Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Hubungan Graviditas dengan Varises Tungkai Bawah Kerangka Konsep Hipotesis

commit to user 2 kalau kulit di atas varises menjadi sangat tipis, biasanya disertai trauma ringan. Varises dapat dikurangi keluhannya dengan cara latihan ringan seperti rotasi pergelangan kaki. Jika mungkin, ibu dianjurkan untuk meninggikan kakinya saat duduk Baston, 2011. Pencegahan varises antara lain menghindari bekerja dengan duduk atau berdiri lama, menghindari penegangan kaki dan memakai stoking elastis Yulaikhah, 2008. Tindakan pembedahan terhadap keadaan tersebut pada waktu hamil biasanya tidak dianjurkan, meskipun jarang gejalanya dapat demikian beratnya hingga memerlukan suntikan, ligasi, atau malahan stripping vena membuang sebagian atau keseluruhan vena yang mengalami varises supaya memungkinkan wanita hamil tersebut tetap dapat berjalan. Pada umumnya, operasi tersebut ditunda sampai kelahiran Pritchard, 2006. Mengingat besarnya dampak buruk dari permasalahan varises tungkai bawah dikaitkan dengan kehamilan, maka perlu untuk diteliti tentang hubungan graviditas dengan timbulnya varises pada tungkai bawah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalahnya adalah ”Adakah hubungan antara graviditas dengan varises tungkai bawah di RSUD Banjarsari Surakarta tahun 2012?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara graviditas dengan varises tungkai bawah commit to user 3 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik varises tungkai bawah pada ibu hamil b. Mengetahui graviditas yang berulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya varises tungkai bawah

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis a. Peneliti dapat menerapkan ilmu dan konsep kebidanan b. Memberikan informasi tentang angka kejadian varises tungkai bawah pada ibu hamil 2. Manfaat Aplikatif a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi profesi bidan untuk lebih teliti dalam melakukan asuhan antenatal terutama keluhan pada tungkai bawah, untuk mengurangi angka morbiditas karena varises tungkai bawah commit to user 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI

1. Graviditas

Graviditas adalah jumlah total kehamilan seluruhnya yang pernah dialami. Gravida adalah wanita yang sedang atau pernah hamil. Primigravida adalah kehamilan yang pertama, secundigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk kedua kalinya. sedangkan pada kehamilan yang berikutnya disebut multigravida Oxorn, 2010.

