63
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
b. Kegiatan Inti 60 menit
Sintak Kegiatan
Stimulasi Mengamati
- Siswa melihat dan mengamati gambar berseri Cara memasak ikan
asam pedas -
Siswa membaca dua teks yang berbeda dengan cermat mengenai struktur teks prosedur dan teks eksplanasi berjudul Cara Menanam
Buah Naga yang Baik dan Benar di buku siswa halaman 96 dan teks dan teks berjudul Gempa Bumi
- Siswa membaca informasi mengenai struktur teks prosedur dan teks
eksplanasi
Pengolahan Data Mengolah Informasi
- Siswa menanyakan sebanyak mungkin struktur teks prosedur dan
struktur teks eksplanasi -
Siswa menanyakan sebanyak mungkin ciri-ciri kebahasaan teks prosedur dan teks eksplanasi
Pengumpulan Data
Mengumpulkan Informasi
- Siswa secara berkelompok melakukan wawancara pada narasumber
mengenai perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi dari segi struktur dan ciri-ciri kebahasaan
- Siswa membaca literatur dari perpustakaan atau internet sekolah
Pengolahan Data Mengolah Informasi
- Siswa mendiskusikan perbedaan struktur teks prosedur dengan teks
eksplanasi -
Siswa mendiskusikan perbedaan teks prosedur dengan teks eksplanasi dari segi kebahasaan
- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memverifikasi
sehingga dapat menemukan konsep tentang struktur dan segi kebahasaan teks prosedur dan teks eksplanasi
Pembuktian Mengkomunikasikan
Masing-masing kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai perbedaan struktur teks dan ciri-ciri kebahasaan
teks prosedur dan eksplanasi dengan jujur, percaya diri dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar kemudian
ditanggapi oleh kelompok lain
64
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
c. Kegiatan Penutup 10 menit
1 Dengan bimbingan guru. Peserta didik menyimpulkan materi pelajaran tentang
perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi dari segi struktur dan
kebahasaan
2 Siswa melakukan refleksi dengan mengidentifikasi hambatan-hambatan
yang dialami saat memahai perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi
3 Siswa mengerjakan tes tulis 4 Siswa mendengarkan umpan balik dan
penguatan dari guru mengenai perbe- daan teks prosedur dan teks eksplanasi
dari segi struktur dan kebahasaan 5 Siswa menyimak informasi mengenai
rencana tindak lanjut pembelajaran
Pertemuan Kedua a.
Kegiatan Pendahuluan 10 menit
1 Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru yang berhubungan dengan
kondisi siswa dan kelas 2 Siswa merespon pertanyaan dari guru
tentang keterkaitan pengetahuan yang akan dipelajari, yaitu menyusun teks
prosedur dengan materi yang pernah dipelajari
pada pembelajaran
sebelumnya yaitu perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi dari segi
struktur dan ciri bahasa 3 Siswa menerima informasi kompetensi
yang harus dicapai, tujuan pembelaja- ran dan langkah pembelajaran yang
akan dilaksanakan 4 Siswa membentuk kelompok diskusi
menjadi 5 kelompok diskusi
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan sebelumnya, penulis melihat siswa kesulitan memahami dan membuat teks
prosedur dengan memperhatikan struktur teks dan ciri kebahasaannya. Hal ini disebabkan
guru hanya memberi tugas membaca buku teks dan menyusun teks prosedur berdasarkan
contoh yang sudah ada di buku teks. Jika hanya diberi tugas tanpa disertai praktik langsung,
tentu siswa akan cepat bosan. Adapun gambar berseri yang digunakan pada pertemuan ini
adalah urutan gambar cara membuat jelli. Jelli adalah makanan sehat keluarga yang
berasal dari rumput laut dan tidak asing bagi siswa. Rasanya yang enak disantap ketika
pulang sekolah dan menjadi kegemaran siswa menjadi inspirasi buat penulis menjadikannya
sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya tentang menulis teks prosedur.
Dengan menggunakan media ini diharapkan dapat mempermudah pemahaman siswa
tentang materi yang disampaikan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis membuat desain pembelajaran menulis teks
prosedur yang berbeda dari sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk membangun pemahaman dan
keterampilan siswa
membuat teks
prosedur membuat jell melalui gambar berseri yang telah disiapkan.
