Pengaruh Beberapa Insektisida Terhadap Hama Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidea) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril.) di Lapangan

(1)

PENGARUH BEBERAPA INSEKTISIDA TERHADAP Lamprosema indicata F. (Lepidoptera : Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera :

Noctuidea) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril.)

DI LAPANGAN

SKRIPSI

Oleh:

ROTUA MARYANCE GULTOM 090301193/ AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(2)

PENGARUH BEBERAPA INSEKTISIDA TERHADAP Lamprosema indicata F. (Lepidoptera : Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera :

Noctuidea) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril.)

DI LAPANGAN SKRIPSI

Oleh:

ROTUA MARYANCE GULTOM 090301193/ AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing:

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP) Ketua Anggota

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN


(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Beberapa Insektisida Terhadap Hama Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidea) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril.) di Lapangan

Nama : Rotua Maryance Gultom

Nim : 090301193

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Hama dan Penyakit Tanaman

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(Ir. T. Sabrina, M. Agr, Sc, Ph. D) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(4)

ABSTRACT

Rotua Maryance Gultom, “The Influence of Distribution various Insecticide Concerned Soybean (Glycine max (L) Merril.) Pest Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) and Spodoptera litura F. (Lepidoptera:

Noctuidea) in the field”, supervised by Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS. and Ir. Lahmuddin Lubis, MP. The objectives of the research were to study the effect

of some Insecticide Concerned Soybean (Glycine max (L) Merril.) pest Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidea). The research was held at Telaga Sari Village, Development Tanjung Morawa, Medan, North Sumatera from Juny until August 2013. The method used Non Factorial Randomized Group Design, consist of 3 repetable and 7 treatments that is control, papaya seed, indian mulberry seed seed, mahogany seed, Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana, and dimetoat.

The results showed that the dimetoat insectiside effectived to controlled L. indicata F. but didnt effecttived for S. litura F., the insectiside papaya seed and indian mulberry seed showed better tendency to controlled L. indicata F. the insectiside mahogany seed showed better tendency to controlled S. litura F. The highest production is dimetoat (1.49 Ton/Ha) and the lowest is mahogany seed (1.22 Ton/Ha).


(5)

ABSTRAK

Rotua Maryance Gultom, “Pengaruh Beberapa Insektisida Terhadap Hama Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidea) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril.) di

Lapangan”, di bawah bimbingan Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS. dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis

insektisida yang efektif terhadap hama Lamprosema indicata F. dan Spodoptera litura F. pada tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril.). Penelitian dilakukan di desa Telaga Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara pada bulan Juli sampai Agustus 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial, terdiri dari 3 ulangan dan 7 perlakuan yaitu kontrol, biji pepaya, biji mengkudu, biji mahoni, Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana, dan dimetoat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa insektisida dimetoat efektif mengendalikan L. indicata F. tetapi tidak efektif untuk S. litura F., insektisida botani biji pepaya dan mengkudu menunjukkan kecenderungan yang lebih baik dalam mengendalikan L. indicata F., insektisida biji mahoni menunjukkan kecenderungan yang lebih baik dalam mengendalikan S. litura F., dan produksi tertinggi pada perlakuan Dimetoat (1,49 Ton/Ha) dan terendah adalah pada perlakuan biji mahoni (1,22 Ton/Ha).


(6)

RIWAYAT HIDUP

Rotua Maryance Gultom, dilahirkan di Sibolga, Sumatera Utara, pada tanggal 03 Oktober 1991 dari pasangan Bapak M. Gultom dan Ibu J. Sitinjak. Penulis merupakan anak ke-1 dari 4 bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh :

- Lulus dari Sekolah Dasar RK No.4 Sibolga pada tahun 2003.

- Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Fatima 1 Sibolga, pada tahun 2006. - Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sibolga pada tahun 2009.

- Pada tahun 2009 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, Program Studi Agroekoteknologi melalui jalur SNMPTN.

Pendidikan informal yang pernah ditempuh diantaranya :

- Tahun 2009-2010 aktif dalam kegiatan UKM FP USU, Medan.

- Tahun 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PPKS Marihat, Pematang Siantar , Sumatera Utara.

- Penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK).

- Sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Hama Dan Penyakit Tanaman (IMAPTAN).

- Mengikuti Seminar Pertanian 2011 Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional Pada Tahun 2011.

- Mengikuti Seminar Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Pada Tahun 2011.


(7)

- Tahun 2013 menjadi Asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman, di Fakultas Pertanian USU, Medan.

- Melaksanakan Penelitian di desa Telaga Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara pada bulan Juli sampai Agustus 2013.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Beberapa Insektisida Terhadap

Hama Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidea) pada Tanaman Kedelai

(Glycine max (L) Merril.) di Lapangan” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Komisi Pembimbing Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS. selaku Ketua dan

Ir. Lahmuddin Lubis, MP. sebagai Anggota, yang telah membimbing dan memberikan kritik dan saran berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang berguna bagi semua orang.

Medan, Januari 2014


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae) ... 4

Biologi ... 4

Gejala Serangan ... 6

Ulat Penggulung Daun (Lamprosema indicata F.) (Lepidoptera: Pyralidae) .. 7

Biologi ... 7

Gejala Serangan ... 9

Pengendalian ... 10

Insektisida Botani ... 10

Biji Pepaya ... 11

Biji Mengkudu ... 12

Biji Mahoni ... 12

Insektisida Hayati ... 13

Bacillus thuringiensis ... 13

Beauveria bassiana ... 14

Insektisida Kimia ... 14


(10)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Metode Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Persiapan Lahan ... 18

Pemupukan ... 18

Penanaman ... 19

Pemeliharaan Tanaman ... 19

Pembuatan Insektisida Botani ... 19

Larutan Biji Pepaya ... 19

Larutan Biji Mengkudu ... 20

Larutan Biji Mahoni ... 20

Aplikasi Insektisida ... 20

Panen ... 21

Peubah Amatan ... 21

Persentase Serangan Lamprosema indicata F. ... 21

Persentase Serangan Spodoptera litura F. ... 22

Produksi ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Serangan Lamprosema indicata F. (%) ... 23

Persentase Serangan Spodoptera litura F. (%) ... 24

Produksi (Ton/Ha) ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hlm

Tabel 1. Pengaruh jenis insektisida terhadap persentase serangan Lamprosema indicata F. ... 23 Tabel 2. Pengaruh jenis insektisida terhadap persentase serangan

Spodoptera litura F. ... 25 Tabel 3. Pengaruh jenis insektisida terhadap Produksi Tanaman Kedelai


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hlm

1. Telur S.litura F. ... 4

2. Larva S.litura F. ... 5

3. Pupa S.litura F. ... 5

4. Imago S.litura F. ... 6

5. Gejala Serangan S.litura F. ... 7

6. Telur L. indicata F. ... 8

7. Larva L. indicata F ... 8

8. Pupa L. indicata F ... 9

9. Imago L. indicata F ... 9

10. Gejala Serangan L. indicata F ... 10

11. Biji Pepaya ... 12

12. Biji Mengkudu ... 12


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hlm

1. Lampiran 1. Bagan Penelitian ... 31

2. Lampiran 2. Bagan Plot Sampel Penelitian ... 32

3. Lampiran 3. Deskripsi Kedelai Varietas Grobogan ... 33

4. Lampiran 4. Data Persentase Serangan L. indicata F.23 HST (%) ... 34

5. Lampiran 5. Data Persentase Serangan L. indicata F.33 HST (%) ... 35

6. Lampiran 6. Data Persentase Serangan L. indicata F.43 HST (%) ... 36

7. Lampiran 7. Data Persentase Serangan S. litura F.23 HST (%) ... 37

8. Lampiran 8. Data Persentase Serangan S. litura F.33 HST (%) ... 38

9. Lampiran 9. Data Persentase Serangan S. litura F.43 HST (%) ... 39

10. Lampiran 10. Data Produksi Kedelai (Ton/Ha) ... 40


(14)

ABSTRACT

Rotua Maryance Gultom, “The Influence of Distribution various Insecticide Concerned Soybean (Glycine max (L) Merril.) Pest Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) and Spodoptera litura F. (Lepidoptera:

Noctuidea) in the field”, supervised by Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS. and Ir. Lahmuddin Lubis, MP. The objectives of the research were to study the effect

of some Insecticide Concerned Soybean (Glycine max (L) Merril.) pest Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidea). The research was held at Telaga Sari Village, Development Tanjung Morawa, Medan, North Sumatera from Juny until August 2013. The method used Non Factorial Randomized Group Design, consist of 3 repetable and 7 treatments that is control, papaya seed, indian mulberry seed seed, mahogany seed, Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana, and dimetoat.

