DAYA RACUN MINYAK BIJI JARAK (Jatropa curcas L.) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

(1)

ABSTRAK

DAYA RACUN MINYAK BIJI JARAK (Jatropa curcas L.) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

Oleh WIDIANTORO

Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama daun yang penting dan mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai, kacang tanah, kubis, ubi jalar, tebu, dan tanaman herba lainnya. Salah satu alternatif pengendalian hama yang aman terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia adalah dengan memanfaatkan bahan-bahan alami dari tumbuhan sebagai pestisida nabati. Minyak biji jarak merupakan sumber yang potensial sebagai pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya racun minyak biji jarak (Jatropa curcas) terhadap hama ulat grayak (S. litura).Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas enam perlakuan dengan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol, aplikasi minyak jarak konsentrasi 10, 15, 20, 25, dan 30 ml/l air. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% kemudian dilakukan analisis probit untuk menentukan LC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak minyak jarak (J. curcas) dapat menyebabkan mortalitas ulat grayak (S. litura), mortalitas tertinggi terdapat pada konsentrasi 30 ml/l yaitu sebesar 84%. Selain itu ekstrak minyak biji jarak ini mengganggu proses pergantian kulit pada larva S. litura dan menyebabkan malabentuk pada pupa dan imago S. litura. Daya racun minyak biji jarak pagar (J. curcas) terhadap mortalitas larva S. litura ditunjukkan dengan nilai LC50 pada 7 hsa ialah sebesar 22.4 ml/l.

Kata kunci :Minyak biji jarak pagar, jarak pagar, Jatropha curcas L., ulat grayak, Spodoptera litura F., pestisida nabati.


(2)

ABSTRACT

TOXICITY OF CASTROL OIL (Jatropa curcas L.) ON ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

By

WIDIANTORO

Cluster caterpillar (Spodoptera litura F.) is one of important leaf pest that have general hostplant such as soybean, nut, cabbage, cassava, and other herbal

plant.One alternative pest control that safe for the environment and human health is by using natural materials from plants as a pesticide. Castrol oil is a potential source for plant pesticide. This study aimed to determine toxicity of castrol oil on S. litura.Research was prepared with randomized complete design with six

treatments and five times replication. The treatments consisted of control, apply castrol oil with consentrations of 10, 15, 20, 25, dan 30 ml/l water.Then were analyzed by analysis of variance followed by least significant difference at the level of 5% and analysis probit to determine LC50. The results showed that application of castrol oil (J. curcas) causes mortality of S. litura. The highest mortality on concentration of 30 ml/l is 84%. Moreover, castrol oil disturbed molting process on S. litura larve and caused malformation on S. litura pupa and S. litura adult. The toxicity of castrol oil(Jatropha curcas L.) on mortality of S. lituralarve was showed at LC50value on 7 days after application is 22.4 ml/l. Key words :Castrol oil, Jatropha curcas L., cluster caterpillar, Spodoptera litura


(3)

11

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Juni sampai September 2011.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hand sprayer, mikropipet, toples, kertas, kuas, gelas ukur, gelas becker, kain sifon, solder, kamera digital, gunting, rota mixer, tabung reaksi dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah Spodoptera litura, aquades, daun talas, minyak jarak, indostick (perekat dan perata).

C. Metode Penelitian

Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas enam perlakuan dengan lima ulangan sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 5 ekor serangga uji. Perlakuan terdiri atas kontrol , konsentrasi minyak biji jarak 10 ml/l, 15 ml/l, 20 ml/l, 25 ml/l dan 30 ml/l air.


(4)

12

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Perbanyakan Serangga S. litura

S. litura dibiakkan dari telur yang didapat dari daun tanaman kedelai di lapang

kemudian dimasukkan ke dalam toples yang berdiameter 24 cm dan tinggi 6 cm yang berisi daun talas sebagai pakan larva. Setelah larva menjadi pupa

dimasukkan ke dalam toples yang berukuran lebih besar dilapisi kertas di bagian dalamnya dan disiapkan kapas yang telah ditetesi madu 60%. Imago tersebut diharapkan akan meletakkan telur pada kertas tersebut.

