email: yuli.kwarto66gmail.com Pengajar freelance di beberapa satuan pendidikan Opini A Abstrak gar proses pendidikan dapat memberikan kemampuan berpikir tingkat tinggi kepada peserta didik, berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran dikembangkan oleh guru. Akan tetapi, berbagai kendalaa masih dihadapi dan hasil yang dicapai belum sepenuhnya seperti yang diharapkan. Tulisan ini membahas taking learning to task sebagai saalah satu strategi pembelajaran yang sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi bagi orang dewasa. Merujuk pada berbagai sumber, tulisan ini membahas dan menganalisis secara deskriptif teori dan pendapat yang terkait serta menarik kesimpulan bagaimana strategi ini dapat diterapkan secara efektif dalam pembelajaran orang dewasa. Tulisan ini juga dilengkapi dengan sejumlah saran bagaimana strtegi ini dapat diterapkan dengan baik. Kata-kata kunci: strategi pembelajaran, berpikir tingkat tinggi, pembelajaran orang dewasa, tugas belajar, taking learning to task Taking Learning to Task, Adult Instructional Strategy Abstract To provide the students with high thinking order skill, the teachers have been developing a number of instructional approaches and strategies. However, the teachers and the students still face a lot of problems and the results have not fully satisfied. This article discussed ‘taking learning to task’ as one of the strategies appropriate to develop high thinking order skill for the adult. Having describing and analyzing several theories and opinions, the article concluded ‘taking learning to task’ can be used as an effective instructional strategy for the adult. This article is also included some suggestions in implementing this strategy. Keywords: instructional strategy, high order thinking, adult learning, learning task, taking learning to task 70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task Pendahuluan Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas yang tidak berjalan di dalam ruang hampa udara. Artinya, kedalaman pengalaman belajar, kebermaknaan belajar, dan di ujung tercapainya tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh berbagai faktor pendukung serta kontribusi guru dan peserta didik. Pembelajaran modern menempatkan guru dan peserta didik sebagai subjek aktif untuk belajar bersama-sama. Pada satu titik, guru bisa belajar dari peserta didik dan pada titik tertentu, peserta didik pasti belajar dari gurunya. Jadi, guru bukan satu- satunya komponen pembelajaran yang paling diterminan. Salah satu prinsip belajar yang menjamin keberhasilan peserta didik dalam mempelajari sesuatu adalah, adanya keterlibatan langsung peserta didik. Proses pembelajaran harus melibatkan partisipasi peserta didik, meskipun dalam derajad yang rendah. Harus ada respon bermakna dari peserta didik manakala guru memberi stimulus. Peserta didik harus memberi- kan kontribusi yang signifikan, bahkan lebih supaya transfer of knowladge dan transfer of skill dapat tercapai. Inilah yang diharapakan. Namun demikian, apa yang diharapkan tersebut belum sepenuhnya menjadi kenyataan. Dalam perspektif ini menarik untuk diperhati- kan pernyataan Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan 2014 - 2016, bahwa materi pembelajaran yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi higher order thinking akan ditingkatkan, bahkan mulai dari SD Kompas, 14 Juli 2016. Pernyataan Anies Baswedan tersebut mengindikasikan, selama ini secara umum pembelajaran yang mengarah pada berpikir tingkat tinggi belum terealisasi. Berpikir tingkat tinggi Crowl, 1997 meliputi berpikir kritis, berpikir logis, berpikir kreatif, dan metakognitif pengetahuan sese- orang mengenai proses dan hasil berpikirnya atau apapun yang berkaitan dengan proses dan hasil berpikir tesebut.Disamping itu, Quirk 2006 mengungkapkan metakognitif adalah “the ability to think about one’s thinking and feeling and to predict what others are thinking, ” atau kemam- puan seseorang untuk berpikir tentang pikiran dan perasaannya sendiri dan untuk mempre- diksi apa yang orang lain pikirkan. Sejumlah metode dan stategi pembelajar-an terus dicoba untuk memberi dimensi dan perspektif baru