The results showed that the dimetoat insectiside effectived to controlled L. indicata F. but didnt effecttived for S. litura F., the insectiside papaya seed and indian mulberry seed showed better tendency to controlled L. indicata F. the insectiside mahogany seed showed better tendency to controlled S. litura F. The highest production is dimetoat (1.49 Ton/Ha) and the lowest is mahogany seed (1.22 Ton/Ha).


(15)

ABSTRAK

Rotua Maryance Gultom, “Pengaruh Beberapa Insektisida Terhadap Hama Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidea) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril.) di

Lapangan”, di bawah bimbingan Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS. dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis

insektisida yang efektif terhadap hama Lamprosema indicata F. dan Spodoptera litura F. pada tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril.). Penelitian dilakukan di desa Telaga Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara pada bulan Juli sampai Agustus 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial, terdiri dari 3 ulangan dan 7 perlakuan yaitu kontrol, biji pepaya, biji mengkudu, biji mahoni, Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana, dan dimetoat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa insektisida dimetoat efektif mengendalikan L. indicata F. tetapi tidak efektif untuk S. litura F., insektisida botani biji pepaya dan mengkudu menunjukkan kecenderungan yang lebih baik dalam mengendalikan L. indicata F., insektisida biji mahoni menunjukkan kecenderungan yang lebih baik dalam mengendalikan S. litura F., dan produksi tertinggi pada perlakuan Dimetoat (1,49 Ton/Ha) dan terendah adalah pada perlakuan biji mahoni (1,22 Ton/Ha).


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras dan jagung, di samping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Kedelai memiliki arti penting sebagai sumber protein nabati untuk peningkatan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi seperti busung lapar (Marwoto, 2007). Dari jumlah kalori yang dibutuhkan rakyat Indonesia, sekitar 20 % diantaranya berasal dari kedelai. Kedelai hasil olahan banyak diperlukan masyarakat serta relatif lebih murah dan mudah dijangkau (Adolpina dan Rugaya, 2008).

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut,

diperlukan pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam (Irwan, 2006).

Produksi kedelai tahun 2011 sebesar 851.286 ton biji kering. Mengalami penurunan sebanyak 55.745 ton biji kering atau sebesar 6,15% dari tahun 2010. Begitu juga dengan produktivitas lahan juga menurun sebanyak 0,36%. Hal ini bertolak belakang dengan luas panen kedelai dari tahun 2011 sebesar 622.254 Ha sedangkan tahun 2010 sebesar 660.823 Ha, mengalami peningkatan sebesar 5,84 % (BPS, 2012).


(17)

Beberapa kendala dalam meningkatkan produksi kedelai adalah kurangnya minat petani dalam bertanam kedelai, produktivitas kedelai yang masih rendah, implementasi inovatif yang sangat lamban, dan kemitraan agribisnis yang belum berkembang. Keempat hal diatas, kendala langsung yang dialami petani adalah serangan hama dan penyakit (Ridhayat, 2012).

Serangan hama Lamprosema indicata F. dan Spodoptera litura F.

menyebabkan daun-daun habis dimakan oleh ulat tersebut, sehingga secara tidak langsung menurunkan jumlah produksi kedelai dalam negeri akibat berkurangnya jumlah daun tanaman kedelai untuk berfotosintesis. Serangan hama dapat menurunkan hasil kedelai sampai 80% (Suharsono, 2011).

Pengendalian hama secara tepat perlu didasari oleh pemahaman perkembangan populasi hama dan musuh alami serta kaitannya dengan fenologi tanaman. Dengan pemahaman ini diharapkan waktu pengendalian dapat lebih tepat dan pemilihan insektisida sesuai hama sasaran, sehingga tidak timbul resistensi, resurgensi, terbunuhnya musuh alami, dan keracunan pada ternak dan bahkan manusia. Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian ini penting diadakan untuk meneliti pengaruh beberapa jenis insektisida terhadap hama-hama ulat daun pada tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril.).

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui jenis insektisida yang efektif terhadap hama Lamprosema indicata F. dan Spodoptera litura F. pada tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril.).


(18)

Hipotesis Penelitian

Jenis insektisida berpengaruh nyata terhadap hama daun Lamprosema indicata F. dan Spodoptera litura F. pada tanaman kedelai

(Glycine max (L) Merril.).

Kegunaan Penelitian

- Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

1. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae) 1.1 Biologi Hama

Klasifikasi hama ulat grayak menurut Kalsoven (1981) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Divisio : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Noctuidae Genus : Spodoptera

Spesies : Spodoptera litura F.

Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500 butir) tertutup bulu seperti beludru (Tenrirawe dan Talanca, 2008). Stadia telur berlangsung selama 3 hari (Rahayu, dkk, 2009).

Gambar. Telur S. litura Sumber


(20)

Setelah 3 hari, telur menetas menjadi larva. Ulat yang keluar dari telur berkelompok dipermukaan daun. Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup berpencar. Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 50 mm (Balitbang, 2006). Masa stadia larva berlangsung selama 15 – 30 hari (Rahayu, dkk, 2009).

Gambar. Larva S. litura Sumber : Foto Langsung

Setelah cukup dewasa, yaitu lebih kurang berumur 2 minggu, ulat mulai berkepompong. Masa pupa berlangsung didalam tanah dan dibungkus dengan tanah (Kalsoven, 1981). Setelah 9-10 hari kepompong akan berubah menjadi ngengat dewasa (Balitbang, 2006).

Gambar. Pupa S. litura Sumber : www.nongyao001.com


(21)

Serangga dewasa berupa ngengat abu-abu, meletakkan telur secara berkelompok. Ukuran tubuh ngengat betina 14 mm sedangkan ngengat jantan 17 mm (Balitbang, 2006). Imago S. litura memiliki umur yang singkat (Kalsoven, 1981).

Gambar. Imago S. litura Sumber : www.tinhdoandongthap.org

1.2 Gejala Serangan

Ulat grayak aktif makan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas dan tulang daun sehingga daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih (Balitbang, 2006). Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa bagian atas epidermis daun, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau (Tenrirawe dan Talanca, 2008).

Selain pada daun, ulat dewasa makan polong muda dan tulang daun muda, sedangkan pada daun yang tua, tulang-tulangnya akan tersisa. Selain menyerang kedelai, ulat grayak juga menyerang jagung, kentang, tembakau, kacang hijau, bayam dan kubis (Balitbang, 2006).


(22)

Gambar. Gejala Serangan S. litura Sumber : Foto Langsung

2. Ulat Penggulung Daun (Lamprosema indicata F.) (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Hama

Klasifikasi hama penggulung daun menurut Kalsoven (1981) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Divisio : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Pyralidae Genus : Lamprosema

Spesies : Lamprosema indicata F.

Ngengat bertelur dibawah permukaan daun. Telur diletakkan secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2-5 telur (Balitbang, 2006). Telur menetas setelah 7-8 hari kemudian (Singh, 1990).


(23)

Gambar. Telur L. indicata Sumber : Foto Langsung

Larva yang keluar dari telur berwarna hijau, licin, transparan dan agak mengkilap. Pada bagian punggung (toraks) terdapat bintik hitam. Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 20 mm (Balitbang, 2006). Stadia larva berlangsung selama 22-28 hari (Singh, 1990).

Gambar. Larva L. indicata Sumber : Foto Langsung

Masa pupa dihabiskan dengan melipat daun dan kadang-kadang jatuh dibawah daun. Namun, instar dua dan instar tiga juga ditemukan didalam gulungan daun. Masa pupa berlangsung selama 5-15 hari (Singh, 1990).