2. Pembuatan Larutan Pestisida Nabati Minyak Biji Jarak

Minyak mentah jarak diperoleh dari toko yang menjual bahan-bahan kimia dan biang minyak. Pembuatan larutan pestisida nabati minyak biji jarak dengan konsentrasi 10 ml/l yaitu dengan cara mencampurkan 10 ml minyak biji jarak ke dalam 1 liter aquades, lalu ditambahkan 2 ml bahan perata (indostick) kemudian dihomogenkan dengan menggunakan rota mixer. Demikian pula cara yang sama dilakukan untuk membuat larutan pestisida nabati minyak biji jarak dengan konsentrasi 15 ml/l, 20 ml/l, 25 ml/l, dan 30 ml/l air.

3. Aplikasi Larutan Pestisida Nabati Minyak Biji Jarak terhadap S. Litura

Setiap perlakuan diaplikasi dengan menggunakan metode penyemprotan langsung pada serangga uji. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari serangga uji S. Litura instar 2 dan 3 sejumlah 5 ekor. Penyemprotan larva S. Litura dilakukan


(5)

13

dalam suatu wadah yang terbuat dari botol plastik dan kain sipon dengan menggunakan hand sprayer yang sudah dikalibrasi yaitu sebanyak 5 kali semprotan (5 ml). Setelah diaplikasi dengan masing-masing konsentrasi , serangga uji dimasukkan ke dalam stoples plastik dan diberi pakan daun talas segar.

5. Pengamatan Mortalitas S. Litura Setelah Aplikasi

Pengamatan mortalitas dilakukan setiap 24 jam sampai dengan larva kontrol menjadi pupa. Larva yang berhasil menjadi pupa dan imago terus diamati sampai mengalami kematian.

Persentase mortalitas S. litura dihitung dengan menggunakan rumus

% Mortalitas =

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% kemudian dilakukan analisis probit untuk menentukan LC50.


(6)

DAYA RACUN MINYAK BIJI JARAK (Jatropa curcas L.) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera lituraF.)

Oleh WIDIANTORO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG LAMPUNG


(7)

DAYA RACUN MINYAK BIJI JARAK (Jatropa curcas L.) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera lituraF.)

(Skripsi)

Oleh WIDIANTORO

UNIVERSITAS LAMPUNG LAMPUNG


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kerangka Penikiran ... 3

D. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Spodoptera litura ... 5

C. Jarak Pagar ... 7

III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Peneliatian ... 11

B. Alat Dan Bahan ... 11

C. Metode Penelitian ... 11

D. Pelaksaan Penelitian ... 12

1. Perbanyakan Serangga Spodoptera litura ... 12


(9)

3. Aplikasi Larutan Pestisida Nabati Minyak Biji Jarak

terhadap S. Litura ... 13 4. Pengamatan Mortalitas Spodoptera litura ... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mortalitas S. litura pada Berbagai Taraf Konsentrasi Ekstrak

Minyak Biji Jarak (J. curcas) ... 14 B. Daya Racun (LC50) E Ekstrak Minyak Biji Jarak (J. curcas) .. 17

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... ... 19 B. Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

20

DAFTAR PUSTAKA

Borror, D.J., Charles A.T., dan Norman, F.J.1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Hambali, E. dan Haryadi. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodisel. Penebar Swadaya. Jakarta.

Halimah. 2010. Pengaruh Biopestisida Untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodopter litura F. (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotinia tabacum L.) di Rumah Kasa. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara

Isroi. 2007. Minyak Asiri. Tersedia di

http://www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php? id_news= 79dan detail_news=1dan desk_ news=deskripsi. diakses tanggal 20 Agustus 2011.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crop in Indonesia. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. 701 p.

