P E NGGUNAAN TE KNI K P E MBE RI AN I NF ORMAS I DAL AM L AYANAN BI MBI NGAN KE L OMP OK UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAKELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(1)

D A L A M L A Y A N A N B I M B I N G A N K E L O M P O K UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

DIAN SAHPUTRA

Masalah dalam penelitian ini adalah sikap dan kebiasaan belajar yang negatif pada siswa SMP.N 10 Bandar Lampung. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa sikap dan kebiasaan belajar yang negatif dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain Pre Experimental Design dengan menggunakan jenis One-Group Pretest-Posttest. Subjek dalam penelitian sebanyak 9 siswa kelas VIII yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket PSKB (Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar).

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data dengan menggunakan uji t (t-test), dari hasil pretest dan

posttestyang diperoleh thitung=7,575 > ttabel= 1,860 maka, Ho ditolak, yang artinya terdapat perbedaan/peningkatan sikap dan kebiasaan belajar siswa setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011.

Saran yang dapat diberikan adalah (1) kepada siswa yang menjadi subjek penelitian hendaknya mengubah sikap dan kebiasaan belajar yang negatif dengan cara memahami dan menyadari tujuan belajarnya, perlu mengikuti jenis layanan bimbingan kelompok terutama pada bidang layanan belajar, serta mengikuti layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar, (2) kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya berperan secara aktif untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar dengan menggunakan teknik pemberian informasi dalam layanan bimbingan kelompok.


(2)

PADA SISWA KELAS VIII SMP N 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh

DIAN SAHPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

PADA SISWA KELAS VIII SMP N 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh

DIAN SAHPUTRA

(0613052017)

Skripsi

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

Gambar halaman

Gambar 1 Alur kerangka pikir penelitian……….. 12

Gambar 2.1 Tahap pembentukan……….. 38

Gambar 2.2 Tahap peralihan………. 41

Gambar 2.3 Tahap kegiatan……….. 43

Gambar 3.1One group pretest-posttest design………. 50

Gambar 3.2 Hubungan antar variabel……… 52

Gambar 4.1 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar pada subjek peneli tian dengan angket PSKB……….. 75

Gambar 4.2 Grafik perubahan skor Ende sebelum dansesudah bimbingan kelompok….. 77

Gambar 4.3 Grafik perubahan skor Riri sebelum dansesudah bimbingan kelompok…… 79

Gambar 4.4 Grafik perubahan skor Sri sebelum dansesudah bimbingan kelompok……. 81

Gambar 4.5 Grafik perubahan skor Dinda sebelum dan sesudah bimbingan kelompok… 83 Gambar 4.6 Grafik perubahan skor Roni sebelum dansesudah bimbingan kelompok….. 85

Gambar 4.7 Grafik perubahan skor Elon sebelum dansesudah bimbingan kelompok….. 87

Gambar 4.8 Grafik perubahan skor Sanji sebelum dan sesudah bimbingan kelompok... 89

Gambar 4.9 Grafik perubahan skor Fedro sebelum dan sesudah bimbingan kelompok.. 91


(5)

HALAMAN JUDUL ABSTRAK RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI

I . PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 7

3. Rumusan Masalah ... 7

B.Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Kegunaan Penelitian... 7

3. Ruang Lingkup Penelitian... 8

1. Ruang Lingkup ilmu... .. 8

2. Ruang Lingkup Objek... 8

3. Ruang Subjek... .. 8

4. Ruang Lingkup Wilayah... .. 8

5. Ruang Lingkup Waktu... .... 9

C. Kerangka Pikir... 9

D. Hipotesis... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Sikap... 15

1. Pengertian Sikap... 15

2. Fungsi Sikap... 16

3. Pembentukan dan Perubahan Sikap ... 17

B. Kebiasaan Belajar ... 18

1. Pengertian Kebiasaan Belajar ... 18

2. Ciri-ciri Belajar ... 19

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 20

4. Peranan kebiasaan belajar ... 21

C. Sikap dan Kebiasaan Belajar ... 22

1. Pengertian Sikap dan Kebiasaan Belajar... 22

2. Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Negatif... 23


(6)

3. Komponen dalam bimbingan kelompok ... 27

4. Asas dalam Bimbingan Kelompok... 29

5. Jenis-jenis Kelompok dalam Bimbingan Kelompok... 30

6. Teknik-teknik dalam kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok... .... 31

a. Teknik pemberian informasi... 32

b. Diskusi Kelompok... 32

c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)... 34

7. Tahap-tahap Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok... 34

1. Tahap Pembentukan……….. 35

2. Tahap Peralihan…...……….. 38

3. Tahap Kegiatan ... 41

4. Tahap Pengakhiran... 43

E. Penggunaan Teknik Pemberian Informasi Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa Yang Positif ... ... 44

III. METODE PENELITIAN... 49

A. Metode Penelitian... 49

B. Subjek Penelitian... 51

C. Variable Penelitian dan definisi Operasional……... 51

1. Variable Penelitian ... 51

2. Definisi Operasional………... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Angket PSKB (Pengungkapan Sikap Kebiasaan Belajar) …... 54

E. Teknik AnalisisData……….. 56

1. Uji t atau t-tes……….………... 56

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok………... 57

2. Deskripsi Data ... 58

3. Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok………... 59

4. Data Skor Subjek Sebelum (Pretest) dan sesudah (Postest)diberi Perlakuan dengan menggunakan layanana bimbingan kelompok ... 70

5. Analisis Hasil Penelitian ... 72

6. Deskripsi Hasil yang Diperoleh dari Setiap Pertemuan Layanan Bimbingan Kelompok………. 74

7. Peningkatan Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Layanan BimbinganKelompok……….. 99


(7)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Tabel halaman Tabel 4.1 Data hasil angket PSKB sebelumpemberian perlakuan……….. 59 Tabel 4.2 Kriteria tingkat sikap dan kebiasaan belajar siswa dengan angket PSKB… 60 Tabel 4.3 Hasil angket PSKB sesudah perlakuan bimbingan kelompok……….. 72 Tabel 4.4 Data skor angket PSKB subjek sebelum dan sesudah pemberian

teknik pemberian informasi dalam bimbingan

kelompok……… 72


(9)

Lampiran 1 Angket PSKB (Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar)... 1

Lampiran 2 Tahap Pelaksanaan Penelitian... 2

Lampiran 3 Satlan (Satuan Layanan) Bimbingan Kelompok... 3

Lampiran 4 Prosedur Pelaksanaan Teknik Pemberian Informasi Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Sikap Dan Kebiasaan Belajar Siswa... 4

Lampiran 5 Wawancara Konseling... 5

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dari Kampus... 6


(10)

MOTTO

Impikan apa yang berani kamu impikan

Lakukan apa yang berani kamu lakukan

Dan jadilah apa yang berani kamu inginkan .


(11)

Teriring do a dan puji syukur kehadirat Allah SWT,

Kupersembahkan skripsi ini sebagai bagian dari tugas manusia sebagai hambah Allah.

Kewajiban sebagai mahasiswa

Dan baktiku kepada orang tua

Teruntuk yang tercinta:

Kedua orang tuaku, yang telah mendidik dan membimbingku, terimakasih atas do a, dukungan dan kasih sayan

yang tiada henti.

Kakak-kakakku dan adikku yang telah memberiku inspirasi dan semangat sehingga aku bisa memaknai tentang

arti hidup ini.

Sahabat-sahabat terbaikku

Orang-orang yang senantiasa mencintai dan menyayangiku.

Aku benar-benar bersyukur menjadi bagian dalam hidup kalian.

Terima kasih untuk semuanya, Bersama kalian aku mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga

untuk hidup ini.


(12)

Penulis lahir di Masat, pada hari Jumat tanggal 16 Februari 1987, merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak. Yuhan dan Ibu Linurhayati.