(24)

Gambar. Pupa L. indicata Sumber : www.cnak.net

Ngengat berukuran kecil dan sayapnya berwarna kuning kecoklatan

dengan tiga garis coklat hitam. Panjang rentangan sayap 20 mm (Rahayu, dkk, 2009).

Gambar. Imago L. indicata

Sumber : www.mothphotographersgroup.msstate.edu.

2. Gejala Serangan

Ulat ini menyerang tanaman dengan menggulung daun dengan merekatkan daun yang satu dengan yang lainnya dari sisi dalam dengan zat perekat yang dihasilkannya. Didalam gulungan daun, ulat tersebut memakan daun tanaman sehingga akhirnya tinggal tulang daunnya saja yang tersisa. Bila gulungan dibuka, akan dijumpai ulat atau kotorannya yang berwarna coklat kehitaman. Selain menyerang kedelai, ulat ini juga menyerang kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang, Calopogonium sp. dan kacang tanah (Balitbang, 2006).


(25)

Gambar. Gejala Serangan L. indicata Sumber : Foto Langsung

3. Pengendalian

Untuk mengendalikan hama tersebut, petani umumnya menggunakan insektisida kimia yang intensif (dengan frekuensi dan dosis tinggi). Hal ini mengakibatkan timbulnya dampak negatif seperti gejala resistensi, resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami, meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan dan gangguan kesehatan bagi pengguna. Pengurangan penggunaan pestisida di areal pertanian menuntut tersedianya cara pengendalian lain yang aman dan ramah lingkungan, di antaranya dengan memanfaatkan musuh alami dan penggunaan pestisida nabati (Samsudin, 2008 dalam Rusdy, 2009).

3.1 Insektisida Botani

Penggunaan ekstrak tumbuhan sebagai salah satu sumber insektisida nabati didasarkan atas pemikiran bahwa terdapat mekanisme pertahanan dari tumbuhan. Salah satu senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan yaitu senyawa metabolik sekunder yang bersifat penolak (repellent), penghambat makan (antifeedant/feeding deterrent), penghambat perkembangan dan penghambat peneluran (oviposition repellent/deterrent) dan sebagai bahan kimia yang mematikan serangga dengan cepat (Prijono, 1999 dalam Hasnah dan Nasril, 2009).


(26)

Insektisida nabati dapat dibuat dari bahan tumbuhan yang mengandung bahan aktif insektisida. Insektisida nabati relatif mudah terurai di alam sehingga

tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia dan ternak, karena residunya mudah hilang. Bahan aktif insektisida nabati mampu meracuni hama

hingga 2- 3 hari, tergantung kondisi lapangan dan keadaan cuaca (Taruningkeng, 1992 dalam Santosa, 2009).

3.1.1 Pepaya (Carica papaya L.)

Tanaman pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpaina, psudo

karpaina, glikosid, karposid, saponin, beta karotene, pectin, d-galaktosa, l-arabinosa, papain, papayotimin papain, vitokinose, glucoside cacirin, karpain,

papain, kemokapain, lisosim, lipase, glutamin, dan siklotransferase. Zat ini dapat berfungsi sebagai insektisida, fungisida dan rodentisida serta sebagai penolak makan bagi berbagai jenis ulat, cendawan, mosaik virus, dan embun tepung (Setiawati, dkk, 2008).

Daun pepaya mengandung zat aktif enzim papain, alkaloid, dan glikosid sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Papain adalah enzim hidrolase sistein protease yang ada pada getah tanaman papaya baik di daun, batang maupun buahnya. Getah pepaya mengandung sedikitnya tiga jenis enzim yaitu papain (10%), khimopapain (45%), dan lisozim (20%). Komponen paling aktif dari getah pepaya adalah khimopapain, yaitu enzim yang mampu menggumpalkan susu dan mengempukkan daging (Fachraniah, dkk, 2013).


(27)

Gambar. Biji Pepaya

Sumber : Foto Langsung

3.1.2 Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung minyak atsiri,

alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan antrakuinon. Kandungan lainnya adalah terpenoid, asam askorbat, scolopetin, serotonin, damnacanthal,

resin, glikosida, eugenol dan proxeronin yang berfungsi sebagai racun perut bagi serangga (Bangun dan Sarwono, 2005 dalam Hasnah dan Nasril, 2009).

Gambar. Biji Mengkudu Sumber : Foto Langsung

3.1.3 Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)

Tanaman mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), bahan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah saponin dan flavonoida yang berfungsi sebagai penghambat makan (antifeedant), penghambat perkembangan serangga (growth regulator), dan penolak makan (repellent) (Setiawati, dkk, 2008).


(28)

Gambar. Biji Mahoni Sumber : Foto Langsung

3.2 Insektisida Hayati

Pengendalian hayati seperti pemanfaatan parasitoid, virus, predator dan cendawan patogen mempunyai harapan besar dimasa mendatang untuk menggantikan insektisida karena tidak mempunyai dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan. Cendawan patogen merupakan salah satu komponen

pengendalian yang dapat memberi peluang yang cukup baik (Surtikanti dan Yasin, 2009).

3.2.1 Bacillus thuringiensis

Salah satu keunggulan Bacillus thuringiensis sebagai agens hayati adalah kemampuan menginfeksi serangga hama yang spesifik misalnya untuk mengendalikan serangga hama dari golongan Ordo Lepidoptera, namun diketahui juga mampu menginfeksi ordo yang lain seperti Ordo Diptera dan Coleoptera. Cara kerja bakteri B. thuringiensis adalah kristal bakteri yang berupa matriks protein didalam saluran makanan tengah (mesonteron) tubuh serangga yang rentan akan mengalami hidrolisis. Hasil hidrolisis ini menghasilkan fraksi-fraksi yang lebih kecil yang menyebabkan toksik tehadap dinding saluran makanan. Kerusakan dinding saluran makanan mengakibatkan serangga sakit yang dapat


(29)

3.2.2 Beauveria bassiana

Cendawan entomopatogen yang sudah banyak penggunaannya adalah Beauveria bassiana. Di dalam tubuh serangga hifa berkembang dan masuk ke dalam pembuluh darah. Selain itu B. bassiana mengeluarkan toksin seperti beaurerisin, beauverolit, bassianalit, isorolit dan asam oksalat yang menyebabkan terjadinya kenaikan pH, penggumpalan dan terhentinya peredaran darah serta merusak saluran pencernaan, otot, sistem syaraf dan pernafasan yang pada akhirnya menyebabkan kematian. Gejala serangan pada serangga yang terinfeksi B. bassiana terlihat larva menjadi kurang aktif kemudian kaku dan diikuti oleh perubahan warna tubuh karena dinding tubuhnya sudah ditutupi oleh hifa yang berwarna putih seperti kapas (apabila lingkungan menguntungkan) (Korlina, 2011).

Menurut Fuxa dan Tanada (1987) dalam Susanto, dkk (2006), faktor penting untuk terjadinya infeksi jamur entomopatogen pada serangga adalah populasi jamur entomopatogen, populasi inang dan kondisi lingkungan. Umumnya unit infektif dari jamur adalah spora. Banyaknya inokulum menentukan keberhasilan infeksi jamur. Banyaknya inokulum dinyatakan sebagai banyaknya spora/konidia per satuan volume larutan yang dikenal dengan kerapatan spora.

3.3 Insektisida Kimia

Di Indonesia pada umumnya, pengendalian hama masih banyak menggunakan insektisida sintetik yang dilakukan secara intensif, yang dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif, terutama terbunuhnya musuh alami dan akumulasi residu pestisida (Hasnah, dkk, 2012), sedangkan dari hasil penelitian


(30)

Shahabuddin dan Mahfudz (2010) diketahui bahwa insektisida kimia tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hama Spodoptera exigua.