2. Varises Pada Tungkai Bawah

a. Anatomi dan Fisiologi Sistem Vena

Sistem vena dimulai dari ujung vena pada jaring-jaring kapilar dengan venula yang menyatu untuk membentuk vena yang berukuran lebih besar. Semua vena sistemik mengembalikan darah ke atrium kanan jantung melalui tiga jalur: dari dinding jantung ke dalam sinus koroner, dari tubuh bagian atas ke dalam vena kafa superior, dan dari tubuh bagian bawah ke dalam vena kafa inferior. Vena dalam adalah vena yang mengalirkan darah dari jaringan dan organ tubuh dalam. Vena superfisialis terletak dalam hipodermis kulit dan mengalirkan darah ke vena dalam Sloane, 2004. Vena femoralis berjalan dari anggota gerak bawah di bawah ligament inguinal untuk masuk pelvis dan menjadi vena iliaka commit to user 5 eksterna. Dekat ujung sakro iliaka ia bergabung dengan vena iliaka interna yang menyalurkan darah dari organ-organ dalam pelvis. Penggabungan vena iliaka eksterna dengan vena iliaka interna membentuk vena iliaka komunis. Kemudian vena iiliaka komunis kanan dan kiri bergabung di tempat ketinggian sebelah kanan vertebra lumbalis kelima untuk menjadi vena kafa inferior Pearce, 2006. Sistem vena pada ekstremitas bawah terbagi menjadi 3 subsistem : subsistem vena superfisial, subsistem vena profunda dan subsistem penghubung saling berhubungan. Vena superfisial terletak di jaringan subkutan anggota gerak dan menerima aliran vena dari pembuluh- pembuluh darah yang lebih kecil di dalam kulit, jaringan subkutan dan kaki. Sistem superfisial terdiri dari vena safena magna dan vena safena parva. Vena safena magna adalah vena terpanjang di tubuh; berjalan dari maleolus di mata kaki, naik ke bagian medial betis dan paha, bermuara ke vena femoralis. Vena safena magna mengalirkan darah dari bagian antero-medial betis dan paha. Vena safena parva berjalan di sepanjang sisi lateral dari mata kaki melalui betis menuju ke lutut, mendapatkan darah dari bagian postero-lateral betis dan mengalirkan darah ke vena poplitea. Titik pertemuan antara vena safena dan poplitea disebut sebagai persambungan safeno-poplitea. Sistem vena profunda membawa sebagian besar darah vena dari ektremitas bawah dan terletak didalam kompartemen otot. Vena-vena commit to user 6 profunda menerima aliran dari venula-venula kecil dan pembuluh darah intramuskular. Gerakan darah di sepanjang darah di tungkai bawah diperoleh dari pompa otot yang bekerja pada otot tungkai bawah dan abdomen. Kontraksi otot memeras vena di dalam fascia diantaranya sehingga darah diperas ke atas dan tidak dapat kembali karena adanya katup. Masing-masing dari dua katup semilunar yang berhadapan adalah lapisan tipis intima, yang bagian dalamnya diperkuat lapis tipis kolagen dan jalingan serat elastik yang menyatu dengan yang intima di pembuluh darah. Ruang antara katup dan dinding pembuluh disebut sinus katup. Tepat di atas lengkung perlekatan dari katup, dinding vena lebih tipis dan agak melebar. Katup-katup pada perforator mengarah ke dalam sehingga darah mengalir dari sistem superfisialis ke sistem profunda dari mana kemudian darah dipompa keras dibantu oleh kontraksi otot betis. Akibatnya, sistem profunda memiliki tekanan yang lebih tinggi dari superfisialis, sehingga bila katup perforator mengalami kerusakan, tekanan yang meningkat diteruskan ke system superfisialis sehingga terjadi varises pada sistem ini. commit to user 7 Gambar 2.1. Anatomi vena tungkai bawah Varises vena varikosa adalah pelebaran dari vena superfisialis yang menonjol dan berliku-liku pada ekstremitas bawah, sering pada distribusi anatomis dari vena safena magna dan parva Grace, 2006. Gambar 2.2 Varises vena commit to user 8

b. Patofisiologi

Varises vena pada kehamilan paling sering disebabkan oleh karena adanya tekanan dari uterus dan perubahan hormonal yang menyebabkan dinding pembuluh darah dan katupnya menjadi lebih lunak dan lentur. Peningkatan tekanan disebabkan oleh terjadinya insufisiensi vena dengan adanya refluks yang melewati katup vena yang inkompeten baik terjadi pada vena profunda maupun vena superfisialis. Penyebab obstruksi ini dapat karena thrombosis intravaskular atau akibat adanya penekanan dari luar pembuluh darah. Gambar 2.3 Varises pada kehamilan Kegagalan pada satu katup vena akan memicu terjadinya kegagalan pada katup-katup lainnya. Peningkatan tekanan yang berlebihan di dalam sistem vena superfisial akan menyebabkan terjadinya dilatasi vena yang bersifat lokal. Setelah beberapa katup commit to user 9 vena mengalami kegagalan, fungsi vena untuk mengalirkan darah ke atas dan ke vena profunda akan mengalami gangguan. Tanpa adanya katup-katup fungsional, aliran darah vena akan mengalir karena adanya gradien tekanan dan gravitasi. Kerusakan yang terjadi akibat insufisiensi vena berhubungan dengan tekanan vena dan volume darah vena yang melewati katup yang inkompeten. Vena yang terletak di bawah fasia atau terletak subkutan dapat mengangkut darah dalam jumlah besar tanpa terlihat ke permukaan. Sebaliknya, peningkatan tekanan tidak terlalu besar akhirnya dapat mengakibatkan dilatasi yang berlebihan.