Kardinan, A. 2004. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Tersedia di http://one.indoskripsi.com/node/3090. Diakses tanggal 21 juli 2009. Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan Komponen Teknologi Pengendalian

Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) Pada Tanaman Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian. Tersedia di

www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/ p3274083.pdf. Diakses tanggal 31 juli 2011. Nurholis, M. dan Sumarsih, S. 2011. Jarak Pagar dan Pembuatan Biodisel.

Kanisius. Yogyakarta.

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prihandana, R. dan Hendroko, R. 2006. Petunjuk Budidaya Jarak Pagar. Kanisius. Yogyakarta.

Sarjan, M. 2008. Potensi Pemanfaatan Insektisida Nabati Dalam Pengendalian Hama Pada Budidaya Sayuran Organik. Tersedia di

www.litbang.deptan.go.id/2007/TPH/potensipemanfaatan.doc . Diakses tanggal 21 juli2011.


(11)

21

Syah, A.N, 2006. Biodisel Jarak Pagar:Bahan bakar Alternatif Yang Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sparks, T. dan Sparks, A. 1986. Probit 3.0. Micro Probit.

Tjahjadi, N. 1996. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. Tukimin, S.W., Deciyanto S. dan Elna K. 2010.Pengaruh Minyak Jarak Pagar

(Jatropha curcas )Terhadap Mortalitas, Berat Pupa, Dan Peneluran Hama Jarak Kepyar. Jurnal Littri 16(4), Desember 2010. Hlm. 159 – 164. Tersedia di

http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi

jurnal/Jurnal%202010/Jurnal-Vol16%284%292010/Jur_16%284%29_2010_ Tukimin.pdf. Diakses tanggal 22 Juni 2011.


(12)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : DAYA RACUN MINYAK BIJI JARAK (Jatropa curcas L.) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

Nama Mahasiswa : WIDIANTORO

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614041047

Jurusan : Proteksi Tanaman

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Lestari Wibowo, M.P. Ir. Indriyati

NIP 196208141986102001 NIP 1960101986032004

2. Ketua Jurusan Poteksi Tanaman

Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S. NIP 196406131987031002


(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Lestari Wibowo, M.P. ...

Sekretaris : Ir. Indriyati ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.Sc. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 April 1986 di Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Suyatno dan Ibu Mukini.

Pendidikan sekolah dasar (SD) diselesaikan penulis di SD 4 PT Gunung Madu Plantations (PT GMP) pada tahun 1999 dan Pendidikan Menengah Pertama di SLTP Satya Darma Sudjana PT GMP pada tahun 2003.Selepas SLTP, penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah di SMK Negeri 1 Tulang Bawang Tengah, Jurusan Budidaya Pertanian dan menyelesaikan studi pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterimasebagai Mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB).Pada tahun akademik 2009-2010 penulis melaksanakan Praktik Umum di PT Gunung Madu Plantations (PT GMP) Lampung Tengah, Lampung.


(15)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama daun yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai, kacang tanah, kubis, ubi jalar, tebu, dan tanaman herba lainnya (Tjahjadi, 1996). Larva yang masih muda memakan daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas dan tulang daun. Larva instar lanjut memakan daun dan tulang daun dan kadang-kadang menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau dan menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat (Marwoto dan Suharsono, 2008).

Penanggulangan hama ulat grayak (S. Litura) dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya penggunaan varietas tahan, musuh alami, berbagai teknik

budidaya, dan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida merupakan salah satu teknik pengendalian yang umum dipakai oleh petani. Pestisida yang umumnya dipakai ialah pestisida sintetik. Hal ini karena aplikasi pestisida ini mudah dan hasilnya cepat diketahui. Selain mempunyai dampak positif, ternyata aplikasi pestisida sintetik juga menyebabkan permasalahan yang cukup serius, yaitu


(16)

2

muncul kasus resistensi, pencemaran lingkungan, efek residu dan berkurangnya keanekaragaman hayati (Shinkaji, 1979 dalam Isroi, 2007).