Timbulnya strain yang tahan terhadap insektisida kimia adalah fenomena yang sering muncul pada serangga yang sering terpapar oleh insektisida kimia. Fenomena ini akan menurunkan keefektifan pengendalian kimiawi. Seperti yang dilaporkan oleh Marwoto dan Bedjo (1996) ketahanan/resistensi S. litura terhadap beberapa golongan insektisida telah ditemukan hampir di seluruh daerah produsen kedelai di Jawa Timur, karena 90% petani yang menggunakan insektisida sejenis dilakukan secara terus menerus dengan takaran yang kurang tepat (Suharsono, 2011).

3.3.1 Dimetoat

Insektisida dimetoat adalah insektisida golongan organofosfat dan bersifat racun kontak. Nama kimia dimetoat adalah O,O-dimetil S-metilcarbomoil metilfosforoditioat dengan rumus molekul C5H12NO3PS2 yang mempunyai bobot molekul 229,2 dan bentuk rumus bangun


(31)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Telaga Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat ± 30 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Awal Juli sampai September 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Grobogan, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl, biji pepaya (Carica papaya L.), biji mengkudu (Morinda citrifolia L.), biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), insektisida Bacillus thuringiensis (Bite), insektisida Beauveria bassiana (Beauverin), insektisida bahan aktif dimetoat, air, polibag dan bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, ember, blender, timbangan, kain saring, meteran, handspreyar, kamera dan pacak, dan alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lapangan dengan metode rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial. Adapun perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut :


(32)

P0 = Kontrol (Tanpa perlakuan) P1 = Larutan biji pepaya 200 g/L air P2 = Larutan biji mengkudu 200 g/L air P3 = Larutan biji mahoni 200 g/L air P4 = B. thuringiensis 1 ml/ L air P5 = B. bassiana 10 gr/L air

P6 = Insektisida bahan aktif Dimetoat 1mL /L air

Dimana rumus mencari ulangan adalah sebagai berikut : (t-1) (r-1) > 15

(7-1) (r-1) > 15 6 (r-1) > 15 6r – 6 > 15

r > 3

Dari hasil percobaan dianalisis sidik ragam rancang acak kelompok (RAK) dengan model linier sebagai berikut:

Y ij = µ + i + βj + εij

Dimana :

Yij : Respon atau nilai pengamatan dari blok ke-i dan ulangan ke-j µ : Nilai tengah umum

�i : Pengaruh perlakuan ke-i

βj : Pengaruh blok ke-j

εijk : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Jumlah perlakuan : 7


(33)

Jarak Tanam : 20 cm x 25 cm

Jumlah plot lahan : 21 plot

Luas tiap plot lahan : 2m x 2m

Luas lahan seluruhnya : 400 m2

Jarak antar plot : 50 cm

Lebar parit keliling : 75 cm

Jumlah tanaman tiap plot : 63 tanaman Jumlah tanaman sampel tiap plot : 8 sampel Jumlah tanaman seluruhnya : 1323 tanaman Jumlah tanaman sampel yang diambil seluruhnya : 168 tanaman

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan

Lahan penelitian seluas 400 m2 dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm – 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit selebar 75 cm dengan kedalaman

50 cm. Selanjutnya, lahan dibuat 3 blok masing-masing blok terdiri dari 7 petakan dengan ukuran 2m x 2m dengan jarak antar petakan 50 cm. Varietas tanaman kedelai yang digunakan adalah varietas Grobogan. Kebutuhan benih yang optimal dengan daya tumbuh lebih dari 90% yaitu 50 – 60 kg/ha. Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 20 cm x 25 cm.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan memberi pupuk TSP sebanyak 200 kg/ha,

KCl 100 kg/ha, dan Urea 50 kg/ha, dikonversikan menjadi TSP 6 gr/tan, KCl 3 gr/tan, dan Urea 1,5 gr/tan. Pupuk disebar secara merata di lahan, atau


(34)

Pemberian pupuk susulan hanya dilakukan pada tanah yang kurang subur saja. Pupuk diberikan dalam larikan di antara barisan tanaman kedelai, selanjutnya ditutup dengan tanah.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 – 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 2-3 biji dan diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh.

Pemeliharaan tanaman

Penyiraman dilakukan pada sore hari atau apabila dalam satu hari tidak turun hujan, tergantung pada kondisi tanah, dimana penyiraman tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering.

Penyemprotan insektisida dilakukan pada tanaman berumur 5 hari setelah tanam, agar terhindar dari serangan hama lalat bibit. Aplikasi insektisida dilakukan pada pagi hari.

Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 10 – 20 hari setelah tanam, dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh menggunakan tangan. Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah.

Pembuatan insektisida botani Larutan biji Pepaya

Diambil biji pepaya dari lapangan, kemudian dicuci dengan air bersih. Ditimbang dengan berat 200 g, lalu diblender. Biji pepaya yang telah diblender


(35)

dicampur dengan 1L air dan dimasukkan ke dalam ember. Direndam selama 24 jam, setelah 24 jam larutan disaring dengan kain halus atau kain kasa. Larutan

yang telah disaring diberi 5 g deterjen terlebih dahulu lalu diaplikasikan (Setiawati, dkk, 2008).

Larutan biji Mengkudu

Diambil biji mengkudu dari lapangan, kemudian dicuci dengan air bersih.

Ditimbang dengan berat 200 g, lalu diblender. Biji mengkudu yang telah diblender dicampur dengan 1L air dan dimasukkan ke dalam ember. Campuran tersebut direndam selama 24 jam, setelah 24 jam larutan disaring

dengan kain halus atau kain kasa. Larutan yang telah disaring diberi 5 g deterjen terlebih dahulu lalu diaplikasikan (Setiawati, dkk, 2008).

Larutan biji Mahoni

Diambil biji mahoni dari lapangan, kemudian dicuci dengan air bersih. Ditimbang dengan berat 200 g, lalu diblender. Biji mahoni yang telah diblender

dicampur dengan 1L air dan dimasukkan ke dalam ember. Direndam selama 24 jam, setelah 24 jam larutan disaring dengan kain halus atau kain kasa. Larutan

yang telah disaring diberi 5 g deterjen terlebih dahulu lalu diaplikasikan (Setiawati, dkk, 2008).

Aplikasi Insektisida

Larutan biji pepaya, biji mengkudu dan biji mahoni yang telah disiap diaplikasikan ke lapangan, dengan waktu aplikasi sebagai berikut :

- Aplikasi I dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam (HST),


(36)

- Aplikasi II dilakukan pada saat tanaman berumur 24 hari setelah tanam (HST),

- Aplikasi III dilakukan pada saat tanaman berumur 34 hari setelah tanam (HST).

Aplikasi insektisida dilakukan dengan menggunakan handspreyer dengan cara disemprotkan pada tanaman sampai seluruh tanaman tersemprot larutan insektisida. Insektisida diaplikasikan pada pagi hari.

Panen

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.

Peubah amatan

Persentase serangan Lamprosema indicata F.

Pengamatan persentase serangan hama mulai dilakukan setelah 9 hari sesudah pengaplikasian sampai panen terakhir sebanyak 3 kali pengamatan. Pengamatan persentase serangan dilakukan ketika buah masih berada di tanaman atau sebelum panen.

Persentase serangan dihitung dengan rumus : P= a

�x 100% Keterangan:

P = Persentase serangan (%) a = Banyaknya daun terserang


(37)

(Shahabuddin dan Mahfudz, 2010).

Persentase serangan Spodoptera litura F.

Persentase serangan S. litura F. dihitung dengan rumus yang sama dengan persentase serangan L. indicata F.

Produksi

Produksi dihitung dengan cara menimbang polong kedelai berdasarkan perlakuan dan ditimbang pada tiap-tiap panen, kemudian semua produksi di total lalu dikonversikan dalam ton/ha.

Produksi dihitung dengan rumus : Ton/ha = Produksi per plot/Ton


(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hama Lamprosema indicata F.

Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh beberapa jenis insektisida terhadap persentase serangan ulat Lamprosema indicata F.

berpengaruh nyata pada pengamatan 43 HST, namun tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 23 HST dan 33 HST (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh jenis insektisida terhadap persentase serangan L. indicata F.