Riwayat pendidikan penulis diawali pada pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 167 Ulak Lebar, Masat, Bengkulu Selatan dan tamat pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 2 Masat, Bengkulu Selatan dan tamat pada tahun 2003, serta Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Kota Manna dan menamatkan di SMA Negeri 1 Pino Bengkulu Selatan pada tahun 2006.

Tahun 2006, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Bimbingan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SPMB. Pada tanggal 18 Juli - 19 Oktober 2010 penulis melaksanakan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMPN 10 Bandar Lampung. Pada tanggal 17-21 Januari 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Yogyakarta.


(13)

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Penggunaan Teknik Layanan Bimbingan Kelompok Dalam

Mengubah Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VIII Di SMPN 10 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2010/2011”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si sebagai selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd sebagai selaku pembimbing utama pada penulisan skripsi ini. Terimakasih atas didikannya, masukan, serta saran-saran pada bimbingan skripsi dan dalam perkuliahan.

5. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi. M.Psi. Psi sebagai selaku pembimbing pembantu pada penulisan skripsi ini, terimakasih atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran, kritik dan proses penyelesaian skripsi.


(14)

terdahulu dan seminar hasil sampai menuju ujian akhir.

7. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas didikannya selama kurang lebih lima tahun perkuliahan. Semoga apa yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan saya di masa depan.

8. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terimakasih atas bantuannya selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi kami.

9. Ibu Hj. Nurhayati, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 10 Bandar Lampung, yang telah memberikan izin penelitian.

10. Ibu Leni Marlina, S.Pd, selaku guru BK SMP Negeri 10 Bandar Lampung, Staf TU, Bapak-Ibu Guru serta siswa-siswa SMP Negeri 10 Bandar Lampung. 11. Kedua orang tuaku, Bapak-Ibu yang tak henti-hentinya menyayangiku,

memberikan doa, dukungan, semangat serta dengan sabar menantikan keberhasilanku.

12. Kedua kakakku dan adikku, terimakasih atas kasih yang diberikan, doa yang tak henti-henti dan selalu memberikan semangat

13. Orang yang ku sayang, terima kasih sudah mau menjadi bagian dari hidupku. Pengertianmu, candaan, nasihat, darimu sangat berarti untukku.

14. Saudara-saudaraku, Bunda, om, sepupuku semua. Terimakasih karena telah mengingatkanku untuk lebih menomor satukan pendidikan.

15. Kawan-kawan bimbingan konseling 2006: : Agung Prabudi Jaya Saputra, Panca, Hendra, Roni, Hendi, Aris, Dwi, Ridho, Sivi Noviyana, Kurnia Arraw, Irma Juwita, Hotmeriati Hutabarat, Suci Cintya Dewi, Eka Novita


(15)

Rica, Macil itu maya, Rere, Vivin, Linda, Rista, Septi, Rina, Oki, Kiki, Adel, Yuni, Wela, Wiwin, Nhe–Nhe, Nopay, Amy, Nani, terimakasih atas semua kenangan selama kuliah dan kebaikan kalian semua. Semuanya akan jadi cerita indah buat masa depan kita nanti

16. Kakak dan adik tingkat Bimbingan Konseling yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas bantuannya

17. Semua yang mengisi dan mewarnai hidupku, terimakasih atas kasih sayang, kebaikan dan dukungannya yang telah memberikan pelajaran berharga buat aku,

18. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 5 Oktober 2011 Penulis,


(16)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu meningkatkan kualitas hidup sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa mempunyai hak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan serta menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan (Diknas, 2003). Hak untuk memperoleh pelayanan itu, diperoleh siswa melalui lembaga pendidikan. Salah satu lembaga pendidikan itu adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Pelaksanaan proses pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada saat ini mencerminkan bahwa Sekolah Menengah Pertama telah ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan anak Indonesia baik dalam segi intelektual maupun akhlaknya.


(17)

Program pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) sangat menunjang dalam rangka mengembangkan potensi-potensi diri setiap siswa. Lulusan pendidikan sekolah menengah pertama akan lebih memiliki kualitas yang baik apabila faktor potensi yang dimiliki siswa pada masa pendidikan menengah pertamanya tersebut dapat dikembangkan sebaik mungkin melalui berbagai upaya pendidikan di sekolah.

Siswa atau anak didik pada pendidikan sekolah menengah pertama merupakan komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar disekolah. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator sebab siswalah yang menjadi subjek pokok dan sebagai tumpuan perhatian. Siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan ingin mencapainya secara optimal dalam proses belajar mengajar. Siswa akan menjadi faktor “penentu”, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Konsep awal belajar yang baik dari diri siswa yang tentunya perlu ditunjang dengan menumbuh kembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik/positif sangat diperlukan untuk mencapai tujuan belajar yang optimal, karena bila konsep awal yang merupakan dasar lanjutan belum dikuasai maka akan menjadi hambatan dalam kegiatan belajar ditahap selanjutnya.

Setiap siswa sangat diharapkan menerapkan/memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik, tetapi pada kenyataannya masih terdapat siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif atau kurang baik dalam proses belajar, seperti:


(18)

malas, tidak semangat dalam belajar, kurang menghargai guru, ribut disaat belajar, serta suka mencontek pekerjaan teman. Apabila tidak segara ditindak lanjuti, maka siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik tersebut dikhawatirkan tidak dapat mencapai hasil belajar yang baik, karena hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan perjuangan yang keras yang tidak bisa didapat dalam waktu satu atau dua hari saja.

Menurut Allport (dalam Djaali, 2008) sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Maksudnya adalah sikap merupakan kecenderungan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu yang berhubungan dengan objek yang dihadapinya. Bagaimana seseorang dapat berhasil dalam mencapai tujuan belajar apabila sikap yang ditunjukkan selalu kurang baik/negatif dalam belajarnya.

Selain itu terdapat pula faktor-faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan siswa dalam proses belajarnya, salah satunya yaitu kebiasaan belajar. Menurut Mappiare (dalam Djaali, 2008) Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, siswa dituntut berlatih dengan ketekunan yang tinggi, merencanakan belajar dengan baik dengan mempunyai jadwal belajar yang baik dan efektif, serta melaksanakannya dengan baik, teratur, dan disiplin diri agar diperoleh hasil belajar yang baik.


(19)

Salah satu layanan bimbingan konseling yang dapat digunakan dalam mengubah sikap dan kebiasaan belajar siswa yang kurang baik di sekolah adalah layanan bimbingan kelompok yang merupakan suatu bantuan yang diberikan konselor kepada siswa dengan tujuan mengembangkan potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri dan dapat menyesuaikan diri secara positif.

“Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Maksudnya, semua peserta kegiatan kelompok saling berinteraksi, bekerjasama, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain serta apa yang dibicarakan akan bermanfaat bagi setiap anggota kelompok. Bimbingan kelompok terlaksana apabila topik yang dibicarakan adalah berupa topik umum”. (Prayitno, 1995: 178)

Bimbingan kelompok bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan. Dalam dinamika kelompok yang diisi dengan bimbingan, diharapkan klien tersebut dapat memperkembangkan diri kearah pemecahan masalah yang dihadapinya. Sitti Hartinah (2009: 6).

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok bertujuan mengajak para siswa untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Dengan demikian, selain dapat membuahkan hubungan yang baik di antara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar-individu, pemahaman berbagai situasi, dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap


(20)

dalam kelompok. Maksudnya, semua peserta kegiatan kelompok saling berinteraksi, berkerja sama, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain serta apa yang dibicarakan akan bermanfaat bagi setiap anggota kelompok.

Menurut Sitti Hartinah (2009), salah satu materi umum layanan bimbingan kelompok yaitu mengenai pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, yaitu: ”pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar dan cara-cara penanggulangannya termasuk EBTA, EBTANAS, UMPT, SPMB”.