Akibat adanya dampak negatif tersebut maka saat ini diperlukan suatu alternatif pengendalian hama yang mempunyai ciri efektif, tidak menimbulkan residu, ramah terhadap lingkungan, dan mempertimbangkan keanekaragaman hayati. Ciri-ciri positif tersebut terdapat pada pestisida nabati. Kelebihan lainnya dari pestisida nabati ialah degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari, memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan nafsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian. Toksisitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia dan lingkungan , memiliki spektrum pengendalian yang luas dan bersifat selektif. Pestisida nabati dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia dan fitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman serta murah dan mudah dibuat oleh petani (Sarjan, 2008).

Beberapa tumbuhan mengandung bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme penganggu (OPT) (Kardinan, 2004). Jarak (Jatropa curcas L.) merupakan salah satu tanaman yang diduga dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Pada biji jarak terkandung senyawa alkaloida, saponin, dan sejenis protein beracun yang disebut kursin. Bijinya juga mengandung 35-45% minyak lemak. Berbagai ekstrak dari biji dan daun jarak menunjukkan sifat antimoluska, antiserangga, dan antijamur. Selain itu juga terkandung senyawa phorbol ester yang diduga merupakan salah satu racun utamanya (Syah, 2006).


(17)

3

Untuk mengetahui keefektifan ekstrak minyak biji jarak terhadap mortalitas ulat grayak (S. litura), maka perlu dilakukan penelitian ini. Dalam penelitian ini akan

diuji berbagai tingkatan konsentrasi minyak biji jarak (J. curcas). Konsentrasi tersebut berdasarkan pada uji pendahuluan.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya racun minyak biji jarak (J. curcas) terhadap hama ulat grayak (S. litura).

C. Kerangka Pemikiran

Pengendalian S. litura dengan menggunakan pestisida sintetik tidak baik terus dikembangkan karena banyak kelemahannya. Pengendalian yang baik untuk dikembangkan ialah dengan menggunakan pestisida nabati. Beberapa kelebihan pestisida nabati ialah relatif aman terhadap lingkungan, memiliki fitotoksisitas yang rendah dan mudah dibuat oleh petani.

Salah satu tanaman yang diduga dapat digunakan untuk pestisida nabati adalah tanaman jarak (Jatropha curcas L.). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa cursin dan phorbol ester (dari beberapa aksesi J. curcas), terbukti memiliki efektivitas tinggi terhadap mortalitas hama Helicoverpa armigera, Crocidolomia binotalis, Callosobruchus chinensis, Sitophilus zeamays dan Achaea janata L.

Tanaman jarak dapat menyebabkan mortalitas terhadap hama-hama tersebut karena mengandung senyawa cursin dan phorbol ester. Mekanisme kerja senyawa phorbol ester menyerupai juvenil hormon yang mempengaruhi pergantian kulit


(18)

4

serangga. Selain itu juga bijinya mengandung hydrocyanic acid, risinin (suatu alkoloid), dan risin (suatu protein) (Tukimin et al., 2010). Mengingat jarak pagar memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai bahan pestisida nabati, maka perlu terus dikembangkan penelitian tentang hal ini.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Aplikasi minyak biji jarak (J. curcas) dapat menyebabkan mortalitas hama ulat grayak (S. litura.)

2. Semakin tinggi tingkat konsentrasi minyak biji jarak (J. curcas) maka mortalitas hama ulat grayak (S. litura.) semakin tinggi pula.


(19)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Daya Racun Minyak Biji Jarak (Jatropa curcas L. terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)”. Dalam kesempatan ini, penulis inginmengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semuapihak yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan hingga skripsi ini selesai,diantaranya:

1.Bapak (Suyatno) , Ibu (Mukini) dan adikku (Dwi Antika) tercinta yang selalu mendo`akan dengan penuh harapan dan memberikan kasih sayang setulus hati serta restunya kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.

2. Ibu. Ir. Lestari Wibowo, M.P. selaku pembimbing utama atas gagasan, bimbingan, petunjuk, arahan, semangat, dan nasihat yang sangat bermanfaat bagi penyusunan skripsi ini hingga selesai.