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase serangan hama L. indicata F. pada perlakuan P6 (Dimetoat) (12.98 %) yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kedelai yang diberi perlakuan insektisida kimia akan mengurangi persentase serangan hama L. indicata F. karena insektisida tersebut bersifat racun kontak sehingga cepat membunuh hama tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chairul dan Kuswadi (2007) yang menyatakan bahwa insektisida dimetoat adalah insektisida golongan organofosfat dan bersifat racun kontak.

Perlakuan Rataan (%)

23 HST 33 HST 43 HST

P0 (Kontrol) 38.98 38.07 30.03 a

P1 (Biji Pepaya) 49.67 29.07 23.37 d P2 (Biji Mengkudu) 57.31 30.40 25.00 abcd P3 (Biji Mahoni) 46.85 36.44 29.71 ab P4 (B. thuringiensis) 51.15 34.07 27.66 abc P5 (B. bassiana) 53.28 35.21 26.51 abcd P6 (Dimetoat) 39.99 21.67 12.98 e


(39)

Persentase serangan L. indicata F. pada perlakuan biji pepaya P1 (23.37 %) menunjukkan persentase yang kecil walaupun tidak berbeda nyata

terhadap perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan kandungan bahan aktif pada biji pepaya yang mengakibatkan ulat L. indicata menolak banyak memakan daun tanaman kedelai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fachraniah, dkk (2013) yang menyatakan bahwa tanaman pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpaina, psudo karpaina, glikosid, karposid, saponin, beta karotene, pectin, d-galaktosa, l-arabinosa, papain, papayotimin papain, vitokinose, glucoside cacirin, karpain, papain, kemokapain, lisosim, lipase, glutamin, dan siklotransferase. Zat ini dapat berfungsi sebagai penolak makan bagi berbagai jenis ulat.

Hama Spodoptera litura F.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh beberapa jenis insektisida terhadap persentase serangan ulat S. litura F. berpengaruh nyata pada aplikasi 43 HST, namun tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 23 HST dan 33 HST (Tabel 2).

Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase serangan hama ulat S. litura pada perlakuan P6 (Dimetoat) (37.79 %) yang paling besar. Hal ini diakibatkan oleh pemakaian insektisida dimetoat oleh petani setempat yang sering menggunakan insektisida dimetoat untuk mengendalikan hama S. litura, sehingga hama tersebut tahan terhadap insektisida dimetoat. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian Shahabuddin dan Mahfudz (2010) bahwa insektisida kimia dimetoat tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hama Spodoptera exigua.


(40)

Tabel 2. Pengaruh jenis insektisida terhadap persentase serangan S. litura F.

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan biji mahoni, biji pepaya, biji mengkudu, B. thuringiensis, B. bassiana dan dimetoat tidak memberikan pengaruh nyata untuk mengendalikan hama S. litura F.

Persentase serangan ulat S. litura pada perlakuan P3 (biji mahoni)

(29.42 %) tidak berbeda nyata dengan perlakuan biji pepaya, biji mengkudu, B. thuringiensis, B. bassiana dan dimetoat namun menunjukkan kecenderungan

untuk dijadikan untuk dijadikan insektisida botani. Hal ini disebabkan kandungan senyawa minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan antrakuinon yang terkandung di dalamnya yang bersifat racun perut bagi serangga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawati, dkk (2008) yang menyatakan bahwa anaman mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), mengandung bahan kimia saponin dan flavonoida yang berfungsi sebagai penghambat makan (antifeedant), penghambat perkembangan serangga (growth regulator), dan penolak makan (repellent).

Perlakuan Rataan

23 HST 33 HST 43 HST

P0 (Kontrol) 34.07 32.35 27.72 d

P1 (Biji Pepaya) 14.67 38.86 31.56 bc P2 (Biji Mengkudu) 22.59 31.64 31.70 b P3 (Biji Mahoni) 26.93 31.78 29.42 bcd P4 (B. thuringiensis) 22.63 31.45 30.45 bcd P5 (B. bassiana) 27.47 30.33 31.14 bcd P6 (Dimetoat) 22.68 33.82 37.79 a


(41)

Produksi Tanaman Kedelai

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh beberapa jenis insektisida terhadap produksi tanaman kedelai berbeda sangat nyata (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh jenis insektisida terhadap Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril.) (Ton/Ha)

Perlakuan Rataan

P0 (Kontrol) 1.27 d

P1 (Biji Pepaya) 1.31 c

P2(Biji Mengkudu) 1.28 d

P3 (Biji Mahoni) 1.22 e

P4 (B. thuringiensis) 1.34 b

P5 (B. bassiana) 1.38 b

P6 (Dimetoat) 1.49 a

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%

Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan insektisida botani biji

mahoni, biji pepaya, biji mengkudu, insektisida hayati B. thuringiensis, B. bassiana dan insektisida kimia dimetoat pada tanaman kedelai menunjukkan

pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Produksi tertinggi pada perlakuan P6 (Dimetoat) (1.49 Ton/Ha), selanjutnya perlakuan P5 (B. bassiana) (1.38 Ton/Ha), P4 (B. thuringiensis) (1.34 Ton/Ha), P1 (biji pepaya) (1.31 Ton/Ha), P2 (biji mengkudu) (1.28 Ton/Ha), P3 (biji mahoni) (1.22 Ton/Ha), namun produksi perlakuan P6 (Dimetoat) sangat berbeda dengan persentase serangan perlakuan dimetoat yang paling tinggi dalam mengendalikan hama S. litura. Hal ini disebabkan S. litura tidak menyebabkan daun kedelai gundul, sehingga masih ada daun yang dapat digunakan tanaman kedelai untuk berfotosintesis, selain itu hama daun hanya mengurangi produksi


(42)

secara tidak langsung, akan tetapi produksi dipengaruhi langsung oleh jumlah polong yang dihasilkan tanaman kedelai itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharsono (2011) yang menyatakan bahwa hama daun secara tidak langsung menurunkan jumlah produksi kedelai dalam negeri akibat berkurangnya jumlah daun tanaman kedelai untuk berfotosintesis.


(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Insektisida dimetoat efektif dalam mengendalikan hama Lamprosema indicata F. tetapi tidak efektif mengendalikan Spodoptera litura F.

2. Insektisida botani biji pepaya dan biji mengkudu menunjukkan kecenderungan yang baik dalam mengendalikan Lamprosema indicata F.

3. Insektisida botani biji mahoni menunjukkan kecenderungan yang baik dalam mengendalikan Spodoptera litura F.

4. Produksi tertinggi pada perlakuan (P6) 1.49 Ton/Ha selanjutnya perlakuan P5 (B. bassiana) (1.38 Ton/Ha), P4 (B. thuringiensis) (1.34 Ton/Ha), P1 (biji pepaya) (1.31 Ton/Ha), P2 (biji mengkudu) (1.28 Ton/Ha), dan terendah adalah perlakuan (P3) 1.22 Ton/Ha.

Saran

Perlu pengujian lebih lanjut mengenai konsentrasi pestisida nabati biji pepaya dan biji mengkudu yang lebih efisien.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Adolpina dan A. Rugaya. 2008. Keefektifan Beberapa Bahan Nabati Dalam Mengendalikan OPT Kedelai di Kabupaten Maros. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan 372-379.

Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka Tetap 2011 dan Angka Ramalan I 2012). Berita Resmi Statistik 43(7):1-10.

Balitbang. 2006. Hama, Penyakit dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai, Identifikasi dan Pengendaliannya. Bogor. Diunduh dari

Chairul, S. M. dan . N. Kuswadi. 2007. Penurunan Kandungan Residu Insektisida Dimetoat dalam Cabai Merah (Capsicum annum L.) Akibat Iradiasi Gamma. JFN 1(1):23-30.

Fachraniah, E., Kurniasih, dan M. Azhar. 2013. Pestisida Alami dari Daun dan

Batang Pepaya. Diunduh dari

pada tanggal

12 April 2013.

Irwan, A. W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Universitas Padjadjaran.

Hasnah dan Nasril. 2009. Efektivitas Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap Mortalitas Plutella xylostella L. Pada

Tanaman Sawi. J. Floratek 4:29-40.