terhadap aktivitas pembelajaran. Tulisan ini memaparkan sebuah strategi pembelajaran yang diperuntukkan bagi orang dewasa adult learning, yaitu taking learning to task yang dapat membawa peserta didik orang dewasa pada berbagai tugas belajar yang menuntut berpikir tingkat tinggi. Oleh karena dengan menggunakan strategi ini, peserta didik harus memberi respon yang kritis, logis, dan kreatif terhadap stimulus tugas belajarnya. Dalam hubungannya dengan taking learning to task, dalam tulisan ini dibahas pengertian tugas belajar, pembelajaran orang dewasa, karakteris- tik peserta didik dewasa, konsepsi taking learning to task, model-model pembelajaran untuk tugas belajar, dan keunggulan dan kelemahan taking learning to task akan menjadi fokus pembahasan. Pembahasan Tugas Belajar Dalam konteks pembelajaran, secara substantif, ‘tugas’ berkaitan dengan berbagai aktivitas yang harus dilakukan oleh peserta didik. Ada tiga hal prinsip berkaitan dengan konsep tugas http: www.learnersdictionary.comdefinitiontask, yaitu: 1 a usually assigned piece of work often to be finished within a certain time tugas belajar diberikan dan diselesaikan dalam waktu tertentu, 2 something hard or unpleasant that has to be done kadang-kadang membutuhkan kerja keras untuk menyelesaikan bahkan tidak menyenangkan, dan 3 duty, function ada tugas dan fungsi. 1. Tugas belajar diberikan dan diselesaikan dalam waktu tertentu Batasan waktu atau dapat dikatakan sebagai sebuah ‘rule’ aturan, ketentuan yang diberikan oleh guru dan harus ditaati oleh peserta didik dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Namun demikian, guru 71 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task harus memahami adanya sebuah prinsip pembelajaran yang disebut ‘individual differcences’ atau perbedaan individu. Maksudnya, setiap peserta didik memiliki kecepatan belajar sendiri-sendiri. Dengan kata lain, peserta didik belajar menguasai pengetahuan, keterampilan menurut kecepatannya. 2. Membutuhkan kerja keras untuk menyele- saikan, bahkan tidak menyenangkan Prinsip ini ingin menegaskan, peserta didik kadang-kadang harus mengeluarkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan tugas belajarnya. Bahkan harus melalui hal-hal yang tidak menyenangkan seperti rasa bosan, jenuh, tingkat kesulitan yang tinggi, dan harus melalui prosedur yang ketat untuk memecah- kan suatu masa- lah. Namun, hal ini bukanlah suatu kendala menyelesaikan tugas belajarnya. 3. Ada tugas dan fungsi. Prinsip ini mak- sudnya adalah dalam sebuah tugas belajar, di dalamnya ter- dapat berbagai tugas yang harus dikerjakan dan ada berbagai fungsi yang harus diperankan oleh peserta didik. Misalnya, seorang guru memberi tugas belajar kepada sebuah kelompok peserta didik untuk mengumpul- kan datainformasi yang dibutuhkan untuk mencari tahu alasan mengapa banyak perempuan terpaksa menjadi Pekerja Seks Komersial PSK. Maka, setiap peserta didik di dalam kelompok tersebut memiliki tugas sendiri-sendiri untuk mencari datainformasi berdasarkan sejumlah variabel yang sudah dirumuskan, dan memiliki fungsi sebagai penggali data informasi interviewer. Tugas merupakan sebuah aktivitas atau proses untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan. Aktivitas ini bisa merujuk pada Taksonomi Bloom, baik dari sisi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik atau pada sisi kedalamannya sequences. Dari sisi kedalamannya, berdasarkan Taksonomi Bloom versi terbaru peserta didik dapat melakukan aktivitas mengingat remem- bering , memahami understanding, menerapkan applying, menganalisa, mengurai analysing, menilai evaluating, sampai mencipta creating. Aktivitas yang menunjukkan gradasi dari yang paling mudah sederhana sampai ke yang paling sulit kompleks dapat dirinci lagi ke dalam sejumlah kata kerja operasional yang menunjukkan sejumlah indikatorkompetensi tertentu. Belajar atau learning dalam bahasa Inggris adalah, the activity or process of gaining knowledge or skill by studying, practicing, being taught, or experien- cing something; the activity of someone who learns know- ledge or skill gained from learning h t t p : w w w . l e a r n e r s dictionary.com definitiontask. Terjemahan