3. Ibu Ir. Indriyati selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, kritik, ilmu, dan nasehat hingga penulisan skripsi ini selesai.

4.Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.Sc. selaku pembahas yang telah memberikan kesediaan, atas saran dan kritik yang membangun demi perbaikan

karya ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S. Selaku Ketua Jurusan Proteksi Tanaman Universitas Lampung serta Pembimbing Akademik (Ir.Nur Yasin, M.Si.) yang


(20)

senantiasa memberikan pengarahan, kritik, saran, ilmu, arahan, dan nasehat yang bersifat membangun kepada penulis.

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Seluruh Dosen Jurusan Proteksi Tanaman khususnya, dan Universitas

Lampung umumnya yang telah membimbing penulis dalam hal pembelajaran di Universitas Lampung.

8. Ivayani S.P. yang tidak lelah memberi dukungan maupun do’a semogakebersamaan yang terjalin menjadi bingkai yang terindah.

9. Teman-teman terbaikku HPT ’06 yang begitu berharga bagi penulis (Kristina S.P., Candra,S.P., Heni, S.P., Bezi, S.P., Slamet, S.P., Deni, S.P., Nanda, S.P., Agung, Arif, Wahyu, Agis, Wayan, S.P., Katrin, S.P., Novi, S.P., Welfa, S.P., Mimin, S.P., Tria, S.P., Riska, S.P., Echa, S.P., Darwin, Valen, S.P., dan Zaza, S.P.) terimakasih atas keceriaan, dukungan, semangat dan doa serta

kebersamaannya selama ini.

10. Keluarga Besar HPT ’04(Lulus, S.P., Yapto, S.P., Febriansyah, S.P., Silva,

S.P., Mahfud, S.P.), HPT ’05 (Aryo, S.P., Puji, S.P., Etika, S.P., Novi, S.P., Siska, S.P., David, S.P.), HPT ’07 (Parman, Badrus, Anto) dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

Bandar Lampung, Februari 2012


(21)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Spodoptera litura F.

Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Lepidoptera Famili : Noctuidae Genus : Spodoptera

Spesies : Spodoptera litura F

Ulat grayak (S. litura) mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Telur

berbentuk hampir bulat dengan bagian dasar melekat pada daun (kadang-kadang tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuningan, diletakkan berkelompok

masing-masing 25−500 butir. Telur diletakkan pada bagian daun atau bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman inang maupun bukan inang. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina dan berwarna kuning kecoklatan. Larva yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok. Beberapa hari setelah menetas (bergantung ketersediaan makanan), larva


(22)

6

menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya (Marwoto dan

Suharsono, 2008).

Larva mempunyai warna yang bervariasi, memiliki kalung (bulan sabit) berwarna hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Pada siang hari, larva bersembunyi di dalam tanah

atau tempat yang lembab dan menyerang tanaman pada malam hari atau pada intensitas cahaya matahari yang rendah. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Pada umur 2 minggu, panjang larva sekitar 5 cm. Pupa berada di dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara 30−60 hari, lama stadium telur 2−4 hari. Stadium larva

terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 20−46 hari. Lama stadium pupa 8−11 hari (Pracaya, 2007) .

Ulat grayak (S. litura) menyerang pada fase larva. Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat (Borror et.al., 1992).


(23)

7

B. Jarak Pagar

Jarak pagar (J. curcas) adalah tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah. Di beberapa negara, jarak pagar disebut physic nut dan purging nut (Inggris), fagiola d’India (Italia), dan di India dikenal dengan nama lokal

kananaeranda. Di Indonesia, jarak pagar memiliki berbagai nama daerah seperti

nawaih nawas (Aceh), jirak (Sumatra Barat), jarak kosta, jarak budge, dan kalake

pagar (Sunda), jarak gundul, jarak cina (Jawa), serta balacai (Manado)

(Prihandana dan Hendroko, 2006).

Klasifikasi jarak pagar sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas L.