Siswa ditantang untuk membuat teks prosedur tentang cara membuat jell sebagai
kompetensi yang akan mereka capai dalam pembelajaran ini. Lembar kerja diberikan kepada
siswa yang menuntun mereka menentukan alat,
bahan, dan langkah pembuatan jelli. Guru mengarahkan siswa menyelesaikan lembar kerja
itu secara berkelompok. Adapun hasil kerja siswa dapat dilihat pada Lembar Kerja Siswa.
Siswa dalam kelompoknya mulai mendiskusikan langkah-langkah dengan
mengamati gambar berseri yang disediakan oleh guru. Hasilnya mereka tulis pada lembar kerja.
Mereka juga menetapkan prosedur atau cara membuat jell dengan menyusun langkah-
langkah kerja yang diberikan oleh guru secara acak. Langkah yang mereka tempuh sejak awal,
mulai dari gambar seri 1 sampai gambar seri 4 , mereka tuangkan pada lembar kerja. Hasil
kelompok ini kemudian dipresentasikan secara pleno.
Berdasarkan temuan kelompok yang telah disempurnakan, setiap siswa menyusun teks
prosedur tentang cara membuat jelli dengan memperhatikan struktur dan ciri keba-
hasaannya. Hasil kerja setiap siswa dipertukarkan dalam kelompoknya untuk
dikoreksi atau diberi masukan mengenai ketepatan struktur beserta penggunaan tanda
baca, ejaan, pemilihan dan penggunaan kata termasuk kata bilangan, dan pengembangan
kalimat perintah.
65
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
Berdasarkan masukan dari teman, siswa menyempurnakan teks prosedur yang mereka
susun. Hasilnya, teks prosedur yang dibuat oleh siswa tampak lebih baik dan terarah sesuai
dengan struktur teks dan memenuhi ciri-ciri kebahasaan teks prosedur. Selain itu, siswa juga
dapat mengembangkan kreativitasnya dalam menyusun teks prosedur dan dapat bekerja sama
dengan baik di dalam kelompoknya.
c. Kegiatan Penutup 10 menit
1 Dengan bimbingan guru. Siswa menyim- pulkan materi pelajaran tentang
menyusun kerangka teks prosedur dan mengembangkannya menjadi teks
prosedur yang utuh
2 Siswa melakukan refleksi dengan mengidentifikasi hambatan-hambatan
2. Isilah tabel di bawah ini dengan contoh di atas.
Struktur Teks Kalimat
Tujuan Jell adalah makanan sehat keluarga dari rumput laut yang
mengundang serat tinggi vitamin, kalsium dan probiotik, baik untuk kesehatan jika di konsumsi secara benar
Langkah-langkah 1.
Campurkan jelly powder dengan gula satu gelas 200 g atau sesuai selera
2. Tambahkan air sebanyak 312 gelas 700ml panaskan lalu aduk
hingga merata. 3.
4. Matikan api, diamkan 3 menit. Campurkan fruity acid ke dalamnya
dan aduk merata Jelli siap dicetak
Lembar Kerja Siswa
Nama siswakelompok : Kelompok 1
Kelas, No. Absen : VIII
1. Bacalah dengan seksama teks prosedur berikut
66
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
yang dialami saat memahai perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi
3 Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru mengenai
perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi dari segi struktur dan
kebahasaan
4 Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
Windiarto, 2014 Demikian langkah-langkah yang dilakukan
oleh guru dalam pembelajaran menulis teks prosedur dengan benar, dengan menggunakan
media gambar berseri.
Simpulan
Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan berbagai kegiatan mulai dari
kegiatan sederhana hingga kegiatan komplek.