c. Etiologi

Menurut Yuwono 2010, etiologi dari insufisiensi vena kronis dapat dibagi tiga kategori yaitu: kongenital, primer dan sekunder. 1 Penyebab insufisiensi vena kronis yang kongenital adalah pada kelainan dimana katup yang seharusnya terbentuk di suatu segmen ternyata tidak terbentuk sama sekali aplasia, avalvulia, atau pembentukannya tidak sempurna displasia, berbagai malformasi vena, dan kelainan lainnya yang baru diketahui setelah penderitanya berumur tua. 2 Penyebab insufisiensi vena kronis yang primer adalah kelemahan intrinsik dari dinding katup, yaitu lembaran atau daun katup yang terlalu panjang elongasi atau daun katup commit to user 10 yang menyebabkan dinding vena menjadi terlalu lentur tanpa sebab-sebab yang diketahui. Keadaan daun katup yang panjang melambai floppy, rebundant sehingga penutupan tidak sempurna daun-daun katup tidak dapat terkatup sempurna yang mengakibatkan terjadinya katup tidak dapat menahan aliran balik, sehingga aliran retrograde atau refluks. Keadaan tersebut dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan katup menjadi berfungsi baik kembali. 3 Penyebab insufisiensi vena kronis sekunder insufisiensi vena sekunder disebabkan oleh keadaan patologik yang didapat, yaitu akibat adanya penyumbatan thrombosis vena dalam yang menimbulkan gangguan kronis pada katup vena dalam. Pada keadaan dimana terjadi komplikasi sumbatan thrombus beberapa bulan atau tahun paska kejadian thrombosis vena dalam, maka keadaan tersebut disebut sindroma post-trombotic. Pada sindroma tersebut terjadi pembentukan jaringan parut akibat inflamasi, thrombosis kronis dan rekanalisasi yang akan menimbulkan fibrosis, dan juga akan menimbulkan pemendekan daun katup pengerutan daun katup, perforasi kecil-kecil perforasi mikro dan adhesi katup, sehingga akhirnya akan menimbulkan penyempitan lumen. commit to user 11

d. Faktor Resiko

Ada kecenderungan turunan untuk mengalami varises, yang diperparah dengan pertambahan berat badan, pertambahan usia, kehamilan kembar, dan aktivitas yang memerlukan posisi berdiri atau duduk dalam waktu lama Reeder, 2011.

e. Gambaran Klinis

Secara klinis, varises tungkai dikelompokkan atas varises trunkal, varises retikular dan varises kapilar. Varises trunkal merupakan varises vena safena magna dan vena safena parava.Varises retikular menyerang cabang vena safena magna atau parva yang umumnya kecil dan berkelok-kelok. Varises kapilar merupakan varises kapilar vena subkutan yang tampak sebagai kelompok serabut halus dari pembuluh darah Sjamsuhidajat, 2004. Sesuai dengan berat ringannya, varises dibagi atas empat stadium. Stadium I : Pada stadium ini keluhan biasanya tidak spesifik. Pada umumnya ditandai dengan keluhan tungkai, diantaranya: gatal, rasa terbakar, kaki mudah capek, kesemutan, rasa pegal. Stadium II: Pada stadium ini ditandai dengan warna kebiruan yang lebih nyata pada pembuluh darah vena fleboekstasia. commit to user 12 Stadium III: Pembuluh darah vena nampak melebar dan berkelok-kelok. Keluhan pada tungkai makin nyata dan makin kerap dialami. Stadium IV: Pada stadium ini ditandai dengan timbulnya berbagai penyulit komplikasi, antara lain: dermatitis, tromboplebitis, selulitis, luka ulkus, perdarahan varises, dan gangguan pembuluh darah vena lainnya. Menurut Mansjoer 2010, gejala-gejala varises antara lain: Rasa pegal pada ekstremitas yang akan bertambah bila berdiri terlalu lama dan berkurang bila ekstremitas ditinggikan. Kadang- kadang terjadi penyulit berbentuk koreng di daerah mata kaki yang sukar sembuh, didahului oleh kelainan kulit berupa eksim yang sering disertai peradangan. Perdarahan dapat terjadi kalau kulit di atas varises menjadi sangat tipis, biasanya disertai trauma ringan.

f. Pemeriksaan penunjang

Menurut Grace 2007, pada penderita varises dilakukan pemeriksaan yaitu: 1 Pemeriksaan klinis dengan tes tourniquet a Trendelenburg. Vena-vena dikosongkan dengan mengangkat tungkai beberapa waktu, lalu muara vena safena magna ditekan dengan kuat atau dipasang tourniquet pada paha bagian atas. Subyek diminta berdiri, lalu tiba-tiba penekanan commit to user 13 dilepas. Bila vena terisi dengan segera, berarti katup inkompeten. Kemudian tes dicoba untuk kedua kalinya tanpa melepas penekanan. Bila selama kira-kira 20-30 detik vena-vena terisi, maka berarti katup vena komunikantes tidak kompeten lagi. b Perthes Torniket dipasang pada pangkal paha, pasien diminta berjalan-jalan berkeliling. Bila vena tungkai jadi melebar, berarti ada obstruksi. Bila tak melebar, berarti vena komunikantes profunda masih baik dan darah terus naik lewat system profunda Grace, 2007. 2 Velositometer Doppler: menilai sambungan safeno- femoralsambungan safeno-popliteal pendek. 3 Scan dupleks : cari lokasi yang sering kambuh khususnya vena varikosa yang berulang Grace, 2007.

