46 sekunder, seperti kamus hukum,
67
Surat kabar, majalah mingguan, bulletin dan  internet  juga  dapat  menjadi  bahan  bagi  penelitian  ini  sepanjang
memuat  informasi  yang  relevan  dengan  objek  kajian  penelitian  hukum ini.
68
1.6.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Dalam  pengumpulan  bahan  hukum  ini  harus  ditegaskan  permasalahan mengenai  jenis,  sifat  dan  kategori  data  serta  perlakuan  terhadap  data  yang
dikumpulkan. Tujuannya agar pengumpulan data dan penganalisaan terhadap data dapat sesuai dengan tujuan dari penelitian.
Teknik  pengumpulan  bahan  hukum  yang  akan  digunakan  adalah  studi pustaka atau studi dokumen yaitu mengumpulkan data sekunder mengenai obyek
penelitian  yang  berupa  bahan-bahan  hukum  bersifat  normative-perspektif, dilakukan dengan cara penelusuran, pengumpulan data sekunder  mengenai objek
penelitian,  baik  secara  konvensional  maupun  dengan  menggunakan  teknologi informasi seperti internet, dan lain-lain.
1.6.5 Teknik Analisis Bahan Hukum
Di  dalam  penelitian  hukum  normatif  yang  dianalisis  bukanlah  data, melainkan  melalui  bahan  hukum  seperti  tersebut  di  atas.  Dengan  demikian,  erat
kaitannya  antara  metode  analisis  dengan  pendekatan  masalah.  Analisis  bahan hukum  yang  berhasil  dikumpulkan  dalam  penelitian  ini  akan  dilakukan  secara
67
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001. Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. hal. 14-15.
68
Jay  A.  Sieglar  dan  Benyamin  R.  Beede,  2007.  The  Legal  Souyrces  of  Public  Policy, Lexington Books, Massachussets, Toronto, hal. 23.
47 deskriptif,  interpretatif,  evaluatif  dan  argumentatif,  yang  diterangkan  sebagai
berikut: 1.
Teknik deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran secara mendalam mengenai perumusan tindak pidana dan sanksi
pidananya. 2.
Teknik Interpretatif berupa penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum  seperti  penafsiran  historis,  sistematis,  dan  lain-lain.  Selanjutnya
bahan  Hukum  tersebut  dianalisis  dengan  menggunakan  teknik  evaluatif ,sistematis dan argumentatif.
3. Teknik  evaluatif  yaitu  memberikan  penilaian  terhadap  suatu  pandangan,
proporsi, pernyataan, rumusan norma, keputusan, baik yang tertera dalam baik dalam hukum primer maupun dalam hukum sekunder.
4. Teknik  Sistematif  berupaya  mencari  kaitan  rumus  suatu  konsep  hukum
atau  konsep  hukum  antara  perundang-undangan  yang  sederajat  maupun tidak sederajat.
5. Teknik  Argumentatif  tidak  bisa  dilepaskan  dari  teknik  evaluasi  karena
penilaian  harus  didasarkan  pada  alasan-alasan  yang  bersifat  penalaran hukum.
69
69
Buku Pedoman, 2008, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, Program Studi Magister Hukum Universitas Udayana, hal. 14.
48
BAB II TINJAUAN UMUM ASAS ITIKAD BAIK DAN PENGATURANNYA
2.1 Pemikiran Filsafat tentang Itikad Baik
Immanuel  Kant,  seorang  ahli  filsafat  Jerman  1724-1820  berpendapat bahwa sesuatu itu yang secara absolut baik, adalah keinginan baik good will itu
sendiri.  Jadi  jelas,  dalam  hal  ini  pertanyaannya  adalah  “bagaimana  dapat diidentifikasi  keinginan  baik  tersebut?”  Kant  menjawabnya  dengan  mengatakan
bahwa ada hukum moral yang rasional, yang bisa diidentifikasi berdasarkan akal. Menurut  Kant,  hukum  moral  semata-mata  merupakan  usaha  intelektual  untuk
menemukannya,  dengan  kata  lain  tidak  diciptakannya.  Teoritisi  hukum  memiliki perbedaan  pendekatan  yang  berbeda  dalam  mengalisis  hukum,  keadilan  dan
moral.  Ada  yang  mendukung  hubungan  hukum,  keadilan  dan  moral,  ada  yang memisahkannya,  tergantung  kepada  kepercayaan  dan  nilai  masing-masing
individu,
70
atau  dengan  perkataan  lain,  pembahasan  tentang  bahasa  moral mengenai yang salah dan benar.
Pertanyaan yang lebih spesifik adalah kapan bisa berdebat masalah moral sama  dengan  berdebat  tentang  fakta,  dimana  yang  pertama  hanyalah  masalah
pendapat. Ini adalah pertanyaan yang besar dimana para philosof menganggapnya sebagai bagian dari filsafat yang dikenal sebagai etika ethics yang menawarkan
banyak  jawaban.  Argumen  berdasarkan  kewajiban,  yang  dalam  kamus  filsafat sebagai  argumen  deontological  dapat  dibagi  kedalam  yang  berdasarkan  agama
dan berdasarkan bukan agama.
70
Ridwan Khairandy, 2004, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Pascasarjana UI, Jakarta, hal. 130-133. selanjutnya disebut Ridwan Khairandy III.