Sintak Kegiatan
Mengamati -
Peserta didik membaca contoh teks prosedur, dari gambar berseri yang telah disiapkan tentang memasak jelli
- Peserta didik memperhatikan kerangka teks prosedur
Menanya -
Peserta didik menanyakan sebanyak mungkin tentang kerangka menyusun teks prosedur
- Peserta didik menanyakan sebanyak mungkin tentang menyusun
teks prosedur Mengumpulkan
Informasi -
Peserta didik secara berkelompok melakukan wawancara pada narasumber mengenai menyusun kerangka menyusun teks
prosedur
- Peserta didik membaca literatur dari perpustakaan atau internet
sekolah Mengolah Informasi
- Guru memberi kesempatan kepada siswa secara berkelompok
untuk menyusun kerangka teks prosedur dan mengembangkannya menjadi teks prosedur utuh
- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memverifikasi
sehingga dapat menemukan susunan teks prosedur yang benar Mengomunikasi- kan Peserta didik mempresentasikan hasil kelompok berupa susunan
teks prosedur
Agar tujuan pelaksanaannya terpenuhi, kegiatan tersebut harus dilakukan berdasarkan prosedur
tepat. Prosedur tersebut berisi perlengkapan dan langkah untuk mencapai tujuan. Langkah
tersebut dilakukan secara urut, bukan acak.
Pembelajaran menulis teks prosedur di kelas 8 menggunakan media gambar berseri disadari
sangat membantu aktifitas pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Pembelajaran
dengan menggunakan media yang mudah didapat, barang bekas, dan lebih menarik bagi
pembelajar dan pencapaian hasil belajar siswa juga akan maksimal dibandingkan dengan
pembelajaran yang hanya dilakukan dengan menggunakan pesan yang dituangkan dengan
kata.
Penggunaan media pembelajaran menarik minat belajar siswa serta memudahkan siswa
memahami materi. Pemakaian media yang tepat dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data,
67
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
serta membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Satu hal yang terpenting adalah
terlaksananya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan antara
pendidik dan peserta didik.
Saran
Beberapa hal yang disarankan agar tidak terjadi kesalahan besar dalam proses penulisan teks
prosedur, maka hal-hal yang dapat dilakukan guru, siswa, maupun sekolah antara lain : 1
siswa hendaknya memperluas pengetahuan tentang kaidah bahasanya, 2 Siswa hendaknya
aktif bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan,3 siswa sering berlatih menulis; 4
guru disarankan memberikan pengetahuan tentang kaidah bahasa kepada siswa di setiap
proses pembelajaran menulis, menggunakan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis,
dan senantiasa memperluas kosa kata dan memberi contoh terkait dengan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar baik secara lisan maupun tertulis; dan 5 pihak
sekolah hendaknya berkenan melengkapi sumber pustaka terkait yang memadai seperti
buku-buku seputar karang-mengarang, EYD, media massa, media pembelajaran dan
sebagainya. Hal itu menunjukkan kepada kita bahwa pihak sekolah pun juga bertanggung
jawab terhadap pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kebanggaan kita.
Daftar Pustaka
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter
. Bandung: Refika Aditama
Aimha, 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis. http:aimhalelet.blogspot. co.id
201312peningkatan-keterampilan- menulis.html Diakses tgl 7 mei 2016
pukul 10.39
Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan kemampuan menulis
bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arsyad, Azhar. 2011. Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Dantes, I Nyoman. 2014. Landasan pendidikan. Singaraja: Undiksha
Effendy, Akip 2012. Keterampilan menulis, http: akipeffendy.blogspot.co.id201203
hak-i-kat-keterampilan-menulis.html diakses tanggal 25 Juni 2016
Ginting, Edison 2011. Diklat Regional fokus integrasi pendidikan budaya, karakter
bangsa dan kewirausahaan dalam pembelajaran, dalam Majalah Swara
Edisi IX Nopember 2011, Cimahi: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri
Hasnindah, Abbas. 2011. “Meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia keterampilan
menulis materi membuat karangan melalui media gambar seri pada murid kelas V SDN
Sudirman III Makassar” . Skripsi.