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok efektif untuk proses pembentukan/perubahan sikap dan kebiasaan belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan prapenelitian yang dilakukan penulis saat PLBK-Sekolah di SMP Negeri 10 Bandar Lampung, disertai informasi dari guru bimbingan konseling dan guru mata pelajaran yang ada di sekolah. Penulis memperoleh informasi bahwa masih terdapat siswa-siswi di SMP tersebut yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif. Hal tersebut dapat terlihat saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, terdapat siswa yang tidak semangat dalam belajar atau malas, ribut diwaktu proses belajar mengajar berlangsung, suka mencontek pekerjaan teman, tidak memperhatikan disaat kegiatan belajar mengajar berlangsung, mengantuk atau tidur saat belajar, serta terdapat siswa yang keluar masuk saat belajar di kelas.


(21)

Abu Ahmadi (2002: 172) menyatakan lingkungan yang terdekat banyak memiliki peranan dalam pembentukan dan perubahan sikap, yaitu:

”Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu obyek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan perubahan sikap tersebut dapat terjadi di dalam kelompok atau hubungan di dalam kelompok. Maka bimbingan kelompok diperkirakan efektif dalam pembentukan dan perubahan sikap dan kebiasaan belajar siswa.

Sehubungan dengan realita diatas, penulis tertarik meneliti tentang upaya meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar yang positif dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/20111.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1.Ada siswa yang tidak memperhatikan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung

2. Ada siswa yang mengobrol saat guru menerangkan pelajaran

3.Ada siswa yang mengganggu kosentrasi teman lain yang sedang memperhatikan guru

4. Ada siswa yang membuat kegaduhan didalam kelas 5. Ada siswa yang mengantuk atau tidur saat belajar 6. Ada siswa yang keluar masuk saat jam belajar


(22)

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan beberapa masalah yang timbul, untuk lebih efektif penulis membatasi masalah dengan mengkaji mengenai “Sikap dan Kebiasaan Belajar yang negatif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011”.

3. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “sikap dan kebiasaan belajar yang negatif” maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011?”.

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui peningkatan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.

2. Kegunaan Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sejumlah manfaat, antara lain: 1. Secara teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep-konsep bimbingan, khususnya kajian bimbingan dan konseling mengenai upaya meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa.


(23)

2. Secara praktis.

a. Bahan masukan guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan yang tepat terhadap siswa-siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif.

b. Dapat dijadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru pembimbing, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah:

1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling 2. Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah mengenai sejauh mana peningkatan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa melalui penggunaan tenik pemberian informasi dalam layanan bimbingan kelompok

3. Ruang lingkup subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung.

4. Ruang lingkup wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 10 Bandar Lampung.


(24)

5. Ruang lingkup waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran atau kerangka berpikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disentesiskan dari fakta-fakta, observasi dan kajian kepustakaan. Kerangka berfikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Kerangka berfikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur berfikir peneliti serta keterkaitan antara variabel yang diteliti.

Siswa atau para peserta didik menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu sikap serta kebiasaan belajar yang baik sangat diperlukan agar tujuan belajar yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal.

Berdasarkan pada latar belakang masalah, peneliti menemukan masalah belajar yang dialami oleh para siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung, Masalah belajar yang dialami siswa berkaitan dengan belum terbentuknya sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Siswa-siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung yang dituntut untuk belajar dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik demi untuk mempersiapkan ketingkatan selanjutnya serta menghadapi ujian nasional, tetapi semua itu belum terlaksana dengan baik karena terdapat beberapa hambatan, salah satu diantaranya adalah sikap dan kebiasaan belajar yang negatif. Prayitno (1999:280) menyatakan bahwa “siswa yang memilki sikap dan kebiasaan


(25)

yang tidak baik merupakan masalah belajar bagi siswa, karena akan mempengaruhi hasil belajarnya”. Berkaitan dengan ini, perlu adanya usaha layanan yang diberikan untuk siswa baik dari keluarga, guru dan konselor. Guru dan konselor dapat memberikan rancangan layanan bimbingan belajar bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok belajar, bimbingan/konseling kelompok atau individual atau kegiatan lainnya. Layanan yang materinya lebih banyak menyangkut penguasaan bahan pelajaran menuntut peran guru lebih besar, sedangkan pelayanan yang menuntut pengembangan motivasi, minat, sikap dan kebiasaan belajar menuntut lebih banyak konselor.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar yang lebih baik pada siswa yaitu dengan melaksanakan kegiatan layanan bimbingan konseling. Salah satu jenis layanan yang dapat digunakan adalah dengan mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok digunakan karena pada masa usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) remaja cenderung lebih menyukai kegiatan yang dilakukan bersama dengan teman sebaya (peer-group). Para peserta yang mengikuti layanan bimbingan kelompok secara bersama-sama akan memperoleh berbagai masukan juga nara sumber yang nantinya akan bermanfaat bagi siswa-siswa itu sendiri.

“Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Maksudnya, semua peserta kegiatan kelompok saling berinteraksi, bekerjasama, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain serta apa yang dibicarakan akan bermanfaat bagi setiap anggota kelompok. Bimbingan kelompok terlaksana apabila topik yang dibicarakan adalah berupa topik umum”. (Prayitno, 1995: 178)


(26)

Sedangkan menurut Sitti Hartinah (2009: 6). Bimbingan kelompok bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan. Dalam dinamika kelompok yang diisi dengan bimbingan, diharapkan klien tersebut dapat memperkembangkan diri kearah pemecahan masalah yang dihadapinya. Teori yang dapat digunakan untuk memperkuat teori di atas adalah teori tentang pembentukan dan perubahan sikap yang dikembangkan oleh Abu Ahmadi (2002: 172) menyatakan lingkungan yang terdekat banyak memiliki peranan dalam pembentukan dan perubahan sikap, yaitu:

”Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu obyek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan perubahan sikap tersebut dapat terjadi di dalam kelompok atau hubungan di dalam kelompok. Maka bimbingan kelompok diperkirakan efektif dalam pembentukan dan perubahan sikap dan kebiasaan belajar siswa.

Dapat ditarik kesimpulan dari pendapat para ahli bahwa layanan bimbingan kelompok sesuai digunakan karena dapat membantu siswa dalam mengubah sikap dan kebiasaan belajar yang negatif yang dilaksanakan dengan proses yang ada pada model layanan bimbingan kelompok. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mencari sebab-sebab timbulnya sikap dan kebiasaan belajar yang negatif serta membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Masing-masing anggota dalam


(27)

bimbingan kelompok akan saling mengemukakan pendapat, memberikan saran maupun ide-ide, menanggapi, saling berkomunikasi menciptakan dinamika kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan diri siswa, dan lain-lain serta apa yang dibicarakan akan bermanfaat bagi setiap anggota kelompok.

Siswa diharapkan secara optimal dapat mengalami perubahan dan mencapai peningkatan yang positif setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Oleh karena itu, dengan pemberian layanan bimbingan kelompok ini maka diharapkan akan menghasilkan perubahan sikap dan kebiasaan belajar siswa yang sebelumnya kurang baik akan dapat berkurang ataupun dihilangkan dan siswa sebagai subjek akan memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

Berdasarkan pemahaman inilah dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menggunakan pemberian informasi dalam layanan bimbingan kelompok dalam membantu meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar siswa yang positif.

Menurut Sugiyono (2008:60), kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan penggunaan pemberian informasi dalam layanan bimbingan kelompok. Sehingga dapat disimpulkan dalam kerangka pikir yang dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 1: Alur Kerangka Pikir Penelitian Bimbingan

kelompok

Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa


(28)

Gambar diatas memperlihatkan bahwa, siswa kelas VIII sebagai subjek penelitian di SMP N 10 Bandar Lampung yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif diberikan layanan bimbingan kelompok ini, diharapkan mendapatkan perubahan sikap dan kebiasaan belajar belajar siswa yang negatifnya. Perubahan sikap dan kebiasaan belajar siswa yang negatif memungkinkan siswa memperoleh hasil yang optimal dalam proses belajar mengajarnya.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu permasalahan penelitian, dimana jawaban atau dugaan tersebut telah terbukti dengan data-data yang telah dikumpulkan peneliti.

