bahwa seksualitas merupakan hal yang penting dalam hubungan pernikahan. Olson Defrain 2003 menyebutkan bahwa hubungan seksual yang memuaskan pada pasangan
akan menghasilkan kebahagiaan pada pasangan, namun ketika tidak adanya ketertarikan hubungan seksual akan menurunkan kebahagiaan pada pasangan.
h. Keluarga dan Teman
Keluarga dan teman merupakan konteks yang paling penting bagi pasangan dalam membangun relasi yang berkualitas. Keluarga sebagai family of origin banyak
mempengaruhi kepribadian, selain itu keterlibatan orang tua dapat memperkuat atau memperlemah kualitas relasi pasangan. Burman Margolin 1992 menyebutkan bahwa
penyakit diabetes dampak bagi oranbg- orang yang dekat dengan pasien terutama pasangan, yang nantinya dapat mempengaruhi hubungan pernikahan seperti kepuasan
pernikahan. Teman sering kali menjadi penyangga bagi pasangan ketika sedang menghadapi
persoalan. Studi deskriptif yang dilakukan oleh Parung 2014 kepada 20 responden mengatakan hubungan dengan teman dan keluarga besar yang tetap terjalin dengan baik
akan membantu meningkatkan kepuasan pernikahan karena dapat memberikan dukungan dan membantu pasangan dalam menjalani kesulitan sehingga pasangan merasa tidak
sendirian.
i. Kedekatan
Menilai sejauh mana tingkat kedekatan emosional yang dialami oleh pasangan dan sejauh mana mereka dapat menyeimbangkan keterpiasahan dan kebersamaan. Sejauh
mana pasangan saling membantu, menghabiskan waktu bersama-sama dan
mengungkapkan persaan. Penelitian studi kasus yang dilakukan oleh Vembry Basuki 2014 menyebutkan kedekatan dan kebersamaan merupakan kebutuhan dasar dari
pernikahan, pasangan suami istri yang saling mencintai menunjukan tingkah laku yang positif dan mengungkapkan perasaan yang dirasakan dengan pasangannya.
j. Kecocokan Kepribadian
Berfokus pada isu-isu seperti kemarahan, kemurungan, keras kepala, cemburu, dan posesif, serta perilaku pribadi seperti rasa kasih sayang kepada pasangan. Subskala
ini secara umum memperlihatkan kemampuan pasangan dan kecenderungan untuk menjadi dominan. Penelitian yang dilakukan oleh Stone Shackelford 2007
menyatakan bahwa kepuasan pernikahan yang tinggi akan terjadi apabila mampu mengerti dan menyesuaikan diri degan kepribadian yang dimiliki oleh pasangannya. Hal
ini didukung oleh hasil penelitian Saraswati 2015 yang mengatakan 90 individu dewasa akhir merasa puas dengan pernikahannya karena dapat menerima sifat pasangan dan
kebiasaan pasangan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan dapat
dilihat apabila individu mampu untuk memenuhi sepuluh aspek yaitu: a komunikasi mencakup komunikasi yang terbuka dengan pasangan; b fleksibelitas yang mencakup
kemampuan pasangan untuk berubah dan beradaptasi saat diperlukan; c kegiatan mengisi waktu senggang yang mencakup pengisian waktu luang dengan pasangan; d keyakinan
spiritual, yang mencakup hubungan keagamaan; e resolusi Konflik yang mencakup penyelesaian konflik ; f pengelolaan keuangan yang mencakup pengaturan keuangan; g
relasi seksual yang mencakup hubungan seksual dalam pernikahan; h keluarga dan teman yang mencakup hubungan dengan keluarga besar dan teman; i kedekatan yang mencakup
tingkat kedekatan emosional yang dialami pasangan; j kecocokan kepribadian yang mencakup persepsi individu terhadap perilaku dan kepribadian pasangannya.
B. Dyadic Coping