Makassar: FIP UNM Iskandar, Alex. 2011. Manfaat Media
Pembelajaran, dalam Majalah Swara Edisi IX, Nopember 2011.Cimahi: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Mesin dan Teknik Industri
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan. 2014, Bahasa Indonesia wahana
pengetahuan . Jakarta, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Mahsun, MS. 2013. Teks dalam pembelajaran
bahasa Indonesia Kurikulum 2013 . Jakarta:
Rajawali Press Mi’raj, Hamidi. 2014. Meningkatkan Perolehan
Kemampuan Membaca Al-Quran dengan Menggunakan Media CD
Pembelajaran, dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam Maju Bersama Volume 2
Edisi Juni 2014, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Syarif Abdurrahman,
Singkawang
Nurlaela 2012. Strategi Pembelajaran Kooperatif, dalam Jurnal PTK Dikmen
Volume 2, No.1 Oktober 2012, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Menengah,
68
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Penggunaan Media Gambar Berseri
Kementerian Pendidikan dan Kebuda- yaan,Jakarta
Ngarso, Den Baguse, 2012.Pendahuluan Pencapaian Hasil Belajar.
http: mgmpingbara.blogspot.co.id201205
p en d ah ul u an - pe n c a p ai an - ha s il - belajar.html diakses 07 Mei 2016
Rusyana, Yus. 1988. Bahasa dan sastra dalam gamitan pendidikan
, Bandung : Diponegoro
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa
Shaoran, 2014, “Media gambar seri,” http: shaoran1401.blogspot.co.id201401
media-gambar-seri.html diakses tgl 07 mei 2016 10.37
Sucipto, Maya Gustina., Uti Darmawati, Y.Budi Artati. 2014. Pegangan guru bahasa
Indonesia, Klaten : PT Intan Pariwara
Suparno, Mohamad Yunus. 2010. Materi pokok keterampilan dasar menulis
. Jakarta : Universitas Terbuka
Syafi’ie, I. 1988, Retorika dalam menulis. Jakarta: Depdikbud
Taher. M. 2014. Media yang relevan dalam pembelajaran kurikulum 2013.
http: sumut.kemenag.go.id diakses 27
Oktober 2014
Windiarto, Prito, 2014, “Rencana pelaksanaan
pembelajaran kurikulum 2013 Kelas 8 Teks Prosedur Dan Teks Eksplanasi
” http: Pritowindiarto.Blogspot.Co.Id2014
1 0 R e n c a n a - P e l a k s a n a a n - Pembelajaran.HtmlDiakses 18 Mei 2016
Pukul 21.06
Wiratmajaya, I Gst. Ngurah Adi, I Wayan Artika, Ida Ayu Made Darmayanti. 2015.
Penggunaan gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan menulis teks
prosedur kompleks pada siswa kelas X Akuntansi A Smk Negeri 1 Singaraja,”
dalam e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
69
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task
Taking Learning to Task, Strategi Pembelajaran Orang Dewasa
Yuli Kwartolo Email: yuli.kwarto66gmail.com
Pengajar freelance di beberapa satuan pendidikan
Opini
A
Abstrak
gar proses pendidikan dapat memberikan kemampuan berpikir tingkat tinggi kepada peserta didik, berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran dikembangkan oleh guru.
Akan tetapi, berbagai kendalaa masih dihadapi dan hasil yang dicapai belum sepenuhnya seperti yang diharapkan. Tulisan ini membahas taking learning to task sebagai saalah
satu strategi pembelajaran yang sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi bagi orang dewasa. Merujuk pada berbagai sumber, tulisan ini membahas dan menganalisis
secara deskriptif teori dan pendapat yang terkait serta menarik kesimpulan bagaimana strategi ini dapat diterapkan secara efektif dalam pembelajaran orang dewasa. Tulisan ini juga dilengkapi
dengan sejumlah saran bagaimana strtegi ini dapat diterapkan dengan baik.
Kata-kata kunci: strategi pembelajaran, berpikir tingkat tinggi, pembelajaran orang dewasa, tugas belajar, taking learning to task
Taking Learning to Task, Adult Instructional Strategy Abstract
To provide the students with high thinking order skill, the teachers have been developing a number of instructional approaches and strategies. However, the teachers and the students still face a lot of problems and
the results have not fully satisfied. This article discussed ‘taking learning to task’ as one of the strategies appropriate to develop high thinking order skill for the adult. Having describing and analyzing several
theories and opinions, the article concluded ‘taking learning to task’ can be used as an effective instructional strategy for the adult. This article is also included some suggestions in implementing this strategy.