Menurut Sugiyono (2008: 64) menyatakan bahwa :

”Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris melalui data-data yang terkumpul.

Berdasarkan latar belakang masalah, teori dan kerangka pikir maka hipotesis yang penulis ajukan adalah “Penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar siswa yang positif pada siswa di SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011”.


(29)

Sesuai dengan hipotesis penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara skor rata-rata sikap dan kebiasaan belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok

(Ho : Ø = Oo)

Ha : Terdapat perbedaan signifikan antara skor rata-rata sikap dan kebiasaan belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok

(Ha : Ø ≠ Oo)

Untuk menguji hipotesis ini peneliti menggunakan uji statistik dengan uji t. Dengan ketentuan jika hasil thitung > ttabel maka hipotesis Ho ditolak dan Ha yang diterima, tetapi jika thitung < ttabel maka Ho yang diterima.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan teori-teori yang relevan yang dapat digunakan menjelaskan variabel yang akan diteliti. Peneliti disini akan membahas mengenai sikap dan kebiasaan belajar, layanan bimbingan kelompok.

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sikap cerminan atas perbuatan atau tingkah laku seseorang untuk menerima atau tidak menerima sesuatu. Banyak kajian yang dilakukan untuk menyatakan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupun proses perubahan sikap.

Zimbardo dan Ebbesen (dalam Abu Ahmadi, 2002: 163) menyatakan sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior.


(31)

Jadi sikap memiliki tiga komponen, yaitu komponen cognitive, affective dan

behavior, dimana sikap tersebut sangat mudah terpengaruh dengan oarang lain ataupun obyek yang ada.

Trow (dalam Djaali, 2008: 114) mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap suatu objek.

Sementara itu menurut Allport (dalam Djaali, 2008) menyatakan bahwa: “Sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Sikap adalah kecenderungan untuk berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan tindakan nyata (overt behavior)

melainkan masih bersifat tertutup (covert behavior).”

Jadi sikap merupakan kesiapan mental yang memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu.

2. Fungsi Sikap

Setiap perilaku individu dalam memberikan respon terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh sikap, hal ini menunjukkan bahwa sikap mempunyai fungsi tertentu terhadap perilaku individu.

Abu Ahmadi (2002: 179-180) mengemukakan fungsi sikap dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:


(32)

1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifatcommunicabel, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. 2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku.

3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. 4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.

Penguasaan ilmu pengetahuan yang luas serta kemampuan penyesuaian diri seorang pendidik belum cukup untuk mendapatkan hasil yang baik untuk penampilan seorang guru atau pendidik. Keempat fungsi sikap tersebut juga sangat diperlukan bagi seorang guru untuk mencapai keberhasilan penampilan kerja seorang guru. Bila telah menerapkan semua hal tersebut, akan lebih mudah menciptakan suatu kondisi saling menghormati, mewujudkan rasa saling mempercayai serta akan lebih penuh pengertian terhadap masing-masing fungsi dengan baik.

3.Pembentukan dan Perubahan Sikap

Sikap seseorang tidak pernah tetap, selalu berubah dan berkembang bila mendapat pengaruh baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesan. Lingkungan sosial dan kebudayaan sangat mempengaruhi proses terbentuknya sikap, seperti adat istiadat, golongan agama, norma, dan keluarga. Hal terbesar yang sangat mempengaruhi dalam pembentukan perilaku seorang anak adalah keluarga. Sikap mengalami pertumbuhan serta perubahan, dalam perkembangannya sikap dipengaruhi oleh lingkungan, serta norma-norma yang mengakibatkan perbedaan sikap antara individu satu dengan lainnya.


(33)

Abu Ahmadi (2002: 172) menyatakan lingkungan yang terdekat banyak memiliki peranan dalam pembentukan dan perubahan sikap, yaitu:

”Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu obyek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan perubahan sikap tersebut dapat terjadi di dalam kelompok atau hubungan di dalam kelompok.

B. Kebiasaan Belajar

1. Pengertian Kebiasaan Belajar

Setiap manusia dalam kehidupannya memiliki kebiasaan yang berbeda-beda antara satu sama lainnya, kebiasaan dapat diartikan sesuatu hal yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang. Jika suatu hal tersebut telah dilakukan berulang-ulang akan menjadi terbiasa, sehingga dapat menghasilkan suatu keahlian.

Djaali (2008: 127-128) mengemukakan bahwa :

“Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar mempunyai korelasi positif dengan kebiasaan belajar atau studi habit. Witherington dalam Mappiare 1983 mengartikan kebiasaan (habit) sebagai : an acquired way of acting which is persistent, uniform, and fairly automatic.”

“Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.”

Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar kebiasaan-kebiasaanya akan tampak berubah. Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian


(34)

dan pikiran dalam melakukannya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau memperhatikan hal-hal lain. Jadi kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menetap dan bersifat otomatis.

Djaali (2008: 128) menyatakan bahwa :

“Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Kebiasaan belajar dibagi kedalam dua bagian, yaitu Delay Avoidan (DA), dan Work Methods (WM). DA menunjuk pada ketepatan waktu penyelesaian tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar. Adapun WM menunjukkan kepada penggunaan cara (prosedur) belajar yang efektif, dan efisiensi dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.”

Jadi kebiasaan belajar adalah teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Misalnya ketepatan waktu penyelesaian tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar, penggunaan cara (prosedur) belajar yang efektif, dan efisiensi dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.

2.Ciri-ciri Belajar

Djamarah (2008: 15-16) mengemukakan ciri-ciri belajar adalah : a. Perubahan yang terjadi secara sadar


(35)

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-sekurangnya inidividu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar.

e. Perubahandalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Ada banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar dan faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya.


(36)

Djaali (2008: 101) mengatakan :

“Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.”

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahawa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor kognitif adalah persepsi, ingatan, pengetahuan, pembentukan konsep, intelegensi dan kreatifitas, dan faktor afektif : motivasi, minat, sikap belajar, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Dari faktor-faktor tersebut sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya proses belajar.

4. Peranan Kebiasaan Belajar

Menurut Mappiare (dalam Djaali: 2008) kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Sebabnya ialah karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat.

Pada umumnya setiap orang bertindak berdasarkan kebiasaan sekalipun ia tahu bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar.

Djaali (2008: 128) sesuai dengan Law of effect dalam belajar, perbuatan yang menimbulkan kesenangan cenderung untuk diulang. Oleh karena itu, tindakan berdasarkan kebiasaan bersifat mengukuhkan (reinforcing). Suryabrata (dalam Djaali 2008) merumuskan cara belajar yang efisien adalah dengan usaha


(37)

sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi perkembangan individu yang belajar. Mengenai cara belajar yang efisien, belum menjamin keberhasilan dalam belajar, yang paling penting adalah siswa dalam mempraktikannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-kelamaan menjadi kebiasaan, baik di dalam maupun di luar kelas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa cara belajar yang efisien akan memberikan perkembangan yang besar bagi setiap individu yang belajar tetapi untuk mewujudkannya, hal tersebut harus menjadi suatu kebiasaan bagi individi dalam setiap proses belajarnya.

