19
2.1.5. Etika Penyusunan Laporan Keuangan
Etika menyusun laporan keuangan merupakan serangkaian prinsip dasar yang digunakan untuk memulai menyusun laporan keuangan. Prinsip dasar yang
digunakan untuk memulai menyusun laporan keuangan adalah semua konsep, ketentuan, prosedur, metode dan teknik baik secara teoritis maupun praktis yang
dituangkan dalam Prinsip Dasar Akuntansi yang berlaku umum, yang di dalamnya terdapat Standar Akuntansi Keuangan SAK. SAK 2009 menyatakan laporan
keuangan dikatakan sesuai dengan prinsip akuntansi apabila suatu laporan keuangan memiliki ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan
berguna bagi pengguna. Hal ini dituangkan dalam karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu salah saji misstate, pengungkapan disclosure, biaya dan
manfaat cost and benefit, dan tanggung jawab responsibility. Pemahaman etika dalam penyusunan laporan keuangan sangat diperlukan
oleh akuntan, dimana suatu program pelatihan etika yang komprehensif meninggikan kepedulian dan tanggung jawab akuntan. Pembaca laporan keuangan
harus memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan di Indonesia
prinsip akuntansi disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI. Unsur etika penyajian laporan keuangan yang layak terdiri dari empat kategori yaitu misstate,
disclosure, cost and benefit, dan responsibility. Hardianti 2010 serta Yulianti dan Fitriani 2005 juga menyebutkan bahwa terdapat empat kategori dalam etika
penyusunan laporan keuangan yaitu sikap terhadap misstate, disclosure, cost and benefit, dan responsibility.
20
2.1.6. Moralitas
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing memiliki arti
yang sama yaitu kebiasaan, adat. Arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma- norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Moralitas
dari kata sifat Latin moralis memiliki arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Kohlberg 1971 menyatakan bahwa moral kognitif adalah faktor penentu
dalam pengambilan keputusan etis. Pengukuran terhadap perkembangan moral kognitif seseorang tidak hanya dapat diamati dari perilakunya saja, namun juga
harus melihat kesadaran moral seseorang dalam membuat suatu keputusan. Jones 1991 juga menyatakan bahwa pemahaman seseorang terhadap moral dalam
mengambil suatu keputusan etis bergantung pada dirinya sendiri pengalaman, orientasi etika dan komitmen profesional dan situasi nilai etika organisasi.
Trevino 1986 menyatakan bahwa faktor organisasional berpengaruh terhadap perilaku etis seseorang. Seseorang memiliki alasan untuk melakukan
suatu tindakan yang dianggap benar berdasarkan komitmen dan melihat hal tersebut sebagai dasar mengevaluasi suatu aturan Velasques, 2005.
21
2.1.7. Manajemen Laba