Keywords: instructional strategy, high order thinking, adult learning, learning task, taking learning to task
70
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task
Pendahuluan
Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas yang tidak berjalan di dalam ruang
hampa udara. Artinya, kedalaman pengalaman belajar, kebermaknaan belajar, dan di ujung
tercapainya tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh berbagai faktor pendukung serta
kontribusi guru dan peserta didik. Pembelajaran modern menempatkan guru dan peserta didik
sebagai subjek aktif untuk belajar bersama-sama. Pada satu titik, guru bisa belajar dari peserta
didik dan pada titik tertentu, peserta didik pasti belajar dari gurunya. Jadi, guru bukan satu-
satunya komponen pembelajaran yang paling diterminan.
Salah satu prinsip belajar yang menjamin keberhasilan peserta didik dalam mempelajari
sesuatu adalah, adanya keterlibatan langsung peserta didik. Proses pembelajaran harus
melibatkan partisipasi peserta didik, meskipun dalam derajad yang rendah. Harus ada respon
bermakna dari peserta didik manakala guru memberi stimulus. Peserta didik harus memberi-
kan kontribusi yang signifikan, bahkan lebih supaya transfer of knowladge dan transfer of skill
dapat tercapai. Inilah yang diharapakan.
Namun demikian, apa yang diharapkan tersebut belum sepenuhnya menjadi kenyataan.
Dalam perspektif ini menarik untuk diperhati- kan pernyataan Anies Baswedan, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaaan 2014 - 2016, bahwa materi pembelajaran yang menuntut
kemampuan berpikir tingkat tinggi higher order thinking
akan ditingkatkan, bahkan mulai dari SD Kompas, 14 Juli 2016. Pernyataan Anies
Baswedan tersebut mengindikasikan, selama ini secara umum pembelajaran yang mengarah
pada berpikir tingkat tinggi belum terealisasi.
Berpikir tingkat tinggi Crowl, 1997 meliputi berpikir kritis, berpikir logis, berpikir
kreatif, dan metakognitif pengetahuan sese- orang mengenai proses dan hasil berpikirnya
atau apapun yang berkaitan dengan proses dan hasil berpikir tesebut.Disamping itu, Quirk
2006 mengungkapkan metakognitif adalah “the ability to think about one’s thinking and feeling and
to predict what others are thinking,
” atau kemam- puan seseorang untuk berpikir tentang pikiran
dan perasaannya sendiri dan untuk mempre- diksi apa yang orang lain pikirkan.
Sejumlah metode dan stategi pembelajar-an terus dicoba untuk memberi dimensi dan
perspektif baru terhadap aktivitas pembelajaran. Tulisan ini memaparkan sebuah strategi
pembelajaran yang diperuntukkan bagi orang dewasa adult learning, yaitu taking learning to
task
yang dapat membawa peserta didik orang dewasa pada berbagai tugas belajar yang
menuntut berpikir tingkat tinggi. Oleh karena dengan menggunakan strategi ini, peserta didik
harus memberi respon yang kritis, logis, dan kreatif terhadap stimulus tugas belajarnya.
Dalam hubungannya dengan taking learning to task, dalam tulisan ini dibahas pengertian tugas
belajar, pembelajaran orang dewasa, karakteris- tik peserta didik dewasa, konsepsi taking
learning to task, model-model pembelajaran untuk tugas belajar, dan keunggulan dan
kelemahan taking learning to task akan menjadi fokus pembahasan.
Pembahasan
Tugas Belajar
Dalam konteks pembelajaran, secara substantif, ‘tugas’ berkaitan dengan berbagai aktivitas yang
harus dilakukan oleh peserta didik. Ada tiga hal prinsip berkaitan dengan konsep tugas http:
www.learnersdictionary.comdefinitiontask, yaitu: 1 a usually assigned piece of work often to be
finished within a certain time
tugas belajar diberikan dan diselesaikan dalam waktu
tertentu, 2 something hard or unpleasant that has to be done
kadang-kadang membutuhkan kerja keras untuk menyelesaikan bahkan tidak
menyenangkan, dan 3 duty, function ada tugas dan fungsi.
1. Tugas belajar diberikan dan diselesaikan
dalam waktu tertentu Batasan waktu atau dapat dikatakan
sebagai sebuah ‘rule’ aturan, ketentuan yang diberikan oleh guru dan harus ditaati
oleh peserta didik dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Namun demikian, guru
71
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task
harus memahami adanya sebuah prinsip pembelajaran yang disebut ‘individual
differcences’ atau perbedaan individu.