Hasnah, Susanna, dan H. Sably. 2012. Keefektifan Cendawan Beauveria bassiana Vuill Terhadap Mortalitas Kepik Hijau Nezara viridula L. Pada Stadia Nimfa Dan Imago. J. Floratek 7:13-24.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Van der Laan PA, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari De Plagen van the Culturgewassen in Indonesia.

Marwoto. 2007. Dukungan Pengendalian Hama Terpadu dalam Program Bangkit Kedelai. Iptek Tanaman Pangan 2(1):79-92.

Rahayu, M., Sudarto, K. Puspadi, I. Mardian. 2009. Paket Teknologi Produksi Benih Kedelai. Balitbang. Nusa Tenggara Barat.


(45)

Ridhayat, I. R. 2012. Perkembangan Populasi Hama dan Musuh Alami Kedelai Edamame (Glycine max Varietas Edamame) Pada Fase Vegetatif dan Generatif. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dalam Hilman Y. A, Kasno, Saleh N. 2004. Kacang-kacangan dan umbi-umbian: Kontribusi terhadap ketahanan pangan dan perkembangan teknologinya.

Rusdy, A. 2009. Efektivitas Ekstrak Nimba dalam Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Pada Tanaman Selada. J. Floratek 4:41-54.

Shahabuddin, dan Mahfudz. 2010. Pengaruh Aplikasi Berbagai Jenis Insektisida Terhadap Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubn.) dan Produksi Bawang Merah Varietas Bima dan Tinombo. J. Agroland 17(2):115–122.

Santoso A., R. Herdiana, S. Rasiska, dan E. Proklamasiningsih. 2006. Konsentrasi Efektif Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin Isolat Subang Terhadap Nimfa Belalang Daun Padi Oxya Sp. (Orthoptera : Acrididae) di Rumah Kaca. Jurnal Bionatura 8(3) : 224 – 237.

Santoso, J. S. 2009. Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura) pada Tanaman Kedelai dengan Insektisida Hayati. Diunduh dari tanggal 13 April 2013.

Setiawati, W., R., N. Mutiningsih, Gunaeni dan T. Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Singh, S. R. 1990. Insect Pests of Tropical Food Legumes. John Wiley & Sons (SEA) Pte Ltd. Singapore.

Suharsono. 2011. Kepekaan Galur Kedelai Toleran Jenuh Air Terhadap Ulat Grayak Spodoptera litura F. Suara Perlindungan Tanaman 1(3):13-22. Surtikanti dan M. Yasin. 2009. Keefektifan Entomopatogenik Beauveria bassiana

Vuill. Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Spodoptera litura F. (Lepidoptera : Noctuidae) Di Laboratorium. Prosiding Seminar Nasional Serealia 358-362.

Tenrirawe, A dan A.H.Talanca. 2008. Bioekologi dan Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Kacang Tanah. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan 464-471.


(46)

Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Grobogan

Dilepas tahun : 2008

SK Mentan : 238/Kpts/SR.120/3/2008

Asal : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan Tipe pertumbuhan : determinit

Warna hipokotil : ungu Warna epikotil : ungu

Warna daun : hijau agak tua Warna bulu batang : coklat

Warna bunga : ungu

Warna kulit biji : kuning muda Warna polong tua : coklat

Warna hilum biji : coklat Bentuk daun : lanceolate Percabangan : -

Umur berbunga : 30-32 hari Umur polong masak : ± 76 hari Tinggi tanaman : 50–60 cm Bobot biji : ± 18 g/100 biji Rata-rata hasil : 2,77 ton/ha Potensi hasil : 3,40 ton/ha Kandungan protein : 43,9% Kandungan lemak : 18,4%

Daerah sebaran : Beradaptasi baik pada beberapa

kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik.

Sifat lain : Polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95–100%, saat panen > 95 % daunnya telah luruh. Pemulia : Suhartina, M. Muclish Adie Peneliti : T. Adisarwanto, Sumarsono,

Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto, Siti Khawariyah,

Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno.

Pengusul : Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB JawaTengah, Pemerintah Daerah Prov Jawa Tengah.


(47)

Lampiran 2. Bagan Plot Sampel Penelitian

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

Keterangan :

X = Sampel Minggu 1

X = Sampel Minggu 2 X = Sampel Minggu 3

5 cm 25 cm

20cm

12,5 cm


(48)

Lampiran 3. Bagan Penelitian

75 cm

50 cm

Jarak Tanam 20 x 25 cm

20 m 20 m

50 cm

2 m 2 m

75 cm 50 cm

U

S

Blok I Blok II

20 m 50 cm


(49)

Lampiran 4. Data Persentase Serangan L. indicata F. pada Pengamatan 23 HST Persentase Serangan (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 50 37.5 31.58 119.08 39.69

P1 45 77.78 50 172.78 57.59

P2 81.81 86.67 38.89 207.37 69.12

P3 65 50 44.44 159.44 53.15

P4 62.5 63.16 56.25 181.91 60.64

P5 70.58 71.43 50 192.01 64.00

P6 55.56 47.06 22.73 125.35 41.78

Total 430.45 433.60 293.89 1157.94

Rataan 61.49 61.94 41.98 55.14

Transformasi Arcsin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 45.00 37.76 34.19 116.95 38.98

P1 42.13 61.88 45.00 149.01 49.67

P2 64.75 68.59 38.58 171.92 57.31

P3 53.73 45.00 41.81 140.54 46.85

P4 52.24 52.63 48.59 153.46 51.15

P5 57.15 57.69 45.00 159.84 53.28

P6 48.19 43.31 28.47 119.98 39.99

Total 363.20 366.86 281.64 1011.70

Rataan 51.89 52.41 40.23 48.18

ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 663.1187 331.559 3.25673639 tn 3.88 6.93

Perlakuan 6 821.21 136.87 1.34 tn 3.00 4.82

Galat 12 1221.69 101.81

Total 20 2042.90

FK 48739.78


(50)

Lampiran 5. Data Persentase Serangan L. indicata F. pada Pengamatan 33 HST Persentase Serangan (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 51.28 37.5 26.09 114.87 38.29

P1 19.23 31.82 20.41 71.46 23.82

P2 39.58 33.33 8.51 81.42 27.14

P3 45 30.61 30.61 106.22 35.41

P4 26.19 30.43 37.84 94.46 31.49

P5 41.18 40.43 19.51 101.12 33.71

P6 17.39 7.02 17.86 42.27 14.09

Total 239.85 211.14 160.83 611.82

Rataan 34.26 30.16 22.98 29.13

Transformasi Arcsin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 45.73 37.76 30.72 114.21 38.07

P1 26.01 34.34 26.86 87.21 29.07

P2 38.99 35.26 16.96 91.21 30.40

P3 42.13 33.59 33.59 109.31 36.44

P4 30.78 33.48 37.96 102.22 34.07

P5 39.92 39.48 26.21 105.62 35.21

P6 24.65 15.36 25.00 65.01 21.67

Total 248.21 229.28 197.30 674.79

Rataan 35.46 32.75 28.19 32.13

ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 189.162066 94.58103315 1.6474495 tn 3.88 6.93

Perlakuan 6 566.53 94.42 1.64 tn 3.00 4.82

Galat 12 688.93 57.41

Total 20 1255.46

FK 21682.71


(51)

Lampiran 6. Data Persentase Serangan L. indicata F. pada Pengamatan 43 HST Persentase Serangan (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 27.55 16.28 32.31 76.14 25.38

P1 16.12 17.44 13.75 47.31 15.77

P2 29.06 13.92 12.24 55.22 18.41

P3 26.83 21.95 25 73.78 24.59

P4 22.72 20 21.98 64.70 21.57

P5 32.84 14.67 14.1 61.61 20.54

P6 3.03 3.03 10.48 16.54 5.51

Total 158.15 107.29 129.86 395.30

Rataan 22.59 15.33 18.55 18.82

Transformasi Arcsin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 31.66 23.80 34.64 90.10 30.03

