yang  dilakukan  oleh  Meier,  Bodenmann,  Morgeli,    Jenewin  2011  menyebutkan  bahwa dyadic  coping  bertujuan  untuk  menyeimbangkan  well  being  secara  individu  atau  dengan
pasangan.  Pasangan  yang  memiliki  hubungan  dyadic  coping  yang  baik,  akan  memperoleh keuntungan  dalam  suatu  hubungan.    Dyadic  coping  juga  dapat  meningkatkan  rasa  percaya
diri, rasa aman, dan kedekatan antar pasangan. Berdasarkan  definisi-definisi  di  atas  dapat  disimpulkan  dyadic  coping  merupakan
proses interpersonal yang melibatkan kedua pasangan untuk mengatasi situasi stress dimana upaya  tersebut  merupakan  pola  interaksional  yang  memberikan  keuntungan  dalam  suatu
hubungan  yang  bertujuan  untuk  menyeimbangkan  well  being  secara  individu  atau  ketika dengan pasangan
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dyadic Coping
Dyadic  coping  yang  digunakan  individu  berbeda-beda  tergantung  dari  situasi  stres yang dihadapi oleh individu dan pasangan dalam hubungan interpersonal. Bodenmann 2005
menjelaskan  bahwa  seluruh  bentuk  dyadic  coping  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor  berikut ini:
Faktor pertama
adalah individual
skills yang
meliputi kemampuan
mengkomunikasikan  stres,  kemampuan  menyelesaikan  masalah,  kompetensi  sosial,  dan kemampuan  berorganisasi.  Individual  skills,  merupakan  cara  individu  menyampaikan  apa
yang  dirasakannya  kepada  pasangan,  dengan  penggunaan  bahasa  yang  baik  dalam berkomunikasi,  mendiskusikan  permasalahan,  dan  cara-cara  yang  akan  ditempuh  untuk
menyelesaikan masalah,  hingga memutuskan langkah  apa  yang akan diambil.  Kemampuan- kemampuan  tersebut  perlu  dimiliki  individu  agar  dapat  memunculkan  dyadic  coping.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Rahmantika    Handayani  2012  mengatakan  ketika  terjadi
konflik didalam pernikahan, individu akan berusaha untuk mengatasi konflik tersebut dengan strategi coping, hal ini merupakan upaya untuk meyelesaikan masalah yang dihadapi.
Faktor  kedua  adalah  motivational  factor  yang  meliputi  kepuasan  hubungan  atau ketertarikan  dalam  suatu  hubungan  yang  lama.  Dalam  motivational  factors,  dyadic  coping
bisa  berbeda  karena  perbedaan  kepuasan  pernikahan  yang  dirasakan  oleh  setiap  individu. Ketika  komunikasi  lancar,  konflik  jarang  terjadi,  dan  ada  pembagian  antara  peran  dan
tanggung jawab, maka individu tersebuat akan puas dengan hubungan yang dijalani bersama pasangan.  Boddenmann,  1995  juga  menjelaskan  adanya  kepuasan  dari  hubungan  yang
dijalankan  bersama  pasangan  membuat  individu  menjadi  termotivasi  untuk  membantu pasangannya.
Faktor ketiga  adalah    contextual factor  yang merupakan level  dari pengalaman stres yang  pernah  dialami  pasangan  atau  kondisi  mood  mereka.  Penelitian  studi  kasus  yang
dilakukan  oleh  Rahmayanti  2012  menyebutkan  bahwa  reaksi  stres  akan  lebih  kuat  ketika individu memiliki pengalaman terdahulu terhadap kejadian stres tertentu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dyadic coping  adalah  individual  skill  yang  mencakup  kemampuan  mengkomunikasikan  stres,
kemampuan  menyelesaikan  masalah,  kompetensi  sosial,  dan  kemampuan  berorganisasi. Faktor  lain  adalah  motivational  factor  yang  mencakup  kepuasan  hubungan,  dan  contextual
factor yang merupakan pengalaman stres yang pernah dialami pasangan.
3. Aspek-Aspek Dyadic Coping