Maksudnya, setiap peserta didik memiliki kecepatan belajar sendiri-sendiri. Dengan
kata lain, peserta didik belajar menguasai pengetahuan, keterampilan menurut
kecepatannya.
2. Membutuhkan kerja keras untuk menyele-
saikan, bahkan tidak menyenangkan Prinsip ini ingin menegaskan, peserta didik
kadang-kadang harus mengeluarkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan tugas
belajarnya. Bahkan harus melalui hal-hal yang tidak menyenangkan seperti rasa
bosan, jenuh, tingkat kesulitan yang tinggi, dan harus melalui prosedur yang ketat
untuk memecah- kan suatu masa-
lah. Namun, hal ini bukanlah
suatu kendala menyelesaikan
tugas belajarnya.
3. Ada tugas dan
fungsi. Prinsip ini mak-
sudnya adalah dalam sebuah
tugas belajar, di dalamnya ter-
dapat berbagai tugas yang harus dikerjakan dan ada
berbagai fungsi yang harus diperankan oleh peserta didik. Misalnya, seorang guru
memberi tugas belajar kepada sebuah kelompok peserta didik untuk mengumpul-
kan datainformasi yang dibutuhkan untuk mencari tahu alasan mengapa
banyak perempuan terpaksa menjadi Pekerja Seks Komersial PSK. Maka, setiap
peserta didik di dalam kelompok tersebut memiliki tugas sendiri-sendiri untuk
mencari datainformasi berdasarkan sejumlah variabel yang sudah dirumuskan,
dan memiliki fungsi sebagai penggali data informasi interviewer.
Tugas merupakan sebuah aktivitas atau proses untuk mendapatkan pengetahuan atau
keterampilan. Aktivitas ini bisa merujuk pada Taksonomi Bloom, baik dari sisi domain kognitif,
afektif, dan psikomotorik atau pada sisi kedalamannya sequences.
Dari sisi kedalamannya, berdasarkan Taksonomi Bloom versi terbaru peserta didik
dapat melakukan aktivitas mengingat remem- bering
, memahami understanding, menerapkan applying, menganalisa, mengurai analysing,
menilai evaluating, sampai mencipta creating. Aktivitas yang menunjukkan gradasi dari yang
paling mudah sederhana sampai ke yang paling sulit kompleks dapat dirinci lagi ke
dalam sejumlah kata kerja operasional yang menunjukkan sejumlah indikatorkompetensi
tertentu.
Belajar atau learning dalam bahasa Inggris adalah, the activity or process of gaining knowledge
or skill by studying, practicing, being
taught, or experien- cing something; the
activity of someone who learns know-
ledge or skill gained from
learning h t t p :
w w w . l e a r n e r s dictionary.com
definitiontask. Terjemahan bebas-
nya adalah, bela-
jar merupakan aktivitas atau proses untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan
dengan mempelajari, berlatih, proses berpikir, atau mengalami sesuatu oleh seorang peserta
didik yang mempelajari pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari aktivitas
belajar. Belajar akan berhasil manakala ada perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsungmengalami langsung, pengulangan, tantangan, feedback, penguatan.
Pengertian lain menyebutkan, belajar esensinya adalah sebuah proses, mencari,
menemukan, melakukan, melalui tahapan yang teratur dan sistematis. Belajar melibatkan semua
aspek yang ada dalam diri peserta didik, baik psikis maupun fisik. Hakikat belajar yang
dimaksud adalah, proses menemukan dan membangun maknapengertian oleh peserta
Hakikat belajar yang dimaksud adalah, proses menemukan dan
membangun maknapengertian oleh peserta didik terhadap
informasi, pengetahuan, pengalaman, yang disaring melalui
persepsi, pikiran, dan perasaan peserta didik.
72
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task
didik terhadap informasi, pengetahuan, pengalaman, yang disaring melalui persepsi,
pikiran, dan perasaan peserta didik.