P1 23.67 24.68 21.77 70.12 23.37

P2 32.62 21.91 20.48 75.01 25.00

P3 31.20 27.94 30.00 89.13 29.71

P4 28.47 26.57 27.96 82.99 27.66

P5 34.96 22.52 22.06 79.54 26.51

P6 10.02 10.02 18.89 38.94 12.98

Total 192.60 157.43 175.79 525.83

Rataan 27.51 22.49 25.11 25.04

ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 88.41093 44.20546 1.646206 tn 3.88 6.93

Perlakuan 6 612.11 102.02 3.80 * 3.00 4.82

Galat 12 322.24 26.85

Total 20 934.35

FK 13166.31


(52)

Uji Jarak Duncan

SY 0.86 10.32 20.58 22.12 23.61 24.72 26.76 27.06

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.08 3.23 3.33 3.36 3.40 3.42 3.44

LSR 0.05 2.66 2.79 2.88 2.90 2.94 2.95 2.97

Perlakuan P6 P1 P2 P5 P4 P3 P0

Rataan 12.98 23.37 25.00 26.51 27.66 29.71 30.03

30.03 a 24.71

29.71 ab 24.39 rp SD RP

27.66 abc 22.34 3.08 1.72732721 5.320168

26.51 abcd 21.19 3.23

25.00 abcd 19.68 3.33

23.37 d 18.05 3.36

12.98 e 7.66 3.40

3.42 3.44

Lampiran 7. Data Persentase Serangan S. litura F. pada Pengamatan 23 HST Persentase Serangan (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 25 23.08 47.37 95.45 31.82

P1 5 0 26.67 31.67 10.56

P2 9.09 6.67 33.33 49.09 16.36

P3 15.38 26.67 20 62.05 20.68

P4 25 15.79 6.25 47.04 15.68

P5 17.65 21.43 25 64.08 21.36

P6 5.56 11.76 31.82 49.14 16.38

Total 102.68 105.40 190.44 398.52

Rataan 14.67 15.06 27.21 18.98

Transformasi Arcsin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 30.00 28.71 43.49 102.21 34.07

P1 12.92 0.00 31.09 44.01 14.67

P2 17.55 14.97 35.26 67.78 22.59

P3 23.09 31.09 26.57 80.75 26.92

P4 30.00 23.41 14.48 67.89 22.63

P5 24.84 27.58 30.00 82.42 27.47


(53)

Rataan 21.72 20.83 30.75 24.43 ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 421.4184 210.7092 2.010493 tn 3.88 6.93

Perlakuan 6 639.76 106.63 1.02 tn 3.00 4.82

Galat 12 1257.66 104.80

Total 20 1897.42

FK 12536.08

KK 2.07

Lampiran 8. Data Persentase Serangan S. litura F. pada Pengamatan 33 HST Persentase Serangan (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 20.51 29.17 36.96 86.64 28.88

P1 45.13 36.36 36.73 118.22 39.41

P2 20.83 26.19 36.17 83.19 27.73

P3 20 26.53 37.5 84.03 28.01

P4 28.57 26.09 27.03 81.69 27.23

P5 17.65 23.4 36.57 77.62 25.87

P6 27.54 33.33 32.14 93.01 31.00

Total 180.23 201.07 243.10 624.40

Rataan 25.75 28.72 34.73 29.73

Transformasi Arcsin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 26.93 32.69 37.44 97.06 32.35

P1 42.21 37.08 37.30 116.59 38.86

P2 27.15 30.78 36.97 94.91 31.64

P3 26.57 31.00 37.76 95.33 31.78

P4 32.31 30.72 31.33 94.35 31.45

P5 24.84 28.93 37.21 90.98 30.33

P6 31.65 35.26 34.54 101.45 33.82

Total 211.66 226.47 252.55 690.68


(54)

ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 122.4512 61.22562 2.69097 tn 3.88 6.93

Perlakuan 6 144.90 24.15 1.06 tn 3.00 4.82

Galat 12 273.03 22.75

Total 20 417.93

FK 22715.88

KK 0.83

Lampiran 9. Data Persentase Serangan S. litura F. pada Pengamatan 43 HST Persentase Serangan (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 15.31 22.09 15.38 52.78 17.59

P1 27.96 26.74 27.5 82.20 27.40

P2 23.25 36.71 23.47 83.43 27.81

P3 20.83 30.49 21.43 72.75 24.25

P4 26.92 30.77 19.78 77.47 25.82

P5 25.37 26.67 28.21 80.25 26.75

P6 43.02 40.4 29.52 112.94 37.65

Total 182.66 213.87 165.29 561.82

Rataan 26.09 30.55 23.61 26.75

Transformasi Arcsin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 23.03 28.03 23.09 74.16 24.72

P1 31.92 31.14 31.63 94.69 31.56

P2 28.83 37.29 28.98 95.10 31.70

P3 27.15 33.52 27.58 88.25 29.42

P4 31.25 33.69 26.41 91.35 30.45

P5 30.24 31.09 32.08 93.42 31.14

P6 40.99 39.47 32.91 113.36 37.79

Total 213.43 234.23 202.67 650.33


(55)

ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 73.55226 36.77613 2.8456933 tn 3.88 6.93

Perlakuan 6 267.44 44.57 3.45 * 3.00 4.82

Galat 12 155.08 12.92

Total 20 422.52

FK 20139.32

KK 0.65

Uji Jarak Duncan

SY 0.60 22.87 27.48 28.45 29.13 29.52 29.65 35.73

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.08 3.23 3.33 3.36 3.40 3.42 3.44

LSR 0.05 1.85 1.94 2.00 2.01 2.04 2.05 2.06

Perlakuan P0 P3 P4 P5 P1 P2 P6

Rataan 24.72 29.42 30.45 31.14 31.56 31.70 37.79

37.79 a 34.10 RP

31.70 b 28.01 rp SD 3.690782

31.56 bc 27.87 3.08 1.198306

31.14 bcd 27.45 3.23

30.45 bcd 26.76 3.33

29.42 bcd 25.73 3.36

24.72 d 21.03 3.40

3.42 3.44 Lampiran 10. Data Produksi Kedelai (Ton/Ha)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 1.2 1.08 1.08 3.36 1.12

P1 1.2 1.225 1.2 3.63 1.21

P2 1.2 1 1.2 3.40 1.13

P3 1 0.98 1 2.98 0.99

P4 1.3 1.25 1.325 3.88 1.29

P5 1.575 1.3 1.375 4.25 1.42

P6 1.75 1.75 1.625 5.13 1.71

Total 9.23 8.59 8.81 26.62


(56)

Transformasi √X + 0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 1.30 1.26 1.26 3.82 1.27

P1 1.30 1.31 1.30 3.92 1.31

P2 1.30 1.22 1.30 3.83 1.28

P3 1.22 1.22 1.22 3.67 1.22

P4 1.34 1.32 1.35 4.02 1.34

P5 1.44 1.34 1.37 4.15 1.38

P6 1.50 1.50 1.46 4.46 1.49

Total 9.42 9.18 9.27 27.86

Rataan 1.35 1.31 1.32 1.33

ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 0.0042755 0.0021377 2.045679 tn 3.88 6.93

Perlakuan 6 0.14 0.02 21.74 ** 3.00 4.82

Galat 12 0.01 0.00

Total 20 0.15

FK 36.97

KK 0.03

Uji Jarak Duncan

SY 0.01 1.20 1.25 1.26 1.29 1.32 1.36 1.47

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.08 3.23 3.33 3.36 3.40 3.42 3.44

LSR 0.05 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

Perlakuan P3 P0 P2 P1 P4 P5 P6

Rataan 1.22 1.27 1.28 1.31 1.34 1.38 1.49

a b c d e


(57)

Lampiran 11. Foto Penelitian

Gambar. Gejala serangan L. indicata F. Gambar. Larva L. indicata F.

Gambar. Larva S. litura F. Gambar. Gejala serangan S. litura F.