C. Sikap dan Kebiasaan Belajar

1. Pengertian Sikap dan Kebiasaan Belajar

Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam belajar. Brown dan Holtzman (dalam Djaali, 2008) mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua aspek yaitu :

Teacher Approval (TA) yang berhubungan dengan pandangan siswa terhadap guru-guru, tingkah laku mereka di kelas, dan cara mengajar. Education Acceptance (EA) yang terdiri dari penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai dan materi yang akan disajikan, praktik, serta tugas. Kebiasaan belajar dibagi kedalam dua bagian yaitu Delay Avoidan (DA) yang menunjuk pada ketepatan waktu penyelesaian tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu


(38)

konsentrasi dalam belajar. Work Methods (WA) menunjuk pada kepada penggunaan cara (prosedur) belajar yang efektif, dan efisiensi dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai sikap dan kebiasaan belajar, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada empat aspek dalam sikap dan kebiasaan belajar yaitu : Teacher Approval (TA), Education Acceptance (EA), Delay Avoidan

(DA), dan Work Methods (WM)

2. Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Negatif

Sikap dan kebiasaan belajar yang negatif adalah keadaan atau kondisi siswa yang dalam kegiatan belajar sehari-harinya bertolak belakang dengan yang seharusnya. Sikap dan kebiasaan belajar yang negatif atau kurang baik tersebut antara lain: kurang menghargai guru, tidak memperhatikan disaat kegiatan belajar mengajar berlangsung, suka ribut dan mengobrol saat jam pelajaran, suka mencontek pekerjaan teman, keluar masuk saat belajar, suka mengganggu kosentrasi teman yang sedang memperhatikan guru menerangkan pelajaran, pemalu yang menyebabkan kurang berani mengemukakan pendapat dikelas, dan lain-lain.

3. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Positif

Setiap siswa sangat diharapkan menerapkan/memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik, tetapi pada kenyataannya masih terdapat siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif atau kurang baik dalam proses belajar, seperti: malas, tidak semangat dalam belajar, kurang


(39)

menghargai guru, ribut disaat belajar, serta suka mencontek pekerjaan teman. Apabila tidak segara ditindak lanjuti, maka siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik tersebut dikhawatirkan tidak dapat mencapai hasil belajar yang baik, karena hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan perjuangan yang keras yang tidak bisa didapat dalam waktu satu atau dua hari saja.

Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan sering kali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh konselor sekolah. Oleh karena itu, peran guru bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik disekolah sehingga mampu mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk itu siswa perlu dibantu dalam hal:

1. Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar 2. Memelihara kondisi kesehatan yang baik

3. Mengatur waktu belajar, baik dirumah maupun disekolah 4. Memilih tempat belajar yang baik

5. Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya, seperti buku-buku teks dan referensi yang lainnya

6.Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan, misalnya kapan membaca secara garis besar, kapan secara teperinci, dan lain sebagainya 7. Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui kepada guru,

teman, dan siapapun juga. (Prayitno dan Erman Amti, 2004)

D. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diberikan kepada siswa oleh guru pembimbing. Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu bimbingan kepada individu-individu melalui prosedur kelompok. Bimbingan kelompok


(40)

dilakukan dengan memanfaatkan suasana kelompok tertentu, semua anggota kelompok mencurahkan potensinya dan menjadikan kelompok pisau pemberdayaan layanan bimbingan kelompok kepada siswa. Sitti Hartinah, (2009: 5).

Berdasarkan pengertian tersebut, kelompok merupakan wadah dimana didalamnya diadakan upaya bimbingan dalam rangka membantu individu-individu yang memerlukan bantuan.

Pengertian bimbingan kelompok menurut Prayitno, (1995: 178)

“Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Maksudnya, semua peserta kegiatan kelompok saling berinteraksi, bekerjasama, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain serta apa yang dibicarakan akan bermanfaat bagi setiap anggota kelompok. Bimbingan kelompok terlaksana apabila topik yang dibicarakan adalah berupa topik umum”.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu layanan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengubah sikap dan kebiasaan belajar siswa.


(41)

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Kesuksesan layanan bimbngan kelompok sangat dipengaruhi sejauh mana tujuan yang akan dicapai dalam layanan bimbingan kelompok yang diselenggarakan. Bimbingan kelompok memiliki tujuan agar sejumlah siswa secara bersama-sama menuntaskan masalah melalui prosedur kelompok yang dipimpin oleh pimpinan kelompok yang berguna untuk menunjang dalam kegiatan belajar siswa serta melatih siswa untuk dapat mengambil keputusan yang tepat.

Adapun tujuan bimbingan kelompok dibagi menjadi 2, yakni

1. secara umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan masalah siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

2. Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk:

a. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan teman-temannya.

b. Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok

c. Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman dalam kelompok khususnya dan teman-teman di luar kelompok pada umumnya.

d. Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.

e. Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain.

f. Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial

g. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya dengan orang lain. (Prayitno ; 1994:117)

Dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta


(42)

aspek-aspek positif lainnya yang dapat membantu individu untuk mengembangkan potensi diri yang dimilikinya.

3. Komponen dalam Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok akan tercipta apabila memperhatikan komponen-komponen pendukung dalam pelaksanaan bimbingan kelompok. Terdapat tiga komponen penting dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu: suasana kelompok, anggota kelompok, dan pemimpin kelompok.

a. Suasana kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu.

“Dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.” (Santosa, 2006: 5) Bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media untuk membimbing anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Agar dinamika kelompok yang berlangsung dalam suatu kelompok dapat secara efektif bermanfaat bagi pembinaan para anggota kelompok, maka jumlah anggota dalam bimbingan kelompok sekitar 10 – 15 orang.


(43)

b. Anggota kelompok

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan para anggotanya. Melalui dinamika kelompok semua anggota kelompok diharapkan dapat melaksanakan peranan yang telah disebutkan di atas. Dalam hal ini, pemilihan anggota sangatlah penting agar dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lancar. Peranan para anggota sangat menentukan keberhasilan dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok..

c. Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah mereka sendiri.

Menurut Prayitno (1995: 35-36) peranan pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:

1) Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.

2) Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami oleh anggota kelompok.

3) Jika kelompok tersebut tampaknya kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan, pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan.

4) Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok.

5) Pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur lalu lintas kegiatan kelompok, pemegang atauran permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong Kerja sama serta suasana kebersamaan.

6) Selain itu, pemimpin kelompok harus bertindak sebagai penjaga agar apaun yang terjadi di dalam kelompok tidak merusak ataupun menyakiti


(44)

satu orang atau lebih anggota kelompok sehingga ia atau mereka menjadi menderita karenanya.

Peran pimpinan kelompok dalam kegiatan bimbingan kelompok adalah untuk memberikan bantuan melalui pengarahan kepada anggota kelompok sehingga kegiatan bimbingan kelompok dapat mencapai tujuan yang telah disepakati. Selain itu, pemimpin kelompok perlu membuat dan menjelaskan aturan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

4. Asas dalam Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok terdapat asas-asas yang diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan kegiatan bimbingan kelompok sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Asas-asas yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu:

1) Asas keterbukaan, yaitu semua peserta bebas dan terbuka mengeluarkan pendapat, ide, saran, dan apa saja yang dirasakannya dan dipikirkannya, tidak merasa takut, malu atau ragu-ragu untuk dibicarakan.

2) Asas kesukarelaan, yaitu semua peserta dapat menampilkan dirinya secara spontan tanpa malu-malu atau dipaksa oleh orang lain dan sukarela untuk membantu teman, sukarela dalam mengemukakan pendapat serta mengeluarkan perasaan-perasaan dihadapan semua anggota kelompok.

3) Asas kegiatan, yaitu partisipasi semua anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat sehingga cepat tercapainya tujuan bimbingan kelompok.


(45)

4) Asas kenormatifan, yaitu semua yang dibicarakan dan yang dilakukan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan peraturan yang berlaku.

5) Asas kerahasiaan, yaitu semua yang hadir dalam kegiatan harus menyimpan dan merahasiakan apa saja, yang didengar dan dibicarakan dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Asas kerahasiaan termasuk asas terakhir karena topik (pokok bahasan) permasalahan dalam bimbingan kelompok bersifat umum.