g. Penatalaksanaan dan Pencegahan

Pada dasarnya pilihan pengobatan varises terdiri dari pengobatan tanpa operasi pada stadium I dan II, serta pengobatan dengan operasi terutama pada stadium III dan IV. Tindakan pembedahan terhadap keadaan tersebut pada waktu hamil biasanya tidak dianjurkan, meskipun jarang gejalanya dapat demikian beratnya hingga memerlukan suntikan, ligasi, atau malahan stripping vena mengangkat vena tungkai yang commit to user 14 mengalami varises dengan menggunakan stripper supaya memungkinkan wanita hamil tersebut tetap dapat berjalan. Pada umumnya, operasi tersebut ditunda sampai kelahiran Pritchard, 2006. Varsises vena dapat diminimalisasi dengan cara mempertahankan berat badan normal atau olahraga secara teratur. Kaus kaki yang mendukung dapat digunakan untuk mendukung vena kaki yang berdinding lemah. Wanita hamil seharusnya menghindari posisi berdiri atau duduk terlalu lama dan menghindari menyilangkan kaki pada lutut dan menyilangkan kaki pada mata kaki. Wanita hamil harus duduk dengan kaki dinaikkan kapan pun jika mungkin, dan berhati-hati agar tidak memberikan titik tekan pada kaki yang mengganggu sirkulasi terutama pada daerah poplitea. Banyak wanita yang harus berjalan atau berdiri dalam waktu lama menggunakan kaus kaki pendukung sebagai upaya profilaksis Reeder, 2011. Obat-obat vasoprotektif anti varises, diminum ataupun melalui suntikan skleroterapi dengan natrium tatredesii STD. Dua macam larutan yang banyak dipakai adalah monoetanolamin oleat diberikan 2mL dan fenol 2 dalam gliserin 30 dosis maksimum 6 mL. Larutan disuntikkan dari bagian distal. Di bagian proksimal dipasang torniket agar obat tidak masuk ke commit to user 15 sikulasi umum dan bisa bekerja lokal semaksimum mungkin Grace, 2007. Operasi yang lazim dilakukan diantaranya: Stripping Varises, Ambulatory Phlebectomy menghilangkan bagian varises dengan irisan kecil, dan Saphectomy. Tindakan operasi yang bersifat invasif minimal, yakni: Radiofrekuensi Ablasi dan Endovenous Laser Therapy EVLT. Jika varises timbul saat hamil, varises biasanya membaik dalam 3 minggu setelah melahirkan. Walaupun pada kehamilan berikutnya keadaan ini akan cenderung terjadi kembali Parker, 2010.

B. Hubungan Graviditas dengan Varises Tungkai Bawah

Kecenderungan terjadinya stagnasi darah di akstremitas bawah selama bagian terakhir kehamilan ini ditimbulkan oleh oklusi vena-vena pelvis akibat tekanan uterus membesar Varney, 2002. Selama kehamilan, katup penyalur darah vena ke jantung bisa menjadi kurang efisien, karena adanya hormon kehamilan Wendy, 2006. Hormon pada saat kehamilan tersebut membuat jaringan ikat melunak sehingga otot terasa tegang Sulistyawati, 2011. Progesteron merelaksasi tonus vaskular, menyebabkan katup di vena kurang efektif Baston, 2011. Bukti klinis telah menunjukkan bahwa dilatasi vena dimulai pada minggu I kehamilan, ketika penambahan volume uterus yang masih tidak signifikan Maname, 2011. Progesteron commit to user 16 ikut mempengaruhi dinding vena dan katupnya mengalami dilatasi, sehingga memperparah kondisi varises vena Varney, 2002.

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan antara graviditas dengan varises tungkai bawah”. Graviditas Tekanan karena pembesaran uterus Oklusi vena-vena pelvis Stagnasi darah di ekstremitas bawah Varises pada ibu hamil Faktor Luar: -Keturunan -Umur -Bekerja dengan posisi duduk atau berdiri lebih dari 6 jam per hari Pengaruh hormon kehamilan progesteron commit to user 17 BAB III METODOLOGI

A. Desain Penelitian