(1)

Uji Jarak Duncan

SY 0.86 10.32 20.58 22.12 23.61 24.72 26.76 27.06

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.08 3.23 3.33 3.36 3.40 3.42 3.44

LSR 0.05 2.66 2.79 2.88 2.90 2.94 2.95 2.97

Perlakuan P6 P1 P2 P5 P4 P3 P0

Rataan 12.98 23.37 25.00 26.51 27.66 29.71 30.03 30.03 a 24.71

29.71 ab 24.39 rp SD RP

27.66 abc 22.34 3.08 1.72732721 5.320168 26.51 abcd 21.19 3.23

25.00 abcd 19.68 3.33

23.37 d 18.05 3.36

12.98 e 7.66 3.40

3.42 3.44

Lampiran 7. Data Persentase Serangan S. litura F. pada Pengamatan 23 HST Persentase Serangan (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 25 23.08 47.37 95.45 31.82

P1 5 0 26.67 31.67 10.56

P2 9.09 6.67 33.33 49.09 16.36 P3 15.38 26.67 20 62.05 20.68

P4 25 15.79 6.25 47.04 15.68

P5 17.65 21.43 25 64.08 21.36 P6 5.56 11.76 31.82 49.14 16.38 Total 102.68 105.40 190.44 398.52 Rataan 14.67 15.06 27.21 18.98 Transformasi Arcsin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 30.00 28.71 43.49 102.21 34.07 P1 12.92 0.00 31.09 44.01 14.67 P2 17.55 14.97 35.26 67.78 22.59 P3 23.09 31.09 26.57 80.75 26.92 P4 30.00 23.41 14.48 67.89 22.63 P5 24.84 27.58 30.00 82.42 27.47


(2)

Rataan 21.72 20.83 30.75 24.43 ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 421.4184 210.7092 2.010493 tn 3.88 6.93 Perlakuan 6 639.76 106.63 1.02 tn 3.00 4.82

Galat 12 1257.66 104.80

Total 20 1897.42

FK 12536.08

KK 2.07

Lampiran 8. Data Persentase Serangan S. litura F. pada Pengamatan 33 HST Persentase Serangan (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 20.51 29.17 36.96 86.64 28.88 P1 45.13 36.36 36.73 118.22 39.41 P2 20.83 26.19 36.17 83.19 27.73 P3 20 26.53 37.5 84.03 28.01 P4 28.57 26.09 27.03 81.69 27.23 P5 17.65 23.4 36.57 77.62 25.87 P6 27.54 33.33 32.14 93.01 31.00 Total 180.23 201.07 243.10 624.40 Rataan 25.75 28.72 34.73 29.73 Transformasi Arcsin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 26.93 32.69 37.44 97.06 32.35 P1 42.21 37.08 37.30 116.59 38.86 P2 27.15 30.78 36.97 94.91 31.64 P3 26.57 31.00 37.76 95.33 31.78 P4 32.31 30.72 31.33 94.35 31.45 P5 24.84 28.93 37.21 90.98 30.33 P6 31.65 35.26 34.54 101.45 33.82 Total 211.66 226.47 252.55 690.68


(3)

ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 122.4512 61.22562 2.69097 tn 3.88 6.93

Perlakuan 6 144.90 24.15 1.06 tn 3.00 4.82

Galat 12 273.03 22.75

Total 20 417.93

FK 22715.88

KK 0.83

Lampiran 9. Data Persentase Serangan S. litura F. pada Pengamatan 43 HST Persentase Serangan (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 15.31 22.09 15.38 52.78 17.59 P1 27.96 26.74 27.5 82.20 27.40 P2 23.25 36.71 23.47 83.43 27.81 P3 20.83 30.49 21.43 72.75 24.25 P4 26.92 30.77 19.78 77.47 25.82 P5 25.37 26.67 28.21 80.25 26.75 P6 43.02 40.4 29.52 112.94 37.65 Total 182.66 213.87 165.29 561.82 Rataan 26.09 30.55 23.61 26.75 Transformasi Arcsin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 23.03 28.03 23.09 74.16 24.72 P1 31.92 31.14 31.63 94.69 31.56 P2 28.83 37.29 28.98 95.10 31.70 P3 27.15 33.52 27.58 88.25 29.42 P4 31.25 33.69 26.41 91.35 30.45 P5 30.24 31.09 32.08 93.42 31.14 P6 40.99 39.47 32.91 113.36 37.79 Total 213.43 234.23 202.67 650.33


(4)

ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 73.55226 36.77613 2.8456933 tn 3.88 6.93

Perlakuan 6 267.44 44.57 3.45 * 3.00 4.82

Galat 12 155.08 12.92

Total 20 422.52

FK 20139.32

KK 0.65

Uji Jarak Duncan

SY 0.60 22.87 27.48 28.45 29.13 29.52 29.65 35.73

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.08 3.23 3.33 3.36 3.40 3.42 3.44

LSR 0.05 1.85 1.94 2.00 2.01 2.04 2.05 2.06

Perlakuan P0 P3 P4 P5 P1 P2 P6

Rataan 24.72 29.42 30.45 31.14 31.56 31.70 37.79

37.79 a 34.10 RP

31.70 b 28.01 rp SD 3.690782

31.56 bc 27.87 3.08 1.198306 31.14 bcd 27.45 3.23

30.45 bcd 26.76 3.33 29.42 bcd 25.73 3.36

24.72 d 21.03 3.40

3.42 3.44 Lampiran 10. Data Produksi Kedelai (Ton/Ha)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 1.2 1.08 1.08 3.36 1.12

P1 1.2 1.225 1.2 3.63 1.21

P2 1.2 1 1.2 3.40 1.13

P3 1 0.98 1 2.98 0.99

P4 1.3 1.25 1.325 3.88 1.29

P5 1.575 1.3 1.375 4.25 1.42


(5)

Transformasi √X + 0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 1.30 1.26 1.26 3.82 1.27

P1 1.30 1.31 1.30 3.92 1.31

P2 1.30 1.22 1.30 3.83 1.28

P3 1.22 1.22 1.22 3.67 1.22

P4 1.34 1.32 1.35 4.02 1.34

P5 1.44 1.34 1.37 4.15 1.38

P6 1.50 1.50 1.46 4.46 1.49

Total 9.42 9.18 9.27 27.86

Rataan 1.35 1.31 1.32 1.33

ANOVA

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Blok 2 0.0042755 0.0021377 2.045679 tn 3.88 6.93

Perlakuan 6 0.14 0.02 21.74 ** 3.00 4.82

Galat 12 0.01 0.00

Total 20 0.15

FK 36.97

KK 0.03

Uji Jarak Duncan

SY 0.01 1.20 1.25 1.26 1.29 1.32 1.36 1.47

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.08 3.23 3.33 3.36 3.40 3.42 3.44

LSR 0.05 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

Perlakuan P3 P0 P2 P1 P4 P5 P6

Rataan 1.22 1.27 1.28 1.31 1.34 1.38 1.49

a

b

c

d

e


(6)

Lampiran 11. Foto Penelitian

Gambar. Gejala serangan L. indicata F.

Gambar. Larva L. indicata F.

Gambar. Larva S. litura F.

Gambar. Gejala serangan S. litura F.


Dokumen yang terkait

Evaluasi Karakter Vegetatif Dan Generatif Beberapa Varietas Kedelai Hitam ( Glycine max ( L ) Merrill )Terhadap Pemberian Vermikompos Pada Tanah Masam

1 41 91

Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. (Merill)) di Lahan Kering Terhadap Pemberian Berbagai Sumber N

0 48 104

Uji Efektivitas Granulosis Virus (Gv) Terhadap Ulat Grayak Spodoptera spp. (Lepidoptera: Noctuldae) Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Lapangan

1 61 69

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Di Lapangan

3 63 80

Seleksi Massa Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Meril) Terhadap Radiasi Sinar Gamma Pada Turunan Kedua

7 121 76

Respons Pertumbuhan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Beberapa Konsentrasi Garam NaCl Secara In Vitro

0 44 76

Pengaruh Pemberian Ga3 Terhadap Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max (L) Merrill) Selama Fase Generatif

3 43 80

Karakter Vegetatif dan Generatif Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Toleran Aluminium

0 31 63

Pengaruh Beberapa Insektisida Terhadap Hama Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidea) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril.) di Lapangan

0 0 12

Pengaruh Beberapa Insektisida Terhadap Hama Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidea) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril.) di Lapangan

0 0 13