5. Jenis-jenis Kelompok dalam Bimbingan Kelompok

Agar layanan bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan baik, terlebih dahulu perlu dibentuk kelompok-kelompok siswa sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang akan diungkap dalam proses layanan bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (1995: 24-25), “bahwa dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dikenal dua jenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas.”

a) Kelompok bebas

kelompok bebas memberikan ksempatan seluas-luasnya kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah dan isi kegiatan kelompok tersebut. Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaanya dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok.


(46)

b) Kelompok tugas

Kelompok tugas pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, baik pekerjaan tersebut ditugaskan oleh pihak diluar kelompok tersebut maupun tumbuh di dalam kelompok itu sendiri sebagai hasil hasil dari kegiatan-kegiatan kelompok tersebut sebelumnya.

Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi kegaiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada penyelesaiannya suatu tugas. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok.

Bentuk kelompok dalam penelitian ini adalah kelompok tugas di mana permasalahan yang dibahas dalam kelompok nanti ditentukan oleh pemimpin kelompok. Sedangkan, pembentukan anggota kelompok dilakukan setelah melakukan observasi kepada siswa-siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik.

6. Teknik-teknik dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok

Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai banyak fungsi selain dapat lebih memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya sehingga tujuan bimbingan kelompok dapat tercapai sesuai dengan harapan.

Terdapat beberapa teknik yang dikemukakan oleh Romlah (2001: 86)

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok, seperti yang disebutkan oleh Romlah (2001: 87) “beberapa teknik yang


(47)

biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu, antara lain: pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah (problem solving), permainan peranan (role playing), permainan simulasi (simulation games), karyawisata (field trip), penciptaan suasana keluarga (Home Room).”

Dari beberapa teknik di atas, akan dipilih beberapa teknik yang sekiranya memenuhi standar yang dapat membantu untuk mengubah sikap dan kebiasaan belajar yang negatif pada siswa, dari kriteria di atas dapat diperoleh beberapa teknik yang bisa digunakan yaitu, teknik pemberian informasi, diskusi kelompok, dan teknik pemecahan masalah.

a. Teknik pemberian informasi

Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain adala`: (a) dapat melayani banyak orang, (b) tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien, (c) tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas, (d) mudah dilaksanakan dibanding dengan teknik lain. Sedangkan kelemahannya adalah antara lain: (1) sering dilaksanakan secara menolong, (2) individu yang mendengarkan kurang aktif, (3) memerlukan ketrampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi menarik.

b. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin. Di dalam melaksanakan bimbingan kelompok, diskusi kelompok tidak hanya untuk


(48)

memecahkan masalah, tetapi juga untuk mencerahkan persoalan serta untuk mengembangkan pribadi.

Dink Meyer dan Muro (Romlah, 2001: 89) menyebutkan 3 macam tujuan diskusi kelompok

b. untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri (self) c. untuk mengembangkan kesadaran tentang diri

d. untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antara manusia

Pelaksanaan diskusi meliputi tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Pada tahap perencanaan, fasilitator melaksanakan lima macam hal, yaitu: merumuskan tujuan diskusi, menentukan jenis diskusi, melihat pengalaman dan perkembangan siswa, memperhitungkan waktu yang tersedia untuk kegiatan diskusi, mengemukakan hasil yang diharapkan dari diskusi, misalnya kesimpulan atau pemecahan masalah.

Pada tahap pelaksanaan, fasilitator memberikan tugas yang harus didiskusikan, dan memberitahu cara melaporkan tugas, serta menunjuk pengamat diskusi jika diperlukan.

Pada tahap penilaian fasilitator meminta pengamat melaporkan hasil pengamatannya, memberikan komentar mengenai proses diskusi, dan membicarakan kepada kelompok.


(49)

c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)

Teknik pemecahan masalah merupakan suatu proses kreatif di mana individu menilai perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai hidupnya. Teknik pemecahan masalah mengajarkan kepada individu bagaimana memecahkan masalah secara sistematis.

Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis adalah : 1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

2) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah 3) Mencari alternatif pemecahan masalah

4) Menguji masing-masing alternatif

5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan 6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai

7. Tahap-tahap Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok

Kegiatan layanan bimbingan kelompok tidak akan berjalan secara efektif dan efisien tanpa didukung tahap-tahap perkembangan kegiatan kelompok. Jika setiap tahap dapat dilaksanakan dengan baik, dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap. Menurut (Prayitno, 1995:44-60) tahap-tahap bimbingan kelompok adalah tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.


(50)

1) Tahap pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan atau tahap pelibatan diri dalam kegiatan kelompok. Pada tahap ini para anggota kelompok saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, ataupun seluruh anggota.

Peran pemimpin kelompok dalam tahap pembentukan adalah :

a. Menjelaskan tujuan umum yang ingin dicapai melalui kegiatan kelompok;

b. Mengemukakan tentang diri pemimpin kelompok yang kira-kira perlu untuk terselenggarakannya kegiatan kelompok;

c. Menjelaskan asas-asas yang akan membantu masing-masing anggota untuk mengarahkan peranan diri sendiri terhadap anggota lainnya dan pencapaian tujuan bersama; dan,

d. Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain, seperti ketulusan hati, kehangatan, dan empati.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pembentukan antara lain : 1) Pengenalan dan pengungkapan tujuan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan dimana semua anggota kelompok dan pimpinan kelompok melibatkan diri ke dalam suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling


(51)

memperkenalkan diri mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai oleh seluruh anggota kelompok.

2) Terbangunnya kebersamaan

Pimpinan kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan dan perasaan sekelompok. Selain itu pemimpin kelompok juga perlu membangkitkan minat-minat dan kebutuhannya serta rasa berkepentingan para anggota mengikuti kegiatan kelompok yang sedang mulai digerakkan itu.

3) Keaktifan pimpinan kelompok

Peranan pimpinan kelompok dalam tahap pembentukan perlu memusatkan pada :

(1) Penjelasan tentang tujuan kegiatan

(2) Penumbuhan rasa saling mengenal antar anggotanya

(3) Penumbuhan rasa saling mempercayai dan saling menerima (4) Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan suasana

perasaan dalam kelompok. 4) Beberapa teknik

Teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam tahap pembentukan ini adalah sebagai berikut :

(1) Teknik Pertanyaan dan jawaban

Salah satu teknik yang tersebut ialah para anggota menulis jawaban atas suatu pertanyaan pada selembar kertas yang disediakan oleh pemimpin kelompok.


(52)

Teknik ini ialah mempersilahkan atau meminta masing-masing anggota kelompok mengemukakan perasaan dan tanggapannya atas suatu masalah atau suasana yang mereka rasakan pada saat pertemuan itu berlangsung.

(3) Teknik permainan kelompok

Permainan ini bertujuan untuk mengakrabkan hubungan antar anggota kelompok dengan pemimpin kelompok, penghangatan dan keakraban.

Ciri – ciri permainan yang dapat menciptakan dan kesantaian itu antara lain: diikuti oleh semua peserta; menggembirakan; sesuai dengan tingkat perkembangan peserta; tidak memakan banyak waktu; tidak melelahkan; sederhana dan mudah.

Permainan yang dapat diselnggarakan antara lain:

(1) Permainan dod kelipatan tiga (2) Permainan anak kembar (3) Permainan bisik berantai (4) Permainan bunyi binatang (5) Permainan siapakah saya (6) Permainan mengapa karena (7) Permainan rangkaian nama


(53)

Gambar 2.1. Tahap I Pembentukan

2) Tahap peralihan

Tahap peralihan atau tahap transisi dari tahap pembentukan ketahap kegiatan. Dalam kegiatan ini pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan selanjutnya dalam kegiatan kelompok. Setelah jelas kegiatan apa yang harus dilakukan, maka

Tahap I Pembentukan

Tema : 1. Pengenalan 2. Pelibatan diri 3. Pemasukan diri

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK

1. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka

2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, bersedia membantu dan penuh empati

3. Sebagai contoh Tujuan :

1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling

2. Tumbuhnya suasana kelompok 3. Tumbuhnya minat anggota mengikuti

kegiatan kelompok

4. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu di antara para anggota

5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka 6. Dimulainya pembahasan tingkah laku dan

perasaan dalam kelompok

Kegiatan :

1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling

2. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan kelompok

3. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri 4. Teknik kasus 5. Permainan

penghangatan/pengakraban TAHAP 1


(54)

tidak akan muncul keragu-raguan atau belum siapnya anggota dalam melaksanakan kegiatan dan manfaat-manfaat yang akan diperoleh setiap anggota kelompok.

