Prinsip Rasionalitas Landasan Teoritis

23 kebiasaan, dan undang- undang. Dengan kata lain, setiap perjanjian dilengkapi dengan aturan yang terdapat dalam undang-undang, adat kebiasaan. Sedangkan kewajiban-kewajiban yang diharuskan oleh keputusan norma kepatutan juga harus diindahkan. Dalam Pasal 1339 BW inilah,dapat diketahui bahwa kepatutan dan adat kebiasaan ditunjuk sebagai norma di samping undang-undang yang ikut berperan dalam menentukan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Kepatutan dalam perjanjian berkaitan dengan kesesuaian dan keselarasan antara perjanjian dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Kepatutan dengan acuan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan pula dengan prinsip itikad baik dan prinsip kehati-hatian. Itikad baik dalam pengertian yang sangat subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang, yaitu apa yang terletak pada seseorang pada waktu diadakan perbuatan hukum. Sedangkan itikad baik dalam pengertian obyektif yaitu bahwa pelaksanaan suatu perjanjian itu harus didasarkan pada norma kepatutan atau apa-apa yang dirasa sesuai dengan yang patut dalam masyarakat. 29 Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan dalam perjanjian terdapat asas kekuatan mengikat, yaitu terikatnya para pihak pada perjanjian tidak terbatas pada hal yang diperjanjikan, akan tetapi juga terhadap unsur-unsur lain sepanjang sesuai dengan kebiasaan dan kepatutan serta moral.

1.5.1.4 Prinsip Rasionalitas

Prinsip rasionalitas pertama kali diperkenalkan oleh John Rawl. Rawls menawarkan suatu penyelesaian terkait dengan problematika keadilan dengan 29 Purwahid Patrik, 2006, Asas lktikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, hal. 36. 24 membangun teori keadilan berbasis kontrak. 30 Menurutnya suatu teori keadilan yang memadai harus dibentuk dengan pendekatan kontrak, dimana asas-asas keadilan yang dipilih merupakan hasil kesepakatan bersama dari semua individu yang bebas rasional dan sederajat. Hanya melalui pendekatan kontrak sebuah teori keadilan mampu menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara adil bagi semua orang. Oleh karenanya dengan tegas Rawls menyatakan, suatu konsep keadilan yang baik haruslah bersifat kontraktual. Setiap konsep keadilan yang tidak berbasis kontraktual harus dikesampingkan demi kepentingan keadilan itu sendiri. Dalam konteks ini Rawls menyebut “justice as fairness” yang ditandai dengan adanya prinsip rasionalitas, kebebasan dan kesamaan. 31 Oleh karena itu diperlukan prinsip-prinsip keadilan yang lebih mengutamakan asas hak daripada asas manfaat. Prinsip keadilan distributif dirumuskan oleh Rawls, sebagai berikut: 32 a. The greatest equal principle, bahwa setiap orang harus memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orang. Ini merupakan hak yang paling mendasar hak asasi yang harus dimiliki setiap orang. Dengan kata lain, hanya dengan adanya jaminan kebebasan yang sama bagi semua orang maka keadilan akan terwujud prinsip kesamaan hak. b. Prinsip ketidaksamaan, yang menyatakan bahwa situasi perbedaan sosial ekonomi harus diberikan aturan sedemikian rupa sehingga paling menguntungkan golongan masyarakat yang paling lemah paling tidak 30 Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 40. 31 Ibid. 32 Ibid. 25 mendapat peluang untuk mencapai prospek kesejahteraan, pendapatan dan prioritas. Rumusan prinsip kedua ini sesungguhnya merupakan gabungan dari dua prinsip, yaitu prinsip perbedaan the different principle dan prinsip persamaan yang adil atas kesempatan the principle of fair equality of opportunity. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakn bahwa keadilan hanya dapat dicapai apabila pelaksanaan hak dan kewajiban antara masing-masing bank tersebut di atas dengan debitur telah didistribusikan secara adil. Tanpa keadilan maka hubungan antara para pihak dalam perjanjian kredit tidak akan memenuhi konsep justice as fairness yang ditandai oleh prinsip rasionalitas, kebebasan dan kesamaan.

1.5.1.5 Konsep Jual Beli