bebas- nya adalah, bela- jar merupakan aktivitas atau proses untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan mempelajari, berlatih, proses berpikir, atau mengalami sesuatu oleh seorang peserta didik yang mempelajari pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari aktivitas belajar. Belajar akan berhasil manakala ada perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsungmengalami langsung, pengulangan, tantangan, feedback, penguatan. Pengertian lain menyebutkan, belajar esensinya adalah sebuah proses, mencari, menemukan, melakukan, melalui tahapan yang teratur dan sistematis. Belajar melibatkan semua aspek yang ada dalam diri peserta didik, baik psikis maupun fisik. Hakikat belajar yang dimaksud adalah, proses menemukan dan membangun maknapengertian oleh peserta Hakikat belajar yang dimaksud adalah, proses menemukan dan membangun maknapengertian oleh peserta didik terhadap informasi, pengetahuan, pengalaman, yang disaring melalui persepsi, pikiran, dan perasaan peserta didik. 72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task didik terhadap informasi, pengetahuan, pengalaman, yang disaring melalui persepsi, pikiran, dan perasaan peserta didik. Konsepsi belajar seperti ini, menurut Brunner dalam Sulaeman 1988, menempatkan manusia individu sebagai pencari, pemroses dan juga sebagai pencipta informasi. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus bermakna dan bertujuan. Dengan cara belajar seperti itu, menurut Smith dalam Sulaeman 1988, otak manusia dipandang sebagai satu organ yang mempunyai fungsi utama mencari secara giat, menyeleksi, mendapatkan, mengorganisasi, mengolah, menyimpan dan pada saat yang tepat memperoleh kembali dan menggunakan segala informasi tersebut. Menurut Gagne dalam Knowles 1986:9 terdapat lima domain sebagai tujuan belajar, yaitu 1 motor skills, 2 verbal information, 3 intelectual skill, 4 cognitive strategies, and 5 attitudes. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan, tugas belajar dalam konteks pembelajaran merupakan aktivitas bermakna dan bermanfaat yang dilakukan oleh peserta didik untuk mendapatkan sesuatu, dengan cara tertentu, dengan mediaalat tertentu. Tugas belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik. Tugas belajar tentu memberikan sesuatu yang bermakna, karena guru telah menentukan materi untuk mencapai sejumlah kompetensi dan telah mendesign pembelajaran guna memberi- kan pengalaman belajar bagi peserta didiknya. Kebermaknaan merupakan salah satu prinsip belajar. Tugas belajar juga memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi peserta didik. Melalui tugas belajar, peserta didik memperoleh ilmu teori, memperoleh keterampilan, memperoleh nilai-nilai yang derajadnya tergantung bagaimana guru mendesign pembelajaran. Kebermanfaatan juga merupakan salah satu prinsip belajar. Oleh karena itu, dalam memberikan tugas belajar yang di dalamnya terkandung sejumlah materi domain kognitif, domain psikomotorik, dan domain afektif, kejelian dan kemampuan guru menentukan materi esensial sangat dibutuhkan. Sejumlah kompetensi dasar yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, tidak semuanya harus diberikan kepada peserta didik. Jika guru mampu memilah dan memilih materi esensial sebagai penjabaran dari kompetensi dasar, maka urgensi kebermaknaan dan kebermanfaatan dalam setiap tugas belajar siswa dipastikan ada. Adult Learning Adult learning atau pembelajaran orang dewasa, disebut juga andragogi, adalah suatu proses untuk melibakan peserta didik dewasa ke dalam suatu strukur pengalaman belajar http: id.wikipedia.org. Dalam andragogi ada asumsi dasar, orang dewasa memiliki kebutuhan belajar tertentu. Selain itu, lingkungan belajar terbaik bagi mereka adalah orang-orang yang kolaboratif dan memanfaatkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Menurut Knowles 1984:36, pelopor andragodi, ada 6 karakteristik utama pembel- ajaran orang dewasa. Keenam karakteristik tersebut adalah, 1 mandiriotonom, 2 meng- gunakan pengetahuan dan pengalaman hidup, 3 berorientasi pada tujuan, 4 berorientasi pada tugas, 5 mementingkan nilai kepraktisan dan riil, serta 6 mendorong kolaborasi.