Tahap peralihan menurut Prayitno (1995: 47) dijelaskan sebagai berikut: “Tahap peralihan yang bertujuan membebaskan anggota kelompok dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.”

Pada tahap ini pemimpin kelompok perlu menawarkan kepada anggota kelompok tentang kesiapan untuk mengikuti kegiatan selanjutnya, yaitu dengan membuka diri secara wajar dan tidak berlebihan. Apabila pemimpin kelompok melihat adanya ketidaksiapan siswa atau siswa merasa kurang paham dengan kegiatan yang akan dilaksanakan maka sebelum praktikan melanjutkan ke tahap berikutnya, praktikan kembali ke tahap sebelumnya sampai siswa siap untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu tahap kegiatan.

Kegiatannya antara lain sebagai berikut : 1) Penjelasan kegiatan kelompok

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para anggota kelompok.Terdapat dua jenis kegiatan yang dapat dilakukan kelompok yaitu : bimbingan kelompok bebas dan bimbingan kelompok tugas.

2) Pengenalan suasana

Anggota kelompok berusaha mengenali suasana yang berkembang dalam kelompok untuk mengetahui apakah anggota kelompok telah siap untuk melakukan kegiatan atau belum. Jika belum siap


(55)

seperti ragu-ragu, tidak mengetahui apa dan bagaimana melakukan kegiatannya atau belum yakin akan keraguannya, maka pimpinan kelompok harus menjelaskan kembali hal-hal yang belum dimengerti oleh anggota kelompok.

3) Jembatan antara tahap I dan tahap III

Tahap kedua ini merupakan tahap jembatan antara tahap I dan tahap III. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan mudah dan lancar, dan ada kalanya jembatan itu ditempuh dengan susah payah. Oleh karena itu, pimpinan kelompok dengan pemimpin yang khas dapat membawa anggota kelompok melewati jembatan itu dengan selamat, dengan mengingatkan, diulangi, ditegaskan, hal-hal di tahap II diharapkan dapat mantap kembali


(56)

Tahap II : Peralihan

Gambar 2.2. Tahap Peralihan

3) Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun kegiatan kelompok pada tahap ini tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ini akan berlangsung dengan lancar.

TAHAP II PERALIHAN

Tema : Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga

Tujuan :

1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya

2. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan

3. Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok

Kegiatan :

1. Menjelaskan kegiatan yang akan di tempuh pada tahap berikutnya 2. Menawarkan mengamati apakah para

anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga) 3. Membahas suasana yang terjadi 4. Meningkatkan kemampuan

keikutsertaan anggota

5. Kalau perlu kembali ke beberapaaspek tahap pertama (tahapPembentukan)

PERANAN PIMPINAN KELOMPOK 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan


(57)

Prayitno (1995: 47) mengemukakan “Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi pengiringnya cukup banyak dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok”.

Pada tahap kegiatan ini anggota akan berpartisipasi aktif dalam kelompok, terciptanya suasana mengembangkan diri anggota kelompok, baik yang menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi, berpendapat, menanggapi pendapat, sabar dan tenggang rasa, maupun menyangkut pemecahan masalah yang dikemukakan dalam kelompok.

Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini, yaitu: tetap tut wuri handayani , terus menerus memperhatikan, dan mendengarkan secara aktif, khususnya memperhatikan hal-hal khusus yang diungkapkan anggota kelompok, memperhatikan hal-hal yang dapat merusak suasana kelompok yang baik, menjadi nara sumber yang membuka diri seluas-luasnya, serta menjadi penunjuk jalan untuk pembahasan masalah.

Tujuan tahap ini adalah (1) terungkapnya secara bebas masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami oleh anggota kelompok; (2) terbahasnya masalah dan topik yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas; dan (3) ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran, ataupun perasaan.


(58)

Tahap III : Kegiatan

Gambar 2.3. Tahap Pembentukan Kelompok Tugas

4) Tahap pengakhiran

Tahap pengakhiran merupakan tahap terakhir dari kegiatan bimbingan kelompok. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut (follow-up). Tahap ini merupakan tahap penutup dari seluruh

Tema : Kegiatan pencapaian tujuan (Penyelesaian Tugas)

Tujuan :

1. Terbahasnya suatu masalah atau topik yang relevan dengan kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas.

2. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang

menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun

perasaan.

Kegiatan :

1. Pemimpin kelompok

mengemukakan suatu masalah atau topik.

2. Tanya jawab antara anggota dan pimpinan kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pimpinan kelompok.

3. Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas.

4. Kegiatan selingan. PERANAN PIMPINAN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara

TAHAP III KEGIATAN Kelompok Tugas


(59)

rangkaian pertemuan kegiatan bimbingan kelompok dengan tujuan telah tercapainya suatu pemecahan masalah oleh kelompok tersebut.

Menurut Prayitno (1995: 60), peranan pemimpin kelompok pada tahap ini adalah:

a. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka.

b. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota.

c. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut. d. Penuh rasa persahabatan dan empati.

e. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah :

f. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri. g. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan pesan dan hasil-hasil

kegiatan.

h. Membahas kegiatan lanjutan. i. Mengemukakan pesan dan harapan.

E. Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa yang Positif

Setiap siswa sangat diharapkan menerapkan/memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik, tetapi pada kenyataannya masih terdapat siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif dalam proses belajar, seperti: malas, tidak semangat dalam belajar, kurang menghargai guru, ribut disaat belajar, serta suka mencontek pekerjaan teman. Apabila tidak segara ditindak lanjuti, maka siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif tersebut dikhawatirkan tidak dapat mencapai hasil belajar yang baik, karena hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan perjuangan yang keras yang tidak bisa didapat dalam waktu satu atau dua hari saja.


(60)

Menurut Allport (dalam Djaali, 2008) sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Maksudnya adalah sikap merupakan kecenderungan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu yang berhubungan dengan objek yang dihadapinya. Bagaimana seseorang dapat berhasil dalam mencapai tujuan belajar apabila sikap yang ditunjukkan selalu kurang baik dalam belajarnya.

Selain itu terdapat pula faktor-faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan siswa dalam proses belajarnya, salah satunya yaitu kebiasaan belajar. Menurut Mappiare (dalam Djaali, 2008) Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, siswa dituntut berlatih dengan ketekunan yang tinggi, merencanakan belajar dengan baik dengan mempunyai jadwal belajar yang baik dan efektif, serta melaksanakannya dengan baik, teratur, dan disiplin diri agar diperoleh hasil belajar yang baik.

Salah satu layanan bimbingan konseling yang dapat digunakan dalam mengubah sikap dan kebiasaan belajar yang negatif pada siswa di sekolah adalah layanan bimbingan kelompok yang merupakan suatu bantuan yang diberikan konselor kepada siswa dengan tujuan mengembangkan potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri dan dapat menyesuaikan diri secara positif.


(1)

kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal baik itu dalam menyusun rencana maupun pengambilan keputusan yang tepat.

b. Definisi operasional dari sikap dan kebiasaan belajar negatif adalah perilaku negatif subjek yang dilakukan secara berulang-ulang dan otomatis dalam belajarnya yang menetap pada subjek tersebut.