Tanaman ini berupa perdu dengan tinggi 1-7 m dan memiliki percabangan tidak tertentu. Batang berkayu, berbentuk silindris, dan bila terluka mengeluarkan getah. Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan stek. Dari biji yang berkecambah akan tumbuh lima akar, yakni sebuah akar tunggang dan empat akar cabang. Sementara itu, bibit yang berasal dari stek tidak mempunyai akar tunggang (Prihandana dan Hendroko, 2006)


(24)

8

Daun tamanan jarak adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut tiga atau lima. Helai daunnya bertoreh, berlekuk, dan ujungnya meruncing dengan tulang daun menjari. Bunganya bertipe majemuk dan berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan, dan berumah satu (putik dan benang sari dalam satu tanaman) (Hambali dan Haryadi, 2006).

Buah tanaman jarak pagar berupa buah kotak dan berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4 cm. Buah berwarna hijau ketika muda serta abu-abu kecoklatan atau kehitaman ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi tiga ruang, masing-masing ruang berisi satu biji sehingga dalam setiap buah terdeapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna coklat kehitaman. Biji mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30-50 % dan mengandung toksin sehingga tidak dapat dimakan (Hambali dan Haryadi, 2006).

Tanaman jarak pagar (J. curcas) merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan sebagai biodiesel. Hambali dan Haryadi. (2006) mengungkapkan bahwa minyak yang dihasilkan tanaman jarak pagar ini merupakan salah satu minyak nabati yang tidak dimanfaatkan sebagai minyak makan (edible oil), seperti minyak kelapa sawit, sehingga penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan energi tidak akan mengganggu kebutuhan lainnya.

Selain dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, tanaman jarak pagar ternyata memiliki berbagai keunggulan lain yang belum banyak dimanfaatkan, misalnya sebagai bahan obat tradisional, sumber pupuk, pakan ternak, dan sumber pestisida nabati yang mampu mengendalikan beberapa jenis hama dan penyakit. (Syah, 2006). Biji jarak pagar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sabun,


(25)

9

bahan baku pestisida botani, fungisida, dan molluskasida. Di bidang kedokteran biji jarak pagar telah diteliti sebagai obat anti kanker (Juan, 2003 dalam Tukimin et.al., 2010).

Di Indonesia pemanfaatan minyak biji jarak pagar sebagai insektisida botani belum banyak diteliti. Tukimin (2010) mengungkapkan bahwa cursin dan phorbol ester (dari beberapa aksesi J. curcas), terbukti memiliki efektivitas tinggi terhadap

mortalitas hama Helicoverpa armigera, Crocidolomia binotalis dan Achaea janata L. Pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai insektisida botani perlu

dikembangkan. Bahan yang diketahui bersifat toksik terhadap serangga adalah senyawa yang mekanisme kerjanya menyerupai juvenil hormon yang

mempengaruhi pergantian kulit serangga. Selain terdapat kandungan yang bersifat phytotoxin (toxalbumin) yang terutama terdapat pada biji dan buah, diduga bijinya mengandung hydrocyanic acid, risinin (suatu alkoloid), dan risin (suatu protein) (Hambali dan Haryadi 2006)).

Proses awal dari produksi biodiesel adalah pembuatan minyak mentah biji jarak dengan cara membersihkan biji jarak dari kotoran yang dicuci secara manual atau masinal (dengan mesin). Pembuatan minyak mentah jarak adalah dengan

memisahkan minyak dengan kandungan senyawa lain dalam daging biji atau inti biji dengan cara pengepresan. Biji kering dibersihkan dari kulit buah dan kotoran lain. Kemudian biji dipecahkan lalu dipisahkan antara kulit biji (cangkang) dengan daging biji (inti biji). Daging biji dilumatkan menggunakan alat

penumbuk atau grinder. Agar diperoleh minyak jarak pagar, daging biji yang telah dilumatkan kemudian diperas menggunakan alat pres atau alat ekspeler yang


(26)

10

dilengkapi filter press. Setelah itu minyak yang terkumpul disaring untuk menghilangkan padatan yang masih tercampur sehingga menghasilkan minyak jarak mentah (Jatropha curcas L.) (Nurcholis dan Sumarsih, 2011).

