1990. Seiring berjalannya waktu Bodenmann mengembangkan dan mengadaptasi alat ukur ini pada tahun 1995 dan 2000. Adaptasi terakhir yang dilakukan Bodenmann bersamaan
dengan perubahan nama instrument menjadi Dyadic Coping Inventory DCI. Aspek-aspek dyadic coping yang dipaparkan oleh Bodenmann 2005 adalah:
a. Stress Communication
Berkaitan dengan bagaimana individu dalam mengkomunikasikan kondisi stres yang dirasakan kepada pasangan, seperti dukungan emosional terhadap pasangan, berbagi
kondisi stres membantu pasangan menghadapi situasi stres, mengkomunikasikan stres yang sedang dihadapi kepada pasangan. Sarwono 1997 mengatakan komunikasi
merupakan salah satu faktor penentu positif dan negatif dari hubungan interpersonal. Menurut Wijayanti 2013 komunikasi dapat mempererat hubungan keluarga dan
menciptakan perasaan nyaman, apabila terjadi komunikasi yang tidak baik akan berdampak bagi keharmonisan dalam keluarga sehingga permasalah dalam keluarga tidak
dapat terselesaikan.
b. Supportive Dyadic Coping
Segala bentuk dukungan yang disediakan oleh pasangan dalam konteks situasi yang berat stres dengan tujuan untuk menemukan keadaan adaptif yang baru.
Supportive dyadic coping diasumsikan terjadi didalam situasi dimana salah satu pihak sedang membutuhkan bantuan dan pihak lain mampu untuk memberikan dukungan yang
dibutuhkan. Menurut Thoits 1986 ketika individu sedang dalam masalah, pasangan dapat membantu dengan memberikan saran dan relaksasi serta mampu memberikan
perasaan positif seperti perasaan cinta, empati, dan kebersamaan.
c. Delegated Dyadic coping
Delegated dyadic coping adalah usaha salah satu pasangan mengambil alih tanggung jawab secara seutuhnya untuk mengurangi stres pasangannya. Jenis coping ini
biasa digunakan untuk menghadapi pemicu stres yang berorientasi pada masalah problem-oriented. Misalnya ketika suami tiba-tiba mengalami penurunan gula darah
dan tidak dapat menjlankan tugasnya, maka istri mengambil alih tugasnya seperti mengantar anak ke sekolah Bodenmann,2005.
d. Common Dyadic Coping
Usaha coping dimana kedua pasangan berpartisipasi secara simetris sejalan dan saling melengkapi untuk menyelesaikan masalah dalam situasi stres. Maksudnya adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh kedua belah pihak sama. Common dyadic coping meliputi strategi yang berorientasi pada masalah seperti, pengasuhan anak, pembagian keuangan,
mencari informasi bersama dan saling bertukar imformasi, dan mendiskusikan solusi dari sebuah permasalahan. Penelitian yang dilakukan oleh Johnson dkk 2013 kepada 117
pasangan dengan diabetes mengatakan bahwa dengan menggunakan common dyadic coping pasangan dapat menyesesaikan permasalahan atau konflik secara optimal karena
dengan adanya common dyadic coping, pasangan tidak hanya melihat permasalahan dari sudut pandang individu saja tetapi juga berdasarkan sudut pandang pasangan, sehingga
didapat hasil penyelesaikan yang tidak merugikan kedua belah pihak.
e. Negative Dyadic Coping