Definisi operasional indikator :

1. Tidak memperhatikan di saat kegiatan belajar mengajar berlangsun 2. Mengobrol saat guru menerangkan pelajaran

3. Ada siswa yang mengganggu kosentrasi temannya yang sedang memperhatikan guru menerangkan pelajaran

4. Ada siswa yang membuat kegaduhan didalam kelas 5. Mengantuk atau tidur saat belajar

6. Keluar masuk disaaat belajar

D. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data selalu terjadi dalam suatu penelitian yang berfungsi untuk memperoleh data yang sejelas-jelasnya.

Menurut Ridwan (2005: 137) metode pengumpulan data ialah “Teknik atau cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang sikap dan kebiasaan belajar yang negatif pada siswa. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya:


(2)

1. Angket PSKB (Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar)

Lebih kurang tiga puluh tahun terakhir ini, instrumen yang dipakai untuk mengungkapkan masalah belajar, khususnya dalam kaitannya dengan pelayanan Bimbingan dan Konseling, di Indonesia pada umumnya adalah terjemahan atau adaptasi dari Survey of Study Habits and Attitutes (SSHA) yang dikembangkan oleh William F. Brown dan Wayne H. Holtzman sejak tahun 1953. Ada tiga bentuk (format) SSHA yaitu bentuk SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Dengan 75 buah item masing-masing, SSHA memuat masalah belajar yang dikelompokkan ke dalam tiga bidang yaitu: (a) metode belajar (b) motivasi belajar, dan (c) sikap-sikap tertentu terhadap kegiatan sekolah atau kampus. Pada tahun 1965, SSHA disadur dan divalidasikan (di Bandung, oleh Prayitno) guna kepentingan pengungkapan masalah belajar siswa atau mahasiswa. Pada tahun 1982, alat ini dikembangkan lagi (di Padang oleh Marjohan) dengan menyadur dan memvalidasikan SSHA versi baru. Alat terakhir yang merupakan SSHA versi baru itu berisi 100 buah item tentang sikap dan kebiasaan belajar yang memuat 4 bidang masalah belajar, Alat ini dikenal dengan nama Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar disingkat PSKB. Alat ini diperbanyak oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung: 1985. Tujuan pengungkapan ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang sikap dan kebiasaan belajar yang berguna untuk membantu siswa dalam mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.


(3)

Setiap pernyataan disediakan lima buah pilihan yaitu: jarang (0 s.d 15%), kadang-kadang (16 s.d 35%), sering (36 s.d 65%), pada umumnya (66 s.d 85%), dan selalu (86 s.d 100%). Keterangan pemberian skor :

1. Jika responden memilih alternatif jawaban yang digolongkan jarang diberi skor -2;

2. Jika responden memilih alternatif jawaban yang digolongkan kadang-kadang diberi skor -1;

3. Jika responden memilih alternatif jawaban yang digolongkan sering diberi skor 0;

4. Jika responden memilih alternatif jawaban yang digolongkan pada umumnya diberi

skor 1;

5. Jika responden memilih alternatif jawaban yang digolongkan selalu diberi skor 2

Di dalam pengkategorian hasilnya peneliti membagi menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besar intervalnya dengan ketentuan rumus interval,

K NR NT

i  

Keterangan: i = interval

NT = nilai tertinggi NR = nilai terendah K = jumlah kategori (Sutrisno Hadi, 2006)


(4)

E. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab masalah apakah terjadi perubahan sikap dan kebiasaan belajar yang negatif pada siswa atau untuk mengetahui seberapa besar perbedaan skor sikap dan kebiasaan belajar siswa yang negatif pada siswa sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan analisis statistik Uji t atau t–test yaitu dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto.

Arikunto (2006:306) menyatakan bahwa :

Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Maka dari itu pendekatan yang efektif adalah hanya dengan membandingkan nilai-nilai pre-test dan post-tes. Untuk mengetahui efektivitas treatment maka rumus yang digunakan adalah

) 1 (

2

 

N N

d X Md t

Keterangan :

Md : Mean dari deviasi (d) antara posttest dan pretest Xd : Perbedaan deviasi dengan mean deviasi

N : Banyak subjek


(5)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik pemberian informasi dalam layanan bimbingan kelompok, Hal ini ditunjukkan dari perubahan pada perilaku siswa pada setiap pertemuan bimbingan kelompok telah mengarah pada peningkatan sikap dan kebiasaan belajar yang positif.

Peningkatan sikap dan kebiasaan belajar juga dapat dilihat berdasarkan hasil pre test dan post test yang diperoleh thitung =21,31. Kemudian dibandingkan

dengan ttabel 0,05 = 1,860. Karena thitung > ttabel maka, Ho ditolak, artinya

terdapat perbedaan signifikan antara skor sikap dan kebiasaan belajar sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok kepada subyek penelitian.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 10 Bandar Lampung adalah:

1.Kepada siswa

Siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif, hendaknya mengubah sikap dan kebiasaan belajar yang negatif dengan cara memahami dan menyadari tujuan belajarnya, perlu mengikuti jenis


(6)

layanan bimbingan kelompok terutama pada bidang layanan belajar, serta mengikuti kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar.

2.Kepada guru bimbingan dan konseling

Guru bimbingan dan konseling hendaknya berperan secara aktif untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.


Dokumen yang terkait

AN ALIS IS E F E K T E ROB OS AN S ING L E P A RTIK E L DA L AM K E AD AA N E K S IT ASI

0 17 16

AN AL I S I S L E V E L P E RT AN YA A N P AD A S OAL CE RI T A B E RD ASARK AN T A K S ONO M I S OL O P AD A B U K U T E K S M AT E M AT I K A S M K P ROGRAM K E AHL I AN AK UN T AN S I DA N P E NJU AL AN K E L AS X T E RB I T AN E RL AN GG A DA N P USAT

0 4 16

AN AL I S I S P RO YE K S I P E NE RI M A AN P AJA K P E N G AM B I L AN D AN P E M A NF AA T AN AI R P E RM UK AAN ( P E NDA P A T AN P RO P I NS I JA W A T I M UR JE M B E R

0 9 20

AN AL I S I S VA RI ASI KE CE P AT AN P OT ONG, KE CE P AT AN M AKAN DA N DE B I T CA I RA N P E ND I NGI N T E RHAD AP KE KAS AR AN P E RM UKAA N B AJA S t 37 P AD A P ROS E S M I L L I NG

0 14 19

E K S T RA K S I DA N K A RA K T E RISAS I M INY AK I K AN P ATIN YA N G DIBE RI P A K AN P E L L E T DIC AM PUR P ROB IOT IK

0 3 16

E RB E DA AN P E RI L AKU S E KS UA L RE M AJA YA NG M E NGI KUT I DA N T I DA K M E NGI KUT I P USAT I NF ORM ASI DA N KO S E L I NG RE M AJA ( P I K R ) P AD A RE M AJA S M U DI KAB UP AT E N JE M B E R

0 21 18

IM P L E M E NTAS I B A UR AN P E M ASAR AN DA L AM U P A YA M E NIN GK AT K AN JU M L AH NA S ABAH DA N V OL UM E K REDIT P A DA P T . BAN K P E R K REDI T AN RA KYAT (B P R) NU S AM B A G E NTE N G , B AN YU WAN G I

0 6 18

K E DU DU K AN L E M B AG A J AM I NAN RE SI G UD ANG SE B AG AI K RE D I T O R T E R H A D AP P E NG E L O L A G UDAN G P E NG E L O L A G UDAN G P E NG E L O L A G UDA

0 4 18

P E NGGUNAAN TE KNI K P E MBE RI AN I NF ORMAS I DAL AM L AYANAN BI MBI NGAN KE L OMP OK UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAKELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 6 73

P E NGGUNAAN LAYANAN B I MB I NGAN KE LOMP OK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 4 DI SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 5 74