Gambar 1. Skema pembuatan ekstrak biji jarak pagar (Nurcholis dan Sumarsih, 2011)


(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Spodoptera litura F.

Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Lepidoptera Famili : Noctuidae Genus : Spodoptera

Spesies : Spodoptera litura F

Ulat grayak (S. litura) mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian dasar melekat pada daun (kadang-kadang tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuningan, diletakkan berkelompok masing-masing 25−500 butir. Telur diletakkan pada bagian daun atau bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman inang maupun bukan inang. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina dan berwarna kuning kecoklatan. Larva yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok. Beberapa hari setelah menetas (bergantung ketersediaan makanan), larva


(2)

menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya (Marwoto dan Suharsono, 2008).

Larva mempunyai warna yang bervariasi, memiliki kalung (bulan sabit) berwarna hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Pada siang hari, larva bersembunyi di dalam tanah

atau tempat yang lembab dan menyerang tanaman pada malam hari atau pada intensitas cahaya matahari yang rendah. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Pada umur 2 minggu, panjang larva sekitar 5 cm. Pupa berada di dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara 30−60 hari, lama stadium telur 2−4 hari. Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 20−46 hari. Lama stadium pupa 8−11 hari (Pracaya, 2007) .

Ulat grayak (S. litura) menyerang pada fase larva. Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat (Borror et.al., 1992).


(3)

B. Jarak Pagar

Jarak pagar (J. curcas) adalah tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah. Di beberapa negara, jarak pagar disebut physic nut dan purging nut (Inggris), fagiola d’India (Italia), dan di India dikenal dengan nama lokal

kananaeranda. Di Indonesia, jarak pagar memiliki berbagai nama daerah seperti nawaih nawas (Aceh), jirak (Sumatra Barat), jarak kosta, jarak budge, dan kalake pagar (Sunda), jarak gundul, jarak cina (Jawa), serta balacai (Manado)

(Prihandana dan Hendroko, 2006).

Klasifikasi jarak pagar sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas L.

Tanaman ini berupa perdu dengan tinggi 1-7 m dan memiliki percabangan tidak tertentu. Batang berkayu, berbentuk silindris, dan bila terluka mengeluarkan getah. Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan stek. Dari biji yang berkecambah akan tumbuh lima akar, yakni sebuah akar tunggang dan empat akar cabang. Sementara itu, bibit yang berasal dari stek tidak mempunyai akar tunggang (Prihandana dan Hendroko, 2006)


(4)

Daun tamanan jarak adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut tiga atau lima. Helai daunnya bertoreh, berlekuk, dan ujungnya meruncing dengan tulang daun menjari. Bunganya bertipe majemuk dan berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan, dan berumah satu (putik dan benang sari dalam satu tanaman) (Hambali dan Haryadi, 2006).

Buah tanaman jarak pagar berupa buah kotak dan berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4 cm. Buah berwarna hijau ketika muda serta abu-abu kecoklatan atau kehitaman ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi tiga ruang, masing-masing ruang berisi satu biji sehingga dalam setiap buah terdeapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna coklat kehitaman. Biji mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30-50 % dan mengandung toksin sehingga tidak dapat dimakan (Hambali dan Haryadi, 2006).

Tanaman jarak pagar (J. curcas) merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan sebagai biodiesel. Hambali dan Haryadi. (2006) mengungkapkan bahwa minyak yang dihasilkan tanaman jarak pagar ini merupakan salah satu minyak nabati yang tidak dimanfaatkan sebagai minyak makan (edible oil), seperti minyak kelapa sawit, sehingga penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan energi tidak akan mengganggu kebutuhan lainnya.