1. Mandiriotonom

Peserta didik dewasa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran sehingga mereka membuat pilihan yang relevan dengan tujuan pembelajaran mereka. Sebagai seorang guru, penting untuk memfasilitasi proses penetapan tujuan. Peserta didik perlu diberi kebebasan untuk bertanggung jawab atas pilihan mereka sendiri. Ketika datang ke sekolah, mereka harus proaktif dan berkontribusi dalam proses pembelajaran.

2. Menggunakan pengetahuan dan pengalaman hidup

Berdasarkan pendekatan ini, guru mendo- rong peserta didik untuk menghubungkan pengalaman masa lalu mereka dengan pengetahuan saat ini. Guru harus memiliki kemampuan bagaimana membantu peserta didik menghubungkan pengalaman masa lalu dengan berbagai pengalaman belajar saat ini. 73 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task

3. Berorientasi pada tujuan

Motivasi belajar akan meningkat ketika ada relevansi antara apa yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, terutama dalam kaitannya dengan masalah tertentu dari peserta didik. Dengan kata lain, ada tujuan yang ingin dicapai perserta didik.

4. Berorientasi pada tugas

Salah satu cara terbaik membelajarkan orang dewasa adalah dengan tugas. Mereka akan terlibat secara mendalam dan berkontribusi mencapai tujuan pembel- ajaran. Mereka akan terinspirasi dan termotivasi untuk terlibat dalam berbagai proyek dan berhasil menyelesaikannya.

5. Mementingkan nilai kepraktisan dan riil

Pemanfaatan berbagai saranafasilitas pembelajaran untuk membantu peserta didik menerapkan konsep teoritis di dalam kelas ke dalam situasi kehidupan nyata dan praktis. Belajar difasilitasi secara tepat untuk menerapkan pengetahuan teoritis dalam situasi kehidupan nyata dan jelas.

6. Mendorong kolaborasi

Pemelajar dewasa akan semakin berkem- bang dalam hubungan kolaboratif dengan guru. Ketika guru menempatkanmeman- dang peserta didik sebagai rekan atau partner , mereka menjadi lebih produktif. Ketika kontribusi mereka diakui, maka mereka akan memberikan karya yang terbaik. Secara umum, ketika peserta didik bukan lagi sebagai ‘objek’ belajar, maka diyakini ada passion atau keinginan dari peserta didik untuk menunjukkan kelebihannya. Mereka dengan sadar mengeluarkan segala daya untuk menyelesaikan pekerjaantugasnya, karena mereka sebagai subjek. Apalagi guru memberi apresiasi tinggi, dan memberi reinforcement terhadap apa yang dihasilkan oleh peserta didik. Karakteristik Peserta Didik Dewasa Memahami karakteristik peserta didik merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Tujuannya adalah, supaya pendekatan, strategi, metode pembel- ajaran yang dipilih guru sesuai dengan karakteristik peserta didik sehingga pengalaman belajar yang akan diberikan berarti dan berguna. Peserta didik orang dewasa juga mempu- nyai beberapa karakteristik. Malcom Knowles dalam Sutikno 2013:26 menyebutkan ada sejumlah karakteristik peserta didik orang dewasa yaitu 1 orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda; 2 orang dewasa lebih suka menerima saran daripada digurui; 3 orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal yang menarik bagi mereka dan menjadi kebutuhanya; 4 orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau disalahkan; 5 orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempu-nyai kecenderungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya; 6 apa yang bisa dilakukan orang dewasa menunjukkan tahap pemahamannya; 7 orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama; 8 orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik, adil, dan masuk akal; 9 orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya, oleh karena itu, mereka lebih cenderung tidak mau bergantung pada orang lain; dan 10 orang dewasa menyukai hal yang praktis. Sedangkan menurut Syamsu 1994, karakteristik peserta didik dewasa secara umum ditandai dengan beberapa hal seperti, 1 konsep diri peserta didik dewasa bergerak dari seorang pribadi yang bergantung ke arah pribadi yang mandiri, 2 peserta didik dewasa mengaku- mulasi banyak pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi sumber belajar yang berkembang, 3 kesiapan belajar peserta didik dewasa cenderung meningkat, dan 4 orientasi belajar peserta didik dewasa dari yang terpusat pada materi beralih menjadi terpusat pada masalah. Konsepsi Taking Learning to Task Secara harafiah, taking learning to task berarti mengambil tugas belajar http:id.wikipedia. org. Namun esensinya adalah, membawa peserta didik mendapatkan pengalaman belajar melalui tugas berbagai belajar. Taking learning to task tidak berpusat pada guru, juga tidak berpusat pada peserta didik, melainkan berpusat pada pembelajaran teaching centered. Maksud- nya, strategi ini ingin memfokuskan bahwa pembelajaran, khususnya untuk orang dewasa