Konsepsi belajar seperti ini, menurut Brunner dalam Sulaeman 1988, menempatkan
manusia individu sebagai pencari, pemroses dan juga sebagai pencipta informasi. Oleh
karena itu, proses pembelajaran harus bermakna dan bertujuan. Dengan cara belajar seperti itu,
menurut Smith dalam Sulaeman 1988, otak manusia dipandang sebagai satu organ yang
mempunyai fungsi utama mencari secara giat, menyeleksi, mendapatkan, mengorganisasi,
mengolah, menyimpan dan pada saat yang tepat memperoleh kembali dan menggunakan segala
informasi tersebut.
Menurut Gagne dalam Knowles 1986:9 terdapat lima domain sebagai tujuan belajar,
yaitu 1 motor skills, 2 verbal information, 3 intelectual skill, 4 cognitive strategies, and 5
attitudes. Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan, tugas belajar dalam konteks pembelajaran merupakan aktivitas bermakna
dan bermanfaat yang dilakukan oleh peserta didik untuk mendapatkan sesuatu, dengan cara
tertentu, dengan mediaalat tertentu. Tugas belajar merupakan kegiatan mental dan fisik
yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik.
Tugas belajar tentu memberikan sesuatu yang bermakna, karena guru telah menentukan
materi untuk mencapai sejumlah kompetensi dan telah mendesign pembelajaran guna memberi-
kan pengalaman belajar bagi peserta didiknya. Kebermaknaan merupakan salah satu prinsip
belajar.
Tugas belajar juga memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi peserta didik. Melalui
tugas belajar, peserta didik memperoleh ilmu teori, memperoleh keterampilan, memperoleh
nilai-nilai yang derajadnya tergantung bagaimana guru mendesign pembelajaran.
Kebermanfaatan juga merupakan salah satu prinsip belajar. Oleh karena itu, dalam
memberikan tugas belajar yang di dalamnya terkandung sejumlah materi domain kognitif,
domain psikomotorik, dan domain afektif, kejelian dan kemampuan guru menentukan
materi esensial sangat dibutuhkan. Sejumlah kompetensi dasar yang sudah ditetapkan dalam
kurikulum, tidak semuanya harus diberikan kepada peserta didik. Jika guru mampu memilah
dan memilih materi esensial sebagai penjabaran dari kompetensi dasar, maka urgensi
kebermaknaan dan kebermanfaatan dalam setiap tugas belajar siswa dipastikan ada.
Adult Learning Adult learning atau pembelajaran orang dewasa,
disebut juga andragogi, adalah suatu proses untuk melibakan peserta didik dewasa ke dalam
suatu strukur pengalaman belajar http: id.wikipedia.org. Dalam andragogi ada
asumsi dasar, orang dewasa memiliki kebutuhan belajar tertentu. Selain itu, lingkungan belajar
terbaik bagi mereka adalah orang-orang yang kolaboratif dan memanfaatkan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah.
Menurut Knowles 1984:36, pelopor andragodi, ada 6 karakteristik utama pembel-
ajaran orang dewasa. Keenam karakteristik tersebut adalah, 1 mandiriotonom, 2 meng-
gunakan pengetahuan dan pengalaman hidup, 3 berorientasi pada tujuan, 4 berorientasi
pada tugas, 5 mementingkan nilai kepraktisan dan riil, serta 6 mendorong kolaborasi.
1. Mandiriotonom
Peserta didik dewasa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran sehingga
mereka membuat pilihan yang relevan dengan tujuan pembelajaran mereka.
Sebagai seorang guru, penting untuk memfasilitasi proses penetapan tujuan.
Peserta didik perlu diberi kebebasan untuk bertanggung jawab atas pilihan mereka
sendiri. Ketika datang ke sekolah, mereka harus proaktif dan berkontribusi dalam
proses pembelajaran.
2. Menggunakan pengetahuan dan pengalaman hidup
Berdasarkan pendekatan ini, guru mendo- rong peserta didik untuk menghubungkan
pengalaman masa lalu mereka dengan pengetahuan saat ini. Guru harus memiliki
kemampuan bagaimana membantu peserta didik menghubungkan pengalaman masa
lalu dengan berbagai pengalaman belajar saat ini.