Selain dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, tanaman jarak pagar ternyata memiliki berbagai keunggulan lain yang belum banyak dimanfaatkan, misalnya sebagai bahan obat tradisional, sumber pupuk, pakan ternak, dan sumber pestisida nabati yang mampu mengendalikan beberapa jenis hama dan penyakit. (Syah, 2006). Biji jarak pagar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sabun,


(5)

bahan baku pestisida botani, fungisida, dan molluskasida. Di bidang kedokteran biji jarak pagar telah diteliti sebagai obat anti kanker (Juan, 2003 dalam Tukimin et.al., 2010).

Di Indonesia pemanfaatan minyak biji jarak pagar sebagai insektisida botani belum banyak diteliti. Tukimin (2010) mengungkapkan bahwa cursin dan phorbol ester (dari beberapa aksesi J. curcas), terbukti memiliki efektivitas tinggi terhadap mortalitas hama Helicoverpa armigera, Crocidolomia binotalis dan Achaea janata L. Pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai insektisida botani perlu dikembangkan. Bahan yang diketahui bersifat toksik terhadap serangga adalah senyawa yang mekanisme kerjanya menyerupai juvenil hormon yang

mempengaruhi pergantian kulit serangga. Selain terdapat kandungan yang bersifat phytotoxin (toxalbumin) yang terutama terdapat pada biji dan buah, diduga bijinya mengandung hydrocyanic acid, risinin (suatu alkoloid), dan risin (suatu protein) (Hambali dan Haryadi 2006)).

Proses awal dari produksi biodiesel adalah pembuatan minyak mentah biji jarak dengan cara membersihkan biji jarak dari kotoran yang dicuci secara manual atau masinal (dengan mesin). Pembuatan minyak mentah jarak adalah dengan

memisahkan minyak dengan kandungan senyawa lain dalam daging biji atau inti biji dengan cara pengepresan. Biji kering dibersihkan dari kulit buah dan kotoran lain. Kemudian biji dipecahkan lalu dipisahkan antara kulit biji (cangkang) dengan daging biji (inti biji). Daging biji dilumatkan menggunakan alat

penumbuk atau grinder. Agar diperoleh minyak jarak pagar, daging biji yang telah dilumatkan kemudian diperas menggunakan alat pres atau alat ekspeler yang


(6)

dilengkapi filter press. Setelah itu minyak yang terkumpul disaring untuk menghilangkan padatan yang masih tercampur sehingga menghasilkan minyak jarak mentah (Jatropha curcas L.) (Nurcholis dan Sumarsih, 2011).

Gambar 1. Skema pembuatan ekstrak biji jarak pagar (Nurcholis dan Sumarsih, 2011)


Dokumen yang terkait

Kemampuan memangsa Rhynocoris fuscipes F. (Hemiptera : Reduviidae) terhadap Larva A Erionota thrax L. (Lepidoptera : Hesperiidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera : Noctuidae)di Laboratorium

4 77 57

Pengaruh Beberapa Insektisida Terhadap Hama Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidea) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril.) di Lapangan

3 76 57

Kemampuan Memangsa Rhynocoris Fuscipes F. (Hemiptera:Reduviidae) Terhadap Larva Erionota Thrax L. (Lepidoptera:Hesperiidae) Dan Spodoptera Litura F. (Lepidoptera : Noctuidae) Di Laboratorium

1 56 57

Uji Efektivitas Granulosis Virus (Gv) Terhadap Ulat Grayak Spodoptera spp. (Lepidoptera: Noctuldae) Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Lapangan

1 61 69

Pengaruh Biopestisida Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) Di Rumah Kasa

0 42 47

Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.)

2 34 58

Efektivitas Beauveria Bassiana (Bals.) Vuill Terhadap Spodoptera litura F (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit

0 47 43

Patogenisitas Beauveria Bassiana Pada Spodoptera Litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit

2 66 42

APLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK (Ricinus communis L.) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA PENGHISAP POLONG DAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) PADA TANAMAN KEDELAI

0 3 14

APLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK (Ricinus communis L.) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA PENGHISAP POLONG DAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) PADA TANAMAN KEDELAI

0 3 14