73
Jurnal Pendidikan Penabur - No.26Tahun ke-15Juni 2016 Taking Learning to Task
3. Berorientasi pada tujuan
Motivasi belajar akan meningkat ketika ada relevansi antara apa yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, terutama dalam kaitannya dengan masalah tertentu
dari peserta didik. Dengan kata lain, ada tujuan yang ingin dicapai perserta didik.
4. Berorientasi pada tugas
Salah satu cara terbaik membelajarkan orang dewasa adalah dengan tugas. Mereka
akan terlibat secara mendalam dan berkontribusi mencapai tujuan pembel-
ajaran. Mereka akan terinspirasi dan termotivasi untuk terlibat dalam berbagai
proyek dan berhasil menyelesaikannya.
5. Mementingkan nilai kepraktisan dan riil
Pemanfaatan berbagai saranafasilitas pembelajaran untuk membantu peserta
didik menerapkan konsep teoritis di dalam kelas ke dalam situasi kehidupan nyata dan
praktis. Belajar difasilitasi secara tepat untuk menerapkan pengetahuan teoritis
dalam situasi kehidupan nyata dan jelas.
6. Mendorong kolaborasi
Pemelajar dewasa akan semakin berkem- bang dalam hubungan kolaboratif dengan
guru. Ketika guru menempatkanmeman- dang peserta didik sebagai rekan atau
partner
, mereka menjadi lebih produktif. Ketika kontribusi mereka diakui, maka
mereka akan memberikan karya yang terbaik.
Secara umum, ketika peserta didik bukan lagi sebagai ‘objek’ belajar, maka diyakini ada
passion atau keinginan dari peserta didik untuk
menunjukkan kelebihannya. Mereka dengan sadar mengeluarkan segala daya untuk
menyelesaikan pekerjaantugasnya, karena mereka sebagai subjek. Apalagi guru memberi
apresiasi tinggi, dan memberi reinforcement terhadap apa yang dihasilkan oleh peserta didik.
Karakteristik Peserta Didik Dewasa Memahami karakteristik peserta didik
merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Tujuannya adalah,
supaya pendekatan, strategi, metode pembel- ajaran yang dipilih guru sesuai dengan
karakteristik peserta didik sehingga pengalaman belajar yang akan diberikan berarti dan berguna.
Peserta didik orang dewasa juga mempu- nyai beberapa karakteristik. Malcom Knowles
dalam Sutikno 2013:26 menyebutkan ada sejumlah karakteristik peserta didik orang
dewasa yaitu 1 orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda; 2 orang
dewasa lebih suka menerima saran daripada digurui; 3 orang dewasa lebih memberikan
perhatian pada hal yang menarik bagi mereka dan menjadi kebutuhanya; 4 orang dewasa
lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau disalahkan; 5 orang dewasa yang pernah
mengalami putus sekolah, mempu-nyai kecenderungan untuk menilai lebih rendah
kemampuan belajarnya; 6 apa yang bisa dilakukan orang dewasa menunjukkan tahap
pemahamannya; 7 orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama; 8 orang dewasa
suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik, adil, dan masuk akal; 9 orang
dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya, oleh karena itu, mereka
lebih cenderung tidak mau bergantung pada orang lain; dan 10 orang dewasa menyukai hal
yang praktis.
Sedangkan menurut Syamsu 1994, karakteristik peserta didik dewasa secara umum
ditandai dengan beberapa hal seperti, 1 konsep diri peserta didik dewasa bergerak dari seorang
pribadi yang bergantung ke arah pribadi yang mandiri, 2 peserta didik dewasa mengaku-
mulasi banyak pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi sumber belajar yang
berkembang, 3 kesiapan belajar peserta didik dewasa cenderung meningkat, dan 4 orientasi
belajar peserta didik dewasa dari yang terpusat pada materi beralih menjadi terpusat pada
masalah.
Konsepsi Taking Learning to Task Secara harafiah, taking learning to task berarti
mengambil tugas belajar http:id.wikipedia. org. Namun esensinya adalah, membawa
peserta didik mendapatkan pengalaman belajar melalui tugas berbagai belajar. Taking learning
to task tidak berpusat pada guru, juga tidak berpusat pada peserta didik, melainkan berpusat
pada pembelajaran teaching centered. Maksud- nya, strategi ini ingin memfokuskan bahwa
pembelajaran, khususnya untuk orang dewasa